Prof. Dr. Aswanto SH. M.Sc

MEMBANGUN ETIKA DA LAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERB ANGSA DAN

BERNEGARA

KONTRIBUSI KETAHANA N NASIONAL BAGI BANGSA

PROF. DR. ASWANTO., S.H.,M.H

WAKIL KETUA MAHKAM AH KONSTITUSI

DISAMPAIKAN PADA FORUM SYAWALAN DAN SILATURAHMI NASIONAL (PROGRAM STUDI KETAHANAN NASIONAL) SEKOLAH PASCASARJANA UGM, DENGAN TEMA “KONTRIBUSI KETAHANAN NASIONAL BAGI BANGSA”, PADA TGL 20 JUNI 2020 (VIA ONLINE ZOOM MEETING)

KETAHANAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN BANGSA

•

KETAHANAN NASIONAL ADALAH KONDISI DINAMIS BANGSA INDONESIA YANG MELIPUTI SELURUH ASPEK KEHIDUPAN NASIOANAL YG TERINTEGRASI, YAITU KESATUAN MENYELURUH DALAM KEHIDUPAN NASIONAL SUATU BANGSA BAIK UNSUR SOSIAL MAUPUN ALAMIAH YANG BERSIFAT POTENSIAL MAUPUN

FUNGSIONAL

•

PEMBANGUNAN NASIONAL ADALAH UPAYA UNTUK MENINGKATKAN SELURUH ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA YG SEKALIGUS

MERUPAKAN PROSES PEMBANGUNAN KESELURUHAN SISTEM PENYELENGGARAAN NEGARA UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN NASIONAL

HUBUNGAN KETAHANAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KETAHANAN NASIONAL ADALAH KONDISI OBJEKIF YG HARUS DICAPAI, SEKALIGUS SEBAGAI POLA DASAR PEMBANGUNAN NASIONAL, DENGAN

DEMIKIAN TANNAS MERUPAKAN ARAH DAN PEDOMAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

GEOPOLITIK INDONESIA --- WANUS

GEOPOLITIK INDONESIA ADALAH CARA PANDANG DAN SIKAP BANGSA INDONESIA MENGENAI DIRI, LINGKUNGAN YANG MERUPAKAN NEGARA KEPULAUAN BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD

TAHUN 1945

MEWUJUDKAN SUATU NEGARA, MERDEKA, BERSATU , BERDAULAT, ADAIL DAN MAKMUR

SPIRIT ZAMAN

DEMOKRATISASI, HAM DAN DESENTRALISASI MISALNYA, MERUPAKAN SPIRIT ZAMAN SEKARANG. IMPLEMENTASI DAN PEGELOLAANNYA MEMERLUKAN CARA PANDANG DAN KONSEP YANG BARU, KARENA CARA PANDANG DAN KONSEP YANG SELAMA INI KITA GUNAKAN TIDAK MEMADAI LAGI”

DISAMPAIKAN PADA FORUM SYAWALAN DAN SILATURAHMI NASIONAL (PROGRAM STUDI KETAHANAN NASIONAL) SEKOLAH PASCASARJANA UGM, DENGAN TEMA “KONTRIBUSI KETAHANAN NASIONAL BAGI BANGSA”, PADA TGL 20 JUNI 2020 (VIA ONLINE ZOOM MEETING)

KEMANDIRIAN LOKAL MERUPAKAN CARA PANDANG BARU YANG DIKEMBANGKAN UNTUK MEMAHAMI BERBAGAI FENOMENA YANG DIMAKSUDKAN DI ATAS, SEKALIGUS DIHARAPKAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI ACUAN DALAM MENATA PEMBANGUNAN/MENYEMPURNAKAN FORMAT PENGELOLAAN KEHIDUPAN BERBANGSA

DAN BERNEGARA.

KEMANDIRIAN LOKAL DIKEMBANGKAN DENGAN MENGACU KEPADA TIGA HAL, YAITU :

(I) PERGESERAN PARADIGMA KEILMUAN;

(II) PERGESERAN KONSEPSI PEMBANGUNAN, SEBAGAI AKIBAT PENGALAMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BAIK DI INDONESIA MAUPUN DI DUNIA;

(III) PERGESERAN ASPIRASI DAN TUNTUTAN MASYARAKAT.

