• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING VERSUS EKSPOSITORI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING VERSUS EKSPOSITORI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FP-77

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING VERSUS

EKSPOSITORI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XI

Prayekti*

Prodi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka

Abstrak. Salah satu model pembelajaran fisika yang digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah Probelem-based learning (PBL), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan (1) perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran PBL versus pembelajaran ekspositori; (2) perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi berbeda; (3) pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran PBL versus ekspositori terhadap hasil belajar fisika; (4) pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar fisika. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas XI menggunakan metode penelitian dengan melakukan proses analisis Path Analysis. Hasil penelitian yang diperoleh, bahwa kemampuan awal ilmu fisika siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa dan pengujian yang dilakukan telah terbukti bahwa pemberian model pembelajaran PBL mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XI secara signifikan. Kesimpulannya pemberian model pembelajaran PBL mampu meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI secara signifikan.

Kata kunci : Problem Based Learning, motivasi berprestasi, ekspositori, hasil belajar, fisika

1. Pendahuluan

Pembelajaran yang berlangsung selama ini masih didominasi oleh guru sehingga belum memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara optimal dan mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Cara guru mengajar yang hanya satu arah (teacher centered) menyebabkan penumpukan informasi atau konsep, yang kurang bermanfaat bagi siswa. Guru selalu menuntut siswa untuk belajar, tetapi tidak mengajarkan bagaimana siswa seharusnya belajar dan menyelesaikan masalah (Tabrani,1998). Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut perubahan paradigma pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat pada guru beralih pada siswa (student centered). Menurut Trianto (2007) pembelajaran dalam konteks KTSP berbasis kompetensi juga menghendaki pembelajaran tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi tersusun atas materi kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis, dalam keterampilan memecahkan masalah sehingga tercapai hasil yang optimal.

*

(2)

Dalam pembelajaran fisika banyak metode digunakan guru dalam membahas materi pelajaran dan juga praktikum yang dilaksanakan di laboratorium. Metode yang digunakan guru antara lain ceramah, diskusi, kooperatif, interaktif dan lain sebagainya. Salah satu model pembelajaran fisika yang digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa) dengan masalah-masalah praktis, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan seputar masalah, (4) memberikan tanggung jawab kepada siswa dalam menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa mendemontrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Pembelajaran PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), dan siswa memperdalam pengetahuannya yang mereka telah ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.

Dalam pembelajaran, guru cenderung memberikan materi pelajaran secara ekspositori dengan mengajukan pertanyaan, namun siswa mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya. Upaya guru, selalu memotivasi siswa agar mau dan tidak malu mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ekspositori merupakan salah satu pendekatan yang biasa digunakan guru dalam pembelajaran pada hampir semua bidang studi. Pembelajaran ekspositori adalah guru menyampaikan bahan, memberikan ceramah, menjelaskan bahan atau menerangkan materi. Se¬hingga pendekatan ekspositori merupakan pendekatan yang paling dominan dilakukan oleh guru, cara yang banyak dipraktikkan oleh guru. Peranan siswa dalam pembelajaran ekspositori menjadi pendengar dan pencatat materi, duduk di kursi yang tetap, kondisi belajar siswa menjadi pasif. Pembelajaran ekspositori mengutamakan aktivitas guru dalam pencapaian tujuan belajar yang ditetapkan, dan mengabaikan keaktifan siswa dalam proses belajar, sehingga kemam¬puan siswa tidak berkembang secara maksimal, karena sedikit sekali kesempatan siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sejauhmana pengaruh penerapan model PBL versus ekspositori dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar fisika di kelas XI yang dijabarkan ke dalam tujuan yang mengungkapkan: (1) perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Problem Based Learning PBL versus pembelajaran ekspositori; (2) perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi berbeda; (3) pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran PBL versus ekspositori terhadap hasil belajar fisika; (4) pengaruh

(3)

interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar fisika

2. Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan memperoleh data empirik yang akurat dan dapat dipercaya untuk mendapatkan gambaran yang tepat tentang pengaruh langsung variabel-variabel: Model Pembelajaran PBL dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI. Tujuan penelitian adalah: (1) Pengaruh Model Pembelajaran (X1) terhadap hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI (Y). (2) Pengaruh motivasi berprestasi (X2) terhadap hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI. (3) Pengaruh motivasi berprestasi (X2) terhadap hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI (Y). (4) Pengaruh langsung positif Model Pembelajaran (X1) dan motivasi berprestasi (X2) dan terhadap hasil belajar fisika siswa SMA kelas XI (Y).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, yaitu SMA Negeri Jakarta Timur. Penelitian dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) tahap uji coba instrumen, 2) tahap pengumpulan data, dan (3) tahap pengolahan data dan analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian difokuskan pada pengaruh antara variabel yang digambarkan dalam konstelasi masalah sebagai berikut:

(4)

