• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Problematika Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Manajemen Pendidikan Islam

Pada PascasarjanaUIN Alauddin Makassar

Oleh

S A L M A H NIM: 80300216009

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2019

(2)

ii

Nama : Salmah

NIM : 80300216009

Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam

Program : Magister

Judul : Problematika pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa tesis ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 21 Januari 2019 Yang menyatakan

SALMAH

(3)
(4)

vi dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba b be

ت Ta t te

ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج Jim j je

ح h}a h} ha (dengan titik di

bawah)

خ Kha kh ka dan ha

د Dal d de

ذ z\al z\ zet (dengan titik di

atas)

ر Ra r er

ز Zai z zet

س Sin s es

ش Syin sy es dan ye

ص s}ad s} es (dengan titik di

bawah)

ض d}ad d} de (dengan titik di

bawah)

ط t}a t} te (dengan titik di

bawah)

ظ z}a z} zet (dengan titik di

bawah)

ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

غ Gain g ge

ف Fa f ef

ق Qaf q Qi

ك Kaf k Ka

ل Lam l El

م Mim m Em

ن Nun n En

و Wau w We

ـه Ha h Ha

ء Hamza

h

’ Apostrof

ى Ya y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

(5)

vii

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

َ ا fath}ah a A

َ ا kasrah i I

َ ا d}ammah u U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf latin Nama

ْْىَـ fath}ah dan ya>’ ai a dan i

ْْوَـ fath}ah dan wau Au a dan u

Contoh:

َْفْيَك : kaifa

َْلْوَه : haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan

(6)

viii

huruf tanda

ىْ َْ...ْ|ْاْ َْ... fath}ah dan alif atau

ya>’

a> a dan garis di atas ى kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas وُـ d}ammah dan wau u> u dan garis di atas

Contoh:

َْتاَم : ma>ta

ىَمَر : rama>

َْلْيِق : qi>la

ُْتْوَُيَ : yamu>tu

4. Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ِْلاَفْطَلأاْ ُْةَضْوَر : raud}ah al-at}fa>l

(7)

ix 5. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ـّـ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

َْانَّبَر : rabbana>

َْانْيََّنَ : najjaina>

ّْقَْلَْا

ُ : al-h}aqq

َْمِّعُـن : nu‚ima

ْ وُدَع : ‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّىـِــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

Contoh:

ْ ىِلَع : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ْ بَرَع : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurufْلا (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang

(8)

x

mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

ُْسْمَّشلَا : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

ةَلَزْلَّزلَا

ُ : al-zalzalah (az-zalzalah) ةَفَسْلَفْلَا

ُ : al-falsafah

ُْدَلابْلَا : al-bila>du

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َْنْوُرُمْأَت : ta’muru>na

ُْعْوَّـنلَا : al-nau‘

ْ ءْيَش : syai’un

ُْتْرِمُأ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

(9)

xi

lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n

Al-Sunnah qabl al-tadwi>n 9. Lafz} al-Jala>lah (الله)

Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ِْللاُْنْيِد di>nulla>h ِْللاِب billa>h

Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

ِْللاِْةَْحَْرِْْفِْْمُْه hum fi> rah}matilla>h 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

(10)

xii

permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

(11)

xiii Ibnu)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan:

Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4

HR = Hadis Riwayat

(12)

xiv

Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros

Pokok masalah yang dibahas pada penelitian ini tentang Problematika Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui Problem apa saja yang dihadapi Guru dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros, dan 2) Untuk mengetahui uapaya yang dilakukan untuk mengatasi problem pelaksanaan Kurikulum 2013 yang dihadapi Guru Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naturalistik dan pendekatan pengamatan berperan serta. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi parsitipatif, dokumentasi dan peneliti sendiri yang menjadi instrumen penelitian.

Adapun teknik pengolahan dan analisis data, yaitu: keseluruhan data yang terkumpul dianalisis sepanjang proses pengumpulan data dilapangan berlangsung hingga data yang dikehendaki sudah dianggap lengkap, kemudian dilanjutkan dengan membuat catatan hasil temuan ke dalam buku catatan lapangan, data tersebut diklarifikasi sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, kemudian diberi pengkodean dengan menggunakan teknik analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa problematika pelaksanaan Kurikulum 2013 yang dihadapi guru Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros, diantaranya: 1) Budaya membaca siswa yang masih rendah, 2) Kurangnya penguasaan teknologi informasi, 3) Lemahnya bidang penguasaan administrasi, dan 4) Kurangnya sarana dan prasarana. Adapun upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi ke empat permasalahan itu: 1) Upaya guru dalam mengatasi problem budaya membaca yang masih rendah, antara lain: Guru melakukan inovasi dan strategi bagaimana caranya agar peserta didik tersebut bisa mencintai buku. Ada beberapa kiat yang harus dilakukan guru dalam menghadapi siswa-siswi yang minat bacanya rendah, antara lain: a) pemilihan buku yang tepat, b) ciptakan suasana yang nyaman, c) menempelkan slogan atau stiker yang memotivasi anak untuk giat membaca, d) sharing, dan e) membimbing siswa bagaimana caranya membaca yang baik. 2) Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problem kurangnya penguasaan teknologi informasi, antara lain:

melakukan pelatihan secara berkala tentang penggunaan teknologi informasi.

