LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM ANALISIS PENCEMARA LINGKUNGAN PERCOBAAN I
ANALISA NITROGEN
Disusun oleh:
Nama : Moch. Hanif Al Muttaqim
NIM : 09040521064
Kelas : H5B.3
Semester : 3
DOSEN PENGAMPU:
Ida Munfarida, M.Si, MT Shinfi Wazna Auvaria, MT
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
PERCOBAAN I ANALISA NITROGEN 1. Tujuan Percobaan
A. Menentukan kadar Amonia- Nitogen dengan metode Spektrofotometri B. Mengetahui konsentrasi Amonia- Nitogen dalam sample air limbah 2. Dasar Teori
Air Limbah domestik yang merupakan air buangan rumah tangga yang dibuang ke badan air dapat berpotensi menjadi salah satu sumber air baku untuk air bersih. Air limbah domestik atau rumah tangga yang tidak diolah secara benar dapat menyebabkan berbagai macam masalah bagi manusia dan lingkungan sekitarnya (Afiya, dkk, 2018).
Nitrogen dalam air pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi nitrogen amonia. Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan) protein tanaman atau hewan atau dalam kotorannya. Pupuk buatan juga menganduk amonia dan senyawanya, sehingga hasil rembesan dari pupuk yang terbawa air dapat terurai dan berkemungkinan menambah kandungan amonia dalam air (S. Silistia, dkk, 2019).
Nitrit merupakan unit kimia nitrogen-oksigen yang dijadikan menjadi satu dengan berbagai senyawa anorganik dan organik, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen dilingkungan dan kondisi biologis. Nitrat adalah senyawa nitrogen yang paling teroksidasi penuh dan oleh karena itu stabil terhadap oksidasi, tetapi berpotensi menjadi agen pengoksidasi yang kuat. Nitrit dapat dioksidasi menjadi nitrat dengan oksidan kimia kuat atau oleh bakteri nitrifikasi atau direduksi menjadi nitrogen oksida melalui beberapa jalur enzimatik dan nonenzimatik, menghasilkan energi (Amalia, dkk, 2021).
Pengukuran nitrogen untuk menentukan kadar amonia dengan menggunakan reagen nessler dan menggunakan metode spektrofotometri. Reagen nessler ditemukan oleh J.Nessler pada tahun 1856 yang mengusulkan larutan basa merkuri (II) iodida dalam kalium iodida (K2HgI4) sebagai pereaksi untuk penentuan amonia secara
kolorimetri. Prinsip dari metode Nessler berdasarkan pada pereaksi Nessler (K2HgI4) bila bereaksi dengan amonia dalam larutan basa akan membentuk dispersi koloid yang berwarna kuning coklat (M. Yogi, 2018).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang(Lusia E, 2017). Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi dan alat pengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Pembuatan larutan blanko harus dilakukan guna membandingkan absorpsi oleh pelarut murni serta absorpsi oleh larutan sampel. Spektrofotometri harus diatur sedemikian rupa sehingga transmiten larutan blanko 100% (Al-Muqsith, dkk, 2021).
