• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIKUM ANALISIS PENCEMARA LINGKUNGAN

N/A
N/A
hanif saja

Academic year: 2023

Membagikan "PRAKTIKUM ANALISIS PENCEMARA LINGKUNGAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ANALISIS PENCEMARA LINGKUNGAN PERCOBAAN II

ANALISA ZAT PADAT

Disusun oleh:

Nama : Moch. Hanif Al Muttaqim

NIM : 09040521064

Kelas : H5B.3

Semester : 3

DOSEN PENGAMPU:

Ida Munfarida, M.Si, MT Shinfi Wazna Auvaria, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2022

(2)

PERCOBAAN II ANALISA ZAT PADAT 1. Tujuan Percobaan

1 . Menentukan kadar zat padat total, zat padat terlarut, dan zat padat terendapkan dalam sampel air.

2 . Menentukan kadar TVS (Total Volatile Solid), VDS (Volatile Dissolved Solid), VSS (Volatile Suspended Solid) dan Sludge Volume Index.

2. Dasar Teori

TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. Ion-ion penyebab TDS digolongkan kedalam dua kelompok diantaranya yaitu kelompok ion utama (sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, dan klorida) dan ion sekunder (besi, strontium, kalium, karbonat, nitrat, flourida, boron dan silika) (Husnah, 2018). TSS atau yang dikenal dengan nama Total Suspended Solid bersumber dari semua zat padat (pasir, lumpur dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik disuatu perairan (Agustian, dkk, 2020).

Total Dissolved Solid (TDS) atau padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi (Kustiyaningsih, dkk, 2020).

Bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter < 10-6 mm - < 10-3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm. Pengukuran total padatan (TS) terlarut dilakukan untuk menunjukkan total padatan dalam suatu sampel (air drainase alami/sungai) atau diperoleh dari pemisahan padatan dan cairan dengan pemanasan pada tempratur 105°C (Rijal, dkk, 2022). Jika padatan yang terdapat di dalam sampel (air drainase alami/sungai) dipanasakan pada suhu 550°C, maka sebagian dari padatan tersebut akan menguap yang disebut sebagai Total Volatile Solids (TVS) (Himma, 2017).

(3)

Volatile Dissolved Solids (VDS) adalah zat padat yang hilang sewaktu TDS dibakar pada suhu 550°C.

Sludge volume index (SVI) atau Index Volume Lumpur (IVL) merupakan parameter perhitungan volume dalam mililiter dimana menunjukkan nilai 1 gram suspensi setelah di endapkan selama 30 menit – 1 jam. Parameter ini biasanya digunakan untuk memonitor sifat dari lumpur aktif dan suspensi biologi lainnya yang ada dalam larutan.

IVL atau SVI ¿(Volume endapan(ml/l)x1000) padatan terendapkan(mg/l) mg/L 3. Prinsip Percobaan

1. Menentukan kadar zat padat total, zat padat terlarut, dan zat padat terendapkan dalam sampel air secara gravimetric. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.

2. Menentukan kadar TVS (Total Volatile Solid), VDS (Volatile Dissolved Solid), VSS (Volatile Suspended Solid) dan Sludge Volume Index secara gravimetri.

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.

4. Alat dan Bahan

1. Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini sebagai berikut:

 Cawan petri (3 buah)

 Gelas beaker (1 buah)

 Imhoof (1 buah)

 Cawan gooch (porselen) (3 buah)

 Corong (1 buah)

 Kertas saring (3 buah)

 Erlenmeyer (1 buah)

 Gelas ukur (1 buah)

 Oven (1 unit)

 Furnace (1 unit)

 Neraca analitik (1 unit)

 Batang pengaduk (1 Buah)

2. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini sebagai berikut:

(4)

 Sampel air drainase (1.5 Liter) 5. Skema Kerja

5.1 Analisa Total Solid (TS), Total Dissolved Solid (TDS), dan Total Suspended Solid (TSS)

 Disiapkan cawan petri

 Dioven cawan petri kosong (tanpa sampel) selama 1 jam dengan suhu 105o C

 Ditimbang berat kosong cawan petri setelah di oven

 Diukur sampel air drainase sebanyak 25 ml kedalam gelas beaker 100 ml dengan bantuan gelas ukur

 Dituang sampel air kedalam cawan petri yang telah diberi label TS

 Dipanaskan menggunakan bunsen selama beberapa saat untuk Mempercepat penguapan air sebelum dioven

 Dimaskkan kedalam oven kembali selama 1 jam dengan suhu 105o C

 Ditimbang massa cawan petri yang berisi sampel setelah sebelumnya didinginkan terlebih dahulu

