• Tidak ada hasil yang ditemukan

problematika pembelajaran daring pada mata

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "problematika pembelajaran daring pada mata"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS XI DI SMKN 1 LINGSAR

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh Nuralip NIM 170101184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2021

(2)

ii

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS XI DI SMKN 1 LINGSAR

TAHUN PELAJARAN 2020/2021 SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nuralip NIM 170101184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2021

(3)

i

(4)

ii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu dan Bapak tercinta Mahudi dan Marni, saudara-saudariku (kakak Sulhan),guru dan dosenku, semua guru dan dosenku, Tema-teman, sahabat, dan almamater tercinta UIN Mataram”.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Problematika Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas XI Di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita menuju jalan yang lurus.

Selama penyusunan Skripsi ini tentunya berbagai hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi tidak akan mampu penulis lewati tanpa bantuan Allah swt.

melalui perantara orang lain. Atas bantuan yang telah diberikan selama proses penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Saparudin M. Ag dan Erlan Muliadi, M. Pd.I. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehinggaskripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Saparudin, M.Ag. dan H. Muhammad Taisir, M.Ag. selaku ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram.

5. Bapak dan Ibu dosen prodi Pendidikan Agama Islam UIN Mataram yang telah sabar dalam memberikan ilmu bagi penulis selama ini.

(9)

viii

Kepada semua pihak yang berperan dalam menyelesaikan skripsi ini,yang peneliti tidak bisa sebutkan satu persatu. Peneliti menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Semoga amal ibadah dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, Aamiin.

Mataram, …………..2021 Penulis

Nuralip

NIM. 170101184

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... …….

HALAMAN JUDUL ... ……..

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined.

MOTTO ... i

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penellitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting penelitian ... 8

a. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

b. Setting Penelitian ... 9

(11)

x

E. Telaah Pustaka ... 9

F. Kerangka Teori ... 14

1. Problematika Pembelajaran ... 14

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 16

3. Pembelajaran Daring ... 28

G. Metode Penelitian ... 34

1. Pendekatan Penelitian ... 34

2. Kehadiran Peneliti ... 34

3. Lokasi Penelitian ... 35

4. Sumber Data ... 36

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

6. Analisis Data ... 40

7. Keabsahan Data ... 42

H. Sistematika Pembahasan ... 44

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 46

A. Gambaran umum tentang lokasi penelitian ... 46

B. Problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021 ... 61

1. Problematika yang dihadapi pendidik ... 61

2. Problematika yang dihadapi peserta didik ... 68

C. Upaya guru dalam mengatasi Problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021 71 1. Solusi terhadap problematika yang dihadapi oleh pendidik ... 71

2. Solusi terhadap problematika yang dihadapi oleh peserta didik ... 76

BAB III PEMBAHASAN ... 80

A. Problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021 ... 80

1. Problematika yang dihadapi pendidik ... 80

2. Problematika yang dihadapi peserta didik ... 84

(12)

xi

B. Upaya Guru Dalam Mengatasi Problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021 86

1. Solusi terhadap problematika yang dihadapi pendidik ... 86

2. Solusi terhadap problematika yang dihadapi peserta didik ... 89

BAB IV KESIMPULAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xii

Problematika Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas XI Di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021

Oleh:

Nuralip NIM. 170101184

ABSTRAK

Pembelajaran merupakan serangkaian proses atau kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa menggunakan metode yang efektif agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal. Dalam proses pembelajaran di SMKN 1 Lingsar saat ini menggunakan sistem Daring dalam proses belajar mengajar terutama dalam hal materi PAI, namun dengan di terapkannya metode Daring ini banyak permasalahan atau problematika yang timbul. Oleh karena itu, keadaan di jadikan peneliti sebagai objek untuk melakukan penelitian sebab dalam melakukan pembelajaran metode Daring peserta didik banyak yang mengalami kesulitan. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1) Untuk mengetahui Problematika Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas XI Di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021, dan 2) Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi Problematika Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas XI Di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Problematika Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas XI Di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021 antara lain: Tidak sedikit peserta didik yang belum bisa memahami isi materi yang disampaikan secara Daring, Kurangnya kerjasama antara pendidik dengan orang tua peserta didik, Kesulitan dalam memilih metode yang tepat atau sesuai dengan materi yang dibawakannya, Kesulitan dalam melakukan evaluasi, Peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran, Akses internet dan kuota yang kurang memadai.

Sedangkan upaya guru dalam mengatasi Problematika Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas XI di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021, meliputi: Membuat konten atau isi materi yang disampaikan secara Daring dengan kreatif dan mudah dipahami semua peserta didik, Meningkatkan kerjasama antara pendidik dengan orang tua peserta didik, menggunakan metode

(14)

xiii

yang bervariasi sesuai dengan materi, Melakukan evaluasi dan melaksanakan rencana sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan efektif, Mengadakan kerjasama dengan wali kelas dan guru BK dan, Memberikan bantuan kuota.

.

Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran PAI, Metode Daring

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gambaran Status Lahan SMKN 1 Lingsar Tabel 2.2 Daftar Nama-Nama Guru di SMKN 1 Lingsar Tabel 2.3 Data Perkembangan Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir Tabel 2.4 Sarana dan Prasarana SMKN 1 Lingsar

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Pembelajaran Daring Lampiran 2 Poto Wawancara Guru dan Siswa

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian Dari Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian Bakesbangpoldagri Provinsi NTB Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian di SMKN 1 Lingsar

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik, dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membatu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.1

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani, menumbuh suburkan kehidupan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.2 Pendidikan Agama Islam berupaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya, selebihnya dengan Pendidikan Agama Islam seseorang memiliki modal untuk dapat menentukan sikap yang positif, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, selain itu tujuan diadakannya Pendidikan Agama Islam adalah memberikan pemahaman

1Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta:

Kencana, 2013), h. 19.

2Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 153.

(18)

ajaran-ajaran islam pada peserta didik dan membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah SAW. sebagai perintah penyempurna akhlak manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja, dan juga dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akhirat.3

Untuk mencapai semua itu tentunya harus ada usaha dan kesungguhan, karena pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dihadapkan dengan berbagai problematika pendidikan dewasa ini, diantaranya ketika ditilik dari operasionalisasi proses pembelajarannya, bahwa terjadinya kegagalan pendidikan agama di lembaga pendidikan Islam disebabkan oleh praktek pendidikannya hanya memperhatikan praktek aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai agama, ia mengabaikan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Disamping itu juga pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang agama dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama dengan baik dan benar artinya bahwa Pendidikan Agama Islam banyak dipengaruhi oleh trend Barat, yang lebih mengutamakan pengajaran dari pada pendidikan moral, padahal intisari pendidikan agama adalah pendidikan moral. Disamping itu terlebih lagi karena perubahan tatanan kehidupan sosial yang terjadi saat ini yang diakibatkan munculnya wabah Covid-19 yang memang memberikan dampak yang besar terhadap berbagai lini, salah satunya dunia pendidikan. Dunia Pendidikan seolah menjadikan

3Muhaimin Dan Abd Mujib, Kerangka Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya,(Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 164.

(19)

rumah sebagai lembaga pendidikan yang dapat menggantikan lembaga pendidikan formal.Hal ini dilakukan karena instruksi pemerintah, dan juga dengan alasan untuk mencegah penyebaran virus covid-19.

Sehingga hal ini menimbulkan tantangan baru bagi pendidikan, dimana pendidikan harus dilaksanakan dengan sistem jarak jauh dengan belajar dari rumah masing-masing melalui sistem pemelajaranonline atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran Daring (dalam jaringan). Sistem pembelajaran Daring merupakan salah satu bentuk alternatif dalam melakukan pembelajaran yang dilaksanakan selama masa pandemi covid-19. Pembelajaran tersebut dilakukan dengan tanpa melakukan tatap muka atau melalui online melalui platform yang tersedia dengan akses internet. Pembelajaran menggunakan jaringan internet lazim disebut dengan E-Learning, atau juga dikenal dengan pembelajaran metode Daring (dalam jaringan).4

Dengan keadaan seperti inilah menjadi salah satu tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena tentu sistem pembelajaran Daring memberikan tekanan yang berat terhadap aktivitas belajar menagajar, tekanan pembelajaran Daring tentu tidak sama dengan pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka, jika pada pembelajaran tatap muka guru dan siswa tidak akan disibukkan dengan membuat aturan-aturan baru karena memang selama ini sudah alami terjadi, namun pada pembelajaran

4Sobron, A. ., Bayu, Rani, & S, M., “Persepsi Siswa Dalam Studi Pengaruh Daring Learning Terhadap Minat Belajar Ipa”. Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme, 2019, h. 30–38.

(20)

Daring guru dan siswa di sibukkan dengan aturan-aturan yang harus dibuat bersama-sama untuk disepakai terlebih dahulu (mulai dari kesepakatan jam masuk, kesepakatan penggunaan aplikasi, mekanisme pembelajaran dan lain sebagainya). Disamping itu juga seorang guru dituntut untuk kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dan harus tahu bagaimana caranya agar siswa tetap produktif, aktif dan memperoleh pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan efektif.

Meski telah disepakati, namun ternyata sistem pembelajaran ini menimbulkan permasalahan, sehingga masih banyak problematika yang harus dihadapi khususnya oleh para pendidik,ataupun siswa didalam proses pembelajaran berlangsung. Dimana pembelajaran secara Daring khususnya guru PAI merasa sulit dalam memberikan pemahaman terhadap siswa, danbegitu juga siswa merasa kesusahan ketika memahami materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

SMKN 1 Lingsar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang ada di daerah kecamatan Lingsar, Lombok Barat yang menerapkan sistem pembelajaran Daring selama masa covid-19. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 25 Agustus 2020 di SMKN 1 Lingsar dengan salah satu guru PAI yaitu ibu Eli Farida Diana bahwa ada beberapa problematika yang menjadi kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran PAI menggunakan sistem Daring disekolah ini antara lain yaitu pembelajaran PAI dengan sistem Daring dirasakan kurang efektif dikarenakan

(21)

guru dan siswa tidak dapat bertatap muka secara langsung sehingga pemanfaatan ruang dan waktu kurang maksimal, keaktifan siswa pada saat pembelajaran masih kurang dikarenakan faktor kuota, sinyal ataupun kelalaian siswa itu sendiri, kurangnya kerjasama antara guru dan orang tua dirumah, evaluasi yang dilakukan cendrung monoton karena hanya bisa mengunakan tes tulis, dan metode yang bisa diterapakn dalam pembelajaran tidak bervariasi karena hanya bisa menggunakan metode penugasan.5

Selain mewancarai guru peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu siswa kelas XI yang bernama Khairul Sukri Hidayat bahwa problematika yang dirasakan dalam pembelajaran PAI dengan metode Daring adalah bahwa siswa cendrung merasa jenuh dengan sistem pembelajaran Daring dikarenakan siswa dituntut untuk membaca dan memahami materi yang sudah dibagikan oleh guru secara mandiri, belum lagi ditambah dengan tugas dan latihan yang harus diselesaikan pada hari yang bersamaan dalam beberapa mata pelajaran. Disamping itu juga problematika yang menjadi kendala yang dirasakan oleh siswa adalah seringnya tidak ada kuota ataupun gangguan sinyal sehingga hal ini menjadi penghambat dalam mengikuti pembelajaran menggunakan metode Daring.6

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS XI DI SMKN 1

5Eli Farida Diana, Wawancara, Lingsar, 25 Agustus 2020

6Khairul Sukri Hidayat, Wawancara, Lingsar, 25 Agustus 2020

(22)

LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2020/2021”. agar peneliti mengetahui apa saja problematika yang dihadapi oleh siswa kelas XI dalam melakukan pembelajaran PAI dengan sistem Daring, dan juga sebagai bahan acuan para guru untuk lebih maksimal dalam menentukan metode yang tepat dalam memberikan pendidikan kepada siswanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021?

