PENDAHULUAN
Penegasan Istilah
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan tentang keberagaman budaya yang bercirikan keberagaman gender, suku, ras, budaya, strata, sosial dan agama sebagai wujud respon terhadap keberagaman yang ada di masyarakat. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pada pendidikan anak usia dini terdapat 6 aspek perkembangan, antara lain perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan seni, perkembangan nilai agama dan moral, perkembangan fisik motorik, dan perkembangan sosial emosional.
Identifikasi Masalah
Pendekatan kebudayaan yang dilakukan Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini adalah melalui permainan, nyanyian,. 37 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Sublim Taman Siswa, 1977), hal. 39 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Sublim Taman Siswa, 1977), hal.
Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam (Disertasi Doktor, Iain Bengkulu). 64 Ki Hajar Dewantara, Pendidikan Bagian Pertama Karya Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Taman Siswa Agung, 1977), hal. Oleh karena itu, peneliti mencoba menganalisis pendidikan multikultural menurut Ki Hajar Dewantara pada Anak Usia Dini.
Untuk mencapai tujuan pendidikan multikultural menurut Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini. Dalam penelitian ini analisis isi adalah pendidikan multikultural menurut Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan multikultural menurut Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini. Kajian perkembangan ilmu pedagogi ini mencakup kontribusi terhadap konsep pendidikan multikultural pada anak usia dini karya Ki Hajar Dewantara dan dapat dijadikan referensi dalam penelitian yang lebih relevan. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan anak usia dini multikultural.
LANDASAN TEORI
Paradigma Pendidikan Multikultural
Fenomena pluralisme ibarat pedang bermata dua, di satu sisi memberikan dampak positif yaitu memiliki banyak khazanah budaya yang beragam, namun di sisi lain dapat berdampak negatif karena keberagaman terkadang dapat menimbulkan konflik antar kelompok. . masyarakat yang dapat menimbulkan ketidakstabilan, baik keamanan maupun sosial, politik dan ekonomi. Dalam menghadapi pluralisme budaya diperlukan sebuah paradigma yaitu paradigma pendidikan multikultural, karena pendidikan multikultural akan mengantarkan peserta didik untuk bertindak dan memiliki pandangan yang toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik dari segi budaya, suku, ras. , suku dan agama.
Pendekatan Pendidikan Multikultural
Strategi Pembelajaran Multikultural
Banks, dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural dapat dimasukkan ke dalam materi kurikulum dan situasi pembelajaran. Oleh karena itu pendidikan multikultural sangat penting digunakan dalam dunia pendidikan guna mengurangi dan mencegah konflik di beberapa daerah.Dengan pendidikan multikultural maka sikap dan pemikiran siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman.
Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Multikultural
Pentingnya model pendidikan multikultural menjadi alasan filosofi persatuan dalam keberagaman dan juga sebagai bentuk kreativitas. Konsep pengembangan kurikulum multikultural dimaksudkan untuk membantu semua siswa memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi peran mereka dalam masyarakat seefektif mungkin. Dengan demikian, pengembangan kurikulum pendidikan multikultural mempunyai arti penting dalam melaksanakan proses pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat multikultural ke arah pembentukan manusia yang berkarakter moral.
Pendidikan Multikultural Di Indonesia
Masyarakat Yang Multikultural
Pendidikan Multikultural Anak Usia Dini
Tesis Nisaul Khoiriah “Pandangan Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam”. 94 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Agung Taman Siswa, 1977), hal. 107 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Besar Persatuan Tamansiswa, 1977), hal.
113 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Besar Persatuan Tamansiswa, 1977), hal. 114 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Besar Persatuan Tamansiswa, 1977), hal. 282. 117 Ki Hajar Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Besar Persatuan Tamansiswa, 1977), hal.
120 Ki Hajar Dewantara, Bagian Kesatu Pendidikan Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Besar Persatuan Tamansiswa, 1977), hal. Dengan demikian, menurut Ki Hajar Dewantar, pendidikan multikultural pada anak usia dini memerlukan kajian dan penelitian lebih lanjut.
