PROBLEM STATEMENT
“Profil Psychological Well Being Pada Generasi Strawberry Context:
Kesejahteraan psychological well-being dapat membantu remaja menumbuhkan emosi positif, merasa kepuasan hidup serta kebahagiaan sehingga dapat mengurai depresi dan perilaku negatif remaja. Reavly dan Sawyer (2017) mengatakan bahwa remaja dengan tingkat kesehatan, kemampuan kognitif, dukungan sosial dan finansial, serta rasa aman yang lebih tinggi berpeluang memiliki psychological well-being yang lebih tinggi saat dewasa dibandingkan dengan anak-anak yang pada masa remaja memiliki kesehatan kesejahteraan yang rendah. Psychological well-being merupakan unsur penting yang perlu ditumbuhkan pada individu agar dapat menguatkan keterikatan secara penuh dalam menghadapi tanggung jawab dan mencapai potensinya (Lyubomirsky, Dickerhoof, Boehm, & Sheldon, 2011;
Seligman, 2011).
Issue:
Pada saat ini timbul istilah generasi strawberry. Dalam buku Strawberry Generation yang ditulis oleh Rhenald Kasali (2017:235), generasi ini adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan mudah sakit hati. Bisa kita lihat bahwa saat ini beberapa anak-anak zaman sekarang memiliki mentalitas yang rapuh dan memiliki ketahanan fisik yang lemah dalam menjalani tantangan hidup. Karakter ini bisa dilihat dari mudahnya mereka untuk menyerah, memiliki daya juang yang rendah, mudah berputus asa, serta memiliki kondisi fisik yang lemah (S. Aulia et al., 2022). Maka timbullah istilah untuk menggambarkan generasi tersebut yakni Strawberry Generation, generasi yang terlihat bagus dari luarnya namun sangat rentan apabila diberi tekanan.
Kondisi tersebut menjadi hal penting bagi remaja untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka sehingga dapat dijadikan salah satu landasan utama dalam meningkatkan regulasi diri, penurunan tingkat kecemasan dan penurunan stress pada remaja (Ruini, Ottolini, Tomba, Belaise, Albieri, Visiani, dan Fava, 2009). Remaja yang banyak mengabaikan tanggung jawabnya terkait sekolah, keluarga, dan kehidupan sosial menjadi salah satu penyumbang rendahnya psychological well-being remaja (Penelitian Gross et al, 2002).
Terdapat isu yang terjadi belakangan ini, yaitu terdapat siswa SMA yang melakukan bunuh diri dijembatan dan sempat membuat status disosial media diduga karena siswa tersebut
sedang mempunyai masalah. Selain itu terdapat kasus pada siswa SMA yang berkali kali melakukan percobaan bunuh diri karena memiliki permasalahan keluarga dan tidak dapat bersosialisasi dalam lingkungannya. Beberapa fenomena tersebut hanyalah sebagian dari banyaknya isu rendahnya pshycological well-being pada generasi strawberry. Fenomena- fenomena tersebut menggambarkan bahwa mudahnya mereka untuk menyerah, memiliki daya juang yang rendah, mudah putus asa, serta memiliki kondisi fisik yang lemah (S. Aulia et al., 2022). Hal tersebut relevan dengan istilah baru pada generasi muda saat ini yaitu generasi strawberry, generasi yang terlihat bagus dari luar namun sangat rentan apabila diberi tekanan. Bagi remaja kesejahteraan yang terpenting bagi hidupnya adalah memiliki psychological well-being yang tinggi dibandingkan dengan kesejahteraan fisik dan mental.
Kesejahteraan psikologis merupakan hal yang penting untuk di perhatikan. Karena, psychological well-being merupakan pusat dari banyak penekanan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lungkungan masyarakat.
Relevance:
Salah satu yang dapat mempengaruhi terjadinya strawberry generation yaitu pola asuh orang tua. Orang tua pada masa kini umumnya memiliki kehidupan yang lebih sejahtera dan membuat mereka memiliki kehidupan yang lebih sejahtera dan membuat mereka memanjakan anaknya, sehingga anak menjadi lemah, baik secara fisik maupun mental (Hapsari, Meilani, & Nabillah, 2021). Selain itu, perkembangan teknologi juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fenomena generasi strawberry. Generasi ini memiliki literasi media yang baik terutama dalam hal kesehatan mental ((Claretta, Rachmawati, & Sukaesih, 2022). Informasi mengenai kesehatan mental mudah sekali untuk diakses, misalnya melalui sosial media. Alhasil, mereka menjadi lebih aware terhadap kondisi psikologis yang dialaminya. Satu sisi ada positifnya, namun di sisi lain tak jarang mereka menjadi melakukan self-diagnose. Merasa sedang mengalai stres berat, depresi, atau bahkan anxiety.
Objectives:
Salah satu unsur yang dianggap mempengaruhi psychological well-being remaja yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Adanya dukungan sosial khususnya dari orang tua atau keluarga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis bagi anak. Dengan demikian, anak akan merasa dicintai, diperhatikan,
dihargai oleh orang lain dalam hal adanya dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress sehingga dapat meningkatkan psychological well-being. Dukungan sosial akan mengubah persepsi individu pada kejadian yang menimbulkan stress (tekanan) dan oleh karena itu akan mengurangi potensi terjadinya stress pada individu yang bersangkutan.