2. Bagaimana upaya guru PAI dalam mengatasi probelmatika pembelajaran PAI dengan metode Daring pada siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021?

C. Tujuan dan Manfaat Penellitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021

(23)

b. Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam mengatasi probelmatika pembelajaran PAI dengan metode Daring pada siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar Tahun Pelajaran 2020/2021

2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kelimuan tentang problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring

2) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidik dalam mengembangkan kemampuannya dalam upaya mengatasai problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bekal pengalaman yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terkait dengan problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI.

(24)

2) Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan didalam mengembangkan keterampilan dalam upaya mengatasi problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI.

3) Bagi Sekolah

Diharapkan dapat dijadikan landasan untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran Daring serta membantu keberhasilan didalam melakukan pembelajaran Daring

4) Bagi peneliti Berikutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dan refrensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam dan menyeluruh kaitannya dengan penelitian pembelajaran Daring.

D. Ruang Lingkup dan Setting penelitian a. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan fokus yang diteliti maka dalam penelitian ini tidak mengkaji tentang masalah-masalah pendidikan secara umum dilokasi penelitian. Maka objek dari itu ruang lingkup dari penelitian ini hanya dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021, serta upaya-upaya guru dalam mengatasi problematika pembelajaran Daring pada mata pelajaran PAI siswa kelas

(25)

XI di SMKN 1 Lingsar tahun pelajaran 2020/2021. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah hanya kelas XI dan guru PAI kelas XI di SMKN 1 Lingsar.

b. Setting Penelitian

Adapun yang menjadi setting penelitian ini adalah dilakukan di SMKN 1 Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat. Tertariknya peneliti melakukan penelitian dilokasi tersebut atas pertimbangan, salah satunya adalah sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran yang cukup baik dan sekolah tersebut banyak diminati oleh masyarakat luar wilayah. Disamping itu SMKN 1 Lingsar ada indikasi terdapatnya problematika dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode Daring. Alasan lainnya adalah letak lokasi yang strategis dimana lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat mempermudah peneliti di dalam pengambilan data-data dan informasi yang terkait dan dibutuhkan dalam penelitian,

E. Telaah Pustaka

Sebagai usaha untuk memahami masalah yang diteliti, maka penulis melakukan telaah pustaka terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skripsi yang ditulis oleh Suci Febriantika Rahman, tahun 2020, dengan judul ”Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada

(26)

Masa Pandemi Covid-19 Di SMP Islam Nurussalam Al-Khoiri Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020”. Adapun kesimpulan dari skripsi yang ditulis oleh Suci Febriantika Rahman ini adalah bahwa problematika yang dihadapi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMP Islam Nurussalam Al-Khoiri Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 yaitu problematika yang dialami oleh guru berupa keterbatasan sarana prasarana, penguasaan teknologi yang masih rendah dan kurangnya kefektifan belajar mengajar. Sementara problematika yang dialami oleh peserta didik yaitu: kurangnya kesadaran dari peserta didik sebagai pribadi muslim, tingkat pengetahuan agama yang berbeda-beda, tingkat kecerdasan yang berbeda, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan bermain.7

Dari penelitian diatas dapat ditarik persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sebuah lembaga pendidikan dan dalam keadaan masa pandemi covid-19, sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan jenjang yang diteliti yaitu dilakukan di SMP Islam Nurussalam Al-Khoiri Mojolaban Sukoharjo. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Lingsar, Lombok Barat. Serta pada

7Suci Febriantika Rahman, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Smp Islam Nurussalam Al-Khoiri Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020”, (Skripsi, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2020), h. 14-15.

(27)

penelitian ini lebih terfokus pada problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring.

2. Skripsi yang ditulis oleh Nurhayati, tahun 2017, yang berjudul

“Problematika Siswa Dalam Memepelajari Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA Model Nurul Jannah NW Ampenan Tahun pelajaran 2016/2017”. Adapun penelitian ini menyimpulkan bahwa problematika siswa dalam mempelajari bidang studi Pendidikan Agama Islam yaitu: peserta didik mengalami kesulitan dalam membaca Al Qur’an dan menghapal ayat-ayat pendek, kurangnya pengetahuan guru tentang penerapan metode dan model-model pembelajaran, adanya anak yang bandel dan keras kepala, penyediaan buku pegangan guru dan siswa di perpustakaan terbatas, kurangnya media (alat peraga) sebagai penunjang dalam proses pembelajaran, daya serap siswa yang masih terbatas, yang menjadi kesulitannya di sini adalah guru merasa sulit dengan mengimbangi keadaan siswa yang merasa jenuh ketika menerima pelajaran, sebagian siswa menunjukkan sikap mengganggu, banyak siswa yang keluar masuk ruangan pada saat pembelajaran berlangsung, dan keterurutan materi pembelajaran.8

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat ditarik persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.Persamaannya adalah sama-sama meneliti

8Nurhayati, “Problematika Siswa Dalam Memepelajari Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA Model Nurul Jannah NW Ampenan Tahun Pelajaran 2016/2017”, (Skripsi, FITK UIN Mataram, Mataram, 2017), h. 64.

