• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi D3 Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Program Studi D3 Keperawatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

i

Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS

Nafilia Emil Malika1, Dewi Suryandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep.2

Mahasiswa1, Dosen2, Program Studi Diploma Tiga Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Stroke merupakan suatu penyakit cerebrovaskular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai dengan terganggunya suplai darah ke otak yang dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya pembuluhh darah. Pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran dapat dilakukan pengkajian neurologik yang termasuk di dalamnya Glasgow Coma Scale (GCS), tanda-tanda vital ukuran, reaksi pupil, dan kekuatan ekstermmitas.

Metode untuk menstimulus akson-akson serabut saraf ascedens keneuro-neuro RAS (Reticular Activating System) berupa terapi musik suara alam sehingga membantu peningkatkan kesadaran. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui peningkatan nilai glassgow coma scale. Subjek kasus ini satu orang pasien berada di ruang perawatan.

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dengan penurunan kesadaran dengan masalah keperawatan risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif yang diberi tindakan keperawatan berupa terapi musik suara alam selama 3 hari berturut-turut dengan durasi perhari 20 menit terjadi peningkatan tingkat kesadaran dari somnolent (skor GCS 8) menjadi delirium (skor GCS 10). Rekomendasi tindakan terapi musik suara alam efektif dilakukan pada pasien stroke non hemoragik dengan penurunan kesadaran.

Kata Kunci : Stroke Non Hemoragik, Terapi musik suara alam, Glassgow Coma Scale

Referensi : Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3, No. 2 : 15-18, Juli 2019

(2)

ii

Nursing Study Program D3 Faculty of Nursing University of Kusuma Husada Surakarta 2021

NURSING CARE IN NON-HEMORRIC STROKE PATIENTS IN THE FULFILLMENT OF PHYSIOLOGICAL NEEDS

Nafilia Emil Malika1, Dewi Suryandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep.2

Student1, Lecturer2, Nursing Study Program Diploma Three, Faculty of Health Sciences, University of Kusuma Husada Surakarta

Email : [email protected]

ABSTRACT

Stroke is a cerebrovascular disease in which the occurrence of impaired brain function associated with disease of the blood vessels that supply the blood supply to the brain is disrupted due to rupture of blood vessels or due to blockage of blood vessels. Stroke patients who experience decreased consciousness can undergo neurological assessments including the Glasgow Coma Scale (GCS), vital signs, size, pupillary reactions, and strength of the extremities. The method to stimulate the axons of ascending keneuro-neuro-neuro RAS (Reticular Activating System) is in the form of natural sound music therapy so as to help increase awareness. The purpose of this case study is to determine the increase in the value of the glassgow coma scale. The subject of this case was one patient in the treatment room. The results of the study indicated that the management of nursing care in non-hemorrhagic stroke patients in meeting physiological needs with decreased awareness with nursing problems at the risk of ineffective cerebral tissue perfusion given nursing actions in the form of natural sound music therapy for 3 consecutive days with a duration of 20 minutes per day an increase level of consciousness from somnolent (GCS score 8) to delirium (GCS score 10).

Recommendations for effective natural sound music therapy for non-hemorrhagic stroke patients with decreased consciousness.

Reference : Non Hemorrhagic Stroke, Nature sound music therapy, Glasgow Coma Scale

Reference : Journal of Nursing Management Vol. 3, No. 2 : 15-18, July 2019

(3)

3 PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskular.

Stroke di tandai dengan adanya kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke otak (WHO, 2014).

Berdasarkan data Stroke Association pada tahun 2016, stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di dunia dengan angka kematian 6,7 juta setiap tahun. Stroke adalah suatu penyakit cerebrovaskular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai dengan terganggunya suplai darah ke otak yang dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya pembuluhh darah.

Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau stenosis arteri. Oklusi ini disebabkan oleh trombosis dan emboli, yang semuanya dapat menyebabkan hipoperfusi yaitu pengurungan atau gangguan dalam aliran darah otak (Cerebaral Blood Flow/CBF) yang menyebabkan aliran ataupun asupan glukosa dan oksigen berkurang sehingga mempengaruhi fungsi neurologis (Taufiqurrohman, 2016).