Guru juga bisa melakukan langkah-langkah agar dapat menguasai penggunaan teknologi dengan cepat, seperti: a) membiasakan diri bersentuhan dengan alat-alat elektronik terutama laptop terkait dengan materi pembelajaran, b) meminimalisir penggunaan gadget untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, c) selalu menggunakan waktu luang untuk mencari informasi pembelajaran lewat alat elektronik, dan d) mengikis sifat jenuh dalam diri untuk senantiasa berkembang dan berwawasan

(13)

xv

pembelajaran, g) nilai sikap, h) nilai pengetahuan, i) nilai UTS, j) nilai UKK, k) analisis butir soal, l) deskripsi nilai, m) analisis ketuntasan, dan n) nilai rapor digital. 4) Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problem kurangnya sarana dan prasarana, antara lain: pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sarana dan media pembelajaran.

Saran peneliti terhadap hasil penelitian ini adalah : 1) Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama harus memberikan ketersediaan buku-buku bacaan yang sesuai dengan usia anak serta memberikan fasilitas perpustakaan kepada setiap madrasah yang ada dalam naungan Kementerian Agama, 2) Kementerian Agama hendaknya memberikan pelatihan secara kontinyu kepada setiap guru dalam naungannya terkait penggunaan teknologi informasi, 3) Kementerian Agama seharusnya memberikan aplikasi nilai rapor yang mudah dan gampang dikuasai guru, dan 4) Kepada Kepala Madrasah hendaknya jeli memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di madrasah masing-masing, dan tanggap mencari di mana ada peluang untuk mendapatkan bantuan sarana dan prasarana.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah tentang perubahan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan pada tahun 2013/2014. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 SD/MI dilakukan melalui pembelajaran pendekatan tematik terpadu dari kelas I sampai kelas VI. Perubahan kurikulum ini bertujuan untuk mengubah karakter peserta didik, bukan hanya pada kemampuan kognitif saja, peserta didik harus mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, menalar dan mengkomunikasikan apa yang mereka ketahui setelah mereka menerima materi pembelajaran. Hal ini memang baik untuk peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia dengan syarat kurikulum tersebut dapat beradaptasi dengan kompetensi yang adadan dapat mengembangkan potensi siswa Sekolah Dasar/MI menjadi lebih berkembang dan terus berpegang pada nilai serta norma Agama yang berlaku. Sayangnya, perubahan Kurikulum yang terjadi di dunia pendidikan saat ini banyak menuai pro dan kontra, karena ketidak mampuan guru untuk beradaptasi dengan cepat terhadap pembaharuan Kurikulum. Suatu Negara dikatakan hebat jika memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang benar-benar berkualitas. Olehnya itu sosok sentral di dunia pendidikan dan pembahasan mengenai guru selalu

(15)

2

menarik, karena guru adalah kunci pendidikan. Jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses pula. Guru merupakan inspirator dan motivator bagi murid dalam mengukir masa depannya.Namun terlepas dari itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau masalah.

Terutama masalah pengimplementasian Kurikulum 2013. Guru tidak serta merta bisa mengubah cara mengajar dalam waktu singkat hanya melakukan beberapa kali pelatihan. Kenyataan yang terjadi di lapangan justru guru merasa kelimpungan dengan adanyan pembaharuan Kurikulum ini.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan upaya perbaikan, utamanya perbaikan dalam peningkatan kompetensi guru.

Guru profesional adalah guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang pendidikan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Profesi yang dimiliki oleh seorang guru mencakup penguasaan kurikulum, materi pelajaran yang diajarkan, keterampilan mempergunakan metode yang bervariasi, penggunaan media, keterampilan melaksanakan evaluasi pengajaran, mempunyai tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki kedisiplinan.1

Keberadaan Kurikulum 2013 memberikan nuansa yang lebih luas sekaligus menjadi ujian kepada setiap stakeholders dalam lembaga pendidikan untuk lebih mampu mengembangkan potensi yang dimiliki yang dituangkan dalam kurikulum tersebut, sehingga harus mampu berkompetisi

1E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Cet. I; Bandung; Alfabeta. 2004. h.17

(16)

3

dengan sekolah lainnya dalam satuan pendidikan untuk melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Problem pelaksanaan kurikulum 2013 dalam proses pendidikan tentunya masih banyak dialami oleh para guru madrasah ibtidaiyah, dalam hal ini calon peneliti melihat ada beberapa masalah serius yang butuh penanganan, diantaranya; kemampuan membaca peserta didik masih rendah, kurangnya penguasaan teknologi informasi, lemahnya bidang penguasaan administrasi dan kurangnya sarana dan prasarana. Hal ini ditandai dengan masih adanya siswa kelas III yang belum mampu membaca2. Selain itu permasalahan juga disebabkan oleh perubahan dan pengembangan Kurikulum serta kebijakan dalam pendidikan juga masih minimnya upaya peningkatan kualitas kompetensi guru sebagai penyebab munculnya problematika tersebut.