(28)

tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sebuah lembaga pendidikan. Sedangkan perbedaannya adalah fokus penelitian tersebut lebih khusus kepada problematika siswa , disamping itu perbedaannya adalah lokasi penelitian dimana penelitian tersebut dilakukan di SMA Model Nurul Jannah NW Ampenan sedangkan penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Lingsar. Serta dalam penelitian ini lebih terfokus pada problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring pada siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar, artinya dalam penelitian ini berfokus mendeskripsikan problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring pada masa pandemic covid-19.

3. Skripsi yang ditulis oleh Nila Intan Nita, tahun 2018 dengan judul

“Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018”. Adapun kesimpulan penelitian ini bahwa Problem yang dihadapi dalam pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati : Siswa banyak yang belum bisa membaca dan menulis Al-Quran dengan baiksehingga kemampuan siswa dalam memahami Pendidikan Agama Islam kurang, siswa yang belum siap mendukung dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam dirasa kurang karena materi yang

(29)

disampaikan banyak, Serta guru juga susah dalam mengkondisikan siswa didalam pembelajaran.9

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang problematika yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.Sedangkan perbedaanya adalah lokasi dan objek penelitian. Adapun lokasi dan objek penelitian yang dilakukan oleh Nila Intan Nita di SMK Saraswati Salatiga dimana objek penelitiannya itu adalah problematika proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhan yang ada di SMK Saraswati Salatiga, sedangkan penelitian ini objeknya dikhususkan hanya mengkaji tentang problematika yang dihadapi dalam pembelajaran PAI dengan metode Daring pada siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar kabupaten Lombok Barat.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini baru dan orisinil.

9Nila Intan Nita, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018”, (Skripsi, FTIK IAIN Salatiga, 2018), h.109.

(30)

F. Kerangka Teori

1. Problematika Pembelajaran a. Pengertian Problematika

Problematika adalah suatu istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “Problem” yang berarti “soal atau masalah”.10 Sedangkan menurut tim penyusun pusat pengembangan dan pembinaan bahasa bahwa “problem adalah masalah atau persoalan.11Sedangkan menurut Susiana problem adalah masalah persoalan dalam pembelajaraan yang dihadapi dan yang seringkali permasalahan tersebut menjadi hambatan untuk mencapai tujuan secara maksimal.Problematika tersebut terdiri dari berbagai aspek yang menjadi problem-problem dalam pembelajaran.12

Problematika berasal dari kata problem yang berarti masalah atau persoalan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia problematika berarti masih menimbulkan masalah atau masih belum dapat dipecahkan.13 Masalah adalah kesenjangan (Discrepancy) antara das sollen dan das sain, yakni kesenjangan antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis

10Munisu Hw, Sastra Indonesia, (Bandung: Rosdakarya, 2002), h. 268.

11Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Dilengkapi Dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), (Jakarta: Reality Publisher, 2006), h. 428.

12Susiana, “Problematika Pembelajaran PAI Di SMKN 1 Turen”, Jurnal Al- Thariqah, Vol. 2, Nomor 1, Juni 2017, h.74.

13Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h .789.

(31)

dengan itu.14Problematika selalu menuntut untuk bisa diselesaikan.

Begitu juga dengan problematika pembelajaran PAI tidak hanya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga berusaha untuk menemukan solusi dan jalan keluar dari permasalahan tersebut.

Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan problematika pembelajaran adalah permasalahan yang menghambat, mengganggu atau mempersulit terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Jenis-jenis Problematika

Secara umum problematika berdasarkan ciri-cirinya, jangkauannya dan cara mengatasinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Problematika Sederhana, yaitu problematika memiliki ciri skala kecil, problematika sederhana tidak memiliki sangkut paut dengan problematika lain, tidak memiliki konsekuensi yang besar, pemecahan masalah tidak memerlukan pemikiran yang luas dan mendalam dan bisa diselesaikan secara individu. Teknik pemecahan masalah atau problematika ini bisa dilakukan dari pengalaman, intuisi dan kebiasaan pada diri seseorang.

14Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1985), h. 66.

(32)

2) Problematika Sulit, yaitu problematika sulit atau kompleks memiliki skala besar, yang memilliki kaitan erat dengan problematika lainnya, memiliki konsekuensi yang besar, dan pemecahan problematika ini memerlukan pemikiran keras atau analisis yang tajam. Problematika sulit terbagi menjadi dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Problematika terstruktur adalah problematik yang jelas penyebabnya, rutin dan sering terjadi sehingga pemecahannya sudah dapat diprediksi. Problematika tidak terstruktur adalah problematika yang tidak jelas penyebab dan konsekuensinya, serta bukan problematika yang sering berulang.15

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pembelajaran PAI

Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua kata yaitu aktivitas belajar dan mengajar. Pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang

15Saprin Efendi Dkk, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Negeri 064025 Kecamatan Medan Tuntungan”, Edu Religia, Vol. 2, Nomor 2, April-Juni 2018, h. 268.

(33)

terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung yang digunakan dalam proses belajar mengajar.16

Selain itu, dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pada bab I pasal 1 dikemukakan bahwa: “Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.17 Pendapat lain mengatakan bahwa pembelajaran adalah Proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.18

Sedangkan Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga kata yakni pendidikan yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran da pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Kemudian agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya. Dan Islam adalah agama yang diajarkan oelh

16Muhaimin, Paradigma Pengertian Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 92.

17Uu Ri No. 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), h. 4.

18E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi ; Konsep, Karakteristik Dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 100.

(34)

Nabi Muhammad SAW.Berpedoman kepada kitab suci Al-qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.19 Pendapat lain mengatakan pendidikan agam islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya (kaffah), mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani atau rohani.20

Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih luas mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam maka peneliti mengambil beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut:

1) Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.21

19Jumiarti dan Abdul Sattar Daulay, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMK Negeri 1 Siabu Kabupaten Mandaling Natal”, Jurnal Darul Ilmi, Vol. 7, Nomor 1, Juni 2019, h. 140-141.