Konsep Pendidikan Multikultural Ki Hajar Dewantara
Konsep Pendidikan Anak Usia Dini
- Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
- Karakteristik Anak Usia Dini
- Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
- Perkembangan Emosional Dengan Multikulrural
- Pendidikan Anak Usia Dini Ki Hajar Dewantara
Telaah Pustaka
Kerangka Teoritik
METODE PENELITIAN
- Data Dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Keabsahan Data
- Teknik Analisis Data
Adapun hasil akhir dari penelitian ini yaitu pemikiran deskriptif dari Pendidikan Multikultural Menurut Ki Hajar Dewantara pada Anak Usia Dini.
HASIL PEMBAHASAN
Biografi Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada tanggal 2 Mei 1889, ayahnya bernama Pangeran Kanjeng Harjo Soerjaningrat dan ibunya bernama Raden Ayu Sandiyah. Ki Hajar Dewantara terlahir sebagai seorang bangsawan kerajaan dan pada masa itu berhak mendapatkan keistimewaan, keistimewaan tersebut. Meski berasal dari keluarga bangsawan, namun semasa kecil Ki Hajar lebih suka bergaul dengan anak-anak rakyat jelata, yang tentunya bertentangan dengan adat istiadat kaum bangsawan pada masa itu.
Ki Hajar adalah sosok yang berani, berkemauan keras dan konsisten serta tidak pernah mundur dalam mencapai cita-citanya. Pada tahun 1913, Ki Hajar menjadi pusat perhatian karena kesediaannya untuk memberontak dengan menulis surat menentang pemerintah Belanda untuk memperingati 100 tahun Napoleon (Perancis) menjajah Indonesia, sehingga Ki Hajar diasingkan ke Belanda, namun di pengasingan Ki Hajar mendapat kesempatan. untuk belajar tentang pendidikan dan pengajaran. Nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat ditinggalkan pada tanggal 23 Februari 1928 ketika usianya genap 40 tahun dan berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara.
Tujuannya untuk melestarikan nilai-nilai militansi Ki Hajar Dewantara. Berdasarkan peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, rumah tersebut akhirnya ditetapkan sebagai situs cagar budaya pada bulan Maret 2007. Padepokan” dan di dinding pintu masuk tertulis pemilik rumah Ki Hajar Dewantara dengan aksara Jawa yang sangat artistik. Menurutnya, pendidikan menunjukkan bangsa secara utuh tanpa membeda-bedakan agama, suku, etnik, budaya, adat istiadat, adat istiadat, status ekonomi, status sosial, dan dilandasi oleh nilai-nilai dasar kemandirian. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh terpenting dalam perjuangan pembebasan manusia Indonesia.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang pendidikan
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan merupakan pedoman dalam perkembangan fitrah anak, artinya pendidikan bertujuan untuk membimbing segala kelebihan fitrah yang dimiliki anak. Dalam pendidikan Ki Hajar Dewantara, mengenalkan aspek humanisme berarti upaya pembinaan, penumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, budi pekerti), budi dan raga anak. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan merupakan penuntun fitrah anak untuk tumbuh kembangnya.
Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan anak usia dini mempunyai 3 komponen utama, yaitu pengertian pendidikan anak usia dini, tujuan pendidikan anak usia dini, dan metode pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini multikultural Ki Hajar Dewantara dibentuk atas konsep pendidikan yang berdasarkan dan timbul dari kebudayaan sendiri yang terdiri dari berbagai golongan, ras, suku, agama, bahasa, gender dan lain-lain. Dari uraian diatas peneliti dapat memberikan pendapat tentang pendidikan multikultural bagi anak usia dini menurut Ki Hajar Dewantara dengan pola Nasionalis, Sekuler dan Universal.
Pendidikan multikultural menurut Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini adalah pendidikan yang membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak, agar anak dapat menjadi pribadi yang mandiri dan bahagia dengan mendapatkan segala haknya.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Multikultural