3. Prinsip Percobaan
Penentuan kadar NH3 secara spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert- Beer. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
4. Alat dan Bahan
1. Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini sebagai berikut:
Spektrofotometer & kuvet (1 Buah)
pH meter (1 Buah)
Botol timbang (1 Buah)
Tabung reaksi (5 Buah)
Erlenmeyer (5 Buah)
Pipet tetes (1 Buah)
Rak tabung reaksi (1 Buah)
Spatula (1 Buah)
Kaca arloji (1 Buah)
Kertas saring (3 Buah)
Mortar & pestle (1 Buah)
Tissu (1 Buah)
Neraca analitik (1 Buah)
Gelas ukur (1 Buah)
Pipet Volum (1 Buah)
2. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini sebagai berikut:
ZnSO4 (5 gram)
EDTA (25 gram)
NaOH (60 gram)
NH4Cl (1,9095 gram)
Reagen nessler (6 ml)
Aquades (1,5 L)
5. Skema Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar
NH4Cl ditimbang sebanyak 1,9095 gr dengan neraca analitik
NH4Cl ditempatkan kedalam gelas beaker 500 ml
NH4Cl dilarutkan dengan 500 ml aquades menjadi larutan (A)
Larutan (A) diambil dengan pipet volum sebanyak 5 ml
Larutan (A) di tempatkan kedalam erlenmyer
Aquades di tambahkan kedalam erlenmeyer sebanyak 50 ml (B)
Larutan (B) di pipet volum sebanyak 5 ml
Larutan (B) di tempatkan kedalam erlenmyer
Aquades di tambahkan kedalam erlenmeyer sebanyak 50 ml (C)
Larutan (C) diambil dengan pipet volum masing-masing sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, dan 10 ml
Larutan (C) masing-masing dipindahkan kedalam tabung reaksi
Larutan (C) tiap-tiap menjadi D1, D2, D3, D4, dan D5
Ditambahkan reagen nessler sebanyak 2 ml pada D1, D2, D3, D4, dan D5
Ditambahkan aquades sebanyak 12 ml pada setiap larutan standar
Larutan di uji dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 417 nm dengan masing-masing larutan 0,1 mg/L ammonia, 0,2 mg/L ammonia 0,3 mg/L ammonia, 0,5 mg/L ammonia, dan 1 mg/L ammonia.
2. Analisa Sampel
NH4Cl
Reagen Nessler & Spektrofotometer
Hasil
ZnSO4
Ditimbang ZnSO4 sebanyak 40 mg dengan menggunakan neraca analitik dan haluskan menggunakan mortar & pestle
Dipindahkan ZnSO4 ke dalam gelas beaker
Dihomogenkan ZnSO4 dengan menggunakan aquades sebanyak 4 ml
Ditimbang EDTA sebanyak 25 gram dengan menggunakan neraca analitik
Dipindahkan EDTA ke dalam gelas beaker
Ditimbang NaOH Sebanyak 1 gram
Dipindahkan NaOH kedalam gelas beaker yang berisi EDTA
Dihomogenkan ETDA dan NaOH dengan menggunakan aquades sebanyak 50 ml
Ditimbang NaOH sebanyak 60 gram dengan menggunakan neraca anlitik
Dipindahkan kedalam gelas beaker
Dihomogenkan NaOH dengan menggunakan aquades sebanyak 250 ml
Diambil sampel dan diukur sebanyak 100 ml dengan mengguakan gelas ukur
Dipindahkan sampel kedalam elenmeyer 250 ml
Ditambahakan 1 ml larutan ZnSO4 dan digoyangkan hingga homogen
Ditambahakan NaOH hingga mencapai pH 10.5, lalu digoyangkan hingga homogen
Diamkan sampel selama 20-40 menit hingga membentuk flok
Disaring sampel menggunakan kertas saring
Diambil sampel sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur
Ditambahkan EDTA sebanyak 1 tetes dan digoyangkan hingga homogen
Ditambahkan 2 ml reagen nessler
Dimasukan aquades ke dalam kuvet sebagai blanko
Dimasukan sampel ke dalam kuvet
Dimasukan blanko ke spektrofotometer
Ditekan T 100% hingga menunjukan angka 0 EDTA
NaOH
Sampel Air Drainase
Dimasukan sampel ke dalam spektrofotometri
Dicatat nilai absorbansinhya
Ditentukan kadar ammonia melalui persamaan kurva absorbansi
6. Tabel Pengamatan
1. Pembuatan Larutan Standar No
. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1. Ditimbang NH4Cl - NH4Cl ditimbang sebanyak 1,9095 gr dengan neraca analitik
- NH4Cl ditempatkan ke dalam gelas beaker 500 ml
2. Dilarutkan NH4Cl - NH4Cl dilarutkan dengan 500 ml aquades menjadi larutan (A)
3. Diambil larutan (A) - Larutan (A) dipipet sebanyak 5 ml