Penelitian ini dilakukan di SMA negeri di dua kelas yang berbeda, yaitu kelas XI A dan kelas XI B. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dan ekspositori terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI. Penelitian dilakukan pada 62 orang siswa. Siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan model pembelajaran yang diberikan. Sebanyak 32 siswa kelas XI diberikan model pembelajaran Problem Based Learning dan sebanyak 30 siswa kelas XI diberikan model pembelajaran ekspositori. Secara deskriptif, rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran. Secara deskriptif, didapatkan bahwa pada kelompok siswa dengan pembelajaran Problem Based Learning, rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diberikan pembelajaran (pretes) adalah sebesar 27.7. Setelah diberikan pembelajaran (postes), terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar fisika sebesar 82.5. Pada kelompok siswa dengan pembelajaran ekspositori, rata-rata hasil belajar fisika sebelum diberikan pembelajaran (pretes) adalah sebesar 23.9. Setelah diberikan pembelajaran (postes), terjadi peningkatan rata-rata hasilbelajar fisika sebesar 76.8 Berdasarkan pada tabel tersebut, ditunjukkan bahwa pada semua kelompok model pembelajaran terjadi peningkatan hasil belajar fisika setelah diberikan pembelajaran.

Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan model pembelajaran terhadap peningkatan hasi lbelajar fisika siswa kelas XI, dilakukan proses analisis dengan menggunakan Path Analysis. Berikut model structural pengaruh pengaruh motivasi dan model pembelajaran terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI :

Gambar 2. Model Struktural Hasil Path Analysis

Motivasi Pretes Model Pembelajaran HasilBelajar 0.388 -0.123ts -0.203ts 0.564

(5)

3. Hasil dan Pembahasan

Dalam model structural ini, terdapat 4 (empat) hubungan antarvariabel secara langsung (pengaruh langsung) yang diuji. Berikut disajikan secara lengkap hasil pengujian hubungan antarvariabel penelitian sebagai berikut:

Tabel. 1 Model Struktural Hasil Path Analysis : Pengaruh Langsung

JalurPengaruhLangsung

Standardized

Coefficient CR p-value Keterangan

PretesHasil Belajar -0.203 0.189 0.055 Tidak Signifikan MotivasiHasil Belajar -0.123 0.128 0.284 Tidak Signifikan Model Pembelajaran Motivasi 0.388 1.431 0.001 Signifikan Model Pembelajaran  Hasil

Belajar 0.564 1.557 0.000 Signifikan Berdasarkan Gambar 1 dan Tabel 1, ditunjukkan bahwa pada pengujian pengaruh langsung antara pretes terhadap hasil belajar, didapatkan nilai CR sebesar 0.189 dengan p-value sebesar 0.055. P-value lebih dari 0.05 menunjukkan bahwa pretes tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Atau dengan kata lain, kemampuan awal ilmu fisika siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa. Pada pengujian pengaruh langsung antara Motivasi terhadap Hasil Belajar, didapatkan nilai CR sebesar 1.538 dengan p-value sebesar 0.128. P-value lebih dari 0.05 menunjukkan bahwa variabel motivasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Atau dengan kata lain, motivasi belajar siswa baik siswa yang diberikan model pembelajaran PBL maupun ekspositori tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika. Pada pengujian pengaruh langsung antara model pembelajaran terhadap motivasi belajar, didapatkan nilai CR sebesar 1.431dengan p-value sebesar 0.001. P-value kurangdari 0.05 menunjukkan bahwa variabel model pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar. Koefisien jalur sebesar 0.388 bernilai positif yang mengandung pengertian bahwa model pembelajaran PBL yang diberikan ke siswa kelas XI mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini diperkuat dari hasil perbandingan motivasi belajar siswa pada kedua kelompok tersebut :

Tabel 2. PerbandinganMotivasi Belajar Siswa Kelas XI Model Pembelajaran Rata-Rata Motivasi t-statistic p-value Keterangan Ekspositori 79.7 -3.296 0.002 Signifikan PBL 84.4

(6)

Berdasarkan pada tabel 2 di atas, ditunjukkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa kelas XI yang diberikan model pembelajaran PBL lebih tinggi daripada siswa diberikan model pembelajaran ekspositori. Dari pengujian ini telah terbukti bahwa pemberian model pembelajaran PBL mampu meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI secara signifikan. Pada pengujian pengaruh langsung antara model pembelajaran terhadap hasil belajar, didapatkan nilai CR sebesar1.557dengan p-value sebesar 0.000. P-value kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa variabel model pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Koefisien jalur sebesar 0.564 bernilai positif yang mengandung pengertian, model pembelajaran PBL yang diberikan ke siswa kelas XI mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hasil perbandingan hasil belajar fisika siswa pada kedua kelompok tersebut :

