PRESPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DARI HISTORIS DAN YURIDIS
Oleh:
Fakultas
ABSTRAK
Hakekatnya manusia memiliki hak sejak lahir. Hak tersebut dapat dikenal sebagai Hak Asasi Manusia. Karena, pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas. Kebebasan mengeluarkan pendapat, bebas berekspresi, bebas berserikat, dan berkumpul. Kebebasan mengeluarkan pendapat di Indonesia sudah ada dan dilindungi oleh konstitusi. Akan tetapi kekebasan tersebut harus sesuai aturan hukum dan norma yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun manusia memiliki kebebasan, tetapi wajib mengetahui kebebasan tersebut dengan hak yang sudah diatur dalam hukum ataupun konstitusi. Dalam hal ini, tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu untuk memberikan informasi tentang Hak Asasi Manusia dari sudut pandang hukum serta teoritis tentang Hak Asasi Manusia.
Hasil yang diharapkan dalam ilmiah ini untuk kedepannya masyarakat di Indonesia lebih mengetahui tentang Hak Asasi Manusia serta yudiris yang berlaku di Indonesia.
Kata Kunci : HAM, Historis, Yuridis.
ABSTRACT
In essence, humans have rights from birth. These rights can be known as Human Rights. Because, basically humans are free creatures. Freedom to express opinions, freedom of expression, freedom of association and assembly. Freedom of expression in Indonesia already exists and is protected by the constitution.
However, this freedom must be in accordance with existing legal rules and norms. This shows that even though humans have freedom, they are obliged to know that this freedom is related to the rights that have been regulated in law or the constitution. In this case, the aim of this scientific research is to provide information about Human Rights from a legal and theoretical perspective regarding Human Rights. The expected results of this scientific research are that in the future the people in Indonesia will know more about human rights and the jurisprudence that applies in Indonesia.
Keywords: Human Rights, Historical, Juridical.
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum yang artinya segala aspek kehidupan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia bersumber dengan hukum ataupun konstitusi. Segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan turunannya bahwa hal itu harus di lakukan. Pada dasarnya konsep konstitusi di Indonesia memuat 3 materi pokok. Muatan 3 materi pokok tersebut yaitu, jaminan Hak Asasi Manusia dan warganya, ditetapkannya susunan ketatanegaraan yang sifatnya fundamental, serta pembagian dan pembatasan tugas ketatatengaraan yang bersifat fundamental. Akan tetapi, konsep negara hukum pada dasarnya mewakili gagasan perlindungan Hak Asasi Manusia sebagai salah satu elemen terpentingnya.
Tiap-tiap manusia memiliki hak yang sama dimanapun dan hal tersebut sudah ada sejak lahir di dunia. Hak bagi tiap orang sama tanpa memandang kasta, etnis, warna kulit, ataupun asal usul. Semua orang pada dasarnya adalah makhluk yang sama, apapun penampilan atau pun latar belakang. Sebagai sesama makhluk dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia memerlukan kebijakan yang mengakui bahwa semua orang adalah setara dan mempunyai hak yang sama. Sehingga, setiap orang dapat merasakan keadilan tanpa saling menindas.
Setiap orang mempunyai ego yang berbeda-beda, dan ego tersebut dapat menyebabkan sifat-sifat buruk yang ada pada diri orang tersebut juga. Sebab itulah, lahirlah kebijakan yang mengatur hak dan kewajiban sesama warga negara guna mencapai cita-cita keadilan yang setara bagi negara Indonesia.
Keberadaan konstitusi menjamin terjaminnya hak asasi manusia yang merupakan cita-cita konstitusi.
Pemikir besar Rusia Nicolai Alexandrenovict Berdyaev, manusia memang makhluk soaial, namun hidupnya tidak boleh semata-mata diabadikan untuk kelompok. Hidup dalam kelompok akan bermakna apabila kelompok mampu menambah kualitas kehidupan pribadi manusia, (Fuad Hasan, 1989, 87-88).
Konsep HAM mempunyai spektrum yang luas. Di satu sisi ada pemikiran liberalis yang mendasarkan diri pada individualisme, di sisi lain berkembang penolakan HAM dan kebebasan pada pemikiran sosialisme yang menekankan kepentingan bersama dan negara. Hal ini yang sering kali manusia melanggar batasan-batasan tersebut tanpa tau adanya pelanggaran yang akan merugikan manusia lain.