 Disiapkan cawan petri

 Dioven cawan petri kosong (tanpa sampel) selama 1 jam dengan suhu 105o C

 Ditimbang berat kosong cawan petri setelah dioven

 Dituangkan air sampel hasil saringan TSS yang berada dalam erlenmeyer Kedalam cawan petri yang telah diberi label TDS

 Dipanaskan menggunakan bunsen selama beberapa saat untuk mempercepat penguapan air sebelum dioven

 Dimasukkan kedalam oven kembali selama 1 jam dengan suhu 105o C

 Ditimbang massa cawan petri yang berisi sampel sebelumnya didinginkan terlebih dahulu

 Disiapkan cawan petri yang diberikan kertas saring di atasnya Sampel Air Drainase

“Analisa TS”

Sampel Air Drainase

“Analisa TDS”

Sampel Air Drainase

“Analisa TSS”

(5)

 Dioven cawan petri dan kertas saring kosong (tanpa sampel) selama 1 jam dengan suhu 105o C

 Ditimbang berat kosong cawan petri dan kertas saring setelah di oven

 Diukur sampel air drainase sebanyak 25 ml kedalam gelas beaker 100 ml dengan bantuan gelas ukur

 Disaring air sampel dengan kertas saring kedalam erlenmeyer

 Dipindahkan kertas saring berisi padatan yang tidak dapat tersaring (filtrat) ke atas cawan petri yang telah diberi label TSS

 Dimasukkan kedalam oven kembali selama 1 jam dengan suhu 105o C

5.2 Analisa Total Volatile Solid (TVS), Volatile Dissolved Solid (VDS), dan Volatile Suspended Solid (VSS)

 Disiapkan cawan porselen

 Difurnace cawan porselen kosong (tanpa sampel) selama 1 jam dengan suhu 550o C kemudian tunggu suhu furnace turun menjadi 100o C terlebih dahulu saat akan mengambil

 Dioven cawan porselen kosong selama 30 menit dengan suhu 105o C

 Ditimbang berat kosong cawan porselen setelah di oven

 Diukur sampel air drainase sebanyak 25 ml kedalam gelas beaker 100 ml dengan bantuan gelas ukur

 Dituang sampel air kedalam cawan porselen yang telah diberi label TVS

 Dimasukkan kedalam furnace selama 1 jam dengan suhu 550o C

 Dimasukkan kedalam oven selama 30 menit dengan suhu 105o C

 Ditimbang massa cawan porselen yang berisi sampel sebelumnya didinginkan terlebih dahulu

 Disiapkan cawan porselen

 Difurnace cawan porselen kosong (tanpa sampel) selama 1 jam Hasil

Sampel Air Drainase

“Analisa TVS”

Sampel Air Drainase

“Analisa VDS”

(6)

 dengan suhu 550o C

 Dioven cawan porselen kosong selama 30 menit dengan suhu 105o C

 Ditimbang berat kosong cawan porselen setelah dioven

 Dituangkan air sampel hasil saringan VSS yang berada dalam erlenmeyer kedalam cawan porselen yang telah diberi label VDS

 Difurnace kembali cawan porselen yang telah berisi sampel air selama 1 jam

 Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105o C selama 30 menit

 Ditimbang massa cawan porselen yang berisi sampel sebelumnya Didinginkan terlebih dahulu

didinginkan terlebih dahulu

 Disiapkan cawan porselen yang diberikan kertas saring diatasnya

 Difurnace cawan porselen dan kertas saring kosong (tanpa sampel) selama 1 jam dengan suhu 550o C

 Dioven cawan porselen dan kertas saring kosong selama 30 menit dengan suhu 105o C

 Ditimbang berat kosong cawan porselen dan kertas saring setelah dioven

 Diukur sampel air drainase sebanyka 25 ml kedalam gelas beaker 100 ml dengan bantuan gelas ukur

 Disaring air sampel dengan kertas saring yang baru kedalam erlenmeyer

 Dipindahkan kertas saring berisi padatan yang tidak dapat tersaring (filtrat) Ke atas cawan porselen yang terlah diberi label VSS

 Difurnace kembali cawan porselen yang berisi kertas saring dan sampel selama 1 jam dengan suhu 550o C

 Dimasukkan kedalam oven kembali selama 30 menit dengan suhu 105o C

 Ditimbang massa cawan porselen yang berisi sampel sebelmnya didinginkan terlebih dahulu

5.3 Analisa Sludge Volume Index (SVI)

Sampel Air Drainase

“Analisa VSS”

Hasil

Sampel Air Drainase

“Analisa SVI”

(7)

 Dituangkan 1 L sampel air kedalam kerucut Imhoff

 Didiamkan selama 60 menit hingga suspensi pada sampel air mengendap

 Diamati endapan yang terbentuk pada dasar kerucut Imhoff

 Disaring endapan yang terbentuk dengan kertas saring

 Dioven endapan yang terbentuk selama 1 jam dengan suhu 105o C

 Ditimbang endapan yang telah dioven dengan neraca analitik

6. Tabel Pengamatan 6.1 Analisa TS No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah) 5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah) 8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit) 12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Memanaskan cawan porselen pada oven

Memasukkan cawan porselen pada oven dengan suhu 105oC selama satu jam.

