• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI TANAH SIRAH RT 01 RW 01 KELURAHAN KALUMBUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROFIL KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI TANAH SIRAH RT 01 RW 01 KELURAHAN KALUMBUK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROFIL KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI TANAH SIRAH RT 01 RW 01 KELURAHAN KALUMBUK

KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

Oleh:

Yolanda Oktavia Ningsih*

Fifi Yasmi, S.Pd.I., M.Pd**

Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd., Kons**

*Student

**Lectures

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This research was motivated by the violence perpetrated by parents at an early age children are still in Tanah Sirah RT 01 RW 01 Sub Kalumbuk Kuranji District of Padang. This study aimed to describe: (1) physical violence committed by parents, (2) forms of psychological violence committed by parents. This study was descriptive qualitative research. The key informant research that both the child's parents and three additional informants. The instrument used was the

interview. Mechanical analysis of data through data reduction, data presentation and conclusion.

The results of the interviews revealed that: (1) Physical violence committed by parents on their children like, pinching, slapping, and hitting her with a broom stick, clothes hanger or other objects, (2) Violence psychic done by parents on their children such as, reprove, rebuke, yelling, and snapped her child in front of a lot of people by using harsh words and obscenities.

Keywords: Violence parents in early childhood PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang mempunyai pengertian yang berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara fisik. Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan sebagainya.

Sementara itu perkembangan merupakan proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya kemampuan (keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang beraturan dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetic), lingkungan (gizi dan cara perawatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan) (Susanto, 2011:

16). Keluarga sangat berperan penting dalam

membantu anak mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Ahmadi (2007: 221) keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak- anak yang belum dewasa.

Anak adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertanggung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Menurut Montessori (Mulyasa, 2014: 20) mengemukakan usia dini merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak.

Seorang anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara

(3)

optimal jika kebutuhan dasarnya terpenuhi, misalnya kebutuhan fisik (sandang, pangan, dan papan) dan kebutuhan psikologis berupa dukungan, perhatian dan kasih sayang. Dan sebaliknya keluarga akan menjadi ancaman dan ketidaktentraman anak, karena perlakuan salah yang sering diterima anak dari keluarga, khususnya orang tua.

Sikap orang tua dalam mendidik anaknya akan berpengaruh pada tumbuh kembang anaknya. Begitupun kekerasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang masih dalam usia dini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya termasuk berpengaruh pada kondisi psikologis anak. Banyak orang tua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak, mereka lupa bahwa orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya.

Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku dilingkungan keluarga dan masyarakat.

Kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan orang tua pada anak, biasanya disebabkan tingkah laku anak yang tidak di sukai oleh orang tua seperti kenakalan anak, hal ini membuat orang tua emosi, sehingga melampiaskannya dengan memukul, menampar, mencubit, dan menjewer anaknya.

Semua dilakukan orang tua agar anak jera, tidak nakal lagi, patuh dan tunduk pada orang tua.

Masa usia dini merupakan saat yang sangat penting untuk mengembangkan segala bakat, minat, potensi yang dimilikinya. Untuk itulah diperlukan cara yang sesuai dengan karakter dan perkembangan anak agar tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan segala aspek perkembangan anak dapat terwujud dan bukan malah mematikan potensi anak.

Kekerasan terhadap anak usia dini merupakan salah satu kesalahan fatal dari orang tua dalam mengasuh anak. Usia dini merupakan usia emas dimana pada usia dini pertumbuhan dan perkembangan anak berkembang pesat.

Apabila dalam mendidik anak orang tua terlalu temperamen, maka akan mengakibatkan gangguan mental dan fisik pada anak tersebut.

Secara teoritis, kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat didefinisikan sebagai pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang

mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak.