Manusia yang melanggar batasan-batasan tersebut dapat dikatakan pelanggaran HAM. Pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan sering kali menimbulkan konsenkuensi negatif secara fisiki, psikologis, dan sosial bagi korban dan masyarakat secara keseluruhan. Salah satu contoh yang melanggar pelanggaran HAM yaitu penghilangan orang atau kasus pembunuhan yang dulu viral dilakukan oleh pihak aparatur hukum. Oleh karena itulah, Hak Asasi Manusia sangat penting dan dimuat dalam yuridis. Dengan ada nya Hak Asasi Manusia dapat memberikan sanksi bagi yang melanggar dan memberikan perlindungan hukum bagi setiap manusia. Dikarenakan Hak Asasi Manusia memainkan peran penting dalam menjamin kesetaraan antar manusia tanpa memandang ras, agama, gender atapun faktor lainnya. Hak Asasi Manusia melarang diskriminasi dan menjamin perlindungan dari perlakuan yang tidak adil ataupun tidak setara.
Berdasarkan latar belakang di atas, ini lah yang melatarbelakangi kepenulisan ilmiah, dikarenakan masih banyak yang melanggar Hak Asasi Manusia yang ada pada seseorang. Akan tetapi orang-orang yang melanggar tidak tau perspektif sejarah dan hukum yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia baik hukum nasional maupun hukum internasional. Dengan adanya penulisan ilmiah ini, diharapkan bahwa masyarakat di Indonesia tidak akan berani melakukan ataupun melanggar batasan-batasan tersebut, sehingga tidak akan merugikan orang lain ataupun susunan tatanan sosial di Indonesia. Tujuan karya ilmiah ini adalah memberikan gambaran objektif untuk memperoleh gambaran awal tentang hak asasi manusia dalam kerangka hukum (analisis hukum dan sejarah atau perpesktif historis dan yuridis).
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia
(Hidayat, 2016) lahirnya hak asasi manusia diawali dengan lahirnya Magna Carta. Ide pengembangan Dokumen Internasional muncul dari konteks Perang Dunia yang melibatkan banyak pihak di seluruh dunia dan di mana hak asasi manusia diinjak-injak pada saat itu. Perang Dunia I dan II memberikan semangat baru dalam perdebatan global mengenai hak asasi manusia dengan dideklarasikannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) oleh negara-negara anggota PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Sebelum deklarasi bahwa terdapat beberapa instrumen yang mendahului hak asasi manusia yang universal.
(Arifin & Lestari, 2019) perlindungan hak asasi manusia tentunya merupakan cerminan atau perwujudan sila kedua Pancasila: kemanusiaan yang adil dan beradab. Penegakan hak asasi manusia bukan hanya menjadi tanggung jawab aparatur sipil negara saja, namun harus dilaksanakan dan dilaksanakan oleh seluruh warga negara Indonesia. Secara historis, telah ada upaya jangka panjang untuk mengatasi masalah kemanusiaan di seluruh dunia. Segala pemikiran yang berkembang memperkuat citra diri seseorang, yaitu sikapnya terhadap pentingnya kemandirian dan kebebasan.
(Jurnal et al., 2023) awal mula terjadi nya hak asasi manusia pada masa pemerintahan orde lama mengacu pada rezim yang dipimpin Presiden Sukarno pada tahun 1945 hingga 1967. Pada periode ini terjadi peristiwa-peristiwa pelanggaran hak asasi manusia dan juga diambil tindakan-tindakan yang dianggap menguntungkan Sukarno. Soekarno yang sejak kecil menganut pendirian bahwa kekuasaan rakyat Indonesia bertumpu pada kombinasi kekuatan Idiologi Nasionalisme, Islamisme dan Komunisme, yang kemudian mengkeristalkanya dalam doktrin Nasakom yang meresapi hampir seluruh kebijakan pemerintahan setelah Soekarno menjadi Presiden ditinjau dari konteks sejarah, obsesi presiden Soekarno mengenai paradigma Nasakom. Pendiriannya dalam hal ini yang sedemikian kuatnya, sehingga amat sukar bagi Soekarno untuk menerima kenyataan bahwa terdapat banyak indikasi yang menunjukan bahwa partai yang dipuji-pujinya itu di duga keras berada dibalik rangkaian kekerasan massa antara tahun 1959-1965 dan juga merancang pembunuhan beberapa pimpinan TNI angkatan darat pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965.
