• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil keterampilan sosial peserta didik kelas x di sma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "profil keterampilan sosial peserta didik kelas x di sma"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA PONDOK PESANTREN TERPADU Dr. MUHAMMAD NASIR

KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

Muhammad Iqbal,Rahma Wira Nita, Mori Dianto

Program Studi Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This study is based on the existence of less skilled learners in social interaction, students are less skilled in communication, learners have not felt confident in public places. The Purpose of this study is to describe: (1) social skills of learners viewed from the

family (2) social skills of learners viewed from school (3) social skills of learners seen from friendship or group solidarity.This research was conducted Class X in SMA Pondok Pesantren Terpadu Dr.Muhammad Nasir Kecamatan Lembah Gumanti Solok District.

The type of research is quantitative descriptive with population of 64 students. Sampling using the total sampling technique, with a total sample of 64 learners. The instrument usedis data analysis technique with questionnaire percentage.The results of this study reveal that: (1) The social skills of learners viewed from the family are in the category of highly skilled. (2) The social skills of learners seen from the school are in the highly skilled category (3) The social skills of learners seen from friendship or group solidarity are in the highly skilled category. Based on this research it is suggested to the BK Teachers to be able to develop and improve the quality in social skills of learners in school environment.

Keywords :Social Skills

PENDAHULUAN

Pendidikan berusaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dalam berbagai aspek.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sehubung an dengan itu dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan serta keteram pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.”

Pendidikan merupakan, usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik memerlukan suasana dan proses pembelajaran yang

(2)

baik. Suasana dan proses pembelajaran yang baik akan tercipta dengan adanya keterampilan dalam bersosialisasi di sekolah.

Menurut hasil studi Davis dan forsythe 1984 (Thalib, 2010:159).

Dalam aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills), yaitu:

(a) Keluarga, (b) Lingkungan, (c) Kepribadian, (d) Rekreasi, (e) Pergulan dengan lawan jenis, (f) pendidikan atau sekolah, (g) persah abatan dan solidaritas kelompok, (h) Lapangan kerja.

Menurut Fong, 1999 (Syaodih, 2006:02), “Education and traning must be a major priority, they are the keys to mainthaining competitiveness

pendidikan dan pelatih harus menjadi prioritas utama adalah kunci untuk mempertahankan daya saing.

Berinteraksi sebagai individu sosial di lingkungan sekitar hendaknya mampu untuk beradaptasi antara individu yang baru ataupun individu yang sudah tetap, agar dilingkungan sekitar mampu memahami keadaan diri individu tersebut.

Menurut Dowd dan O’Kane, 1991. (Thalib, 2010:159) Keterampilan sosial (social skill) adalah sebuah

konsep yang sulit dipahami. Dalam menemukan definisi serta pendekatan untuk keterampilan sosial, harus mempertimbangkan ba gaimana nilai dari suatu keterampilan tertentu dan oleh siapa penilainya, Nilai dan maksud dari suatu keterampilan tertentu sebenarnya dapat dinilai dari sejumlah perspektif yang berbeda termasuk:

(a)efek pada fungsi keseluruhan kelompok dari cara pandang orang dewasa. (b)pengaruh pada status sosial remaja dari sudut pandang temannya (c)efek kompetensi sosial pada remaja

Ketika peneliti melaksanakan praktek lapangan Sekolah di SMA Pondok Pesantren Terpadu Dr.

Muhammad Natsir, peneliti menemukan adanya beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan keterampilan sosial peserta didik disekolah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 November 2016, peneliti menemukan permasalahan berupa: interaksi sesama teman yang kurang baik, rasa kurang percaya diri terhadap teman satu kelas, peserta didik suka membandingkan guru, peserta didik suka membantah pembicaraan guru apabila ditegur dalam mematuhi peraturan sekolah, peserta

(3)

didik kurang menghargai pendapat teman saat pelajaran berlangsung, peserta didik takut berhadapan dengan guru di kantor.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa orang guru dan TU di SMA Pondok Pesantren Dr. Muhammad Natsir, pada tanggal 10 November 2016 terungkapnya peserta didik membantah perkataan guru apabila di tegur, kurangnya sosialisasi peserta didik di dalam kelas antar sesama teman, peserta didik kurang terampil dalam komunikasi, peserta didik berosialisasi di dalam kelas dan hanya dekat dengan teman yang akrab, peserta didik kurang menghargai guru saat berbicara, peserta didik suka mencemooh apabila teman berbicara di depan kelas, kurang mampunya dalam melakukan pembelajaran berkelompok.