- Larutan (A) ditempatkan ke dalam erlenmeyer
4. Ditambahkan aquades - Aquades ditambahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml (B)
5. Diambil larutan (B) - Larutan (B) dipipet sebanyak 5 ml
- Larutan (B) ditempatkan ke dalam erlenmeyer
6. Ditambahkan aquades - Aquades ditambahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml (C)
Hasil
7. Diambil larutan (C) - Larutan (C) dipipet berturut- turut 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, dan 10 ml
- Larutan (C) masing-masing dipindahkan kedalam tabung reaksi
- Larutan (C) berturut-turut menjadi D1, D2, D3, D4, dan D5
8. Ditambahkan reagen nessler
- Reagen nessler ditambahkan sebanyak 2 ml pada D1, D2, D3, D4, dan D5
9. Ditambahkan aquades - Aquades ditambahkan sebanyak 12 ml pada setiap larutan standar
10. Di uji nilai absorbansi larutan
- Larutan diuji dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 417 nm
- Diperoleh hasilnya berturut- turut yaitu;
Larutan 0,1mg/L ammonia:
0,15
Larutan 0,2mg/L ammonia:
1,39
Larutan 0,3mg/L ammonia:
0,168
Larutan 0,5mg/L ammonia:
0,298
Larutan 1mg/L ammonia:
0,455
2. Analisa Sampel No
. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1. Dibuat larutan ZnSO4
- Ditimbang ZnSO4
sebanyak 40 mg dengan menggunakan neraca analitik dan haluskan menggunakan mortar &
pestle
- Dipindahkan ZnSO4 ke dalam gelas beaker - Dihomogenkan ZnSO4
dengan menggunakan aquadest sebanyak 4 ml
2. Dibuat larutan EDTA
- Ditimbang EDTA
sebanyak 25 gram dengan menggunakan neraca analitik
- Dipindahkan EDTA ke dalam gelas beaker - Ditimbang NaOH
Sebanyak 1 gram - Dipindahkan NaOH
kedalam gelas beaker yang berisi EDTA
- Dihomogenkan ETDA dan NaOH dengan
menggunakan aquadest sebanyak 50 m
3. Dibuat larutan NaOH
- Ditimbang NaOH
sebanyak 60 gram dengan menggunakan neraca anlitik
- Dipindahkan kedalam gelas beaker
- Dihomogenkan NaOH dengan menggunakan aquades sebanyak 250 ml
4. Sampel air drainase dan larutan yang telah dibuat
- Diambil sampel dan diukur sebanyak 100 ml dengan mengguakan gelas ukur
- Dipindahkan sampel kedalam elenmeyer 250 ml
- Ditambahakan 1 ml larutan ZnSO4 dan digoyangkan hingga homogen
- Ditambahakan NaOH hingga mencapai pH 10.5, lalu digoyangkan hingga homogen
5. Didiamkan, disaring, ditambahkan larutan EDTA, dan raegen nessler
- Diamkan sampel selama 20-40 menit hingga membentuk flok - Disaring sampel
menggunakan kertas saring
- Diambil sampel sebanyak 50 ml dengan
menggunakan gelas ukur - Ditambahkan EDTA
sebanyak 1 tetes dan digoyangkan hingga homogen
- Ditambahkan 2 ml reagen Nessler
6. Dihitung nilai absorbansi dengan
spektrofotometer
- Dimasukan aquades ke dalam kuvet sebagai blanko
- Dimasukan sampel ke dalam kuvet
- Dimasukan blanko ke spektrofotometer
- Ditekan T 100% hingga menunjukan angka 0 - Dimasukan sampel ke
dalam spektrofotometri - Dicatat nilai
absorbansinhya 7. Dibuat kurva
regresi linier pada nilai absorbansi
- Dicatat nilai absorbansinya - Ditentukan kadar
ammonia melalui persamaan kurva regresi linier absorbansi
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
f(x) = 0.36 x + 0.1 R² = 0.96
Kurva Regresi Linier
7. Hasil dan Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan standar keselamatan kerja seperti, memakai jas lab, sepatu, dan masker. Dilaksanakan di Gedung laboratorium terintegerasi FST UINSA pada tanggal 23 November 2022 pukul 11.00 WIB. Percobaan pertama mengenai analisa nitrogen dengan metode spektrofotometri. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan kadar amonia-nitrogen pada sampel air limbah drainase dan mengetahui konsentrasi kadar amonia-nitrogen dengan cara menganalisa dan membuat kurva regresi linier pada nilai hasil absorbansi dengan metode spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan instrumen penting dalam analisis kimia.