Arus reformasi yang bergulir di indonesia pada tahun 1998 yaitu ditandai dengan
runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun, telah membuka koridor bagi penegak hukum dan hak asasi manusia.
2. Pengertian Hak Asasi Manusia
(Meliana, 2019) Hak Asasi Manusia mewakili sekelompok hak yang bersifat normatif atau hukum. Sifat normatif ditandai dengan adanya landasan hukum internasional yang mengatur hak asasi manusia. Standar hak asasi manusia yang terkandung dalam instrumen hak asasi manusia internasional juga menetapkan kewajiban negara untuk melindungi dan menjamin hak asasi manusia setiap individu. Sejak berdirinya Pengadilan Kriminal Internasional (dikenal sebagai Pengadilan Nuremberg) di Nuremberg setelah Perang Dunia II, konsep tugas negara untuk menyelidiki dan menghukum pelaku kejahatan internasional yang serius seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan telah berkembang secara internasional, serta kejahatan perang yang juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
(HAM, 1999) hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang diberikan oleh negara, undang-undang, pemerintah, dan semua pihak lainnya. Ini didefinisikan sebagai kehormatan dan perliundungan dari anugerah Tuhan untuk dihormati, dipelihara dan harga diri manusia.
(Nurdin dan Athahira, 2016) menyatakan ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian dan definisi hak asasi manusia dapat disimak sebagai berikut:
1. John Locke
Hak asasi manusia adalah hak-hak alamiah manusia, seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik.
2. Eleanor Roosevelt
HAM adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yg melekat pada esensinya sebagai manusia.
3. Peter R. Baehr
HAM adalah hak-hak dasar yang sudah ada dalam diri setiap manusia yang dapat digunakan untuk perkembangan dirinya. Hak-hak ini bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.
4. Miriam Budiardjo
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki, dilahirkan, dan diperoleh serta dihasilkan oleh keberadaan seseorang dalam masyarakat. Hak ini bersifat mendasar dan universal dan oleh karena itu berlaku bagi semua orang tanpa membedakan bangsa, ras, agama, golongan atau gender. Dasar dari semua hak asasi manusia adalah setiap orang harus diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
5. Austin Ranney
HAM adalah sebuah ruang kebebasan yang dimiliki individu, sudah diatur dan dirumuskan dalam suatu konstitusi hukum dan dijamin ditegakkan oleh suatu negara atau pemerintahan.
Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrat, universal dan abadi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diganggu gugat dan diabaikan oleh siapapun.
(Implementasi Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945 - Google Books, n.d.) Sudi (2016) hak asasi manusia yang dikenal sebagai hak paling mendasar ternyata mempunyai penegrtian yang bermacam-macam menurut para ahli. Hal ini disebabkan oleh latar belakang hidup yang berbeda-beda. Namun demikian, tidak mengurangi arti pokoknya, yaitu hak yang sangat mendasar. Berikut ini menurut pendapat para ahli antara lain:
1. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Hak asasi manusia adalah suatu hak yang mendasar atau juga hak asasi. Hak- hak yang dipunyai pada tiap-tiap manusia tersebut dengan berdasarkan kodratnya yang pada hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat suci.
2. Prof. Mahfud M.D
Hak asasi manusia ialah hak yang sudah ada dan melekat pada martabat tiap manusia, dimana hak ini sudah dibawa sejak lahir ke dalam dunia sehingga pada dasarnya hak ini bersifat kodrat.
3. Prof. Muladi, S.H.
Hak asasi manusia merupakan segala hak pokok atau juga hak dasar yang sudah melekat pada diri manusia di dalam kehidupannya.
4. Porf. Oemar Seno Adji, S.H.
hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada setiap martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat tidak boleh dilanggar oleh siapapun itu
(Riski, 2023) tujuan utama adanya hak asasi manusia yaitu melindungi harkat dan martabat setiap individu tanpa diskriminasi serta menjaga keseimbangan kekuasaan antara negara dan masyarakat. Berikut beberapa tujuan utama dari HAM antara lain:
1. Perlindungan martabat manusia
Hak asasi manusia bertujuan untuk melindungi martabat manusia, yang harus diakui dan dihormati oleh setiap orang tanpa kecuali. Hak asasi manusia menjamin hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak atas perlakuan yang adil dan setara di bawah hukum.