Problematika ini juga dialami dalam penerapan Kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementriam Agama Kabupaten Maros3.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap Problematika Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementrian Agama Kabupaten Maros.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada permasalahan pelaksanaan Kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementrian Agama Kabupaten Maros.

Fokus penelitian tersebut meliputi :

2Hayati, guru kelas III MI JII Bantimurung. Wawancara tanggal 27 November 2018

3Hasil FGD Kepala Madrasah Ibtidaiyah dalam lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros tanggal 27 November 2018

(17)

4 a. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 telah ditetapkan dengan secara serentak dan bertahap diimplementasikan di sekolah (dari tingkat dasar sampai menengah) sejak tahun ajaran 2013-2014. Kurikulum 2013 pun dipersepsi menjadi solusi tepat atas perubahan dinamika sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Untuk itu, perubahan Kurikulum 2013 membawa dampak perubahan mendasar dalam dunia pendidikan kita. Salah satunya ialah pembelajarannya.4

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diimplementasikan untuk membentuk kompetensi siswa yang dinyatakan dalam 4 kompetensi inti:

1) Taat dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; yang diwujudkan dalam sikap menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing dengan baik.

2) Memiliki perilaku dan sikap menghargai, menghayati dan mengembangkan nilai-nilai karakter mulia.

3) Mampu memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan dan konseptual dalam kehidupan sehari-hari.

4Heru Kurniawan. Pembelajaran kreatif Bahasa Indonesia (Kurikulum 2013). Cet. I;

Kencana; Prenadamedia Group. 2015. h.1

(18)

5

4) Mampu menyajikan, mencoba, mengolah dan mencipta ilmu pengetahuan sesuai dengan materi pelajaran5.

b. Problematika Kurikulum 2013

Problematika merupakan permasalahan pada pelaksanaan kurikulum 2013, diantaranya :

1) Budaya membaca dan meneliti masih rendah.

2) Kurangnya penguasaan teknologi informasi.

3) Lemahnya bidang penguasaan administrasi.

4) Kurangnya sarana dan prasarana.

c. Madrasah Ibtidaiyah

Madrasah ibtidaiyah adalah tempat belajar atau sekolah dasar yang dikhususkan penambahan beban belajar agama Islam, seperti pelajaran Fiqih, Bahasa Arab, Al Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan sejarah Kebudayaan Islam.Madrasah ibtidaiyah juga menerapkan kurikulum nasional yang berlaku. Dalam hal ini madrasah ibtidaiyah juga menerapkan kurikulum 2013. Namun pada kenyataannya menuai banyak permasalahan dalam pelaksanaannya. Guru-guru madrasah ibtidaiyah pada umumnya masih kaku dalam menerapkan kurikulum 2013.

Permasalahan yang terjadi inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan untuk melakukan penelitian.

2. Deskripsi Fokus

5Heru Kurniawan. Pembelajaran kreatif Bahasa Indonesia (Kurikulum 2013). Cet. I;

Kencana; Prenadamedia Group. 2015. h.2

(19)

6

Gambaran tentang deskripsi Fokus dapat diilustrasikan pada tabel berikut :

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus 1 Problematika Pelaksanaan

Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros

a. Budaya membaca siswa yang masih rendah

b. Kurangnya penguasaan teknologi informasi bagi guru c. Lemahnya penguasaan

administrasi guru

d. Sarana dan prasarana yang kurang memadai

2 Upaya dalam mengatasi Problem yang dihadapi Guru Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros

a. Upaya Guru dalam mengatasi Problem Budaya membaca siswa yang masih rendah

b. Upaya guru dalam mengatasi problem kurangnya penguasaan teknologi informasi

c. Upaya guru dalam mengatasi problem lemahnya bidang penguasaan administrasi

d. Upaya guru dalam mengatasi problem kurangnya Sarana dan prasarana yang kurang memadai

(20)

7 C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok masalah yang akan dikaji dalam proposal tesis ini adalah Problematika Pelaksanaan Kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros. Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti memfokuskan pada beberapa sub masalah, yaitu:

1. Problem apa saja yang dihadapi guru dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros?

2. Bagaimana guru Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros mengatasi problem yang dihadapi dalam pelaksanaan Kurikulum 2013?

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

Sebelum calon peneliti melakukan penelitiannya, ada beberapa Kajian Pustaka yang peneliti temukan yang membahas tentang Kurikulum 2013, diantaranya;

1. Umar dalam hasil penelitiannya mendeskripsikan bahwa kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berdasarkan K13, diklasifikasikan kedalam 3 aspek mulai proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran peserta didik.

Dari aspek perencanaan, guru mengalami tingkat kesulitan pada pemilihan model pembelajaran dan penyusunan instrument dan rubrik-rubrik penilaian pembelajaran. Lebih lanjut mengarah pada aspek pelaksanaan,

(21)

8

guru masih sukar mengembangkan pembelajaran saintifik yang lebih variatif bagi peserta didiknya. Kondisi ini dilihat dari penggunaan model belajar yang terbatas pada model ceramah dan model kelompok sehingga terkesan konvensional. Sedangkan dari aspek penilaian pembelajaran bagi speserta didik, guru mengalami kesulitan pada proses penilaian kompetensi sikap dikarenakan proses penilaian yang dilaksanakan pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran dan terkesan guru dipaksakan untuk menjalankan 2 aktivitas secara bersamaan dalam satu kegiatan pembelajaran berdasarkan tuntutan K136. Terdapat kesamaan variable antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan calon peneliti yaitu sama-sama meneiliti tingkat kesulitan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013, namun dalam hal ini calon peneliti akan meneliti kesulitan guru dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros.