Pada fenomena generasi strawberry yang dijabarkan oleh Prof. Renald Kasali generasi ini dapat muncul karena cara orang tua mendidik. Arahan dan bimbingan orang tua merupakan hal yang paling penting dalam mendidik generasi strawberry ini. Dengan mengajarkan anak untuk tidak manja dan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan harus diberikan tantangan tersendiri, agar mereka mu berusaha mencapainya. Keterlibatan orangtua merupakan salah satu bentuk partisipasi orangtua dalam pendidikan dan kehidupan anak. Keterlibatan orangtua penting untuk membantu tumbuh kembang anak, karena orang tua adalah pendidik utama bagi anak. Faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan orangtua diantaranya adalah pengetahuan parenting.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian terkait psychological well-being. Penelitian dilakukan dengan harapan dapat mengungkap bagaimana psychological well-being pada generasi strawberry. Maka dari itu, judul penelitian yang akan dilaksanakan adalah “Profil Psychological Well-being pada Generasi Strawberry”
Penelitian yang Revalan Deviana, M., Umari, T., &
Khadijah, K. (2023).
Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Remaja. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 5(1), 3463- 3468.
Tingkat kesejahteraan psikologis remaja sebagian besar berada pada kategori sangat tinggi. Baik pada aspek peneriman diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Kesejahteraan psikologis remaja putra dan remaja putri keduanya sama-sama berada pada kategori sangat tinggi.
Fauzi, F. I., & Tarigan, F. N.
(2023). Strawberry Generation:
Keterampilan Orangtua Mendidik Generasi Z. Jurnal Consulenza:
Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi, 6(1), 1-10.
Orangtua memiliki andil untuk membuka kecenderungan anak menjadi bagian dari Strawberry Generation. Beberapa pola asuh yang berpotensi membentuk anak sebagai Strawberry Generation diantaranya pola asuh overprotective, pola asuh otoriter, dan kurangnya komunikasi pada anak. Cara orangtua mendidik anak dengan kecenderungan pola asuh tersebut akan membentuk anak menjadi bagian dari Strawberry Generation.
Istiningtyas, L. (2022). Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada Generasi-Z Setelah Pandemi Covid-19. In Proceeding
Conference on Genuine
Psychology (Vol. 2, pp. 231-238).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis pada GenerasiZ setelah pandemi Covid-19. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis pada generasiZ setelah pandemi Covid-19 berada dalam kondisi yang cukup baik.
Srianturi, Y. (2022).
Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Gen-Z Pasca Pandemi Melalui Positive Self Talk. Al- Ihath: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 2(1), 72-86.
Salah satu yang terdampak pada munculnya covid-19 adalah para remaja, khususnya Gen Z, yang terpaksa harus beradaptasi dengan segala perubahan gaya hidup barunya yang penuh tekanan di masa pandemi.
Akibatnya, mereka sendiri mengalami beberapa perubahan, termasuk penurunan kesehatan psikologis dan mental. Tidak sedikit remaja yang akhirnya menjadi depresi dan tidak rasional akibat mengeluhkan keadaan.
Rahayu, D. (2023). Strawberry Generation: Self Reward For Unimed Anthropology Students In Overcoming Stress Due To Coursework. Jurnal Penelitian
Pendidikan Sosial
Humaniora, 8(1), 103-108.
Strawberry generation dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk pola asuh orang tua dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Tekanan dan tanggung jawab yang harus diterima cukup besar, dan mudah lelah sehingga mereka jika sudah lelah akan melakukan sesuatu hal yang dapat mengurangi pikiran mereka.
Claretta, D., Rachmawati, F., &
Sukaesih, A. (2022).
Communication pattern family and adolescent mental health for strawberry
generation. International journal of science and society, 4(3), 79-93.
Pola komunikasi otoriter dalam keluarga menjadi faktor utama remaja mengalami gangguan kesehatan mental dan menciptakan generasi stroberi. Generasi stroberi memiliki literasi kesehatan mental terhadap media sosial. Generasi stroberi cenderung menkonstruksi penyembuhan sesuai dengan apa yang didapat dari sosial media.
Hardjo, S., Aisyah, S., & Remaja yang menganggap hidupnya bermakna akan
Mayasari, S. I. (2020). Bagaimana psychological well being pada remaja? sebuah analisis berkaitan dengan faktor meaning in life. Jurnal Diversita, 6(1), 63-76.
merasa lebih sejahtera secara psikologis daripada remaja yang yang tidak menganggap hidupnya bermakna, bahwa makna hidup memainkan peran penting pada masa remaja akhir. Remaja mencoba menafsirkan pengalaman mereka dengan mengidentifikasi aspek-aspek penting dari kehidupan pribadi dan sosial mereka dan menemukan makna lebih dalam terhadap hidup mereka, hal tersebut enjadi faktor yang membentuk keadaan psychological well-being semakin baik.
Hapsari, N. K. A. M. Y., Pariartha, A. C. A. Z., Trizka, C., & Anggini, N. E. (2022). Peran Forgiveness dan Dukungan Sosial terhadap Kesejahteraan Psikologis pada Perempuan Penyintas Kekerasan dalam Hubungan Pacaran. Jurnal
Psikologi Teori dan
Terapan, 13(2), 130-143.
Penting bagi perempuan penyintas kekerasan dalam pacaran untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis dengan cara memaafkan diri sendiri orang lain, dan situasi yang pernah dialami. Selain itu, korban kekerasan dapat memanfaatkan sosial support untuk lebih terbuka dalam bercerita, sarana self- healing, dan sebagainya.