2. Penghormatan terhadap kebebasan individu
Hak asasi manusia adalah hak setiap individu untuk mengekspresikan dirinya, menjadi beragam, untuk beribadah, dan untuk memilih karirnya bebas dari pengaruh atau tekanan orang lain. HAM juga melindungi hak untuk berkumpul dan berorganisasi untuk mengekspresikan pandangan dan keinginan bersama.
3. Jaminan perlindungan hukum
HAM menjamin hak atas perlakuan yang adil dan setara di hadapan hukum.
Setiap individu harus dianggap tidak bersalah sampai terbukti sebaliknya dan harus diadili secara adil.
3. Aturan Hukum Hak Asasi Manusia
(Manan, 2019) Indonesia menjadi negara yang lebih legal pasca pemerintahan otoriter militer Soeharto yang demokratis dan semakin berkembang dengan peradaban hak asasi manusia (HAM) yang lebih baik. Setidaknya hal ini tercermin dari masuknya nilai-nilai hak asasi manusia dalam konstitusi kita, khususnya sebagaimana tertuang dalam Bab X Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Pasal-pasal tersebut sebenarnya menunjukkan arah perubahan peradaban kita yang lebih menghargai hak asasi manusia dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, beberapa perjanjian hukum internasional di bidang hak asasi manusia telah diratifikasi, termasuk dua perjanjian penting, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. ICCPR), pada tahun 2015 berdasarkan undang-undang no. 11 dan 12 tahun 2015. Sebelumnya, pemerintah dan DPR telah meratifikasi dua konvensi penting, yaitu Konvensi Menentang Penyiksaan dan lain-lain. Perlakuan atau Hukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia (diratifikasi dengan UU No. 5 Tahun 1998) dan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD) (diratifikasi dengan UU No. 29 Tahun 1999). Tentu saja peraturan perundang-undangan tersebut mengikuti proses reformasi hukum dengan lebih menghormati hak asasi manusia, apalagi ketentuan tersebut menjadikan Indonesia bagian dari peradaban manusia yang mengikuti perkembangan global. pengakuan terhadap hak asasi manusia dan perlindungan hukum.
(Hakim & Kurniawan, 2022) asal usul hak asasi manusia di Indonesia terletak pada konsep kemerdekaan (liberty), yang dijunjung tinggi dalam kata
“kemerdekaan”. Artinya semangat alinea pertama Pembukaan UUD 1945.
Kebebasan ini didasarkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk Tuhan, yakni karena hakikat transendental yang melekat pada dirinya, sebagai pemilik materi fundamental yang tidak dapat direduksi (devaluasi) oleh siapa pun, dan didasarkan pada eksistensi manusia. Oleh karena itu, sebagai anugerah Tuhan, setiap manusia mempunyai “hak” untuk hidup di muka bumi, baik berupa hak sipil atau politik maupun hak ekonomi, sosial dan budaya. Hukum Indonesia setidaknya memiliki empat bentuk hukum. Suatu dokumen yang memuat peraturan mengenai hak asasi manusia.Hukum Indonesia setidaknya memiliki empat bentuk hukum tertulis yang memuat peraturan hak asasi manusia. Pertama adalah Konstitusi (hukum dasar negara). Kedua adalah Undang-undang MPR (TAP MPR). Ketiga, di bidang hukum. Keempat, dalam pelaksanaan undang- undang seperti peraturan pemerintah, perintah eksekutif dan peraturan pelaksanaan lainnya.
(Sulisworo et al., 2012) pada hukum dasar negara Indonesia yaitu Undang- Undang Dasar RI 1945 sebelum amandemen, tidak mencantumkan istilah HAM pada pembukaan, batang tubuh maupun penjelasannya namun memuat hak warga negara dan hak penduduk yang dihubungkan dengan kewajibannya, antara lain tercantum pada pasal 27, 28, 29, 30, dan 31. Namun, hal ini tidak berarti bahwa hak asasi manusia kurang mendapat perhatian karena struktur UUD 1945 merupakan landasan dasar negara. Dari pasal-pasal tersebut dapat melihat lima poin pokok mengenai hak asasi manusia yang terkandung dalam teks UUD RI Tahun 1945 adalah sebagai berikut:
1. Kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
2. Hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
3. Hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaiman yang ditetapkan dengan Undang-Undang (pasal 28).
4. Hak kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk dijamin negara (pasal 28 ayat 1).
5. Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat 1).