2. Arif Hidayatullah, menjelaskan bahwa implementasi kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang ada di kota kediri belum berjalan maksimal. Hal ini didasarkan pada upaya yang dilakukan oleh beberapa sekolah masih belum menyeluruh dalam menerapkan konsep kurikulum 2013, sekolah-sekolah di kota kediri hanya menambah beban belajar pada setiap mata pelajaran yang diajarkan, contohnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan budi pekerti. Untuk materi yang diajarkan dan model pembelajaran masih

6Umar. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Tesis (UIN Alauddin Makassar.2017. h. 7)

(22)

9

belum diterapkan seperti yang dikonsepkan dalam kurikulum 20137. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan yang dilakukan peneliti karena penelitian di atas hanya meneliti tingkat kesulitan kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI saja, sementara penulis meneliti kesulitan yang dihadapi Madrasah Ibtidaiyah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 tematik terpadu.

3. Dalam penelitiannya, Maisyaroh menjelaskan bahwa, permasalahan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 meliputi permasalahan guru dalam pencapaian: (1) Standar Isi, yaitu guru kurang memahami kerangka dasar dan struktur kurikulum, ketidakcukupan waktu karena muatan isi terlalu luas, penanaman konsep karena tidak didukung oleh informasi teknologi; (2) Standar Proses, yaitu guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan RPP, penerapan pembelajaran saintifik, tematik terpadu, konstruktivistik, penggunaan media terutama Laptop dan LCD; (3) Standar Kompetensi Lulusan, yaitu kesulitan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran, kesulitan dalam mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu; (4) Standar penilaian yaitu kesulitan dalam membuat soal tes dan menyusun instrumen non-tes, melaksanakan penilaian proses karena jumlah siswa dalam rombongan belajar terlalu banyak8. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis karena penelitian di atas hanya meneliti satu tingkat kesulitan saja, sementara

7Arif Hidayatullah dkk. Problematika K13 dalam pembelajaran PAI. Journal. Unp.ac.

2015. h.23

8Maisyaroh dkk. Masalah Guru Dalam Implementasi kurikulum 2013 Dan Kerangka Model Supervisi Pengajaran. Journal. Iain-Jember. ac. Id. 2016. h.30

(23)

10

penulis meneliti beberapa tingkat kesulitan pada pengimplementasian kurikulum 2013 Madrasah Ibtidaiyah.

4. Dalam penelitiannya, Ni’matus Sholihah menjelaskan bahwa problem yang terjadi di pendidikan tingkat dasar adalah dampak dari kurangnya perhatian dan sikap antisipatif pada seorang guru. Terkadang pendidikan yang ada hanyalah proses transfer pengetahuan saja dan belum menyentuh akar yang lebih mendasar lagi, sehingga menyebabkan masalah pendidikan siswa yang semakin pragmatis-negatif dan tidak bernilai dalam setiap tindakannya9. Terdapat perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan calon peneliti lakukan karena hanya membahas tentang kesulitan mengubah mindset guru saja, sementara penulis meneliti juga tentang kesulitan guru dalam mengubah pembelajaran dari teacher centered ke student centered, budaya membaca dan meneliti guru masih rendah, kurangnya penguasaan teknologi informasi, lemahnya bidang penguasaan administrasi dan kecenderungan guru yang lebih menekankan aspek kognitif.

5. Arif Hidayatullah dkk, mengemukakan bahwa problematika dari implementasi Kurikulum 2013 di kota kediri, diantaranya :

a. Guru kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, karena kurangnya pemahaman gurutentang kurikulum 2013 dengan konsep pembelajaran kurikulum 2013. Sehingga pada akhirnya guru menjadi bingung bagaimana ia harus berbuat dan apa yang harus dilakukannya.

9Ni’matus Sholihah. Problematika Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah, Sebab-sebab dan Solusinya. Pdf. Journal.fortalgaruda.org. 2016. h.26

(24)

11

b. Guru PAI belum mempunyai persiapan yang cukup matang untuk melaksanakan penerapan Kurikulum 2013 karena pelatihan yang diikuti hanyalah sekedar teori belum sampai pada tataran bagaimana kongkritnya di lapangan, di samping itu kurangnya komitmen dalam menjalani sebagai profesi guru, sehingga penerapan Kurikulum 2013 di sekolah berjalan hanya menurut penafsirandan pemahaman guru saja.

c. Keterlambatan pengadaan pelatihan bagi guru-guru, khususnya guru PAI tentang Kurikulum 2013 seperti workshop, pelatihan-pelatihan bagi guru, sosialisasi Kurikulum 2013, dan sebagainya.

d. Sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam menunjang pelaksanaan Kurikulum 2013 di beberapa daerah yang ada di kota kediri, sehingga menghambat pelaksanaan Kurikulum yang diterapkan10. Penelitian memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan calon peneliti lakukan karena hanya meneliti satu mata pelajaran saja yaitu mata pelajaran PAI.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui permasalahan yang dihadapi guru Madrasah Ibtidaiyah tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 lingkup Kementrian Agama Kabupaten Maros.

