• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA "

Copied!
146
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien diare dalam pemenuhan kebutuhan cairan.

Manfaat Penulisan

Dapat menambah referensi bacaan bagi institusi pendidikan khususnya pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien diare. Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan ini dapat memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk menambah pengetahuan khususnya tentang manajemen cairan pada pasien diare dengan garam rehidrasi oral dan madu.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep diare

Definisi

Etiologi

Manifestasi Klinis

Pada pasien dewasa, bila keadaan ini tidak segera diatasi maka akan timbul komplikasi berupa nekrosis tubulus ginjal akut yang kemudian dihadapkan pada gagal ginjal akut. Disentri - Diare berdarah (dilihat dan dilaporkan) Diare terus-menerus - Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih Diare karena nutrisi.

Komplikasi

Jika asidosis metabolik menjadi lebih parah, sirkulasi paru akan terhambat dan dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena bebas alkali.

Patofisiologi

Ketiga, gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan usus dalam menyerap makanan sehingga mengakibatkan diare. Selain itu dapat juga terjadi diare, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati sawar asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak kemudian mengeluarkan toksin, terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menyebabkan diare (Lestari, 2016).

Pemeriksaan Dia

Campuran oralit dan madu ini diberikan setiap kali buang air besar yang dilakukan selama 3 hari (Andayani, 2020). Tindakan keperawatan dilakukan 3 x 24 jam dengan pemberian oralit dan madu dengan dosis 200 ml larutan oralit dan 5 ml madu.

Penatalaksanaan

  • Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
    • Asuhan Keperawata pada Anak Diare

Pengkajian

Desain studi kasus adalah suatu metode atau desain yang diterapkan untuk memahami individu, atau kelompok secara lebih mendalam dengan mempraktikkannya secara integratif dan komprehensif (Nursalam, 2016). Studi kasus yang akan dilakukan kali ini adalah penelitian untuk mengkaji masalah asuhan keperawatan pada klien diare dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Subjek studi kasus adalah suatu objek yang ditentukan oleh suatu ciri tertentu yang akan dikategorikan menjadi suatu objek yang kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulan yang dipandang sebagai objek penelitian (Sugiyono, 2012).

Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah orang dewasa yang menderita diare dengan hipovolemia. Fokus studi kasus ini adalah penatalaksanaan diare pada pasien dewasa dengan hipovolemia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Penyajian data dalam studi kasus ini disajikan secara naratif dalam bentuk teks dan disertai kutipan ungkapan verbal topik studi kasus yang merupakan data pendukung.

Untuk studi kasus ini dipilih 1 orang sebagai subjek studi kasus dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu pasien diare yang mempunyai kendala dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan. Subjek studi kasus adalah seorang laki-laki bernama Tn.S, 79 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD, alamat andong boyolali, pegawai swasta, nomor registrasi 2102xxxx dengan diagnosa medis sering muntah. Keluhan utama pasien adalah buang air besar 10 kali sehari disertai mual dan muntah. Studi kasus ini dilakukan di RS Simo Boyolali yang terletak di Jalan Kebon Ijo Ds. Simo Kec. Simo Boyolali, Jawa Tengah.

Tabel 2.3 rata-rata haluaran cairan setiap hari
Tabel 2.3 rata-rata haluaran cairan setiap hari

Diagnosa Keperawatan

Intervensi

Implementasi

Evaluasi

  • Konsep Dasar Nutris dan Cairan
    • Konsep dasar cairan
    • Konsep dasar nutrisi
    • Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan
    • faktor yang mempengaruhi nutrisi dan cairan 43
    • pengertian ORS
    • Tujuan pemberian ORS dan madu
    • Prosedur pemberian ORS dan madu
  • Kerangka Teori
  • Kerangka konsep

Larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik, sehingga menghambat pergerakan cairan dan elektrolit dari kompartemen intraseluler. Kation utama, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg²+), terdapat dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler. Risiko lansia mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mungkin berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan ketidakmampuan memekatkan urin.

Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air melalui keringat, dan mekanisme rasa haus membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan meningkatkan asupan cairan. Diare mirip kolera menyebabkan dehidrasi ringan dan seringkali memerlukan infus intravena karena pasien dapat meninggal karena kekurangan cairan dan elektrolit. Terapi rehidrasi adalah menggantikan air dan elektrolit yang hilang; terapi cairan pemeliharaan adalah mempertahankan kehilangan cairan.