Sesudah amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum di dalam pasal 28a sampai dengan pasal 28j. Hak asasi manusia adalah sebagai hak-hak dasar atau pokok yang melekat pada manusia yang tanpa hak-hak dasar tersebut manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
Wibowo (2003) keseriusan pemerintah Indonesia dalam menghormati, memajukan, memenuhi, dan melindungi hak asasi manusia tercermin dalam Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) melalui pembentukan kelembagaan dan pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia. Lembaga-lembaga dan perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komisi Hak Asasi Manusia yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 1993 dan selajutnya dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
2. Pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 181 tanggal 15 oktober 1998
3. Pembentukan Kantor Menteri Negara Hak Asasi Manusia tahun 1999 yang kemudian digabung dengan Departemen Hukum dan Perundang-undangan yang kemudian diubah menjadi Departemen kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
4. Disahkannya Undang-Undang No 39 tahun 1999 mengenai hak asasi manusia 5. Disahkannya Undang-Undang No 26 tahun 2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi
Manusia
6. Penambahan pasal khusus mengenai Hak Asasi Manusia dalam amandemen Undang-Undang dasar 1945.
7. Disahkannya Undang-Undang No 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menetang Penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan Martabat manusia
8. Berlangsungnya soialisai HAM diberbagai lingkungan masyarakat.
9. Terbentuknya pengadilan HAM Ad Hoc untuk Timor-Timur dan Tanjung priok (Priyosantoso, 2022) hak pancasila sebagai falsafah negara dan bangsa.
Secara konseptual, hak asasi manusia yang terkandung dalam Pancasila memperhatikan aspek manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Pengakuan terhadap hak asasi manusia antara lain tercermin pada sila kedua (Pancasila).
Konsep dasar hak asasi manusia yang masih bersifat abstrak harus dijelaskan secara lebih konkrit agar pelaksanaannya mempunyai akibat hukum. Pemenuhan hak asasi manusia sangat bergantung pada itikad baik pihak berwenang.
4. Penggolangan Hak Asasi Manusia (HAM)
(Kusnaidi, 2015) hak asasi manusia di Indonesia bersumber dan berhubungan dengan Pancasila. Artinya hak asasi manusia sangat terjamin melalui ideologi nasional Pancasila. Artinya berdasarkan Pancasila, pelaksanaan hak asasi manusia harus mengikuti pedoman yang tertuang dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, perwujudan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakannya secara bebas, melainkan harus menghormati ketentuan- ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia atau Pancasila. Sebab, pada prinsipnya tidak ada hak yang dapat diwujudkan secara mutlak tanpa mempertimbangkan hak orang lain. Secara spesifik, hak asasi manusia pertama kali ditetapkan dalam Piagam Hak Asasi Manusia yang merupakan lampiran dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XVII/MPR/1998. Penggolongan HAM dapat dibedakan dalam beberapa aspek, antara lain:
1. Hak individu yang merupakan hak-hak yang dimiliki masing-masing orang 2. Hak kolektif, yakni masyarakat yang hanya dapat dinikmati bersama orang lain,
seperti hak penentuan nasib sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi kebebasan yang dilanggar.
3. Hak sipil dan politik (dimuat dalam international covenant on civil and political rights dan terdiri dari 27 pasal), antara lain memuat hak-hak yang telah ada dalam perundang-undangan Indonesia seperti: a) Hak atas penentuan nasib sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi yang kebebasannya dilanggar; b) Hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama; c) Hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak sipil dan hak politik, hak seseorang untuk diberi tahu alasan-alasan pada saat penangkapan persamaan hak dan tanggung jawab antara suami-istri, hak atas kebebasan berekspresi.
4. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (dimuat dalam international covenant on economic, social, and cultural rights dan terdiri dari 13 pasal) antara lain memuat hak untuk menikmati kebebasan dari rasa ketakutan dan kemiskinan, larangan atas diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati ekonomi, sosial, dan budaya; hak untuk mendapatkan pekerjaan; hak untuk memperoleh upah yang adil bagi buruh laki-laki dan perempuan; hak untuk membentuk serikat tani(buruh, hak untuk mogok, hak atas pendidikan, hak untuk bebas dan kelaparan.
(El-Muhtaj & Indonesia., n.d.) Perkembangan hak asasi manusia di berbagai belahan bumi, telah berlangsung lama bahkan ada yang menyebut sudah seusia peradaban umat manusia. Dengan kondisi ini, tentu menjadi sulit untuk menentukan secara pasti perkembangan generasi HAM. Sejalan dengan pengelompakan HAM menurut mekanisme universal, dari prespektif perkembangan nya HAM sampai saat ini, para ahli membagi generasi HAM ke dalam empat generasi.
1. Generasi pertama
Generasi pertaama HAM adalah HAM falam DUHAM dengan ciri terpenting bahwa konsepsi HAM terbatas pada bidang hukum dan politik. Praktik kesewenang-wenangan pengauasa yang menempatkan rakyat sebagai objek hukum yang dapat diperlakukan sesuka hati, telah melahirkan kesadaran untuk sebuah persamaan di depan hukum dan politik. Rakyat tidak lagi sudi diperlakukan seweang-wenang oleh pengusasa, rakyat telah memiliki kesadaran, bahwa semua manusia punya kedudukan dan kebebasan yang sama di bidang hukum dan politik. Kedudukan yang setara ini mengandung makna bahwa rakyat memiliki hak-hak dan kebebasan yang harus dihormati, dan dilindungi oleh siapa pun termasuk negara. HAM generasi pertama ini tercermin dalam perjuangan pengakuan dan perlindungan HAM di Inggris, Amerika Serikat dan Perancis, yang diimplementasikan dikemudian hari dalam DUHAM dan Covenan Hak Sipil dan Politik serta turunannnya. Hak asasi manusia generasi pertama ini yaitu hak hidup, hak kebebasan bergerak, hak kebebesan berpendapat, hak untuk tidak disiksa, hak persamaan di depan peradilan, hak kebebasan beragama, hak dipilih dan memilih, serta hak kebebasan dari perbudakan dan penyiksaan.
2. Generasi kedua
Generasi HAM kedua lahir dari kesadaran bahwa pemenuhan hak hukum dan politik, belum cukup menjamin kehidupan masyarakat global. Munculnya
revolusi industri yang menyisakan sisi negatif berupa kemiskinan diberbagai belahan dunia, telah melahirkan kesadaran global untuk memberikan kepastian bahwa HAM memiliki aspek yang hanya meliputi hak hukum dan politik, tetapi lebih dari menginginkan adanya jaminan yang pasti terhadap masa depan hak asasi manusia yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya. Hak asasi manusia generasi kedua terimplentasi dalan convenan hak ekonomi, sosial dan budaya. Hak asasi manusia generasa kedua antara lain hak memperoleh pekerjaan tetap, hak memperoleh pelayanan kesehatan, hak memperoleh pelayanan hukum, hak memperoleh bhaan makanan dan perumahan, hak memperoleh pendidikan.
3. Generasi ketiga
Generasi hak asasi manusia ketiga ini adalah hak-hak melaksanakan pembangunan (the rights of development). Seperti diketahui memasuki tahun 70-an sangat dirasakan adanya ketimpangan dalam pelasanaaan pembangunan global. Negara maju asyik dengan kemajuannnya, tanpa memedulikan nasib negara-negara berkembang yang secara faktual adalah pemilik sebagian besar sumber daya alam seperti hutan, laut dan mineral. Akibatnya negara-negara pemilik sumber daya yang melimpah tetap menjadi negara yang terkebelakang dalam segala aspek. Dengan kondisi seperti ini lahir keinginan dari beberapa negara yang tergolong negara, sedangkan berkembang untuk menuntur keseteraan dalam melaksanakan pembangunan. Tuntutan ini kemudian melahirkan hak-hak yang diakui secara universal. Hak-hak tersebut antara lain hak atas pembangunan, hak atas perdamaian yang seimbang dan berkeadilan, hak atas lingkungan yang hidup baik, sehat dan lestari, hak atas pengakuan masyarakat adat dan budayanya, hak atas eksistensi kelompok minoritas.