Stroke iskemik menyumbang 83%

dari semua kasus stroke, sedangkan 17% sisanya adalah stroke hemoragik.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, angka stroke secara nasional adalah 10,9%. 12,6% stroke terjadi pada seseorang yang tinggal di daerah perkotaan, sedangkan 8,8%

terjadi stroke pada di daerah pedesaan. Provinsi Jawa Tengah menunjukkan kasus stroke adalah 11,8% sedangkah provinsi tertinggi pda kasus stroke terdapat di Provonsi Yogyakarta 14,6% dan Provinsi Kalimantan Timur 14,7%.

Pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran dapat dilakukan pengkajian neurologik yang termasuk di dalamnya Glasgow Coma Scale (GCS), tanda-tanda vital ukuran, reaksi pupil, dan kekuatan ekstermmitas. Pada pemeriksaan GCS digunakan untuk mengevaluasi status neurologik seperti respon mata, respon verbal, maupun respon motorik dengan nilai terendah 3 (respon palingg sedikit) dan 15 (paling berespon) nilai 8 atau dibawah 8 umumnya dikatakan sebagai koma membutuhkan intervensi keperawatan bagi pasien stroke (Panji D, 2014; Dody Setyawan, dkk, 2014).

Dalam upaya pengobatan dan perawatan pasien stroke terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi obatan yang mengatasi edema otak misalnya manitol, gliserol, dan lainnya. Terapi non farmakologi merupakan terapi pendamping yang sagat penting untuk diberikan karena terapi inilah yang

(4)

4 bisa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat misalnya terapi musik. Terapi musik adalah suatu proses yang terencana bersifat preventif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami hambatan dalam pertumbuhannya baik fisik, motorik, sosial, emosional, maupun mental intelgency (Suryana, 2018, hlm. 15).

METODE PENELITIAN

Studi kasus adalah suatu serangkaian kegiatan yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, keluarga, dan suatu organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah suatu hal yang aktual (real-life event), yang sedang berlangsung bukan sesuatu yang yang sudah lewat (Rahardjo, 2017). Studi kasus ini akan dilakukan pada pasien yang mengalami masalah penurunan kesadaran dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis di bangsal Cendrawasih Rumah Sakit Umum Daerah Simo, Boyolali yang dilakukan tanggal 15-27 Februari 2021.

HASIL STUDI KASUS

Karakteristik responden

Subjek dalam studi kasus ini adalah 1 klien dengan diagnosa medis

Stroke Non Hemoragik mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS 8-12.

Hasil nilai GCS sebelum dan sesudah diberikan terapi musik suara alam selama 3 hari berturut-turut dengan durasi 20 menit

Tabel 1. Analisa uji normalitas nilai GCS sebelum dan sesudah pemberian terapi musik suara alam di Bangsal Cendrawasih RSUD Simo, Boyolali pada tanggal 25 Februari 2021 Glasgow

Coma Scale

Score

Eye Motorik Verbal

25 Februari

2021

2 2 4

Hasil Nilai GCS selama 3 hari berturut-turut

Tabel 2. Analisa uji normalitas nilai GCS setelah pemberian terapi musik suara alam di Bangsal Cendrawasih RSUD Simo, Boyolali pada tanggal 25 -27 Februari 2021

Glasgow Coma

Scale

Score

Eye Motorik Verbal

25 Februari

2021

2 2 4

26 Februari

2021

2 3 4

(5)

5 27

Februari 2021

3 3 4

PEMBAHASAN

Hasil studi kasus ini diperoleh responden dengan berjenis kelamin perempuan. RIKESDA (2018) mengatakan stroke di dominasi jenis kelamin yang di alami oleh penderita stroke pada laki-laki 11,0% dan perempuan 10,9%.

Fokus utama penatalaksanaan pasien stroke non hemoragik dengan penurunan kesadaran adalah pemberian terapi musik suara alam. . Terapi musik adalah suatu proses yang terencana bersifat preventif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami hambatan dalam pertumbuhannya baik fisik, motorik, sosial, emosional, maupun mental intelgency (Suryana, 2018, hlm. 15). Terapi musik merupakan pengobatan non farmakologi yang dapat membantu pasien. Ketika musik-musik diputar, sistem limbik akan terstimulus menghasilkan sekresi fenitilamin, yang merupakan suatu neuroamin yang bertanggung jawab pada mood seseorang (Setyawan D, dkk, 2014). Setyawan (2014) berkesimpulan suara alam dapat menstimulus akson-akson serabut saraf ascedens keneuro-neuro RAS (Reticular Activating System).

