3 ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Agustus 2014
Yulinda Septiani Manurung 117029016
Efektivitas Problem-Solving Therapy Untuk Meningkatkan Psychological Well-Being Remaja Dari Keluarga Bercerai
ix + 113 halaman, 10 tabel Daftar Pustaka, 53 (1989-2014)
Perceraian merupakan peristiwa di kehidupan keluarga yang tidak hanya berpengaruh terhadap suami dan isteri atau orangtua saja, namun dapat juga berdampak buruk bagi anggota keluarga lainnya, khususnya anak-anak. Menurut Ryff (1989), kondisi setelah perceraian secara tidak langsung dapat mempengaruhi psychological well-being. Ryff menjelaskan (dalam Ryff & Keyes, 1995), psychological well-being merupakan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal.
Salah satu intervensi yang dapat diberikan kepada remaja dari keluarga bercerai untuk meningkatkan psychological well-being mereka adalah problem-solving therapy. Problem-problem-solving therapy adalah suatu intervensi berupa pelatihan untuk membangun sikap dan keterampilan pemecahan masalah agar dapat digunakan untuk mengurangi dan/atau mencegah gejala psikopatologis dan meningkatkan kesejahteraan individu dengan cara membantu individu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya secara efektif (D‟Zurilla & Nezu, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan problem-solving therapy dalam meningkatkan psychological well-being remaja dari keluarga bercerai. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject design. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah problem-solving therapy dengan menggunakan psychological well-being self-rating inventory, observasi, dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan problem-solving therapy efektif dalam meningkatkan psychological well-being remaja dari keluarga bercerai. Kedua partisipan, yakni subjek A dan subjek B, menunjukkan peningkatan skor pada hampir keseluruhan dimensi psychological well-being. Peningkatan terbesar pada kedua partisipan tersebut adalah pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. Setelah menerima intervensi, mereka menjadi lebih percaya kepada orang lain serta mulai mampu membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
Kata kunci: psychological well-being, problem-solving therapy, perceraian
4 ABSTRACT Faculty of Psychology University of North Sumatera
August 2014
Yulinda Septiani Manurung 117029016
The Effectiveness of Problem-Solving Therapy to Improve the Psychological Well-Being of Adolescents From Divorced Families
ix + 113 pages, 10 tables References, 53 (1989-2014)
Divorce is an event in the life of a family that not only affect the husband and wife or parents alone, but can also be bad for the other family members, especially children. According to Ryff (1989), conditions after divorce can indirectly affect the psychological well-being. Ryff (in Ryff & Keyes, 1995) explained psychological well-being as a state when a person is able to accept their strengths and weaknesses, have purpose in life, capable to develop positive relationships with others, become autonomous, able to master the environment, and continue to grow personally.
One of the interventions that can be used for adolescents who experience parental divorce to improve their psychological well-being is a problem-solving therapy. Problem-solving therapy is a kind of approaches which can train individuals to build attitude and problem-solving skills that can be used to reduce and prevent psychopathological symptoms and improve their well-being by helping them to overcome their problems effectively (D‟Zurilla & Nezu, 2010).
This study aims to determine the effectiveness of the application of problem-solving therapy in improving psychological well-being of adolescents from divorced families. The study design used was a single subject design. Measurements were taken before and after the problem-solving therapy with the use of psychological well-being self-rating inventory, observation, and interviews.
The results showed problem-solving therapy is effective in improving psychological well-being of adolescents from divorced families. Both participants, namely subject A and subject B, showed an increase in scores on almost all dimensions of psychological well-being. The largest improvement in both participants are on the dimensions of positive relationships with others. After receiving the intervention, they become more trusting of others and also begin to build more positive relationships with others.
Keywords: psychological well-being, problem-solving therapy, divorce