Langkah pertama dalam mengobati diare akut, seperti pada gastroenteritis, adalah mencegah atau mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, terutama pada bayi dan orang lanjut usia.

METODOLOGI KASUS

  • Subjek studi kasus
  • Fokus studi
  • Definisi operasional
  • Tempat dan waktu
  • Pengumpulan data
  • Penyajian data
  • Etika studi kasus

Pelaksanaan hari kedua tanggal 24 Februari 2021 pukul 10.00 WIB yaitu pemantauan keluaran cairan, pemberian cairan oral (garam rehidrasi oral dan madu) untuk dosis terapi oralit dan madu sebanyak 200 ml untuk larutan garam pengganti jumlah yang hilang. natrium dan kalium serta ditambahkan 5 ml madu untuk menggantikan glukosa yang hilang, pada hari kedua pasien mengalami diare 6 kali sehari untuk terapi oralit dan. Oleh karena itu, terapi non farmakologi berupa terapi rehidrasi oral garam dan madu dapat diberikan sebagai pengobatan pertama pada pasien diare akut. Setelah melakukan terapi oralit dan madu, perawat menilai tanda-tanda klinis pasien untuk dideteksi setelah prosedur dilakukan.

Pemberian oralit dan madu dilakukan penulis pada hari ke 1 tanggal 23 Februari 2021 mulai pukul 10.00 WIB yaitu pemeriksaan tanda dan gejala hipovolemia, penghitungan kebutuhan cairan, pemberian terapi garam rehidrasi oral dan madu, serta memastikan kerjasama dengan isotonik. cairan IV. Hasil tindakan menunjukkan pemberian oralit dan madu dapat menurunkan tingkat dehidrasi yaitu pasien menyatakan tidak haus dan keseimbangan cairan +534 cc. Fokus utama tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah pemberian terapi rehidrasi oral sendi dengan garam dan madu.

Diharapkan mereka tetap berkontribusi dalam pemberian asuhan keperawatan non farmakologi bersama tim medis lainnya dengan memberikan terapi rehidrasi oral dengan garam dan madu.

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Gambaran lokasi pengambilan data

Fasilitas yang tersedia di RSUD Simo Boyolali adalah rumah sakit tipe D yang memiliki rumah sakit, rawat jalan, gawat darurat, ruang rehabilitasi medik, ruang operasi, ruang HCU, sanitasi lingkungan, laboratorium, laboratorium gizi dan radiologi. Dalam penanganan kasus ini, penulis melakukan pengumpulan data di ruang Bird of Paradise RS Simo Boyolali selama 2 minggu terhitung mulai tanggal 15 Februari – 27 Februari 2021.

Pemaparan fokus studi

Terapi oralit dan madu diberikan setiap kali pasien buang air besar, untuk dosis terapi oralit dan madu adalah 200 ml saline untuk menggantikan natrium dan kalium yang hilang dan ditambah 5 ml madu untuk menggantikan glukosa yang hilang, pada hari pertama pasien mengalami diare sebanyak 10 kali diberi oralit dan madu 5 gelas dalam 1 shift pagi untuk sore dan malam terus keluarga. Penulis melakukan pemeriksaan fisik awal pada pasien untuk memeriksa derajat dehidrasi dan mencatat turgor kulit kurang dari 2 detik, tekanan darah rendah 126/79 mmHg, selaput lendir bibir kering, mata cekung. Pelaksanaan hari ketiga tanggal 25 Februari 2021 pukul 08:30 WIB yaitu merekomendasikan peningkatan asupan oral (ORS dan madu) partisipasi pemberian cairan infus hipertonik, mengajarkan keluarga teknik pemberian dan komposisi garam rehidrasi dan madu cairan oral, sehingga terapi dapat dilanjutkan di rumah.