3. Menimbang massa cawan porselen

Mengeluarkan cawan porselen pada oven, kemudian

ditimbang pada neraca analitik, diperoleh massa cawan porselen sebesar 44.7141 gram

Hasil

(8)

4. Memasukkan sampel air drainase

Mengukur sampel air drainase sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur, kemudian

masukkan ke dalam cawan porselen

5. Memanaskan sampel air drainase pada oven

Memasukkan sampel air drainase pada oven dengan suhu 105oC selama satu jam 6. Mengeluarkan sampel

air drainase

Mengeluarkan sampel air drainase pada oven, kemudian nyalakan bunsen dan uapkan sampel di atas bunsen

7. Menimbang massa sampel air drainase

Menimbang massa sampel menggunakan neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 44.7179 gram.

8. Hasil Menghitung nilai TS dengan

rumus Total padatan (mg/l) = (W1−W0)x1000

V

didapatkan nilai TS sampel air drainase sebesar 152mg/L

6.2 Analisa TDS No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah) 5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah) 8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit)

(9)

12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Memanaskan cawan porselen pada oven

Memasukkan cawan porselen pada oven dengan suhu 105oC selama satu jam.

3. Menimbang massa cawan porselen

Mengeluarkan cawan porselen pada oven, kemudian

ditimbang pada neraca analitik, diperoleh massa cawan porselen sebesar 48.8908 gram

4. Menyaring sampel air drainase

Mengukur sampel air drainase sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur, kemudian saring sampel menggunakan kertas saring. Masukkan air hasil saringan ke dalam cawan porselen

5. Memanaskan sampel air drainase pada oven

Memasukkan sampel air hasil saringan pada oven dengan suhu 105oC selama satu jam.

6. Mengeluarkan sampel air drainase

Mengeluarkan sampel air hasil saringan pada oven, kemudian nyalakan bunsen dan uapkan sampel di atas bunsen

7. Menimbang massa sampel air drainase

Menimbang massa sampel menggunakan neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 48.9078 gram.

8. Hasil Menghitung nilai TDS dengan

rumus Total padatan (mg/l) = (W1−W0)x1000

V

didapatkan nilai TDS sampel air drainase sebesar 680mg/L

6.3 Analisa TSS

(10)

No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah) 5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah) 8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit) 12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Memanaskan cawan porselen pada oven

Memasukkan cawan porselen pada oven dengan suhu 105oC selama satu jam.

3. Menimbang massa cawan porselen

Mengeluarkan cawan porselen pada oven, kemudian

ditimbang pada neraca analitik, diperoleh massa cawan porselen sebesar 53.7422 gram

4. Menyaring sampel air drainase

Mengukur sampel air drainase sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur, kemudian saring sampel menggunakan kertas saring. Masukkan air hasil saringan ke dalam cawan porselen

5. Memanaskan sampel air drainase pada oven

Memasukkan sampel air hasil saringan pada oven dengan suhu 105oC selama satu jam.

6. Mengeluarkan sampel air drainase

Mengeluarkan sampel air hasil saringan pada oven, kemudian nyalakan bunsen dan uapkan

(11)

sampel di atas bunsen 7. Menimbang massa

sampel air drainase

Menimbang massa sampel menggunakan neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 53.7421 gram.

8. Hasil Menghitung nilai TSS dengan

rumus Total padatan (mg/l) = (W1−W0)x1000

V didapatk

an nilai TSS sampel air drainase sebesar 76mg/L 6.4 Analisa TVS

No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah) 5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah) 8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit) 12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Memanaskan cawan porselen pada furnace

Memanaskan cawan porselen pada furnace dengan suhu 550oC selama satu jam.

Dimatikan furnace dan ditunggu selama satu jam lagi.

3. Memasukkan cawan porselen pada oven

Mengeluarkan cawan porselen dari furnace dan didinginkan sebentar, kemudian cawan porselen dimasukkan pada oven dengan suhu 105oC selama 30 menit.

(12)

4. Menimbang massa cawan porselen

Mengeluarkan cawan porselen pada oven, kemudian

ditimbang pada neraca analitik, diperoleh massa cawan porselen sebesar 44,8049 gram.

5. Memasukkan sampel air drainase

Mengukur sampel air drainase sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur, kemudian

masukkan ke dalam cawan porselen.