Instrumen ini digunakan untuk menguji sampel tertentu yang berorientasi pada pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu instrumen ini penting digunakan pada sektor pendidikan dan penelitian. Pada sektor pendidikan alat ini sebagai media pendidikan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pengenalan alat dan praktikum. Pada sektor penelitian berperan dalam menguji analisis senyawa secara kuantitatif dan kualitatif pada sampel (Yohan, dkk, 2018). Spektrofotometer UV-VIS adalah salah satu metode instrumen yang paling sering diterapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi senyawa (padat/cair) berdasarkan absorbansi foton. Agar
sampel dapat menyerap foton pada daerah UV-VIS (panjang gelombang foton 200 nm – 700 nm) (Irawan, 2019).
Reagen nessler terdiri dari suatu analisa kimiawi dengan menggunakan metode spektrofotomtri. Reagen Nessler K2HgI4 akan bereaksi dengan NH3 dalam larutan yang bersifat basa, sesuai dengan reaksi pada gambar bawah ini:
Reaksi menghasilkan larutan berwarna kuning-coklat yang mengikuti hukum Beer-Lambert. Intensitas warna yang terjadi berbanding lurus dengan konsentrasi NH3
yang ada dalam sampel yang kemudian ditentukan secara spektrofotometri (Nurul, dkk, 2021).
Drainase (drainage) yang berasal dari kata kerja ‘to drain’ yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem – sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan intensitas hujan yang tinggi atau akibat durasi hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisaikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaat tertentu (Kartika, dkk, 2018).
Salah satu drainase alami yaitu berupa sungai atau danau. Keberadaan senyawa amonia di dalam perairan alami menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen.
Ammonia merupakan salah satu nitrogen anorganik terlarut yang dapat mempengaruhi kualitas suatu perairan. Nitrogen anorganik terlarut (DIN = dissolved inorganic nitrogen) di perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2), ammonia tidak terionisasi (NH3), Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3-), dan senyawa bentuk lain yang berasal dari limbah pertanian, permukiman, dan limbah industri. Ammonia dalam air sungai berasal dari air seni, tinja, dan hasil penguraian secara mikrobiologis terhadap zat organik yang berasal dari air alam, air buangan industri dan limbah domestik.
Keberadaan ammonia tergantung pada beberapa faktor, seperti adanya tanaman air yang menyerap ammonia sebagai nutrien, konsentrasi oksigen terlarut, dan suhu (Dedi, dkk, 2016).
Nitrit (NO2) merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi dengan bilangan oksidasi +3 dan banyak dijumpai pada instalasi pengolahan air limbah, air sungai dan
drainase. Dibandingkan dengan konsentrasi nitrat, konsentrasi nitrit yang terukur jauh lebih kecil. Hal ini sesuai dengan Effendi (2003) dalam wika Ayu, dkk (2019) yang menyatakan bahwa di perairan alami, nitrit umumnya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit karena sifatnya yang tidak stabil akibat keberadaan oksigen.
Sebagaimana kita ketahui bahwa nitrit umumnya merupakan bentuk transisi antara amoniak dan nitrat dan segera berubah menjadi bentuk yang lebih stabil yakni nitrat.
Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersedian nutrien.
Konsentrasi nitrat yang tinggi mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan dan selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kondisi tersebut selanjutnya dapat berpengaruh terhadap turunnya konsentrasi oksigen dalam badan air sehingga menyebabkan kematian ikan (Baigo, dkk, 2018). Untuk alasan ini, praktikum analisa nitrogen dilaksanakan, karena sangat penting untuk menguji amonia-nitrogen pada limbah air atau drainase.