10Arif Hidayatulloh, dkk. Problematika K13 Dalam Pembelajaran PAI. Pdf.https://media- neliti. Com. Journal. 2017. h.34

(25)

12

b. Mengetahui bagaimana upaya guru mengatasi permasalahan terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementerian Agama Kabupaten Maros.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis.

a. Kegunaan Ilmiah, yaitu sebagai sumbangsi pengetahuan tentang problematika apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementrian Agama Kabupaten Maros.

b. Kegunaan Praktis, yaitu sebagai bahan masukan atau pemberian solusi terhadap problematika atau permasalahan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah lingkup Kementrian Agama Kabupaten Maros.

(26)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Implementasi Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

a. Menurut Harold B, Alberty yang dikutip Nasution, Kurikulum adalah kegiatan yang disajikan oleh sekolah, tidak ada pembatasan antara kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas1.

b. Abdullah Idi, mengemukakan Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan individu2.

c. Nana Sudjana mengemukakan bahwa Kurikulum adalah niat, pedoman dan rencana yang disusun secara sitematis yang berfungsi untuk digunakan sebagai dasar dalam menjalankan roda pendidikan3.

d. Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan bahwa kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa4.

e. Sedangkan menurut Mohammad Ansyar, kurikulum pada umumnya adalah rancangan yang memuat seperangkat mata pelajaran dan materi yang akan dipelajari atau yang akan diajarkan guru kepada siswa5.

1 Nasution. Asas-asas Kurikulum, (Bandung: Jemmars Bandung, 1988), h. 11

2Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Cet: I;

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 22

3Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h. 3

4Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Cet: I;

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4

5Mohammad Ansyar. Kurikulum Hakikat, fondasi, desain & pengembangan, (Cet: I;

Jakarta: Kencana Pranamedia Group, 2015), h. 22

(27)

f. Hamriah mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik sampai akhir program sesuai dengan jenjang dan tingkatan satuan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotoriknya6.

g. Sementara Siti Azisah dalam bukunya mengemukakan pengertian kurikulum yang termuat dalam Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu7.

2. Teori Implementasi Kurikulum

Ada beberapa teori kurikulum menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut taba yang dikutip Mohammad Ansyar, memnadang Kurikulum sebagai rancangan guru untuk diajarkan kepada siswa yang memuat beberapa elemen seperti tujuan, objektif, konten dan evaluasi8.

b. Menurut Tanner, dalam Mohammad Ansyar, kurikulum terkait rencana instruksional yang lebih spesifik9.

6Hamriah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Persimpangan Jalan Kurikulum 2013, ( Cet: I; Makassar: Alauddin Unevirsity Press, 2014), h. 21

7Siti Azisah. Guru dan Pengembangan Kurikulum Berkarakter, (Cet: I; Makassar:

Alauddin University Press, 2014), h. 29

8 Mohammad Ansyar. Hakikat, fondasi, Desain & Pengembangan, (Cet: I; Jakarta:

Kencana Pranamedia Group, 2015), h. 28

9Mohammad Ansyar. Hakikat, fondasi, Desain & Pengembangan, (Cet: I; Jakarta:

Kencana Pranamedia Group, 2015), h. 28

(28)

c. Sementara menurut Dick dan Carey, Kuriukulum sebagai suatu proses untuk mentransfer materi ajar dalam buku teks kepada peserta didik yang nanti melalui tes akan ditagih berapa banyak siswa menguasai materi itu10.

3. Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang disebut sebagai komponen kurikulum. Komponen itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan mendukung dalam mencapai tujuan pendidikan, komponen itu antara lain:

a. Komponen tujuan

Dalam kurikulum komponen tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Komponen tujuan dirumuskan berdasarkan dua hal, yaitu: 1) Perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat, dan 2) didasari oleh pemikiran-pemikiran yang terarah oleh pemikiran- pemikiran dan terarah pada pencapaian filosofis, terutama falsafah negara11.

Komponen tujuan mengacu pada tujuan umum pendidikan, yaitu:

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengethuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut;

10 Mohammad Ansyar. Hakikat, fondasi, Desain & Pengembangan, (Cet: I; Jakarta:

Kencana Pranamedia Group, 2015), h. 30

11Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum, (Cet: I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 103

(29)

b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut;

c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya12.

b. Komponen bahan ajar/isi

Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Maka tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan13.

c. Komponen proses belajar mengajar/strategi mengajar

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain:

a) Reception/Exposition Learning-Discovery Learning

Dalam Reception/Exposition keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya. Dalam Discovery

12Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, (Cet: III; Jakarta: Ar Ruzz Media, 2016), h. 335

13Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, ( Cet: 15;

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 105

(30)

Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Melalui kegiatan tersebut siswa dapat menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya14.

b) Rote Learning-Meaningfull Learning

Dalam rote leraning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning penyampaian bahan ajar mengutamakan maknanya bagi siswa.

c) Group Learning-Individual Learning

Pelaksanaan group learning-individual learning menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam kelompok- kelompok kecil. Dalam strategi ini siswa dikelompokkan atau dipisah secara individu sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar siswa15.

d. Komponen evaluasi/penilaian

14Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Cet: I;

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 107

15 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Cet: I;

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 108

(31)

Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan16.

B. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Ada beberapa pengertian kurikulum 2013 menurut para ahli, diantaranya:

a. Menurut Fadlillah, Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran.17

b. Menurut Ridwan Abdullah Sani, Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan yang tujuannya disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada pasal 3 UU no.

16Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Cet: I;

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 110

17Fadlillah. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs &

SMA/MA, (Cet: I; Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014), h. 16

(32)

20 tahun 2003, yakni:” Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.18

c. Kurikulum 2013 merupakan acuan pembelajaran yang tidak hanya tertulis namun mencakup hal-hal yang tidak tertulis juga, yaitu mencakup keseluruhan pengalaman belajar siswa yang ia peroleh dalam masa-masa belajar sehingga berdampak pada cara berpikir bersikap dan bertindak atau berprilaku. Kurikulum juga terkait dengan proses internalisasi nilai- nilai yang terkandung dalam setiap materi pelajaran dan sikap para pendidiknya dalam membawakan materi tersebut. Nilai-nilai yang akan diwariskan itu dikondisikan sedemikian rupa sehingga muncul dalam proses belajar dan dialami sehingga akan terjadi proses internalisasi dalam diri siswa, proses yang demikian menjadikan para peserta didik menjadi orang yang cerdas dan berakhlak mulia.19

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Landasan pengembangan Kurikulum 2013, antara lain:

1) Landasan Filosofi

Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :

18 Ridwan Abdullah Sani. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Cet: I; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 45

19 Zulfikri Anas dan Ahmad Supriyatna. Hitam Putih Kurikulum 2013, (Cet: I; Jakarta

Selatan: AMP Press, 2014), h. 40

(33)

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan generasi muda bangsa. Dengan demikian tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum.

b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif, menurut pandangan filosofi ini, prestasi anak bangsa diberbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu ynag harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna dengan apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, kurikulumm 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk

(34)

menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya , dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).

Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.

d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baikdaripada masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian dan berpartisipasi untuk membangin kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).20 2) Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah :

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

c. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan PP No.

19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

20Misykat Malik Ibrahim. Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press.

2016. hal. 38

(35)

d. Permendikbud RI Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

e. Permendikbud RI Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Pengganti Permendikbud RI Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar).

f. Permendikbud RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Pengganti Permendikbud RI Nomor 68 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah).

g. Permendikbud RI Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Pengganti Permendikbud RI Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah).

h. Permendikbud RI Nomor 60 tahun 2014 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (Pengganti Permendikbud RI Nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan).

i. Permendikbud Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

(36)

Menengah (Pengganti Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013).

j. Permendikbud RI Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Pengganti Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler).

k. Permendikbud RI Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

l. Permendikbud RI Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

m. Permendikbud RI Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

n. Permendikbud RI Nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Pembelajaran sebagai sumber utama.21

3) Landasan Konseptual

Landasan Konseptual Pengembangan Kurikulum 2013, yaitu : a. Relevansi pendidikan (link and match)

b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

c. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) d. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh.22

21Misykat Malik Ibrahim. Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press.

2016. hal. 41

22Misykat Malik Ibrahim. Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press.

2016. hal. 42

(37)

4) Landasan Empiris

Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah yang lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum harus mampu membentuk manusia indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

Disamping itu dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman, perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Selain itu perlunya pengutan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.23

5) Landasan Teoritik

Teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi merupakan dasar pengembangan Kurikulum 2013.

Pendidikan berdasarkan stsndar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai

23Sitti Mania. Asesmen Autentik Untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press. 2016. hal. 10

(38)

Standar kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.24 3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut : a. Mengembangkan keseimbangan anatara pengembangan sikap spiritual

dan social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagi sumber belajar.

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat.

d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar pelajaran.

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyakan dalam kompetensi inti.

24Sitti Mania. Asesmen Autentik Untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press. 2016. hal. 6

(39)

g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertical).25 4. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Elemen perubahan Kurikulum 2013, meliputi 4 aspek, yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian26. a. Standar Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas27.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Lulusan SD/MI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

Sikap Memiliki (menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,mengamalkan) perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia (jujur, santun,

25Takisarief. Blogspot. Co. Id/2014/01/telaah-kritis-kurikulum.2013.html

26Sitti Mania. Asesmen Autentik Untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press. 2013. hal. 14

27Sitti Mania. Asesmen Autentik Untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press. 2013. hal. 15

(40)

peduli, disiplin,demokrasi), percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, di sekitar rumah, sekolah dan tempat bermain.