6. Memanaskan sampel air drainase pada furnace

Memanaskan sampel air drainase dalam cawan porselen pada furnace dengan suhu 550oC selama satu jam.

Dimatikan furnace dan ditunggu selama satu jam lagi.

7. Menimbang massa sampel air drainase

Menimbang massa sampel menggunakan neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 47,6393 gram

8. Hasil Menghitung nilai TVS dengan

rumus Total padatan (mg/l) = (W1−W0)x1000

V didapatk

an nilai TVS sampel air drainase sebesar 113.376 mg/L

6.5 Analisa VDS No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah) 5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah)

(13)

8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit) 12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Memanaskan cawan porselen pada furnace

Memanaskan cawan porselen pada furnace dengan suhu 550oC selama satu jam.

Dimatikan furnace dan ditunggu selama satu jam lagi.

3. Memasukkan cawan porselen pada oven

Mengeluarkan cawan porselen dari furnace dan didinginkan sebentar, kemudian cawan porselen dimasukkan pada oven dengan suhu 105oC selama 30 menit.

4. Menimbang massa cawan porselen

Mengeluarkan cawan porselen pada oven, kemudian

ditimbang pada neraca analitik, diperoleh massa cawan porselen sebesar 46,8822 gram.

5. Menyaring sampel air drainase

Mengukur sampel air drainase sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur, kemudian saring sampel air drainase

menggunakan kertas saring, masukkan air hasil saringan ke dalam cawan porselen

6. Memanaskan sampel air drainase pada furnace

Memanaskan sampel air hasil saringan dalam cawan porselen pada furnace dengan suhu 550oC selama satu jam.

Dimatikan furnace dan ditunggu selama satu jam lagi.

7. Menimbang massa sampel air drainase

Menimbang massa sampel menggunakan neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 46,8933 gram

8. Hasil Menghitung nilai VDS dengan

rumus Total padatan (mg/l) =

(14)

(W1−W0)x1000

V didapatk

an nilai VDS sampel air drainase sebesar 444 mg/L

6.6 Analisa VSS No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah) 5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah) 8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit) 12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Memanaskan cawan porselen pada furnace

Memanaskan cawan porselen pada furnace dengan suhu 550oC selama satu jam.

Dimatikan furnace dan ditunggu selama satu jam lagi.

3. Memasukkan cawan porselen pada oven

Mengeluarkan cawan porselen dari furnace dan didinginkan sebentar, kemudian cawan porselen dimasukkan pada oven dengan suhu 105oC selama 30 menit.

4. Menimbang massa cawan porselen

Mengeluarkan cawan porselen pada oven, kemudian

ditimbang pada neraca analitik, diperoleh massa cawan porselen sebesar 39,0875 gram.

(15)

5. Menyaring sampel air drainase

Mengukur sampel air drainase sebanyak 25 ml menggunakan gelas ukur, kemudian saring sampel air drainase

menggunakan kertas saring, masukkan air hasil saringan ke dalam cawan porselen

6. Memanaskan sampel air drainase pada furnace

Memanaskan sampel air hasil saringan dalam cawan porselen pada furnace dengan suhu 550oC selama satu jam.

Dimatikan furnace dan ditunggu selama satu jam lagi.

7. Memasukkan sampel suspensi air drainase pada oven

Mengeluarkan sampel suspensi air drainase dari furnace dan didinginkan sebentar,

kemudian sampel dimasukkan pada oven dengan suhu 105oC selama 30 menit.

8. Menimbang massa sampel suspensi air drainase

Menimbang massa sampel menggunakan neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 41,9159 gram.

9. Hasil Menghitung nilai VSS dengan

rumus Total padatan (mg/l) = (W1−W0)x1000

V didapatk

an nilai VSS sampel air drainase sebesar 113.136 mg/L

6.7 Analisa Sludge Volume Index No

. Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar

1. Menyiapkan alat dan bahan

Alat :

1. Cawan petri (3 buah) 2. Gelas beaker (1 buah) 3. Imhoof (1 buah) 4. Cawan porselen (3 buah)

(16)

5. Corong (1 buah) 6. Kertas saring (3 buah) 7. Erlenmeyer (1 buah) 8. Gelas ukur (1 buah) 9. Oven (1 unit) 10. Furnace (1 unit) 11. Neraca analitik (1 unit) 12. Batang pengaduk (1buah) Bahan :

1. Sampel air drainase (1,5 Liter)

2. Menuangkan sampel air drainase

Menuangkan sampel air drainase ke dalam kerucut Imhoff sebanyak 1000 ml.