Tabel 3. Perbandingan Hasil Belajar FisikaSiswa Kelas XI Model

Pembelajaran

Rata-Rata

Hasil Belajar t-statistic p-value Keterangan

Ekspositori 76.8

-3.792 0.000 Signifikan PBL 82.5

Berdasarkan pada tabel 3 di atas, ditunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas XI yang diberikan model pembelajaran PBL lebih tinggi daripada siswa diberikan model pembelajaran ekspositori. Dari pengujian ini telah terbukti bahwa pemberian model pembelajaran PBL mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XI secara signifikan. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau menentukan kelakukan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari penguasaan konsep dasar fisika melalui pemahaman. Pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan dan teknik. tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu -ilmu terapan tidak dapat maju dengan pesat. Teori fisika tidak hanya cukup dibaca, sebab teori fisika tidak sekedar hafalan saja akan tetapi harus dibaca dan dipahami serta dipraktikkan, sehingga siswa mampu menjelaskan permasalahan yang ada. Pembelajaran fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya. Belajar merupakan upaya memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur yang ada. Siswa belajar banyak konsep, terutama konsep awal tentang alam yang ada di sekitarnya. Melalui proses pembelajaran yang sistematis, maka konsep awal tersebut akan menghasilkan konsep yang benar dan tepat serta terarah.

Dalam belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan

(7)

perkembangan intelektualnya. Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.

Selanjutnya secara garis besar pembelajaran fisika adalah sebagai berikut: (1) Proses belajar fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional; (2) Pada hakikatnya mengajar fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar fisika yang kondusif, agar siswa secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari; (3) Pada hakikatnya hasil belajar fisika merupakan kesadaran siswa untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran siswa untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.

Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Corey (Yusufhadi Miarso, 1994) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah-laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang menjadi wahana bagi siswa mempelajari alam sekitar. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa. Sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran fisika mengajak siswa belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.

4. Simpulan

1. Kemampuan awal ilmu fisika siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa

2. Semua kelompok model pembelajaran baik PBL maupun ekspositori terjadi peningkatan hasil belajar fisika setelah diberikan pembelajaran.

3. Motivasi belajar siswa baik siswa yang diberikan model pembelajaran PBL maupun ekspositori tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika. 4. Pemberian model pembelajaran PBL mampu meningkatkan hasil belajar fisika

(8)

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada kepala sekolah SMA Negeri 58 Jakarta Timur karena telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian ini, dan juga kepada guru fisika kelas XI yasng menjadi model dalam pembelajaran fisika kelas XI. Sehingga penelitian dapat ditulis dengan baik.

Daftar Pustaka

1. Akinaglu O & Ruhan Ozkardes Tandogan, R. O. 2007. The effects of problem based active learning of student' academic achievement, attitude and concept learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (1): 71-81.

2. Anni CT, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press

3. Arief S Sadiman, dkk. (2003). Media pendidikan, pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta : CV. Rajawali Pers.

4. Crow, L & Crow, A. 1989. Psikologi Pendidikan. Penterjemah Abror. Yogjakarta: Nur Cahaya.

5. Eggen, P. & Kauchak, D. 2007. Educational Psychology, Windows on Classroom, Seventh Edition. Columbus Uhio: Pearson Merril Practice Hill. 6. Elliot, S.N., at al. 2000. Educational Psychology: Effective Teaching, Effective

Learning. Third Edition. Buston: McGraw-Hill Higher Education. 7. Kemble, E. C. (1966). Physical science, its structure and development.

Messachusetts : The M.I.T Press.

8. Martaniah & Mulyani, S. 1984, Motif Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

9. Purwanto, N. 1997. Prinsip-Prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

10. Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.

11. Sudarman. 2007. Problem Based Learning: suatu model pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif, 2 (2)

12. Tabrani, A. & Rusyan. 1998. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remadja Karya.

13. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

14. Yusufhadi Miarso. (1994). Definisi teknologi pendidikan: Satuan tugas definisi dan terminology AECT, Washington, D.C : AECT (buku asli diterbitkan tahun 1977)

Gambar

Gambar 1. Pengaruh antar-variabel
Tabel 2. PerbandinganMotivasi Belajar Siswa Kelas XI  Model  Pembelajaran  Rata-Rata Motivasi   t-statistic   p-value  Keterangan  Ekspositori  79.7  -3.296  0.002  Signifikan  PBL  84.4

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SCIENTIFIC APPROACH DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA KURIKULUM 2013.. Universitas Pendidikan Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, artinya menunjukan bahwa semakin banyak corporate

Kebijakan Umum Pertahanan Negara ini disusun sebagai satu kesatuan arah kebijakan yang meliputi Kebijakan Pertahanan Integratif, Kebijakan Pengelolaan dan Pendayagunaan

Dari 9 perusahaan yang terpilih, kemudian dilakukan pengelompokan perusahaan berdasarkan perubahan life cycle perusahaan dengan cara mengelompokan pertemuan dari tahap

Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang

In this research, the data are taken from the event about teaching learning process of English teacher, informant from the teacher and students in SMP Muhammadiyah Blora, and

Kemungkinan penyerapan Fe dari pakan dapat dilihat dari perlakuan dengan perlakuan slag 40%; 20% dan 0% yang menunjukkan nilai SGR yang lebih tinggi dibanding dengan

PS PICE dot-model statement for the ideal bipolar transistor: β = Bf, Early voltage Vaf, and scale current Is; as shown by curly braces {}, these values are set using variables