Berdasarkan dari fenomena tersebut menggambarkanbahwa beberapa peserta didik kurangdalam interaksi (keterampilan), dan kemampuan sosial di sekolah. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Profil keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas X diSMA Pondok Pesantren

Terpadu Dr. Muhammad Natsir Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok”

Berdasarkan identifikasi masalah yang dialami peserta didik sebagai berikut :

1. Keterampilan sosial peserta didik dilihat dari keluarga.

2. Keterampilan sosial peserta didik dilihat dari sekolah.

3. Keterampilan sosial peserta didik dilihat dari persahabatan atau solidaritas kelompok.

Dengan tujuan penelitian untuk mendiskripsikan:

1. Keterampilan sosialpeserta didik dilihat dari keluarga.

2. Keterampilan sosial peserta didikdilihat dari sekolah.

3. Keterampilan Sosial peserta didik dilihat dari persahabatan atau solidaritas kelompok.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017, penelitian yang dilakukan di SMA pondok pesantren terpadu Dr. Muhammad Natsir Kabupaten Solok. Pemilihan sekolah ini sebagai tempat dilaksanakan penelitian tentang “Profil Keterampilan Sosial

(4)

Peserta Didik Kelas X di SMA Pondok Pesantren Terpadu Dr.Muhammad Natsir Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok”.

Menurut Riduan (2010: 54) Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”.

Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Pondok Pesantren Terpadu Dr. Muhammad Natsir.

Tabel 1. Populasi Penelitian

Berdasarkan permasalahan, jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Maksudnya penelitian ini menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat, kemudian penelitian mempelajari dan memecahkan masalah melibatkan perhitungan angka-angka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka temuan penelitian disajikan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu untuk mendeskripsikan Profil Keterampilan Sosial Peserta Didik Kelas X di SMA Pondok Pesantren Terpadu Dr. Muhammad Nasir Kecematan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

Penelitian yang telah dilakukan dapat dideskripsikan keterampilan sosial peserta didik sebanyak 64 orang dalam layanan pembagian angket secara umum diantaranya, adanya 54 orang peserta didik memiliki motivasi yang sangat tinggi dengan persentase 89.5%, ada 5 orang peseta didik memiliki motivasi sosial tinggi 10.5%, tidak adanya peserta didik yang memiliki keterampilan cukup rendah, rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi peserta didik dalam layanan pembagian angket kategori sangat terampil.

Sesuai menurut Mayasari (2014:7), ada beberapa definisi para ahli tentang keterampilan sosial, seperti di bawah ini diantaranya:

No Kelas Jumlah Peserta Didik 1. X MIPA 19

2. X SOS1 23 3. X SOS 2 22 Jumlah keseluruhan 64

(5)

a. Combs dan Slaby (1986).

Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara- cara yang dapat diterima secara sosial dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang secara timbal balik.

b. Curtis (1988), strategi yang digunakan seseorang ketika seseorang memulai ataupun mempertahankan suatu interaksi sosial.

Menurut Muliasari (2015:5), dikutip beberapa pakar ahli psikologi tentangketerampilan sosial sebagai berikut:

1. Perkembangan yang kurang optimal akan menyebabkan individu kesulitan dalam melatih keterampilan sosialnya.

2. Bahwa hubungan sosial yang problematik pada remaja awal akan mempengaruhi perilaku-perilaku bermasalah seperti putus sekolah, kriminalitas, kenakalan remaja, dan perilaku-perilaku psikopatologis pada masa-masa selanjutnya.

3. Menyebutkan bahwa kelompok sosial mempengaruhi perkembangan sosial remaja dengan mendorong

mereka untuk menyesuaikan diri terhadap harapan sosial, membantu mencapai kemandirian, dan mempengaruhi konsep dirinya.