3. Mengendapkan sampel air drainase

Mendiamkan sampel air drainase dalam kerucut imhoof selama 60 menit hingga padatan pada sampel dapat terendapkan. Setelah itu dicatat volume zat padat yang terendapkan yaitu 12 ml/L 4. Menimbang cawan

petri dan kerta saring

Menimbang cawan petri beserta kertas saring kosong pada neraca analitik,

didapatkan massa cawan petri dan kertas saring sebesar 50,7835 gram

5. Menyaring padatan sampel air drainase

Menuangkan sampel air dalam kerucut Imhoff sedikit demi sedikit hingga menyisakan 100 ml, kemudian saring padatan dalam sisa sampel air

menggunakan kertas saring.

Letakkan kertas saring yang berisi zat padat pada cawan petri.

6. Memanaskan padatan sampel pada oven

Memanaskan padatan sampel hasil saringan pada oven selama 1 jam dengan suhu 105o C.

7. Menimbang padatan Mengeluarkan sampel dalam

(17)

sampel yang telah dioven

oven, kemudian timbang sampel pada neraca analitik, diperoleh massa sampel sebesar 52,5078 gram

8. Hasil Menghitung nilai SVI dengan

rumus IVL = Volume endapan (ml/l) � 1000 padatan

terendapkan (mg/l) mg/L Didapatkan nilai SVI sampel air drainase sebesar 6,96 mg/L

7. Hasil dan Pembahasan

Praktikum ini dilakukan dengan standar keselamatan kerja seperti, memakai jas lab, sepatu, dan masker. Dilaksanakan di Gedung laboratorium terintegerasi FST UINSA pada tanggal 05 Desember 2022 pukul 09.20 WIB. Percobaan kedua mengenai analisa zat padat. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar zat padat total, zat padat terlarut dan zat padat terendapkan dalam sampel yang di uji yaitu air drainase, bertujuan untuk menganalisa TS, TSS, TDS, TVS, VDS, dan VSS dengan desain pengendapan primer, sistem lumpur aktif, pengendapan sekunder, pengolahan lumpur pada pengolahan sampel yang di uji dan hasil penimbangan Sludge Volume Index dilakukan secara gravimetri atau penimbangan hasil reaksi pengendapan.

Dalam metode analisa zat padat, pengertian zat padat total adalah semua zat- zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang dapat bersifat organik dan anorganik (Aji, dkk, 2017).

Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar berkabonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total. Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti pada tabel dibawah ini:

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm) Ukuran Diameter (mm)

(18)

1. Padatan terlarut 2. Koloid

3. Padatan tersuspensi

< 10-3 10-3 – 1

>1

< 10-6 10-6 - 103

>10-3 (Anonim, 2012)

Zat padat tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organik anorganik. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut analisa volum lumpur, dan dapat melalui beratnya disebut analisa lumpur kasar atau umumnya disebut zat padat terendap (setteable solids).

Zat padat tersuspensi (TSS) adalah semua zat padat (pasir, lumpur dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel anorganik lain (Reno, dkk, 2022). Material padatan tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi heterogen, yang berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Jiyah, dkk, 2017). Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi dipengaruhi oleh masuknya yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena tersuspensi endapan akibat pengikisan (Intan, dkk, 2019).

Di dalam air buangan mengandung banyak zat organik dan anorganik, larut dan tidak larut, misalnya koloid atau merupakan suspensi yang tidak larut. Semua ini ditentukan sebagai tingkat yang solid. Ada berbagai jenis padatan yang dimaksudkan, antara lain (Alaerts, dkk, 1987 dan Raditieas, dkk, 2019):

1. TS (Total Solids)

TS adalah zat padat total/residu total setelah sampel limbah cair dikeringkan pada suhu 105 C yang bertujuan untuk mengetahui parameter mutu air.

2. TSS (Total Suspended Solids)

TSS adalah zat padat tersuspensi dimana sampel disaring dengan kertas filter, filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan pada suhu

(19)

105° C selama 2 jam

3. VSS (Volatile Suspended Solids)

VSS adalah zat padat yang hilang sewaktu TSS dibakar pada suhu 550° C

4. TDS (Total Dissolved Solids)

TDS adalah zat padat terlarut/residu terlarut dimana sampel disaring dengan kertas filter, cairan yang lolos dikeringkan pada suhu 105° C hingga garam mengendap

5. VDS (Volatile Dissolved Solids)

VDS adalah zat padat yang hilang pada waktu TDS dibakar pada suhu 550° C

6. TVS (Total volatile solid)

TVS merupakan seluruh partikel-partikel padat pada limbah cair yang menguap apabila dipanaskan pada suhu 550°C selama dua jam.

Analisis zat padat penting dilakukan bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap juga untuk perencanaan serta pengawasan proses pengolahan dalam bidang air minum maupun air buangan (drainase) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Novaldi, dkk, 2021).