20Robiatul Adawiyah dan Hasan Baharun, “Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikannasional (Telaah Epistimologi Terhadap Problematika Pendidikan Islam)”, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol.19, Nomor 1, Agustus 2018, h. 37.

21Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, (Surabaya: Citra Media, 1996), h.1.

(35)

2) A.Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.22

3) Sedangkan M. Arifin mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar). Jadi Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.23

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik yang diarahkan kepada mengembangkan potensi dan pembentukan kepribadian peserta didik sesuai dengan ajaran Agama Islam.

b. Tujuan Pembelajaran PAI

Pada dasarnya tujuan Pendidikan Agama haruslah mencakup tiga hal yaitu: pertama tujuan bersifat teleologik, yakni kembali kepada

22Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.130.

23Aat Syafaat; Sohari Sahrani; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 11-16.

(36)

Tuhan, kedua tujuan bersifat aspiratif, yaitu kebahagiaan dunia sampai akhirat, dan ketiga tujuan bersifat direktif yaitu menjadi makhluk pengabdi kepada Tuhan. Oleh sebab itu apapun mata pelajarannya, maka dalam merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam haruslah mencakup ketiga hal tersebut yaitu agar peserta didik menjadi manusia yang mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk selalu kembali kepada Tuhan, dan menjadi manusia yang mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, dan dengan keluasan ilmu pengetahuannya tersebut dapat menjadikannya sebagai manusia yang taat dan shalih, sehingga apabila kesemuanya dimiliki peserta didik, titik akhirnya adalah mewujudkan peserta didik menjadi insan kamil.24

Maka secara umum dalam kajian ini tujuan Pendidikan Agama Islam dapat digambarkan menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus.

1) Tujuan Umum

Tujuan umum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

a) Membentuk akhlak yang mulia. Tujuan ini telah disepakati oleh orang-orang Islam bahwa inti dari pendidikan Islam

24Ade Imelda Frimayanti, “Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, Nomor 11, Tahun 2017, h. 240.

(37)

adalah mencapai akhlak yang mulia, sebagaimana misi kerasulan Muhammad SAW.

b) Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan dunia dan akhirat

c) Mempersiapkan peserta didik dalam dunia usaha (mencari rizki) yang professional

d) Menumbuhkan semangat ilmiah kepada peserta didik untuk selalu belajar dan mengkaji ilmu

e) Mempersiapkan peserta didik yang profesional dalam bidang teknik dan pertukangan.25

Sementara itu Imam Syafe’i dalam jurnalnya merumuskan tujuan umum pendidikan Islam dari Al-Qur`an kedalam empat bagian, yaitu:26

a) Mengenalkan peserta didik posisinya diantara makhluk ciptaan Tuhan serta tanggungjawabnya dalam hidup ini b) Mengenalkan kepada peserta didik sebagai makhluk

sosial serta tanggungjawabnya terhadap masyarakat dalam kondisi dan sistem yang berlaku

c) Mengenalkan kepada peserta didik tentang alam semesta dan segala isinya. Memberikan pemahaman akan penciptaanya serta bagaimana cara mengolah dan memanfaatkan alam tersebut

d) Mengenalkan kepada peserta didik tentang keberadaan alam maya (ghaib).

25Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 29.

26Imam Syafe’i, “Tujuan Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, Nomor 2, November 2015, h. 6.

(38)

Selain itu, tujuan dari pendidikan Islam adalah diperolehnya pencapaian hasil yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah SWT. yang taat dan memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna serta berjiwa tawakkal secara total kepada Allah SWT.27

2) Tujuan Khusus

Adapun selain tujuan umum yang telah disebutkan sebelumnya, maka pembelajaran Pendidikan Agam Islam juga memiliki tujuan khusus antara lain yaitu:

a) Memperkenalkan kepada peserta didik tentang aqidah islam, dasar-dasar agama, tata cara beribadat dengan benar yang bersumber dari syari’at islam.

b) Menumbuhkan kesadaran yang benar kepada peserta didik terhadap agama termasuk prinsip-prinsiup dan dasar-dasar akhlak yang mulia

c) Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta Alam, malaikat, rasul, dan kitabkitabnhya

27Muhammad Rusmin B, “Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam” Jurnal Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin Makassar, Vol. 6, Nomor 1, Januari - Juni 2017, h. 80.

(39)

d) Menumbuhkan minat peserta didik untuk menambah ilmu pengetahuan tentang adab, pengetahuan keagamaan, dan hukum-hukum Islam dan upaya untuk mengamalkandengan penuh suka rela

e) Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Qur`an;

membaca, memahami, dan mengamalkannya

f) Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam

g) Menumbuhkan rasa rela, optimis, percaya diri, dan bertanggung jawab

h) Mendidik naluri, motivasi, dan keinginan generasi muda dan membentenginya dengan aqidah dan nilai-nilai kesopanan.28 c. Problematika Pembelajaran PAI

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan peserta didik sebagai objek pembelajaran.

1) Faktor Pendidik

a) Seorang guru (pendidik) yang tidak dapat menanamkan jiwa saling mempercayai dan persaudaraan terhadap peserta didik

28Imam Syafe’i, “Tujuan Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam….,h.7.