Dosis pemberian terapi oralit dan madu adalah 200 ml untuk saline untuk menggantikan natrium dan kalium yang hilang serta ditambah 5 ml madu untuk menggantikan glukosa yang hilang.Pada hari ketiga pasien mengalami diare sebanyak 3 kali sehari karena pemberian oralit dan madu. Pagi hari 2 gelas, dan sore dan malam 1 gelas dilanjutkan oleh keluarga. Kemudian penulis melakukan penelitian akhir dengan memeriksa kembali tanda-tanda vital pasien dan didapatkan hasil dehidrasi menurun, tekanan darah 130/80 mmHg, selaput lendir lembab, mata cekung membaik dan turgor kulit kembali dalam waktu 2 detik. Pada evaluasi hari kedua tanggal 24 Februari 2021 masalah hipovolemia terkait kehilangan cairan aktif pada pasien belum teratasi, dengan respon subjektif pasien yaitu pasien mengatakan masih merasa sedikit mual dan muntah namun berkurang, dan respon obyektif pasien nadi 88x/menit, tekanan darah 107/98 mm Hg, turgor membaik, membran mukosa lembab, mata cekung menurun.

Respon obyektif pasien nadi 80x/menit, tekanan darah 130/0 mmHg, turgor elastik, membran mukosa lembab, mata cekung berkurang.

Pembahasan

Pengertian dan Indikator Diagnostik (SDKI) menurut ciri-ciri hipovolemia (D.0023) yaitu data subyektif (tidak ada) dan data obyektif yaitu denyut nadi meningkat, denyut nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun. selaput lendir kering, volume urin berkurang, hematokrit meningkat. Kemudian dari data objektif turgor kulit pasien tidak elastis, volume urin menurun 500 ml/24 jam, hematokrit meningkat 51,5%, selaput lendir kering, nadi lemah, nadi 107x/menit, RR, tekanan darah 126x/menit . 79 mmHg, termasuk dalam kategori dehidrasi sedang. Intervensi keperawatan yang fokus pada pemberian terapi oralit dan madu sebelum tindakan, penulis mengukur derajat dehidrasi dengan melihat gejala klinis untuk mengetahui derajat dehidrasi pasien, kemudian menjelaskan tata cara pemberian oralit dan terapi madu.

Pelaksanaan pada hari kedua tanggal 24/2/2021 pukul 10.00 WIB yaitu pemantauan ekskresi asupan cairan, pemberian cairan oral (garam rehidrasi oral dan madu) untuk dosis terapi oralit dan madu sebanyak 200 ml untuk terapi oralit. larutan garam untuk menggantikan yang hilang. natrium dan kalium serta menambahkan 5 ml madu untuk menggantikan glukosa yang hilang, pada hari kedua pasien diare 6 kali sehari untuk terapi oralit dan madu diberikan 3 gelas pada shift pagi dan 3 gelas pada sore dan malam hari, dilanjutkan bersama keluarga, pemeriksaan respon pasien. Kinerja diatas sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa oralit dan madu merupakan salah satu terapi non farmakologi atau komplementer dalam pengobatan diare hipovolemik, oralit dan madu dapat menjadi pertolongan pertama dan dapat menurunkan resiko dehidrasi dan syok hipovolemik. pada pasien. Jika terapi oralit dan madu tidak diberikan maka pasien dapat mengalami dehidrasi berat, gangguan elektrolit, demam, kejang, asidosis metabolik, syok hipovolemik bahkan kematian (Santosa, 2011.

Pengkajian keperawatan untuk diagnosis hipovolemia hari ketiga dilakukan dengan pemberian oralit dan madu pada tanggal 25 Februari 2021 pukul 13.00 WIB kepada pasien, masalah teratasi karena data pengkajian mendapat respon subjektif yaitu pasien mengatakan mual muntah. menyusut dan dia ingin makan meski sedikit. Kemudian dari data objektif turgor kulit pasien tidak elastis, volume urin menurun 500 ml/24 jam, hematokrit meningkat 51,5%, selaput lendir kering, nadi lemah, nadi 107x/menit, tekanan darah 126/79 mmHg dengan kategori dehidrasi sedang. Hasil pengkajian yang dilakukan, diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama Tn.S yaitu hipovolemia (D.0023) disertai kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun.

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk klinis diare (  Kusuma, 2015).
Tabel 2.3 rata-rata haluaran cairan setiap hari
Gambar 2.1 Kerangka Teori  Sumber : Nurarif, 2015)
Gambar 2.2  Kerangka Konsep Pemenuhan kebutuhan

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021 HUBUNGAN SAFETY RIDING DENGAN AGGRESSIVE DRIVING PADA KEJADIAN KECELAKAAN