Praktikum diawali dengan menyiapkan alat & bahan. Alat & bahan yang digunakan yaitu cawan petri, gelas beaker, imhoof, cawan gooch, corong, kertas saring, erlenmeyer, gelas ukur, oven, furnace, neraca analitik, batang pengaduk, sampel air drainase.

Untuk prosedur pertama yaitu analisa zat padat tersuspensi ialah diawali dengan memasukkan 3 cawan petri ke dalam oven selama 1 jam kemudian setelah itu ditimbang melalui neraca analitik dimana hasil penimbangan dinyatakan sebagai W0

atau Berat Awal.

Parameter Uji W0 (gram)

TS 44,7141

TDS 48,8908

TSS 53,7422

Setelah penimbangan awal kemudian setiap cawan petri diberi label, untuk label 1 adalah TS, label 2 adalah TDS, dan label 3 adalah TSS. Tuangkan sampel air

(20)

drainase sebanyak 25 ml kedalam cawan petri 1, selanjutnya saring sampel air 25 ml dengan bantuan corong dan kertas saring, kemudian tuangkan air hasil saringan kedalam label 2, dan taruh filtrat/hasil saringan pada kertas saring di cawan petri 3.

Setelah itu, dipanaskan di oven kembali dengan suhu 105°C selama 1 jam. Setelah dilakukan pemanasan, sebagai catatan jikalau setelah 1 jam di oven ternyata di cawan petri masih terdapat air maka lakukan extend time atau penambahan waktu pemanasan sampai air hingaa lenyap atau menguap di cawan petri karena yang diperlukan untuk parameter ialah hanya zat padat sehingga fase air harus hilang di cawan petri (Tarumingkeng, 2019). Setelah air pada cawan petri sudah tidak ada maka keluarkan cawan petri dari oven dan diamkan hingga suhu ruang, kemudian dilakukan penimbangan kembali dimana hasil penimbangan ini disebut sebagai W1 atau Berat akhir (Berat sampel setelah pengovenan).

Parameter Uji W0 (gram) W1 (gram)

TS 44,7141 44,7179

TDS 48,8908 48.9078

TSS 53,7422 53,7441

Untuk Langkah selanjutnya ialah perhitungan Nilai TS, TDS, dan TSS dari sampel air dimana untuk rumusnya sebagai berikut :

Nilai Parameter=

(

W1+W0

)

x1000

V mg/L

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan Nilai dari masing-masing parameter Uji dengan volume sampel uji V = 25ml.

Parameter Uji W0 (gram) W1 (gram) Nilai (mg/L)

TS 44,7141 44,7179 152

TDS 48,8908 48.9078 680

TSS 53,7422 53,7441 76

Selanjutnya untuk prosedur kedua yaitu analisa zat padat volatile ialah pertama memasukkan 3 cawan porselen ke dalam furnace selama 1 jam dengan suhu 550°C kemudian setelah itu memasukkan ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu 105°C, lalu ditimbang melalui neraca analitik dimana hasil penimbangan dinyatakan sebagai W0 atau berat awal.

Parameter Uji W0 (gram)

(21)

TVS 44,8049

VDS 46,8822

VSS 39,0875

Setelah penimbangan awal kemudian setiap cawan porselen diberi label, untuk label 1 adalah TVS, label 2 adalah VDS, dan label 3 adalah VSS. Tuangkan sampel air drainase sebanyak 25 ml kedalam cawan porselen 1, selanjutnya saring sampel air 25 ml dengan bantuan corong dan kertas saring, kemudian tuangkan air hasil saringan kedalam label 2, dan taruh filtrat/hasil saringan pada kertas saring di cawan porselen 3.

Kertas saring dan residu hasil analisa zat padat tersuspensi diatas, dimasukkan di cawan porselen yang akan dipanaskan ke dalam furnace selama 1 jam dengan suhu 550°C, setelah itu didinginkan sebentar kemudian masukkan pada oven selama 30 menit dengan suhu 105°C, kemudian dilakukan penimbangan kembali dimana hasil penimbangan ini disebut sebagai W1 atau Berat akhir (Berat sampel setelah furnace dan oven).

Parameter Uji W0 (gram) W1 (gram)

TVS 44,8049 47,6393

VDS 46,8822 46,8933

VSS 39,0875 39,0875

Untuk Langkah selanjutnya ialah perhitungan Nilai TVS, VDS, dan VSS dari sampel air dimana untuk rumusnya sebagai berikut :

Nilai Parameter=

(

W1+W0

)

x1000

V mg/L

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan Nilai dari masing-masing parameter Uji dengan volume sampel uji V = 25ml.