(40)

b) Tidak adanya kerjasama antara pendidik dengan orang tua peserta didik, sehingga menimbulkan pertentangan antara pendidikan yang disampaikan guru di sekolah dengan pendidikan yang dilakukan orang tua di rumah

c) Banyaknya pendidik yang kurang memiliki rasa pengabdian yang tinggi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahtraan hidup para pendidik, maka dari itu kesejahtraan guru harus diutamakan.29

Adapun kesulitan lain yang dihadapi pendidik adalah:

a) Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individu peserta didik, yang disebabkan perbedaan IQ (kecerdasan), watak dan latar belakangnya

b) Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta didik yang dihadapinya

c) Kesulitan dalam memilih metode yang tepat atau sesuai dengan materi yang dibawakannya

d) Kesulitan dalam memperoleh alat-alat pelajaran

e) Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan kesulitan dalam melaksanakan rencana yang telah ditentukan, karena kadang- kadang kekurangan waktu.

29Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Pendidikan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2016), h. 34.

(41)

2) Faktor Peserta Didik

a) Peserta didik mempunyai tingkat pengetahuan agama yang tidak sama. Adakalanya peserta didik yang memasuki sekolah sudah memiliki dasar-dasar pengetahuan agama yang didapatkannya melalui pendidikan orang tuanya di rumah atau mendapat dasar-dasar pengetahuan yang didapatkannya dari jenjang sekolah yang telah dilaluinya, Dengan demikian kesenjangan antara peserta didik yang telah memiliki dasar- dasar ilmu pengetahuan agama yang memadai dengan peserta didik yang belum memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan agama, akan menjadi masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti yang diungkapkan Zuhairini dkk :

Bahwasanya anak yang sudah dilahirkan membawa fithrah beragama dan kemudian tergantung pada pendidikan selanjutnya kalau mereka mendapatkan pendidikan agama dengan baik, maka mereka akan menjadi orang yang taat beragama, dan sebaliknya bila benih agama yang dibawanya itu tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka anak akan menjadi orang yang tidak beragama.30

b) Peserta didik memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang berbeda.

Anak didik yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima pelajaran agama dibandingkan peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan

30Zuhairini Dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 31-32.

(42)

lebih rendah. Masalah ini juga akan menyebabkan faktor munculnya problem pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh pendidik.

c) Peserta didik yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajar agama. Maksudnya adalah peserta didik tersebut mempelajari agama bukan untuk membekali dirinya dengan pengetahuan agama sebagai sarana untuk melaksanakan ibadah kepada Allah swt, tetapi mempelajari agama hanya untuk mendapatkan nilai.

d) Problem peserta didik yang paling mendasar ada pada keluarga peserta didik tersebut. Dalam arti, jika keluarga peserta didik tersebut tingkat keagamaannya baik, maka secara langsung perkembangan pendidikan agama anak akan baik pula.

Sebaliknya jika tingkat keagamaan keluarganya minim maka perkembangan anak didik akan berbeda jauh dengan hal diatas Jadi, tingkat keberagaman keluarga terutama orang tua akan sangat berpengaruh dalam pendidikan keagamaan anak.31 Adapun problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring yang timbul dari pendidik antara lain yaitu:

a) Konten materi yang disampaikan secara Daring belum tentu bisa dipahami semua peserta didik. Sebab konten materi ini

31Nur Aedi, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2016), h. 90.

(43)

disajikan dalam bentuk e-book yang disajikan per bab, materi berbentuk powerpoint, dan dalam bentuk video pembelajaran.

b) Kemampuan guru terbatas dalam menggunakan teknologi pada pembelajaran Daring. Tidak semua guru mampu mengoperasikan komputer atau gadget untuk mendukung kegiatan pembalajaran, baik dalam tatap muka langsung, terlebih lagi dalam pembalajaran Daring

c) Keterbatasan guru dalam melakukan kontrol saat berlangsungnya pembelajaran Daring. Hal ini antara lain disebabkan aplikasi yang digunakan tidak menyajikan menu forum diskusi untuk menjelaskan atau menanyakan materi.32 Adapun problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring yang datang dari peserta didik itu sendiri antara lain yaitu:

a) Peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran Daring meskipun mereka didukung dengan fasilitas yang memadai dari segi ketersediaan perangkat komputer, handphone/gadget, dan jaringan internet.

b) Peserta didik tidak memiliki perangkat handphone/gadget yang digunakan sebagai media belajar Daring, kalaupun ada, itu milik orangtua mereka. Jika belajar Daring, mereka harus

32Asmuni, “Problematika Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Solusi Pemecahannya”, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 7, Nomor 4, Oktober 2020, h. 283-284.

(44)

bergantian menggunakannya dengan orangtua, dan mendapat giliran setelah orangtua pulang kerja. Ada yang pulang di siang hari, sore hari, bahkan malam hari. Sementara itu umumnya jadwal pembelajaran Daring di sekolah dilakukan mulai pagi hari hingga siang hari.

c) Sejumlah peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses internet. Mereka tidak dapat menerima tugas yang disampaikan oleh guru baik melalui whatsapp atau kelas maya d) Mengingat perjalanan BDR sudah berlangsung sekitar enam

bulan sejak pertengahan Maret 2020, menurut beberapa peserta didik, terlalu lama BDR membuat mereka malas dan membosankan.33

3. Pembelajaran Daring

a. Pengertian Pembelajaran Daring

Istilah Daring banyak dipadankan dengan istilah lainnya seperti e-learning, web-besad learning, internet learning, , distributed learning, tele-learning, dan lain sebagainya. Metode Daring adalah sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tidak bertatap muka

33Ibid., h. 284-285.

(45)

lansung, melainkan menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh.34

Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan menggunakan aksesbilitas, konektivitas, fleksibilitas dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis pembelajaran. Metode pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan pendidiki dan peserta didik untuk melakukan intraksi pembelajaran dengan bantuan internet.

Pembelajaran Daring merupakan salah satu cara menanggulangi masalah pendidikan tentang penyelenggaraan pembelajaran.35

Definisi lain tentang pembelajaran Daring adalah sistem belajar yang menggunakan model interaktif berbasis Internet. Seperti menggunakan Zoom, Geogle Meet, Geogle Drive, dan sebagainya.