4. Generasi keempat
Konsepsi hak asasi manusia memasuki tahap penyempurnaan dengan lahirnya generasi hak asasi manusia keempat yang mengkritik peran negara yang sangat dominan dalam proses pembanganan yang terfokus pada pembangunan ekonomi, sehingga menimbulkan dampak negatif seperti diabaikannya berbagai aspek kesejahteraan rakyat. generasi hak asasi manusia keempat ini dipelopori oleh-oleh negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang dikenal dengan deklarasi of the basic duties of asia people and government, yang intinya menginginkan agar negara lebih berperan akrif dalam mewujudkan keadilan sosial sebagai bagian dari hak asasi manusia. Negara tidak sekadar sebagai regulator, tetapi lebih dari itu mengambil peran yang lebih konkret dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
C. KESIMPULAN
Manusia memerlukan hak asasi manusia untuk melindungi dirinya demi martabat kemanusiaannya dan sebagai landasan moral dalam bertindak dan berperilaku terhadap orang lain. Ketika setiap orang melaksanakan hak asasinya, ia juga harus menghormati hak asasi orang lain, dan tidak boleh dilaksanakan sesuka hati. Jadi dalam hal ini, semakin dipahami bahwa dengan setiap hak ada
pula kewajiban. Oleh karena itu negara, hukum, pemerintah, dan orang lain wajib memperhatikan, menghormati, dan menghormati hak asasi manusia serta tanggung jawab asasi manusia dalam pelaksanaan hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, R., & Lestari, L. E. (2019). Penegakan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Di Indonesia Dalam Konteks Implementasi Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 12.
https://doi.org/10.23887/jkh.v5i2.16497.
El-Muhtaj, M., & Indonesia. (n.d.). Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia : dari UUD 1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945 tahun 2002. 324.
Hakim, L., & Kurniawan, N. (2022). Membangun Paradigma Hukum HAM Indonesia Berbasis Kewajiban Asasi Manusia. Jurnal Konstitusi, 18(4), 869.
https://doi.org/10.31078/jk1847.
HAM, K. (1999). Undang-Undang No . 39 Tahun 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, 39, 1–45.
Hidayat, E. (2016). Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Indonesia. Asas: Jurnal Hukum Dan Ekonomi Islam, 8(2), 80–87.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/asas/article/view/1249.
Implementasi Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 - Google Books. (n.d.).
Retrieved December 2, 2023, from
https://www.google.co.id/books/edition/Implementasi_Hak_Asasi_Manusia_
dalam_UUD/E97wDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=hak+asasi+manusia&printsec=frontcover.
Jurnal, H., Boediningsih, W., Prameswari, N., & Dermawan, R. (2023). JURNAL SOSIAL HUMANIORA DAN PENDIDIKAN Perkembangan HAM Di Indonesia Dan Problematikanya. 3(2).
kusnaidi. (1948). Hakikat dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM).
Hakikta, 1, 1–59. http://pustaka.ut.ac.id/lib/wp- content/uploads/pdfmk/PKNI4317-M1.pdf.
Manan, B. (2019). Bunga Rampai : Memperkuat Peradaban Hukum dan Ketatanegaraan Indonesia. Bunga Rampai Memperkuat Peradaban Hukum Dan Ketatanegaraan Indonesia, 321.
Meliana, Y. (2019). Kajian Yuridis Tentang Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Kehidupan Bernegara Di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Justici1, 13((1)), 67–91.
Nurliah Nurdin, A. U. A. (2016). HAM, Gender, dan Demokrasi. In Hak Asasi Manusia Gander dan Demokrasi (Sebuah Tinjauan Teoritis Dan Praktis).
eprints2.ipdn.ac.id.
Priyosantoso, R. (2022). Hak Asasi Manusia di Indonesia : Tinjauan Politik Hukum Era Reformasi. Jurnal Ilmu Kepolisian, 15(3), 10.
https://doi.org/10.35879/jik.v15i3.341.
Riski, N. (2023). Pentingnya Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Hukum Kenegaraan. Mandalika Law Journal, 1(1), 1–7.
Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, D. B. (2012). Hak Azasi Manusia.
Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional, 1–32.
https://osf.io/preprints/inarxiv/9trnz/download.