Menurut Huttman (Huraerah, 2006: 27) merinci kebutuhan anak adalah :

1. Kasih sayang orang tua 2. Stabilitas emosional 3. Pengertian dan perhatian 4. Pertumbuhan kepribadian 5. Dorongan kreatif

6. Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar

7. Pemeliharaan kesehatan

8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai

9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif

10. Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan

Semua kebutuhan anak yang di atas merupakan hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua. Sehubungan dengan Undang- undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 4 “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengah harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Jika tindakan kekerasan fisik dan psikis terus dibiarkan terjadi, maka berdampak buruk terhadap anak. Anak yang mengalami tindak kekerasan, akan mengalami berbagai masalah pada dirinya, seperti merasa kesepian, merasa sulit berhubungan dengan orang lain, sulit menyesuaikan diri, suka menyendiri, takut, merasa bersalah, tidak dihargai, cemas, depresi, dendam kepada pelaku kekerasan, rendah diri, dan berperilaku agresif terhadap orang lain.

Menurut Suyanto (2010: 29-30) membagi tindakan kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak menjadi empat bentuk, yaitu : 1) Kekerasan fisik, 2) Kekerasan psikis, 3) Kekerasan seksual, 4) Kekerasan ekonomi.

Sedangkan menurut American Medical Association (Siswanto, 2007: 124-125) mengkategorikan kekerasan pada anak menjadi : 1) Phyisical abuse, 2) Sexual abuse, 3) Neglect (diabaikan atau dilalaikan), 4) Emotional abuse.

Rusmil (Huraerah, 2006: 45) mengemukakan bahwa anak-anak yang menjadi korban kekerasan, eksploitasi, pelecehan, dan penelantaran menghadapi berbagai macam risiko, seperti : 1) Usia yang

(4)

lebih pendek, 2) Kesehatan fisik dan mental yang buruk, 3) Masalah pendidikan (termasuk drop out dari sekolah), 4) Kemampuan yang terbatas sebagai orang tua kelak, 5) Menjadi gelandangan.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak pasal 2, disebutkan :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Desember 2015 lalu di Tanah Sirah RT 01 RW 01 Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji, bahwa masih ditemukan kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak seperti, orang tua yang memukuli anaknya disebabkan anak nakal, tidak patuh sehingga emosi orang tua tidak terkendali, orang tua yang memukul anaknya karena meminta jajan lebih, orang tua yang memukul anaknya dengan sapu atau lidi, orang tua yang memarahi anaknya di depan umum, dan orang tua yang mengucapkan kata-kata kasar pada anaknya.

Melihat kejadian yang ada di Tanah Sirah RT 01 RW 01 Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terkait dengan permasalahan yang ada, yaitu mengenai

“Profil Kekerasan Orang Tua pada Anak Usia Dini di Tanah Sirah RT 01 RW 01 Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang”.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka fokus penelitian, yaitu :

1. Bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak usia dini dilihat dari kekerasan fisik.

2. Bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak usia dini dilihat dari kekerasan psikis.

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan “Bagaimana bentuk- bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak usia dini di Tanah Sirah RT 01 RW 01 Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang?”

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak usia dini dilihat dari kekerasan fisik.

2. Bentuk kekerasan yang dilakukan orang tua pada anak usia dini dilihat dari

kekerasan psikis.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Afrizal (2014: 13) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.

Informan penelitian dalam penelitian ini ditentukan setelah peneliti menetapkan informan kunci (key informants ) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya. Yang akan menjadi informan penelitian ini adalah kedua orang tua anak dan tiga orang informan tambahan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa wawancara. Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara, yaitu; 1) kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3) dapat dipercaya (depenability). Data ini diuji dengan melakukan triangulasi dan mengadakan membercheck, setelah itu dianalisis dengan 3 tahap; 1) reduksi data (reduction data), 2) penyajian data (display data), dan 3) penarikan kesimpulan (verification).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kekerasan Fisik

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan bahwa NR dan IC sering melakukan kekerasan fisik kepada anaknya seperti: mencubit anaknya, menampar anaknya, memukul anaknya menggunakan

(5)

sapu, lidi, gantungan baju atau benda lainnya yang dekat dengannya saat memarahi anaknya. Kekerasan ini dilakukan NR karena anaknya nakal, tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh ayah dan ibunya, memiliki beban hutang yang banyak sedangkan ekonomi keluarga yang pas pasan karena suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap. Kekerasan fisik ini juga dilakukan dengan alasan karena perasaan sakit hati kepada suami atau orang lain sehingga melampiaskan kekesalan dan kemarahannya kepada anaknya yang masih berusia dini.