Praktikum diawali dengan menyiapkan alat & bahan. Alat & bahan yang digunakan yaitu spektrofotometri, kuvet, pH meter, botol timbang, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes, rak tabung reaksi, spatula, kaca arloji, kertas saring, mortar, pestle, neraca analitik, gelas ukur, pipet volum, tissu, ZnSo4, EDTA, NaOH, NH4Cl, reagen nessler, aquades.
Setelah persiapan selesai, dilakukan penimbangan NH4Cl atau yang dikenal sebagai Amonia Klorida. Amonium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus NH4Cl, berupa garam kristal putih yang sangat mudah larut dalam air. Larutan amonium klorida bersifat asam lemah. Ammonium klorida digunakan sebagai sumber nitrogen Dalam dunia kesehatan ammonium klorida mempunyai manfaat untuk mengatasi rendahnya klorida dalam darah dan alkalosis metabolic. Ammonium klorida dapat bekerja dengan meningkatkan ion klorida dan meningkatkan ion hydrogen bebas dalam darah sehingga darah menjadi asam (Gebby, dkk, 2019).
Ditimbang NH4Cl sebanyak 1,9095 gr dengan neraca analitik dan diempatkan pada gelas beaker 500 ml, lalu homogenkan dengan aquades sebanyak 500 ml (A), larutan (A) di tempatkan kedalam erlenmeyer sebanyak 50 ml (B), lalu larutan (B) di pipet volum sebanyak 5 ml dan di temapatkan kedalam erlenmeyer, setelah itu tambahkan aquades kedalam erlenmeyer sebanyak 50 ml (C), lalu larutan (C) masing-masing dipindahkan kedalam masing-masing tabung reaksi menjadi D1, D2, D3, D4, dan D5.
Selanjutnya yaitu, kalium tetraiodomerkurat (II) ialah senyawa anorganik yang terdiri dari kation kalium dan anion tetraiodomerkurat (II). Senyawa ini terutama digunakan sebagai reagen nessler, suatu larutan 0,09 ml/L kalium tetraiodomerkurat (II) (K2HgI4) dalam 2,5 mol/L KOH, digunakan untuk mendeteksi ammonia.
Penambahan pereaksi nessler digunakan untuk mereaksikan amonia atau bertujuan untuk mengidentifikasi amonia dalam suatu sampel, reagen nessler ini berwarna pucat dan akan berubah menjadi kuning kecoklatan jika larutannya mengandung amonia (M. Yogi 2018). Ditambahkan reagen nessler sebanyak 2 ml pada D1, D2, D3, D4, dan D5, lalu ditambahkan aquades sebanyak 12 ml pada setiap larutan standar, selanjutnya dilakukan pengujian larutan dengan menggunakan spektrofotometri dan didapatkan nilai sebagai berikut:
Gelombang Kadar amonia (mg/L) Absorbansi
417 0,1 0,15
417 0,2 0,139
417 0,3 0,168
417 0,5 0,298
417 1 0,455
Selanjutnya yaitu, Zinc sulfat (ZnSO4) adalah senyawa anorganik yang juga digunakan sebagai suplemen makanan untuk mengatasi defisiensi zinc dalam tubuh manusia. Fungsi penambahan ZnSO4 adalah untuk mencegah interferensi ion Ca ²±, Fe, dan Sn yang dapat menyebabkan kekeruhan. Ditimbang ZnSO4 sebanyak 40 mg dengan menggunakan neraca analitik, lalu dan haluskan menggunakan mortar &
pestle dan masukkan kedalam gelas beaker lalu dihomogenkan dengan aquades sebanyak 4 ml, selanjutnya membuat larutan EDTA. Ethylenediaminetetraacetic acid disingkat EDTA adalah asam kompleks, berupa asam kaboksilat poliamino yang biasa digunakan sebagai agen pengkelat atau ligan untuk beberapa ion atau unsur logam, terutama Fe³± dan Ca²±. Fungsi penambahan EDTA adalah untuk menjaga nilai pH agar tidak banyak berubah selama reaksi, mudah larut dalam air, dan berperan sebagai larutan baku sekunder (Simanjutak, 2018). Ditimbang EDTA sebanyak 25 gram dengan menggunakan neraca analitik dan masukkan kedalam gelas beaker. Setelah siapkan NaOH, natrium hidroksida, juga dikenal sebagai alkali dan soda api, adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini merupakan senyawa ionik berbentuk padatan putih yang tersusun atas kation natrium Na± dan anion hidroksida OH-. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam (Dhia, dkk, 2020).
