• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN PREVALENSI WASTING RUMAH SAKIT ISLAM

N/A
N/A
Akreditasi RSIZ

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN PREVALENSI WASTING RUMAH SAKIT ISLAM "

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH SAKIT ISLAM ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG- INDRAMAYU

Jalan Letnan Joni No. 1231 Telp. (0234) 7301126/ 083829233657 Jatibarang – Indramayu Fax. (0234) 351232

Email : [email protected]

PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT ISLAM ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG NOMOR :16/13/Dir.RSIZJTB/I/2023

TENTANG

PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN PREVALENSI WASTING

RUMAH SAKIT ISLAM ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH

JATIBARANG Menimban

g : a. Bahwa dalam upaya penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting Rumah Sakit Islam Zam-zam Muhammadiyah Jatibarang diperlukan adanya program penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting;

b. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang

Mengingat : 1. Undang-Undang Kesehatan Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

2. Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM ZAM- ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG TENTANG PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN PREVALENSI WASTING RUMAH SAKIT ISLAM ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG

(2)

Pasal I DEFINISI

1. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U dengan Nilai (Z-score) -3 SD sampai dengan <-2 SD dan <-3 SD.

2. Wasting adalah gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus (severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB) dengan ambang batas (Z-score) -3 sampai dengan kurang dari -2 standar deviasi (-3 SD sd <-2 SD), lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 12,5 cm sampai dengan 11,5 cm pada balita usia 6-59 bulan

3. Gizi buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut pitting edema bilateral, minimal pada kedua punggung kaki, BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 standar deviasi (<-3 SD) , lingkar lengan atas (LiLA) <11,5 cm pada balita usia 6-59 bulan.

4. Z-score adalah konsep perhitungan yang menunjukan besarnya nilai suatu sampel terhadap rata-rata dalam satuan standar deviasi

5. Rumah sakit adalah sarana Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, Tindakan medik yang dilaksanakan 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan

6. Penyebab langsung masalah gizi pada anak stunting dan wasting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan

7. Penyebab tidak langsung masalah stunting dan wasting adalah penyebab yang dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.

8. Intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting dan wasting, antara lain asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan.

9. Intervensi prioritas adalah intervensi yang diidentifikasi memiliki dampak paling besar pada pencegahan stunting dan wasting

(3)

10. Intervensi pendukung adalah intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan wasting diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan

11. Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu adalah intervensi yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana (program gizi darurat)

(4)

PASAL II RUANG LINGKUP

A. Penyusunan program penurunan stunting dan wasting rumah sakit 1. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan

keluarga tentang masalah stunting dan wasting dengan cara penyuluhan yang dilaksanakan diruang tunggu klinik anak, klinik kandungan, dan ruang rawat inap anak

2. Intervensi spesifik di rumah sakit a) Program 1000 HPK

Kelompok sasaran 1.000 HPK dalam Intervensi gizi spesifik yaitu: ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0 - 23 bulan

b) Suplementasi Tablet Besi Folat pada ibu hamil

c) Promosi dan konseling IMD dan ASI Eksklusif Tujuan promosi dan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan mampu mengimplementasikan IMD dan Asi Eksklusif sesuai dengan yang dianjurkan. Promosi dan konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang membutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang IMD dan Asi Eksklusif. Promosi dan konseling dilakukan oleh bidan dan ahli gizi sesui dengan kompetensinya.

d) Pemantauan Pertumbuhan (Pelayanan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita)

e) Pemberian Imunisasi

3. Penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi

4. Menentukan Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting

5. Program pemantauan dan evaluasi

Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk menilai proses dan keberhasilan implementasi serta rencana tindak lanjut.

6. Untuk kasus gangguan gizi yang perlu penanganan lanjut, jika rumah sakit belum mampu menangani maka akan dilakukan rujukan

(5)

7. Kasus gangguan gizi yang perlu dirujukkeluar RumahSakit Islam Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang adalah kasus dengan komplikasi berat.

a. Bayi sangat premature

b. Bayi berat lahir sangat rendah

c. Balita dengan status perkembangan meragukan, dan balita dengan status perkembangan menyimpang

(6)

PASAL III KEBIJAKAN

1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

3) Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

4) Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang kebijakan Strategis Pangan dan Gizi

5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting

(7)

A. Alur Pelayanan

PASAL IV TATA LAKSANA

(8)

Gizi Kurang Penyakit Ringan Gizi Kurang/Buruk

Penyakit Berat

Pemeriksaan Klinis dan Antropometri

B. Prosedur Pelayanan

1. Pasien datang dapat berasal dari rujukan luar rumah sakit maupun pasien datang sendiri ke rumah sakit

2. Pasien ke poli anak atau IGD, perawat melakukan pemeriksaan klinis dan antropometri (skrining awal)

3. Pasien dengan kondisi gizi kurang dan penyakit ringan diarahkan untuk melakukan konsultasi gizi

4. Dokter mengarahkan kepada keluarga pasien untuk datang ke ruang konsultasi gizi

5. Ahli gizi melakukan pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan laboratorium dan fisik klinis

6. Ahli gizi menetapkan diagnosis gizi

7. Ahli gizi intervensi gizi berupa edukasi dan konseling gizi

8. Ahli gizi menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui keberhasilan intervensi dilakukan monitoring dan evaluasi gizi

Pasien

 Datang Sendiri

Pendaftaran

Poli Anak/IGD

Konsultasi Gizi

 Pulang

 Rujuk Balik

Pulang

(9)

9. Pencatatan hasil konsultasi gizi dengan format ADIME dimasukan ke dalam rekam medik pasien dan diarsipkan di ruang konsultasi gizi

10. Pasien dengan kondisi gizi kurang/buruk dan penyakit berat masuk rawat inap untuk mendapatkan penangan yang terintegrasi

11. Ahli gizi melakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar.

12. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainya dalam pelaksanaan intervensi gizi.

13. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi 14. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi

15. Memberikan motivasi dan konseling gizi kepada keluarga pasien 16. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter DPJP 17. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter DPJP 18. Ahli gizi berkoordinasi dengan ahli gizi puskesmas wilayah tempat

tinggal pasien untuk melakukan tindak lanjut setelah pasien pulang

(10)

PASAL V DOKUMENTASI

A. Dokumentasi dilakukan pada

 Rekam Medik Pasien B. Pelaporan dan Evaluasi

 Pelaporan 3 bulan atau triwulan ke direktur

 Evaluasi dan analisis kegiatan dilakukan tiga bulan dan tahunan

PASAL VI

1. Dokumen pedoman yang tercantum dalam Peraturan Direktur ini, dijadikan acuan dalam melakukan tugas dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

2. Peraturan Direktur Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Jatibarang Pada Tanggal: 03 Januari 2023 Direktur RSI Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang

dr. Luhur Anggoro Sulistio Direktur

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditunjukan sebagaimana tercantum dalam Pasal 21 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menyebutkan “Rumah Sakit

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Biro Hukum Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.. Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit

NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT SERTA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

Pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Namun demikian, dengan adanya ketentuan dalam Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009, yang mengatur bahwa rumah sakit akan bertanggung jawab secara hukum terhadap kelalaian petugas

Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari

Surat Keputusan Yayasan Santa Maria Bunda Pertolongan Abadi Nomor : 66/D.04/YSMBPA-G/II/2020 Tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Umum Stella Maris; MEMUTUSKAN : Menetapkan :

REGULASI TERKAIT MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT Undang-undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-undang No.44 Tahun