Parameter Uji W0 (gram) W1 (gram) Nilai (mg/L)

TVS 44,8049 47,6393 113.376

VDS 46,8822 46,8933 444

VSS 39,0875 39,0875 113.136

Untuk prosedur yang ketiga ialah anlisa sludge volume index, analisa ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik pengendapan lumpur dalam tangki aerasi dari proses lumpur aktif. Dimana hal itu diperkenalkan oleh Mohlman pada tahun 1934, dan telah menjadi salah satu ukuran standar karakteristik fisik proses lumpur aktif. SVI sering digunakan untuk menilai apakah masalah kinerja proses

(22)

terkait dengan proliferasi organisme berfilamen bermasalah yang menyebabkan pengendapan yang buruk dalam proses klarifikasi sekunder (Jenkin dkk, 1993).

Prosedurnya diawali dengan menuangkan sampel air drainase sebanyak 1 Liter ke dalam kerucut Imhoff dan tunggu selama 60 menit sebagai proses pengendapan/sedimentasi. Setelah 60 menit, catat nilai hasil endapan yang terbentuk dengan melihat kerucut Imhoff dimana setiap garisnya mewakili 1ml/L atau 1 gram endapan yang terbentuk dan catat sebagai volume endapan. Setelah itu, saring endapan terbentuk dengan kertas saring, setalah itu lakukan pemanasan terhadap fltrat atau hasil saringan di kertas saring dengan suhu 105°C selama 30 menit, setelah itu timbang filtrat dengan neraca analitik dan catat hasil penimbangan sebagai berat padatan.

Setelah hasil volume padatan dan berat padat didapatkan yakni volume endapan 12ml/L dan berat endapan 1,7243 gram/L atau 1724,3 mg/L , menghitung nilai SVI dengan rumus perhitungan berikut :

IVL atau SVI ¿(Volume endapan(ml/l)x1000) padatanterendapkan(mg/l) mg/L IVL atau SVI ¿(12ml/L x1000)

17243,3mg/L mg/L IVL atau SVI ¿6,96mg/L

Didapatkan hasil SVI 6,96 mg/L dimana nilai tersebut tergolong baik karena menurut standar baku nilai SVI air yang baik tidak melebihi 150mg/L jika melebihi standar baku akan memperlambat proses pengendapan lumpur aktif pada proses Oxidation Ditch di IPAL (Luo dkk, 2020).

8. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum analisa zat padat :

8.1 Menentukan kadar zat padat total, zat padat terlarut, dan zat padat terendapkan dalam sampel air drainase dengan cara pemisahan zat padat atau pengeringan dalam oven dengan suhu 105˚C selama 1 jam dan didapatkan nilai zat padat dalam mg/L. Didapatkan nilai Total Solid (TS) pada sampel air drainase sebesar 152 mg/L. Didapatkan nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada sampel air drainase sebesar 680 mg/L. Didapatkan nilai Total Suspended Solid (TSS) pada sampel air

(23)

drainase sebesar 76 mg/L, dimana niali TDS dan TSS yang melebihi baku mutu Air kelas 2 dimana TDS 500mg/L dan TSS 50mg/L sehingga sampel air ini sudah termasuk kategori air kelas 3 berdasarkan perturan Menkes No 416/menkes/per/ix/1990.

8.2 Menentukan kadar TVS (Total Volatile Solid), VDS (Volatile Dissolved Solid), VSS (Volatile Suspended Solid) dengan cara pemisahan zat padat atau pengeringan dalam furnace dengan suhu 550˚C selama 1 jam dan dioven dengan suhu 105˚C selama 30 menit dan didapatkan nilai volatile solid dalam mg/L dan SVI (Sludge Volume Index) dengan cara pengendapan dalam Imhoff cone.

Didapatkan nilai TVS (Total Volatile Solid) pada sampel air drainase sebesar 113.376 mg/L. Didapatkan nilai VDS (Volatile Dissolved Solid) pada sampel air drainase sebesar 444 mg/L. Didapatkan nilai VSS (Volatile Suspended Solid) pada sampel air drainase sebesar 113.136 mg/L. Didapatkan nilai SVI (Sludge Volume Index) pada sampel air drainase sebesar 6,96 mg/L, dimana nilai tersebut tergolong baik karena menurut standar baku nilai SVI air yang baik tidak melebihi 150mg/L jika tidak melebihi standar baku akan memperlambat proses pengendapan lumpur aktif pada proses Oxidation Ditch di IPAL.

9. Daftar Pustaka

Agustian, A., Rifardi, R., & Elizal, E. ANALYSIS OF SEDIMENTATION RATES IN THE ESTUARY WATERS OF THE BOKOR RIVER, KEPULAUAN MERANTI DISTRICT, RIAU PROVINCE. Berkala Perikanan Terubuk, 48(3), 558-567. 2020.

ISSN:2654-2714.