BEBERAPA SUBSTANSI YANG DIPERLUKAN DALAM PENYEMPURNAAN ATAU PENATAAN KEMBALI FORMAT PENYELENGGARAAN NEGARA. SUBSTANSI DIMAKSUD, ANTARA LAIN :

•

PENINGKATAN SOLIDARITAS KEBANGSAAN;

•

PENATAAN KELEMBAGAAN NEGARA,

•

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH;

•

PENATAAN SISTEM PEREKONOMIAN;

•

PENDEKATAN BUDAYA DAN KEAGAMAAN DALAM PEMBANGUNAN;

•

REPOSISI KEDUDUKAN TNI DAN POLRI;

•

PERBAIKAN SUBSTANSI DAN PENEGAKAN HUKUM. (REKOMENDASI TIM UNHAS).

MENATA INDONESIA BARU

Penataan dimaksud diharapkan akan bermuara pada tumbuh

dan berkembangnya Indonesia Baru yang merupakan

simbolisasi tekad bangsa untuk mereaktulisasikan dan

menegaskan kembali komitmen terhadap cita-cita

kemerdekaan dan misi pembentukan negara seperti yang

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

INDONESIA BARU YANG DIMAKSUD DISINI ADALAH TATANAN KEBANGSAAN INDONESIA YANG DIBENTUK DAN DIDUKUNG OLEH TATANAN WILAYAH DAN TATANAN FUNGSIONAL YANG MANDIRI DAN SALING BERINTERAKSI SECARA SINERGIS DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, YANG:

•

MEMILIKI POSISI TERKEMUKA DALAM BERBAGAI ASPEK PERGAULAN GLOBAL;

•

^MAMPU MENINGKATKAN KUALITAS KESEJAHTERAAN MATERIAL DAN SPIRITUAL MASYARAKATNYA SECARA BERKESINAMBUNGAN, ADIL DAN BERIMBANG;

•

BERKEDAULATAN RAKYAT DAN MELATAKKAN SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN SEBAGAI SATU-SATUNYA PERANGKAT KEKUASAAN YANG SAH, SERTA MELAKSANAKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA;

•

BERBASIS PADA KEMANDIRIAN SETIAP KOMPONEN BANGSA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN DAN MENINGKATKAN KUALITAS KEBERADAANNYA YANG DILAKSANAKAN SECARA TERPADU DALAM JARINGAN KERJASAMA (INTERKONEKSITAS) YANG BERSIFAT SINERGIS. ( REKOMENDASI KONFERENSI NASIONAL INDONESIA BARU TGL 20-22 MARET 2000, JAKARTA).

PENINGKATAN SOLIDARITAS KEBANGSAAN

SOLIDARITAS KEBANGSAAN ADALAH MUARA DARI KESADARAN DAN PEMAHAMAN SEGENAP KOMPONEN BANGSA BAHWA PERSATUAN BANGSA DAN KESATUAN WILAYAH MERUPAKAN PILIHAN TERBAIK DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN. KESADARAN DAN PEMAHAMAN DIMAKSUD HANYA DAPAT DIWUJUDKAN JIKA FAKTOR-FAKTOR PEREKAT PERSATUAN BANGSA DAPAT DIPERKUAT. MENGINGAT BAHWA FAKTOR-FAKTOR TERSEBUT LEBIH DIPENGARUHI OLEH VISI SERTA TANTANGAN YANG SAMA, MAKA UPAYA UNTUK MEMPERKUAT PERSATUAN BANGSA MESTI DILETAKKAN PADA ADANYA JAMINAN KESEJAHTERAAN YANG BERKEADILAN SERTA JAMINAN TENTANG KEBERLANGSUNGAN KEBERADAAN JATI DIRI SETIAP WARGA BANGSA DAN SETIAP KELOMPOK ETNIK DAN DAERAH TERHADAP TANTANGAN DAN PELUANG GLOBALISASI. DALAM HAL INI WAWASAN NUSANTARA MASIH SANGAT RELEVAN DIPERTAHANKAN SEBAGAI CARA PANDANG BANGSA INDONESIA KARENA MENGANDUNG FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PEREKAT PERSATUAN BANGSA.