Menurut Suharto (Huraerah, 2006:

37) kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu yang dapat menimbulkan luka fisik atau kematian pada anak. Kekerasan ini bentuk yang paling mudah dikenali, seperti:

menampar, menendang, memukul, meninju, mencekik, mendorong, menggigit, membenturkan dan mengancam dengan benda tajam lainnya. Sedangkan menurut American Medical Association (Siswanto, 2007: 124-126) kekerasan secara fisik dapat diartikan ketika anak mengalami pukulan, tamparan, gigitan, atau kekerasan fisik lainnya. Seperti yang diungkapkan Siti Fatimah (Suyanto, 2010:

33-35) faktor penyebab terjadinya kekerasan ini, yaitu:

a. Faktor ekonomi

Kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga seringkali membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan yang pada akhirnya berujung pada kekerasan.

b. Masalah keluarga

Mengacu kepada situasi keluarga yang kurang harmonis. Orang tua yang melakukan kekerasan pada anaknya sebagai pelampiasan atau upaya pelepasan rasa jengkel, orang tua yang pemarah dan tidak mampu mengendalikan emosinya.

c. Faktor perceraian

d. Kelahiran anak di luar nikah e. Permasalahan jiwa atau psikologis f. Orang tua tidak memiliki pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kekerasan secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, penganiayaan dengan atau tanpa menggunakan benda tertentu yang dapat menimbulkan luka. Dari pengertian tersebut maka dapat dikaitkan dengan

kekerasan secara fisik yang dilakukan oleh NR dan IC seperti: mencubit, menampar anaknya hingga mulutnya berdarah, dan memukul anaknya menggunakan sapu, lidi, gantungan baju atau benda yang lainnya yang bersada dekat dengan NR dan IC saat memarahi anaknya.

2. Kekerasan Psikis

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan mengenai kekerasan psikis yang dilakukan NR dan IC pada anaknya yang masih berusia dini seperti: memarahi anaknya, meneriaki, menghardik, dan membentak anaknya dengan menggunakan kata-kata kasar yang tidak pantas diucapkan oleh orang tua pada anaknya yang masih berusia dini. Kekerasan psikis ini dilakukan oleh NR dan IC dengan alasan anaknya yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya, anaknya yang terlalu aktif, merasa kesal karena meminta uang jajan terus menerus sedangkan suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap, keluarga yang memiliki beban hutang, merasa sakit dengan orang lain.

Menurut American Medical Association (Siswanto, 2007: 124-126) kekerasan psikis terjadi ketika anak secara teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, disalahkan atau salah penanganan emosional lainnya. Sedangkan menurut Daro (Suyanto, 2010: 36) menjelaskan bahwa terjadinya kekerasan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, tingkah laku anak yang sangat aktif, kemiskinan, keluarga yang tidak harmonis dan tenteram, beban hutang, tidak memiliki pekerjaan, penghasilan tidak cukup, dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kekerasan secara psikis terjadi ketika anak diteriaki, disalahkan, diancam, dihardik dan sebagainya. Kekerasan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: kemiskinan, keluarga yang tidak harmonis, penghasilan yang tidak cukup, beban hutang.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikaitkan dengan hasil temuan peneliti di lapangan kekerasan secara psikis yang sering dilakukan oleh NR dan IC yaitu memarahi anaknya, meneriaki, menghardik anaknya dengan menggunakan kata-kata kasar yang seharusnya tidak pantas diucapkan kepada anaknya yang masih berusia dini.