Keterampilan Memiliki (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) kemampun pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Pengetahuan Memiliki ( mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi) pengetahuan faktual dan kobseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah dan tempat bermain.

b. Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,

(41)

beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan28.

c. Standar Proses

Perubahan pada standar proses berarti perubahan strategi belajar mengajar. Guru wajib merancang dan mengelola proses belajar aktif dan menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Proses belajar mengajar menggunakan pendekatan saintifik dengan mengutamakan discovery learning, problem based learning dan project based learning29.

d. Standar Penilaian

Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pada mata pelajaran menurut Kurikulum 2013 ditekankan pada penilaian autentik dengan kriteria sebagai berikut:

a) Penilaian berbasis kompetensi;

b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil);

28Misykat Malik Ibrahim. Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press.

2014. ha. 45

29Sitti Mania. Asesmen Autentik Untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi Kurikulum 2013 . Alauddin University Press. 2013. hal. 18

(42)

c) Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga Kompetensi Inti dan SKL30.

5. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia31. Insan indonesia yang beriman hendaknya mengedepankan kualitas Agama di atas segalanya, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegritasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad ke-21, kini memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada Kurikulum 201332.

Sudah barang tentu, untuk mencapai tema itu dibutuhkan proses pembelajaran yang mendukung kreativitas. Itu sebabnya perlu merumuskan kurikulum yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba (observation based learning)untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, disamping itu dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaring melalui collaborative learning. Empat standar dalam kurikulum meliputi standar

30Misykat Malik Ibrahim. Implementasi Kurikulum 2013. Alauddin University Press.

2014. hal. 46

31Takisarief. Blogspot. Co. Id/2014/01/telaah-kritis-kurikulum.2013.html

32Trianto Ibnu badar al – Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Kontekstual. Kencana. 2014.hal.9

(43)

kompetensi lulusan, proses, isi, dan standar penilaian akan berubah sebagaimana ditunjukkan dalam skema elemen perubahan33.

Menurut kamaruddin dalam bukunya yang dikutip Trianto Ibnu Badar al – Tabany, Salah satu perubahan paradignma pemebelajaran tersebut yaitu orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid ( student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan34. Satu hal lagi bahwa Kurikulum 2013 sebagai hasil pembaruan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut, juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta, tapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai yang diharapkan35.

33Trianto Ibnu Badar al – Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, progresif, dan Kontekstual. Kencana. 2014.hal.9

34Trianto Ibnu Badar al – Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Kencana.2014.hal.11

35Trianto Ibnu Badar al – Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Kencana. 2014.hal.11

(44)

C. Karakteristik Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Madrasah Ibtidiyah

Kata Madrasah diambil dari kata darasa yang berarti belajar, madrasah adalah tempat untuk belajar. Istilah madrasah sering diidentikkan dengan istilah sekolah atau semacam bentuk perguruan yang dijalankan oleh sekelompok atau institusi umat islam36. Menurut Abd. Hamid Al-Hasyimi yang dikutip Suwito, istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, mesjid dan lain-lain. Bahkan juga seorang ibu bisa dikatakan sebagai madrasah pemula37. Dalam Shorter Encyclopaedia of Islam menurut Gibb yang dikutif Haidar Putra Daulay “Name of instutution where the Islamis science are studied”,Madrasah adalah nama dari suatu lembaga dimana ilmu-ilmu keislaman diajarkan38.Sementara menurut penulis, Madrasah Ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan yang setara dengan sekolah dasar di bawah naungan Kementerian Agama yang menjadikan pelajaran agama islam sebagai pelajaran utama diantaranya;

Al Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih dan Bahasa Arab, sehingga pengetahuan Agama jauh lebih mendalam.

2. Sejarah Pendirian dan Pertumbuhan Madrasah

Menurut Said Ismail yang dikutip Suwito,Madrasah yang pertama didirikan pada zaman Rasulullah saw. Adalh Daar al-Arqam di

36https://rizaalfarid. Blogspot. com

37Suwito dan fuzan. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Kencana. 2015.hal.214

38Haidar Putra Daulay. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Kencana. 2014. Hal.96

(45)

Mekkahdan guru pertamanya adalah Rasulullah saw. sendiri, dan murid- murid pertamanya adalah para sahabat Nabi terpilih. Kurikulum yang diajarkan di madrasah pertama ini adalah ayat-ayat Al Quran yang turun dibawa oleh Malaikat Jibril as. ke dalam hati Rasulullah saw. adapun metode pengajian yang digunakan adalah dengan menjelaskan ayat, menafsirkan dan menganalisis dalam bentuk ceramah, demonstrasi, praktikum, dan praktik-praktik39.

Dalam bukunya Maksum yang dikutip Suwito, pendidikan Islam secara kelembagaan tampak dalam berbagai bentuk yang bervariasi.

Disamping lembaga yang bersifat umum seperti mesjid, terdapat lembaga- lembaga yang mencerminkan kekhasan orientasinya. Secara umum, pada abad ke 14 hijriyah dikenal beberapa sistem pendidikan (madaris al tarbiyah) Islam40.

3. Perkembangan Madrasah di Indonesia

Lembaga-lembaga pendidikan yang terkenal di dunia Islam pada zaman klasik adalah : Kuttab, masjid dan madrasah. Ada juga yang membaginya kepada : Makyab/kuttab, aljami’, majelis ilmu atau majelis adab, dan madrasah atau kuliah ( Al-Ahwani).41

Kuttab dari kata Maktab yang artinya” tempat belajar”. Kuttab berlangsung di rumah guru, biasanya seorang huffadz (penghapal al Qur’an) dengan materi berkisar pada baca-tulis. Karena itu, Kuttab

39Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Kencana. 2015.hal.200

40Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Kencana. 2015.hal.201

41Haidar Putra Daulay. Sejarah dan pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Kencana.