Ditimbang larutan NaOH sebanyak 1 gram dan masukkan kedalam gelas beaker yang berisi EDTA dan dihomogenkan dengan aquades sebanyak 50 ml. Selanjutnya larutan NaOH ditimbang sebanyak 60 gram dengan menggunakan neraca analitik dan masukkan kedalam gelas beaker, lalu homogenkan dengan aquades sebanyak 250 ml.
Selanjutnya diambil sampel air drainase sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur dan pindahkan kedalam erlenmeyer dengan ukuran 250 ml, lalu ditambahkan 1 ml ZnSO4 dan digoyangkan hingga homogen, setelah itu tambahkan NaOH hingga mencapai pH 10,5, lalu di goyangkan hingga homogen, tahap selanjutnya di diamkan selama 20-40 menit hingga membentuk flok, lalu disaring sampel menggunakan kertas saring, lalu diambil sampel sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur, selanjutnya penambahan larutan EDTA sebanyak 1 tetes, reagen nessler 2 ml.
Selanjutnya tahap akhir yaitu menyiapkan spektrofotometri dan blanko (aquades), masukkan blanko ke dalam kuvet dan masukkan kuvet kedalam spektrofotometri, ditekan T 100% hingga menunjukan angka 0 dan masukkan sampel ke dalam spektrofotometri dan di catat nilai absorbansi nya, lalu ditentukan kadar ammonia melalui persamaan absorbansi yaitu
Diketahui : y = 0,359x + 0,0972
Absorban (sampel) = 0,996 Ditanya : kadar ammonia?
Jawab :
Y = 0,3591x + 0,0972 0,996 = 0,3591x + 0,0972 0,996 – 0,0972 = 0,3591x
X = 0,8988
0, 3591
X = 1,1857
Hasil kadar amonia melalui persamaan kurva regresi linier absorbansi :
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
f(x) = 0.36 x + 0.1 R² = 0.96
Kurva Regresi Linier
Pada penetapan kadar amonia pada air drainase di tentukan dengan
menggunakan alat spektrofotometer dengan reagen nessler. Pemeriksaan amonia pada air drainase menggunakan alat Spektrofotometer, karena hasil yang dikeluarkan lebih akurat dan waktu yang tidak lama di bandingkan dengan pemeriksaan kadar amonia dengan cara yang manual.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diperoleh kadar ammonia dengan nilai kurva regresi linier, dimana diperoleh nilai masih di bawah standar baku mutu <0,5 mg, yaitu sebesar 0,45 mg. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu amonia untuk sungai kelas satu adalah sebesar 0,5 mg NH3- N/liter (Heri, dkk, 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Heri dan Huasni (2019), menyatakan dari hasil penelitian dan uji laboratorium dapat diketahui konsentrasi Amoniak total pada perairan Sungai Musi berkisar antara 0,42 mg/l sampai dengan 1,31 mg/l. Konsentrasi unsur Amoniak total pada perairan Sungai Musi tertinggi berada pada titik sampel 1 yang berada pada hilir sungai musi yaitu di wilayah Pelabuhan Dermaga Sungai Lais.
8. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum analisa nitrogen :
A. Menentukan kadar amonia-nitrogen dengan metode spektrofotometri, dalam hal ini reagen nessler bereaksi dengan amonia membentuk disperse koloid dan reaksi menghasilkan larutan warna kuning coklat mengikuti hukum Lambert-Beer yang dapat diuji pada spektrofotometri.