4. Individu mengalami krisis psikososial yang terjadi adalah rasa mampu dan usaha untuk melawan rasa tidak mampu.

Dapat di artikan bahwa peserta didik mengalami perkembangan dalam keterampilan secara umum, peserta didik bersikap terampil dalam melakukan keterampilan yang cepat didalam lingkungan baru yang mana peserta didik mampunya memahami situasi saat mempraktikan bersama keluarga, sekolah, dan persahabatan atau solidaritas kelompok.

1. Keterampilan Sosial Peserta Didikdari Keluarga.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa keterampilan sosial peserta didik dilihat dari keluarga sebanyak 64 orang dalam layanan pembagian angket diantaranya, Adanya 61 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang sangat terampil dengan persentase 95.3%, adanya 1 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang terampil dengan persentase 1.5%,

(6)

adanya 2 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang cukup terampil dengan persentase 3.2%, tidak ada peserta didik yang memiliki keterampilan sosial:

kurang terampil dan sangat kurang terampil. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial peserta didik dari sosial dalam mengikuti pembagian angket berada pada kategori sangat terampil.

Menurut Pinem (2008:36), ada beberapa definisi para ahli tentang keluarga, seperti di bawah ini diantaranya:

Menurut Duvall & Miller, 1985 (Thalib, 2010:160), keluarga adalah Sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; terdiri dari satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan, dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya. Keluarga merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat langgeng berdasarkan hubungan pernikahan dan

hubungan darah. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak, lingkungan pertama yang memberi penampungan baginya, tempat anak akan memperoleh rasa aman.

Menurut Gunarsa, (2002), secara umum keluarga dapat dilihat sebagai Sekelompok orang yang memiliki hubungan secara biologis, emosi dan ikatan secara hukum antara masing-masing anggotanya.

Menurut Numerals, (2000) mengatakan bahwa Dalam literatur sosiologi 1990-an, keluarga diartikan sebagai suatu unit yang paling sedikit memiliki satu orang dewasa dan anak yang hidup bersama – sama.

Menurut Maryam, (2002), Keluarga adalah Wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Dapat diartikan bahwa peserta didik melakukan

(7)

keterampilan sosial di dalam keluarga melakukan hubungan keterampilan sosial sangatlah terampil yang mana kita lihat perubahan yang terjadi pada lingkungan keluarga, dan peserta didik juga mendapatkan dukungan dari keluarga saat melakukan keterampilan sosial dalam lingkungan beserta rasa nyaman yang diberikan oleh keluarga.

2. Keterampilan Sosial Peserta Didik dari Sekolah.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa keterampilan sosial peserta didik dilihat dari sekolah sebanyak 64 dalam layanan pembagian angket diantaranya, adanya 61 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang sangat terampil dengan persentase 95%, adanya 3 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang terampil dengan persentase 5%, tidak ada peserta didik yang memiliki keterampilan sosial cukup terampil, kurang terampil, dan sangat kurang terampil. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial peserta didik dari sosial dalam mengikuti pembagian angket

berada pada kategori sangat terampil.

Sesuai dinyatakan Yusuf, 2001 (Sudarsih, 2011:12), mengungkapkan bahwa Sekolah merupan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, mengajar, dan latihan dalam ragka membantu peserta didik agar

mampu mengembangkan

potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

Menurut Soedjiarto, 2000 (Sudarsih, 2011:12), Sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilakunya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai.

Dapat diartikan bahwa keterampilan peserta didik di sekolah tempatnya menambah wawasan untuk di kembangkan dengan sesuai potensi yang di miliki peserta didik, dan peserta didik mendapatkan pendidikan

(8)

yang seimbang saat berketerampilan di dalam lingkungan sekolah.

3. Keterampilan Sosial Peserta Didik dari Persahabatan atau Solidaritas Kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial peserta didik dari persahabatan atau solidaritas kelompok secara umum sebanyak 64 orang dilihat dalam layanan pembagian angket diantaranya, adanya 57 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang sangat terampil dengan persentase 89%, adanya 4 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang terampil dengan persentase 6% adanya 3 orang peserta didik memiliki keterampilan sosial yang cukup terampil dengan persentase 5% tidak ada peserta didik yang memiliki keterampilan sosial kurang terampil, dan sangat kurang terampil. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial peserta didik dari sosial dalam mengikuti pembagian angket berada pada kategori sangat terampil.