2012.hal.99

(46)

merupakan pendidikan paling dasar.42 Mesjid merupakan institusi dalm proses institusionalisasi pendidikan Islam. Menurut J. Pedersen dan George Makdisi yang dikutip oleh Arief Subhan, menyebutkan bahwa mesjid yang di dalamnya dilaksanakan majelis dengan pembelajran Al Qur’an sebagai materi utama merupakan pusat pembelajaran yang muncul paling awal.43Madrasah merupakan perkembangan lebih lanjut dan formalisasi dari tradisi pendidikan yang sudah berlangsung di mesjid, masjid-khan dan kuttab. Meskipun demikian, kehadiran madrsah tidak serta merta mengakhiri peran kuttab, masjid, dan masjid-khan sebagai pusat-pusat pembelajaran.44

Tumbuh dan berkembangnya madrasah tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangnya ide-idepembaharuan dikalangan umat Islam. Dipermulaan abad ke 20 banyaklah pulang ketanah air para pelajar yang telah belajar dan bermukim bertahun-tahun di timur tengah.

Sekembalinya mereka ke Indonesia mereka kembangkan ide-ide baru dalam bidang pendidikan. Salah satu diantaranya melahirkan madrasah45.

Diantara ulama yang berjasa dalam menggagas tumbuhnya madrasah di Indonesia antara lain Syekh Abdullah Ahmad, pendiri madrasah adabiyah di padang pada tahun 1909. Pada tahun 1915 madrasah ini

42Arief Suban. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia. Kencana. 2012.hal.37

43Arief Subhan. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia. Kencana.2012.hal.37

44Arief Subhan. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia. Kencana.2012.hal.37

45Haidar Putra Daulay. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Kencana. 2012.hal.99

(47)

menjadi HIS Adabiyah yang tetap mengajarkan agama46.Syekh M. Tahib Umar pada tahun 1910 mendirikan Madrasah School di Batu Sangkar.

Tiga tahunkemudian madrasah ini ditutup dan baru pada 1918 dibuka kembali oleh Mahmud Yunus dan pada tahun 1923 madrasah ini berganti nama dengan Diniyah School. Pada tahun yang sama Rangkayo Rahman El Yunusiyah mendirikan Madrasah Diniyah Putri di padang panjang, sebelumnya yaitu pada tahun 1915 Zainuddin Labay al- Yunusi mendirikan Madrasah Diniyah di padang panjang. Madrasah diniyah inilah yang kemudian berkembang di Indonesia, baik merupakan bagian dari pesantren atau surau, maupun berdiri diluarnya47.

Madrasah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan khas Islam. Didalamnya tafaqqah fi al-din merupakan komponen terpenting.

Oleh karena itu perkembangan madrasah yang biasanya berlangsung berada pada tingkatan kurikulum dan pengelolaan kelembagaan. Pada tingkatan kurikulum, memasukkan mata pelajaran baru yang berkaitan dengan ilmu-ilmu umum, merupakan komponen terpenting modernisasi atau perkembangan madrasah. Pada tingkatan kelembagaan, pengelolaan lembaga pendidikan dengan manajemen yang lebih terstruktur dan sistematis, penerapan sistem pembelajaran dan ujian, dan sebagainya merupakan komponen penting modernisasi48.

46Haidar Putra Dauly. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Kencana. 2012.hal.101

47Haidar Putra Dauly. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Kencana. 2012.hal.101

48Arief Subhan. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia. Kencana. 2012.hal.71

Gambar

Tabel 2.1 Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah
Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama Kabupaten Maros  Sumber: Kementerian Agama Kabupaten Maros
Tabel 4.1 Daftar Nama Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kabupaten Maros
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.. Modul Inti Panduan Pengembangan Kurikulum

madrasah menilai dan membina pelaksanaan pendidikan agama di Madrasah di lingkungan kementerian Agama Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah

Berdasarkan dari temuan penelitian tampak tiga orang guru agama telah memahami apa itu kurikulum, bebeda-beda persepsi tetapi maknanya sama bahwa, kurikulum pada

Materi pada buku teks pelajaran fikih kelas III Kurikulum 2013 Jenjang Madrasah Ibtidaiyah kelas III terbitan Tiga Serangkai semester ganjil, sebagai berikut :

Problem yang dihadapi pengurus yayasan (komite madrasah) dalam implementasi kurikulum di madrasah Wedung adalah: a) persoalan dana/ pembiayaan, b) Persoalan

Penelitian ini dilakukan di kelas IVb Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tutul Balung karena telah menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2015/2016, serta guru

Sesuai dengan fokus penelitian ini yaitu “Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 pada penanaman sikap sosial di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Karanganyar

Pada tanggal 30 September 1964 Departemen Agama menerima surat penyerahan dari Dinas Agama berupa surat permohonan untuk pemecahan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kotabumi menjadi