(6)

Kekerasan ini dilakukan oleh NR dan IC dengan alasan anaknya yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, anaknya yang terlalu aktif dan agresif, anaknya yang selalu meminta uang jajan kepada NR dan IC sedangkan IC tidak memiliki pekerjaan tetap, beban hutang yang dihadapi oleh NR membuat NR merasa kesal dan melampiaskan kekesalannya kepada anaknya yang masih berusia dini sehingga membuat NR mengucapkan kata-kata kasar dan kotor yang seharusnya tidak pantas ia ucapkan kepada anaknya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang profil kekerasan orang tua pada anak usia dini di Tanah Sirah RT 01 RW 01 Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kekerasan fisik yang sering dilakukan oleh kedua orang tua korban seperti, mencubit anaknya, menampar, memukul anaknya dengan sapu, lidi, gantungan baju, atau benda lainnya. Kekerasan fisik ini sering dilakukan oleh orang tuanya dengan alasan karena anaknya nakal, tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya, orang tuanya merasa sakit hati dengan suami atau orang lain sehingga melampiaskan kekesalannya pada anaknya, anaknya yang selalu meminta uang jajan terus menerus sedangkan keadaan ekonomi yang pas pasan karena suami tidak memiliki pekerjaan tetap.

Akibat dari kekerasan yang dilakukan orang tuanya seperti, memar akibat pukulan dan cubitan serta berdarah akibat tamparan yang pernah dilakukan ibunya.

2. Kekerasan psikis yang sering dilakukan oleh kedua orang tua korban seperti, memarahi, menghardik, meneriaki, dan membentak anaknya dengan menggunakan kata-kata kotor yang seharusnya tidak pantas mereka ucapkan pada anaknya yang masih berusia dini. Hal ini mereka lakukan karena sudah merasa sangat kesal dengan perbuatan anaknya hingga tidak mampu mengontrol emosi, anaknya tidak mau menuruti perkataan orang tuanya, orang tua yang panik dengan beban hutang sedangkan ekonomi yang sulit, serta sebagai pelampiasan kekesalan dan kejengkelan ibunya pada suami atau anggota keluarga lainnya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diajukan beberapa saran kepada pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Orang tua diharapkan tidak mendidik anak dengan kekerasan baik secara fisik maupun psikis, lebih berhati-hati dalam mendidik anak karena anak mudah meniru apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan orang tuanya.

2. Tokoh masyarakat diharapkan lebih peka terhadap tindakan kekerasan yang terjadi pada anak.

3. Anak usia dini diharapkan lebih menjaga sikap agar tidak menjadi korban kekerasan oleh orang tuanya sendiri.

4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mendalam tentang kekerasan yang dilakukan oleh orang tua pada anak usia dini.

KEPUSTAKAAN

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta:

Rineka Cipta.

Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendeka.

Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental ; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.

Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak.

Jakarta: Kencana.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Referensi

Dokumen terkait

Kelima tema tersebut adalah (1) pendapat orang tua mengeni hukuman fisik dan kekerasan verbal (hukuman fisik memberi motivasi, hukuman fisik sebagai konsekuensi,

Saran, pertahankan dan tingkatkan pengetahuan tentang kekerasan seksual pada anak oleh orang tua agar sikap prilakunya pun baik dan dapat mencegah terjadinya kekerasan

Kekerasan psikis yang dilakukan oleh orang tua kandung terhadap anaknya yaitu berupa perilaku yang ditujukan untuk mengintimidasi dan menganiaya anak, mengancam atau

Kekerasan psikis yang dilakukan oleh orang tua kandung terhadap anaknya yaitu berupa perilaku yang ditujukan untuk mengintimidasi dan menganiaya anak, mengancam atau

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan orang tua yang mengikutsertakan anaknya pada program pendidikan anak usia dini melalui TPA Al-Hidayah Kelurahan Utama

Kekerasan psikis yang dilakukan oleh orang tua kandung terhadap anaknya yaitu berupa perilaku yang ditujukan untuk mengintimidasi dan menganiaya anak, mengancam atau

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti dapat menjelaskan bahwa, semua peran orang tua dalam meningkatkan perilaku berbicara santun anak selama ini yang telah

Apabila orang tua terus beranggapan bahwa bermain tidak memberikan manfaat yang baik bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosial emosional pada aspek