Menurut Freedman, 1952 (Ahmadi, 2007:87),Kelompok adalah organisasi yang terdiri dari dua atau

individu yang tergantung oleh ikatan- ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kelakuan yang diterima dan

disetujuioleh semua

anggotanya.Menurut Park dan burgess, 1947 (Ahmadi, 2007:87) Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki kegiatan yang konsisten.

Sesuai dinyatakan Yusuf, 2001 (Sudarsih, 2011:12), mengungkapkan bahwa Sekolah merupan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, mengajar, dan latihan dalam ragka membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

Dan di tahmbahkan Soedjiarto, 2000 (Sudarsih, 2011:12), Sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilakunya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem

(9)

kurikulum, dan lingkungan yang sesuai.

Berdasarkan hal tersebut dapat di artikan bahwa peserta didik yang bersangkutan dapat di lihat perubahan pada keterampilan persahabatan atau solidaritas kelompok sangat baik berada di lingkungan pertemanan, dan peserta didik diterima dengan baik saat melakukan interaksi teman sebaya dalam lingkungan yang baru melaluipersahabatan atau solidaritas kelompok.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dlakukan di Kelas X SMA Pondok Pesantren terpadu Dr. Muhammad Natsir, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Profil keterampilan sosial peserta didik pada keluarga berada pada kategori sangat terampil.

2. Profil keterampilan sosial peserta didik pada sekolah berada pada kategori sangat terampil.

3. Profil keterampilan sosial peserta didik pada teman sebaya

atau berkelompok berada pada kategori sangat terampil.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial.

Jakarta: Rineka cipta.

Depdiknas. (2003) Komunikasi dan Pengembangan Pendidikan.

Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Mayasari- Ros (2014). Pengaruh Keterampilan Sosial dan Efikasi Diri Sosial terhadap Kesejahteraan Psikologi. Kediri:

STAIN

Muliasari-Mona (2015). Efektivitas Bibingan Kelompok dengan Teknik Diskusi untuk Meningkat Keterampilan Sosial Peserta Didik kelas VII SMP NEGERI 1 Pogalan. Kediri: UNP Kedir, Pinem (2008) Keterampilan Peserta

didik. Bandung: Bandung Alfabe Ridwan. (2010) Belajar Mudah

Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Sudarsih, (2011) Perkembangan Peserta didik, Sleman.

Yogyakarta: UNY

Syaodih-Erliany Pdf, (2006).

Pengembangan Model

Pembelajaran Koopertif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial.

Thalib, Syamsul Bachri, (2010).

Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta:

Kencana

Yusuf, A. M, (2013) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Padang:

UNP Pres

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini peserta didik memperoleh skor yang diperoleh dari menyelesaikan soal-soal fisika yang terjaring melalui instrumen keterampilan berpikir kreatif,

Gambar 1 menunjukkan jumlah peserta didik kelas X TKJ/MM sebanyak 27 orang. Hasil pada gambar tersebut menunjukkan, rata-rata nilai keterampilan menulis teks

Regulasi diri belajar peserta didik di kelas XI SMA Negeri 2 Sijunjung dilihat dari indikator motivasi berada pada kategori sedang sebanyak 9 peserta didik dengan

Dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran IPS tidak hanya cukup dengan mengembangkan kemampuan kognitif tingkat rendah seperti

Profil interaksi sosial peserta didik dalam proses pembelajaran dengan kelompok belajar di kelas X SMA Negeri 4 Padang secara umum berada pada kategori cukup baik, dilihat dari aspek

Peran IPS dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang dirancang untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik,

Dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran IPS tidak hanya cukup dengan mengembangkan kemampuan kognitif tingkat rendah seperti transfer fakta,

Masalah sosial yang dihadapi peserta didik antara lain, yaitu: 1 Kesulitan dalam persahabatan 2 Kesulitan mencari teman 3 Merasa terasing dalam aktivitas kelompok 4 Kesulitan