Anonim (2012). BUKU AJAR ANALISIS AIR. Dr. I Made Gunamantha & Dr. rer. nat. I Gusti Ngurah Agung Suryaputra. UNDIKSHA PRESS. 1-110.

Aji, A. S., & Marleni, N. N. N. (2017). BUKU Studi Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Magelang. Unimma Press. ISBN: 978-602- 53981-2-4. Hal 1-77.

Alaerts, G. ; Santika, Sri Sumestri. Buku Metode Penelitian Air 1987. Hal 1-307.

Angrianto, N. L., Manusawai, J., & Sinery, A. S. (2021). Analisis Kualitas Air Lindi dan Permukaan pada areal TPA Sowi Gunung dan Sekitarnya di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Cassowary, 4(2), 221-233. ISSN: 2614-8900.

(24)

Himma, N. F. (2017). Buku Perlakuan Fisika-Kimia Limbah Cair Industri. Universitas Brawijaya Press. ISBN: 978-602-432-417-9.

Husnah, H. (2018). Pengaruh Proses Koagulasi dengan Koagulan Pac dan Sodium Alginate pada Hasil Filtrasi Air Sungai Musi. Jurnal Redoks, 2(1), 12-21.

Jiyah, J., Sudarsono, B., & Sukmono, A. (2017). Studi distribusi total suspended solid (TSS) di perairan pantai Kabupaten Demak menggunakan citra landsat. Jurnal Geodesi Undip, 6(1), 41-47.

Jenkins, David; Richards, Michael G.; Daigger, Glen T. (1993). Manual on the Causes and Control of Activated Sludge Bulking and Foaming (2nd ed.). Michigan, USA: Lewis Publishers. p. 15. ISBN 0873718739.

Kustiyaningsih, E., & Irawanto, R. (2020). Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) Dalam Fitoremediasi Deterjen Dengan Tumbuhan Sagittaria lancifolia. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 7(1), 143-148. E-ISSN: 2549-9793.

Intan Ratna, P. Budjiono., Eko,. Purwanto (2019). KANDUNGAN MUATAN PADATAN TERSUSPENSI DI PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Jurnal.

Rijal, M., Satriyo, P., & Hartuti, S. (2022). Pengaruh Jumlah Lubang Perforasi Dan Lama Penyimpanan Terhadap Warna Dan Total Padatan Terlarut Cabai Merah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 7(1). E-ISSN: 2614-6053.

Luo, Y., Yao, J., Wang, X., Zheng, M., Guo, D., & Chen, Y. (2020). Efficient municipal wastewater treatment by oxidation ditch process at low temperature: Bacterial community structure in activated sludge. Science of The Total Environment, 703, 135031.

Raditieas, R. M., Ruhmawati, T., Ardiani, Y., & Prijanto, T. B. (2019). PERBEDAAN WAKTU OPERASIONAL AERATOR LUMPUR AKTIF TERHADAP KADAR BOD, DO, SVI LIMBAH CAIR INDUSTRI SUSU. JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, 11(2), 135-141.

Rachman, R. A., & Wibowo, M. (2022). Kajian Sedimen Tersuspensi di Muara Sungai Jelitik untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sungailiat, Kabupaten Bangka. Buletin Oseanografi Marina, 11(3), 255-262. E-ISSN: 2550-0015.

(25)

Tarumingkeng, A. (2019). Analisa Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Tss) Pada Muara Sungai Di Teluk Manado. CHEMISTRY PROGRESS, 3(2).

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 1 g sampel mi gandum utuh yang disukai ditimbang dengan tepat dalam cawan yang telah diketahui bobot kosong tersebut, lalu dikeringkan dalam oven pengering suhu 105 o C

Didinginkan cawan penguap selama 15 menit di dalam desikator. Dimasukkan cawan berisi sampel ke oven pada suhu 103-105 o C selama

Cawan dipanaskan di dalam oven pada suhu 110 o C selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit sebelum ditimbang (X 1 ).. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 g

Cawan yang berisi sampel didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (B2).. Cawan dikeringkan dalam oven dengan suhu 100-105 o C selama 30 menit atau sampai

Cawan petri II, diameter zona hambat yang terbentuk pada area kertas saring ekstrak daun sirsak sebesar 12 mm, zona hambat yang terbentuk pada area kertas

Kertas saring (filter) dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada temperatur 550°C, didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang (B mg). Sebanyak 100 ml air sampel diambil dengan

Kertas saring yang berisi sampel disumbat dengan kapas, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80ºC, ± 1 jam dan dimasukkan ke dalam alat.3. 18 Sokhlet yang telah

Cawan porselen berisi filtrat serbuk sampel dipanaskan didalam oven pada suhu 105° kemudian ditimbang hingga mencapai berat konstan, lalu kadar sari larut etanol dihitung Kadar sari