Teori yang ditemukan oleh Wijayanti (2016) disebutkan bahwa efek yang ditimbulkan pada saat

terapi musik alam dimainkan adalah menurunkan stimulus sistem saraf simpatis. Respon yang biasa muncul dari penurunan aktivitas tersebut adalah menurunnya aktivitas adrenalin, menurunkan ketegangan neuromuskular, meningkatnya ambang kesadaran.

Tekanan darah itu diperlukan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran untuk mengetahui tekanan darah pada pasien penurunan kesadaran sebulm dilakukan terapi sampai dilakukannya terapi. Darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang dibutuhkan (Achjar, 2014).

Dalam terapi musik suara alam, stimulus ditransmisikan ke area korteks serebral, sistem limbik dan korpus kalosum melalui area saraf otonom dan sistem neuroendokrin.

Ketika musik-musik tersebut diputar, sistem limbik akan terstimulus menghasilkan sekresi feniletilamin, yang merupakan suatu neuroamin yang bertanggung jawab pada mood seseorang (Dody Setyawan, dkk, 2014).

KESIMPULAN

Pemberian terapi musik suara alam dapat memberikan dampak positive pada peningkatan GCS pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami penurunan kesadaran dengan parameter ketentuan score

(6)

6 Glasgow Coma Scale. Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun dengan keluarga klien. Dapat melengkapi sarana prasarana yang sudah ada secara optimal dalam pemenuhan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis pada pasien stroke non hemoragik.

DAFTAR PUSTAKA

American Stroke Association. 2016.

Impact Od Stroke (Stroke statistics).

Dody Setyawan, dkk. 2013.

Intervensi Terapi Musik Relaksasi Dan Suara Alam (Nature Sound) Terhadap Tingkat Nyeri Dan Kecemasan Pasien (Literature Review).

Jurnal Dan Kebidanan (JIKK).

Volume 1 No. 8, Juni, Tahun 2014.

Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C.S.

2016. Care Yourself STROKE cegah dan obati sendiri.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Panji D. 2014. Stroke Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: PT. Elex Media Komplitindo

Rahardjo, Mudijia. 2017. Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif:

Konsep dan Prosedurnya.

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

RISKESDAS. 2018. Laporan Nasional RIKESDAS 2018.

Jakarta: Lembaga Penerbit Badan dan Pengembangan Kesehatan, 2019.

Suryana, Dayat. 2018. Terapi Musik 2018: Music Therapy 2018 Vol.

2. Jakarta: Dayat Suryana Independent.

Taufiqurrohaman, Neilan, Merry, dan Achmad. 2016. Manfaat Pemberian Stikoline Pada Pasien Stroke Non Hemoragik (SNH). Jurnal Medula Unila.

Vol. 6. No.1

World Health Organization. 2014.

Stroke Cerebrovasculer Accident. Vailable Form:

http://www.who.int/topics/cere brovascular_accident/en/

(Diakses 15 Desember 2020) Wijayanti, FY. 2016. Perbedaan

Tingkat Insomnia pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Keroncong di Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tulungangung.

Skripsi. Universitas Brawijaya Malang, Malang.

(7)

7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien post operasi Laparatomi Hernia Inguinalis dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah

xiv Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Tahun, 2020 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGIOMA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN

Hasil studi menunjukan bahwa pengelolahan asuhan keperawatan pasien stroke non hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan dengan masalah keperawatan gangguan mobilisasi

xv Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2021 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien GGK dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman : kecemasan masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan perubahan

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah keperawatan nyeri akut dan dilakukan tindakan

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien stroke dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan dengan masalah penurunan kekuatan otot yang

Kesimpulan Pengelolaan asuhan keperawatan pasien abdominal pain indikasi hepatitis B dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman : nyeri dengan masalah keperawatan nyeri akut yang