B. Mengetahui konsentrasi amonia-nitrogen dalam sampel air limbah/drainase berdasarkan output dari grafik linieritas antara nilai absorbansi dan kadar amonia diperoleh persamaan garis linier y = ax + b yang akan digunakan untuk mencari
konsentrasi amonia dalam sampel air limbah/drainase, konsentrasi dapat di lihat pada grafik kurva regresi linier masih di bawah baku mutu <0,5 mg, dengan nilai 0,45 mg. Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu amonia untuk sungai kelas satu adalah sebesar 0,5 mg.
9. Daftar Pustaka
Amalia, R. H. T., Tasya, A. K., & Ramadhani, D. (2021, September). Kandungan Nitrit dan Nitrat Pada Kualitas Air Permukaan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 1, No. 1, pp. 679-688).
Amalia, D., & Fajri, R. (2020). Analisis Kadar Nitrogen Dalam Pupuk Urea Prill Dan Granule Menggunakan Metode Kjeldahl Di Pt Pupuk Iskandar Muda. QUIMICA:
Jurnal Kimia Sains dan Terapan, 2(1), 28-32. ISSN: 2716-0963.
Al-Muqsith, A. M., & Nadira, C. S. (2021). IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR SIKLAMAT PADA SIRUP TRADISIONAL ACEH YANG DIJUAL DI KOTA LHOKSEUMAWE. AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 7(1), 36-44.
Asadiya, A. (2018). Pengolahan air limbah domestik menggunakan proses aerasi, pengendapan, dan filtrasi media zeolit-arang aktif (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember). ISSN: 2337-3539.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., Suwito, S., & Maury, H. K. (2018). Konsentrasi amoniak, nitrat dan fosfat di perairan distrik depapre, kabupaten jayapura. EnviroScienteae, 14(1), 8-15. E-ISSN: 2302-3708.
Hikmah, N. (2021). Analisis Kadar Ammonia (Nh3) Di Perairan Sekitar Pabrik Karet Daerah Banjarmasin Menggunakan Spektrofotometri Visible. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika (J-PhAM), 4(1), 20-30. ISSN: 2654-8364.
Irawan, A. (2019). Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran Dalam Kegiatan Penelitian Dan Pengujian. Indonesian Journal of Laboratory, 1(2), 1-9. ISSN: 2655 4887.
Kartika, N. K. S., Muliawan, I. W., & Rahadiani, A. S. D. (2018). Evaluasi Fungsi Saluran Drainase Terhadap Kondisi Jalan Gunung Rinjani Di Wilayah Kecamatan Denpasar
Barat. WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 2(1), 17-24. ISSN:
2597-7555.
Patri, M. Y. (2018). Penentuan Kadar Ammonia (NH3) pada Limbah Cair K-36 dalam Rangka Pengendalian Pencemaran Lingkungan. ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 2(2), 32-36.
Putri, L. E. (2017). Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan Metoda Spektroskopi UV Visible. Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, 3(1), 391-398. ISSN: 2477– 6181.
Putri, W. A. E. (2019). KONDISI NITRAT, NITRIT, AMONIA, FOSFAT DAN BOD DI MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN.(Similarity). ISSN:
2087-9423.
Rhaska, G., & Zainul, R. (2019). Analisis Molekular dan Transpor Ion Amonium Clorida.
Sulistia, S., & Septisya, A. C. (2019). Analisis Kualitas Air Limbah Domestik Perkantoran. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 12(1). E-ISSN: 2580-0442.
Sumarno, D., & Muryanto, T. (2016). Penentuan kandungan ammonia (N-NH3) berdasarkan hasil analisa kandungan ammonium (N-NH4) di daerah aliran sungai (DAS) Poso Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya dan Penangkapan, 13(2), 113-118.
Setianto, H., & Fahritsani, H. (2019). Faktor determinan yang berpengaruh terhadap pencemaran sungai musi kota Palembang. Media Komunikasi Geografi, 20(2), 186- 198.
Simanjuntak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair Merek “Lx” Dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi, 2(4).
Yohan, Y., Astuti, F., & Wicaksana, A. (2018). Pembuatan Spektrofotometer Edukasi Untuk Analisis Senyawa Pewarna Makanan. Chimica et Natura Acta, 6(3), 111-115. E- ISSN: 2541-2574.