PENATAAN KELEMBAGAAN NEGARA

PENATAAN KELEMBAGAAN NEGARA DIARAHKAN UNTUK MENDAPATKAN PROSES PENYELENGGARAAN NEGARA YANG EFISIEN SERTA BERLANDASKAN DAN MAMPU MENUMBUHKAN DEMOKRASI (KEDAULATAN RAKYAT).

SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA YANG MEMENUHI SYARAT

UNTUK ITU ADALAH YANG BERBASIS PADA KONSEP

SEPARATION OF POWER (UNTUK LEBIH JELASNYA LIHAT

PANDANGAN HENRY B. MAYO TENTANG DEMOKRASI), HAL

INI PENTING KARENA MENJAMIN BERFUNGSINYA

MEKANISME CHECKS AND BALANCE.

PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

OTONOMI DAERAH SEYOGYANYA TIDAK DIPANDANG SEBAGAI PENYERAHAN KEWENANGAN /PEMERINTAH SAJA, TETAPI JUGA BERDIMENSI BUDAYA. DALAM ARTI SETIAP PEMERINTAH DAERAH DIBERIKAN KEKUASAAN DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHANNYA SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYANYA MASING-MASING SERTA MENCIPTAKAN PELUANG MUNCULNYA PRAKARSA MASYARAKAT.

PARADIGMA BARU PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN ERA DAN FENOMENA BARU, KETERLIBATAN MASYARAKAT MENJADI LEBIH KENTAL; DIDORONG OLEH IKLIM DEMOKRATIS DAN KETERBUKAAN.

PENATAAN SISTEM PEREKONOMIAN

PENATAAN PEREKONOMIAN SEYOGYANYA DIARAHKAN KEPADA TERCIPTANYA KONDISI YANG KONDUSIF BAGI PENGEMBANGAN KESEMPATAN USAHA DAN MEMBERIKAN PELUANG SECARA PROPORSIONAL DAN TIDAK DISKRIMINATIF KEPADA SETIAP PELAKU EKONOMI, DENGAN MEMBERIKAN PERHATIAN KHUSUS KEPADA KELOMPOK EKONOMI LEMAH, DISAMPING TETAP PERLU MEWASPADAI MUNCULNYA PRAKTEK MONOPOLI DAN KKN. SISTEM PEREKONOMIAN INI TIDAK MEMUSUHI KONGLOMERAT TETAPI TIDAK PULA HANYA MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA KELOMPOK PENGUSAHA KECIL, YANG DIPERLUKAN ADALAH KERJASAMA ANTARA SEMUA PELAKU EKONOMI YANG DIDASARKAN PADA SEMANGAT KOPERASI.

PENDEKATAN BUDAYA DAN KEAGAMAAN

•

KEANEKARAGAMAN BUDAYA DAERAH YANG MERUPAKAN FAKTOR PEREKAT BANGSA HARUS DIAKUI, DIHORMATI DAN DIPERTAHANKAN KEBERADAAN SERTA JATI DIRI SEBAGAI UNSUR BUDAYA BANGSA. UNTUK ITU PERLU ADANYA KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MEMUNGKIN BAGI BUDAYA DAERAH UNTUK BERKEMBANG, SEJALAN DENGAN PERKEMBANGAN DAERAH ITU SENDIRI SERTA BERINTERAKSI DENGAN BUDAYA DAERAH LAIN.

•

AGAMA HARUS DIFUNGSIKAN SEBAGAI LANDASAN MORAL PENYELENGGARAAN NEGARA DAN SEMUA KEGIATAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA.

KEHIDUPAN KEBANGSAAN MESTI BERSENDIKAN NILAI-NILAI MORAL DAN AGAMA.