Selain Moodle banyak sistem sejenis yang bertebaran dijagad maya antara lain Google Classroom, Edmodo, Schoology dan masing-masing platform memiliki keunggulan dan kekurangan. Google Classroom terbilang handal dan cukup mudah pengoperasiannya, secara otomatis terkoneksi dengan akun Gmail dan fitur Google lainnya seperti google

34Oktafi Ika Handarini, “Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (Sfh) Selama Pandemic (Covid-19), Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (Jpap), Vol. 8, Nomor 3, Tahun 2020, h. 498.

35Ali Sadikin, Afreni Hamidah, “Pembelajaran Daring Di Tengah Wabah Covid- 19”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Vol. 06, Nomor 02, 2020, h. 216.

(46)

doc, google drive, YouTube, WhatsApp, Facebook dan lain sebagainya.36

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran Daring adalah suatu pembelajaran dimana aktivitas pembelajaran tidak dilakukan dengan bertatap muka secara langsung melainkan menggunakan model intraktif berbasis internet melalui berbagai layanan dan fitur seperti Google Classroom, WhatsApp , Zoom dan aplikasi pembelajaran lainnya.

b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.Termasuk pembelajaran Daring. Meski demikian, kita tidak bisa mengatakan pembelajaran Daring tidak berhasil.

Berikut adalah kelebihan dari metode pembelajaran Daring (dalam jaringan):

1) Pembelajaran daring lebih parktis dan santai

Dikatakan praktis karena dapat memberikan tugas setiap saat dan pelaporan tugas setiap saat dengan menggunakan aplikasi pembelajaran yang telah disepakati bersama.

36Andasia Malyana, “Pelaksanaan Pembelajaran Daring Dan Luring Dengan Metode Bimbingan Berkelanjutan Pada Guru Sekolah Dasar Di Teluk Betung Utara Bandar Lampung”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, Vol. 2, Nomor. 1, Tahun 2020, h.71.

(47)

2) Lebih fleksibel bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.

Pembelajaran daring menyebabkan pemanfaatan waktu yang lebih fleksibel bagi wali yang bekerja di luar rumah dan bisa menyesuaikan waktu untuk mendampingi siswa belajar stelah selesai bekerja.

3) Menghemat waktu dan dapat dilakukan kapan saja

Semua siswa dapat mengaksesnya dengan mudah, artinya dapat dilakukan dimana saja.Penyampaian informasi lebih cepat dan bisa menjangkau banyak siswa lewat WA Group.

4) Lebih praktis dan memudahkan dalam pengambilan nilai pengetahuan terutama bila memakai Google Form

Jika menggunakan Google Form, nilai bisa langsung diketahui sehingga siswa lebih tertarik dalam mengerjakan tugas.Selain itu siswa juga dimudahkan dalam mengerjakannya.Siswa tinggal memilih pilihan jawaban yang dianggap benar dengan meng-klik pilihan jawaban yang dimaksud.

5) Siswa bisa dipantau dan didampingi oleh orang tua masing-masing.

6) Guru dan siswa memperoleh pengalaman baru terkait pembelajaran daring. Peran orang tua dalam mendampingi siswa lebih banyak.37

37Andri Anugrahana, “Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 10 No. 3, September 2020, h. 287.

(48)

Selain memiliki kelebihan pembelajaran yang dilakukan secara Daring juga tentunya memiliki kekurangan seperti yang diungkapkan oleh Malica, diantaranya yaitu:

1) Pembelajaran dirasakan kurang efektif karena guru kesulitan menyampaikan materi karena berbagai alas an, termasuk kurangnya kuota.

2) Bagi guru yang berusia muda, mudah saja menggunakan teknologi yang ada. Namun, ini menjadi beban bagi guru yang sudah berusia lanjut. Sebagian dari mereka tidak bisa menggunakan platform yang ada.

3) Tugas yang dierikan pada siswa kadang dikerjakan oleh orang tua, bukan siswanya sendiri. Ini tentu memengaruhi penilaian yang diberikan oleh guru.

4) Tugas guru semakin banyak, karena selain menyiapkan materi ajar, mereka harus membuat berbagai laporan yang harus diserahkan ke dinas pendidikan.

5) Tidak semua siswa dibekali dengan gawai pribadi. Banyak dari mereka yang masih memakai perangkat milik orang tuanya untuk pembelajaran Daring. Sedangkan orang tuanya bekerja dari pagi hingga sore. Ini mengakibatkan siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran Daring.

6) Metode pembelajaran Daring yang bersifat satu arah membuat kurangnya interaksi antara guru dan siswa, sehingga guru kesulitan mengontrol siswanya.

7) Tingkat pemahaman yang berbeda-beda, tergantung kepada kemampuan si siswa membuat ada saja yang tertinggal dalam memahami materi yang diberikan.

8) Kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara Daring membuat siswa kadang kehilangan fokus.

Dengan adanya kemudahan akses, beberapa siswa cenderung menunda-nunda waktu belajar. Perlu kesadaran diri sendiri agar proses pembelajaran Daring menjadi terarah dan mencapai tujuan.38

Sementara itu Suhery dkk.dalam jurnalnya menjelaskan beberapa kelebihan metode Daring antara lain:

38Malica, “Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Daring”, dalam https://www.malicaahmad.com/2020/10/Kelebihan-kekurangan pembelajaran-Daring.html, diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 15.40

(49)

1) Tersedianya fasilitas emoderating dimana pengajar dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu

2) Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet

3) Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer

4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet

5) Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.

6) Berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif 7) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal

jauh dari Perguruan Tinggi atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya.39

Sementara itu kekurangan pembelajaran Daring yaitu sebagai berikut:

1) Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar

2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial

3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan

4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology)

5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal

39Suhery dkk.,” Sosialisai Penggunaan Aplikasi Zoom Meeting Dan Google Classroom Pada Guru Di Sdn 17 Mata Air Padang Selatan”, Jurnal Inovasi Penelitian, Vol.1, Nomor 3, Agustus 2020, h. 130.

(50)

6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan denganmasalah tersedianya listrik, telepon, dan komputer).40

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang mengamati, menganalis dan menggambarkan fenomena yang terjadi, dengan metode deskriptif analitis. Mengenai metode ini, Winarno Surachmad, menjelaskan bahwa, “Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi:analisis dan interprestasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan dan perbedaanfenomena tertentu.41

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih terurai dengan kata-kata dari pada sederetan angka-angka dan hasil yang berupa uraian.42 Namun demikian bukan berarti dalam penelitian kualitatif terbebas dari laporan yang berbentuk angka-angka.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif instrument yang paling utamanya adalah diri sendiri. Kehadiran peneliti adalah peran dan upaya peneliti dalam memperoleh data terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian merupakan hal yang sangat

40Ibid., h. 130-131

41Nasution.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.139.

42Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:

Alfabeta,2007), h.15.

(51)

penting, karena dengan kehadiran peneliti langsung di lapangan maka akan memungkinkan data yang didapatkan benar-benar valid. Seperti yang telah dijelaskan dalam pengertian kualitatif, bahwa “pada penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai instrumen kunci”.43

Menurut Lincoln dan Guba dalam bukunya Djaman Satori & Aan Komariah mengemukakan bahwa manusia sebagai instrument dalam pengumpulan data dapat memberikan keuntungan, karena ia dapat bersikap adaptif dan fleksibel serta dapat menggunakan seluruh alat indranya yang dimiliki dalam memahami sesuatu.44 Oleh karena itu, keberhasilan dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh kemampuan peneliti saat berada dilapangan untuk menghimpun data yang dibutuhkan, menguasai teori serta wawasan terkait bidang yang diteliti, dapat memaknai data yang ada dan tidak lepas dari konteks yang sesungguhnya serta kesiapan bekal peneliti untuk memasuki lapangan.45

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMKN 1 Lingsar, Jln. Gora II No. 4. Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, pada kelas XI.

43Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.3.

44Djam’an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2014), h. 61-62.

45A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualntitatif Kualitatif Dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 332.

(52)

4. Sumber Data

Sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan peneliti, maka data yang digunakan adalah data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman menjelaskan bahwa:46

Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses- proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang- orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

Berdasarkan pendapat pakar di atas peneliti menggunakan jenis data kualitatif dengan sumber data responden yang dibagi menjadi dua yaitu:

a) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yabg diperoleh secara langsung dari sumber asli (Tidak melalui perantara).Yakni berupa opini subyek orang secara individual maupun kelompok, hasil observasi, kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Ada dua metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer, yaitu dengan cara survei dan observasi.

b) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder pada umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian.Karena data ini diperoleh dalam

46Sugiyono. Metode Penelitian...., h.284.

(53)

bentuk kertas kecil yang dicetak melalui penelurusan secara manual dan penelurusan dengan komputer. Adapun penelurusan secara manual berupa : jurnal, majalah, bulletin, dan bentuk publikasi yang diterbitkan secara periodik, buku, atau sumber data lainnya. Sedangkan penelurusan dengan computer berupa data dalam format elektronik (database) dapat berupa numerik dan teks.47

Dengan demikian dalam penelitian ini yang diharapkan menjadi sumber data adalah antara lain yaitu:

a) Guru PAI kelas XI

b) Siswa-siswi kelas XI SMKN 1 Lingsar, dan

c) Sumber data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Nasution“

catatan lapangan tersebut melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi”.48 Ketiga tehnik tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang atau melengkapi tentang problematika pembelajaran PAI dengan metode Daring pada siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar.

47Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Cv Andi Offset, 2010), h. 171-174.

48Nasution.Prosedur Penelitian...., h. 56.

(54)

a. Observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan secara langsung dan mendalam di lokasi peneltian. Observasi adalah suatu metode pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki secara langsung.49 Dalam penelitian ini tada dua teknik observasi yang digunakan yaitu :

1) Observasi Parsitipan, adalah observer terlibat langsung secara aktif adalamobjek yang diteliti atau ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang di observasi.

2) Observasi Nonpartisipan, yaitu observer tidak berperan atau tidak terlibat dengan subjek yang diamati, tetapi hanya berperan sebagi pengamat independen saja.50

Dengan teknik observasi nonpartisipan peneliti ingin mendapatkan data mengenai : Kendala yang dihadapi serta upaya-upaya yang dilakuakan guru dalam pembelajaran PAI dengan metode Daring pada siswa kelas XI di SMKN 1 Lingsar pada tahun pelajaran 2020.

Sedangkan untuk mendapatkan data tentang Profil SMKN 1 Lingsar, letak geografis SMKN 1 Lingsar , visi dan misi SMKN 1

49Suharsimi, Prosedur Penelitian-Suatu …, h.36.

50Hardani Dkk, Metode Penelitian Kualitataif Dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Cv Pustaka Ilmu, 2020), h. 129.

Gambar

Tabel 2.1 Gambaran Status Lahan SMKN 1 Lingsar  Tabel 2.2 Daftar Nama-Nama Guru di SMKN 1 Lingsar  Tabel 2.3 Data Perkembangan Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir  Tabel 2.4 Sarana dan Prasarana SMKN 1 Lingsar

Referensi

Dokumen terkait

Although Nomenclature Nomenclature Bcap SVC capacitive susceptance Bind SVC inductive susceptance Bsh bus shunt susceptance Bsvc SVC susceptance Btotal total bus susceptance Eth