REPOSISI TNI DAN POLRI

•

KEDUDUKAN, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB TNI DALAM PELAKSANAAN FUNGSI KESELAMATAN BANGSA DAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA.

•

KEDUDUKAN, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB POLRI DALAM RANGKA PELAKSANAAN FUNGSI KEPOLISIAN DI BIDANG PENEGAKAN HUKUM SERTA PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN UMUM.

PERBAIKAN SUBSTASI DAN PEMBERDAYAN HUKUM

HUKUM MERUPAKAN SUB SISTEM DALAM SISTEM KEHIDUPAN BERNEGARA.

JOSEPH RAZ (1980) DALAM BUKUNYA YANG BERJUDUL THE CONCEPT OF A LEGAL SYSTEM, ANTARA LAIN MENYATAKAN BAHWA SEBAGAI SALAH SATU SISTEM, HUKUM AKAN MEMPENGARUHI KERJA SISTEM-SISTEM LAIN DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA. NEGARA YANG SISTEM HUKUMNYA DEMOKRATIS AKAN MENCIPTAKAN KEHIDUPAN DEMOKRATIS DALAM SEGALA BIDANG KEHIDUPAN.

DEMOKRATISASI HUKUM DITENTUKAN OLEH STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM YANG DIANUT OLEH SUATU NEGARA.

PHILIPPE NONET DAN PHILIPPE SELZNICK, LAW AND SOCIETY IN TRANSITION IN TOWARD RESPONSIVE LAW, 1987), DUA STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM:

•

STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM “ORTODOKS”, MELAHIRKAN TIPE HUKUM “REPRESIF”. TIPE HUKUM INI PADA DASARNYA MELIHAT HUKUM SEBAGAI ALAT KEKUASAAN AGAR DAPAT MEMPERTAHANKAN STATUS QUO, BERUSAHA MEMINIMALISIR ARUS TUNTUTAN PERUBAHAN, TERMASUK UPAYA MEMBENTENGI ARUS TUNTUTAN PERUBAHAN DARI PUBLIK YANG CENDERUNG DIANGGAP DAPAT MENGGANGGU LESTARINYA KEKUASAAN. CIRI YANG PALING MENONJOL MENURUT NONET DAN SELZNICK IALAH ADANYA DOMINASI NEGARA DAN LEMBAGA-LEMBAGANYA. HUKUM DAN PRANATA-PRANATANYA CENDERUNG MENJADI INSTRUMEN YANG AMPUH UNTUK MELAKSANAKAN IDEOLOGI NEGARA , HUKUM DIJADIKAN KEKUATAN INSTRUMENTAL DISKRESI. DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM ORTODOKS, PENGUASA RESMI MENGIDENTIFIKASIKAN KEPENTINGANNYA SEBAGAI KEPENTINGAN MASYARAKAT, KARENA HUKUM PADA KENYATAANNYA MELAMBANGKAN DISPRIVILESE DENGAN MENEKANKAN KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BUKAN PADA HAK-HAK YANG DIMILIKI GOLONGAN YANG TIDAK BERKUASA. HUKUM DIJADIKAN SEKEDAR ALAT UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PARA AKTOR SOSIAL.PROSES PEMBENTUKAN HUKUM PADA STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM ORTODOKS TIDAK DILANDASI OLEH ASPIRASI YANG BERKEMBANG DALAM MASYARAKAT, BERBAGAI CARA REKAYASA ATAU MANIPULASI DILAKUKAN AGAR TERKESAN BAHWA SUATU PRODUK PERUNDANG-UNDANGAN ADALAH ASPIRASI SELURUH RAKYAT.

•

STRATEGI PEMBANGUNAN HUKUM RESPONSIF, PENEKANANNYA ADALAH HUKUM SEBAGAI LEGITIMASI KEINGINAN ATAU NILAI-NILAI YANG HIDUP DAN BERKEMBANG DALAM MASYARAKAT. CIRI-CIRI PEMBANGUNAN HUKUM RESPONSIF ADALAH MASYARAKAT BERPERAN, NEGARA TIDAK DOMINAN.