• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA (Halaman 81-146)

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.4 Pembahasan

maka didapakan hasil penurunan pada tingkat dehidrasi yang dialami pasien.

mukosa kering, nadi teraba lemah, nadi 107x/menit, tekanan darah 126/79 mmHg dengan kategori dehidrasi sedang.

Menurut PPNI (2016) Standar diagnosa keperawatan indonesia.

Definisi dan indikator diagnostik (SDKI) sesuai dengan karakteristik hipovolemi (D.0023) yaitu data subjektif (tidak ada), dan data objektif yaitu frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjafi pada tanda dan gejala diagnosisi keperawatan hipovolemi yang dialami pasien diare dengan hipovolemi. Sering kali dalam diare akut timbul berbagai penyulit, seperti dehidrasi dengan segala akibatnya, gangguan keseimbangan elektrolit, peningkatan volume cairan intravaskular (hipovolemi), dan gangguan keseimbangan asam-basa. Penyulit tersebut akan mengakibatkan pasien yang menderita diare meninggal (Dewi, dkk 2011).

4.4.2 diagnosa keperawatan

berdasarkan hasil pengkajian dan observasi penulis mengangkat diagnosis hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat. (D.0023) sebagai fokus diagnosis. Diagnosis tersebut

termasuk dalam prioritas diagnosis yang pertama karena mengacu pada teori Hierarki Maslow (2013) yang mengemukakan prioritas pertama fisiologi (oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, integritas kulit dan penyembuhan luka, psikososial, penyakit terminal, dan menjelang ajal), rasa aman dan nyaman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri. Sehingga diagnosis diare dengan hipovolemi termasuk kedalam kategori kebutuhan fisiologi dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

Penulis mengangkat diagnosis hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif didukung dengan data subyektif yaitu pasien Tn.S mengatakan muntah dan mual ketika makan dan minum, pasien mengatakan lemas. Kemudian dari data obyektifnya turgor kulit pasien tidak elastis, volume urine menurun 500 ml/24 jam, hematokrit meningkat 51,5 %, membran mukosa kering, nadi teraba lemah, nadi 107x/menit, RR, tekanan darah 126/79 mmHg, termasuk kategori dehidrasi sedang.

Dari data tersebut muncul masalah keperawatan hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosa yang muncul pada pasien sesuai dengan batasan karakteristik hipovolemi (D.0023) menurut standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI) 2018 yaitu:

frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.

Pasien dengan diare yang akut dan tidak segera diobati, biasanya meninggal bukan karena infeksi tetapi karena kehilangan cairan dan elektolit yang sangat banyak (misalnya, sodium, potassium, kalium, basa). Kehilangan cairan secara mendadak dan berleihan dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis dapat mengakibatkan syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi sehingga menimbulkan komplikasi lain yakni Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ (Irianto Koes, 2014). Sehingga untuk penanganan pertama pada pasien dengan diare akut dapat diberikan terapi non farmakologi berupa terapi oral rehydration salt dan madu.

4.4.3 intervensi keperawatan

Setelah pengakkan diagnosis hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Kemudian masuk dalam penyusunan intervensi sesuai dengan teori yang telah disebutkan bahwa intervensi keperawatan diusun dengan SLKI dan SIKI

Tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam diharapkan hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dapat teratasi dengan kriteria hasil SLKI yaitu keseimbangan cairan (L.05020) : dehidrasi menurun, tekanan darah membaik 120/80 mmHg, denyut

nadi radial membaik, membran mukosa membaik, mata cekung membaik, turgor kulit membaik, asupan cairan meningkat.

Setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan berdsarkan SLKI, kemudian menyusun langkah-langkah tindakan intervensi keperawatan berdasarkan SIKI yaitu manajemen hipovolemi (I.03116) : periksa tanda geala hipovolemi, monitor intake output cairan, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral (terapi oral rehydration salt dan madu), anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV isotonis, dan kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis. Pemberian cairan oral berupa ORS dan madu diberikan ketika pasien usai buang air besar.

Intervensi yang disusun telah disesuaikan dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawata Indonesia) dengan metode OTEK (Observasi, Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi) tujuan dan kriteria hasil disusun berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dengan memenuhi kriteria SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Reasonable, Time).

4.4.4 implementasi keperawatan

Pada fokus diagnosis keperawatan yaitu hipovolemi, penulis melakukan tindakan untuk menurunkan dehidrasi pada tanggal 23-25 Februari 2021 dengan memonitor secara berkala untuk memastikan dehidrasi menurun, tekanan darah membaik 120/80 mmHg, denyut nadi radial membaik, membran mukosa membaik, mata cekung

membaik, turgor kulit membaik, asupan cairan meningkat. Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemberian terapi ORS dan madu, sebelum tindakan dilakukan penulis melakukan pengukuran tingkat dehidrasi dengan cara melihat tanda klinis untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien, kemudian menjelaskan prosedur terapi ORS dan madu yang akan dilakukan. Setelah terapi ORS dan madu dilakukan perawat mengevaluasi tanda klinis pasien untuk mengetahui setlah dilakukannya tindakan.

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan ORS osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian ORS dan madu yang dilakukan oleh penulis implementasi hari pertama pada tanggal 23 februari 2021 mulai pukul 10.00 WIB yaitu memeriksa tanda dan gejala hipovolemi, menghitung kebutuhan cairan, memberikan terapi oral rehydration salt dan madu, dan memberikan kolaborasi cairan iv isotonis. Mengkaji kembali

respons pasien terhadap pemberian ORS dan madu yang telah diberikan kepada pasien. Terapi ORS dan madu ini diberikan setiap kali pasien mengalami BAB, untuk takaran pemberian terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan garam untuk dpenganti natrium serta kalium yang hilang dan ditambahkan 5 ml madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada hari pertama ini pasien mengalami diare sebanyak 10 kali untuk pemberian ORS dan madu sebanyak 5 gelas dalam 1 shift dipagi hari untuk siang dan malam dilanjutkan oleh keluarga. Penulis melakukan pengkajian fisik awal pada pasien memeriksa tingkat dehidrasi dan didapatkan turgor kulit kurang dari 2 detik, tekanan darah rendah 126/79 mmHg, mukosa bibir kering, mata cekung. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami dehidrasi ringan – sedang.

Implementasi hari kedua pada tanggal 24 februari 2021 pukul 10.00 WIB yaitu memonitor intake output cairan, memberikan cairan oral ( Oral Rehydration Salt dan madu) untuk takaran pemberian terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan garam untuk penganti natrium serta kalium yang hilang dan ditambahkan 5 ml madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada hari kedua pasien mengalami diare sebanyak 6 kali dalam sehari untuk terapi ORS dan madu diberikan sebanyak 3 gelas saat shift pagi dan 3 gelas ketika siang-sore dilanjutkan oleh keluarga, mengkaji kembali respon pasien

terhadap efek dari pemberian ORS dan madu terhadap tingkat diare, serta mempertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman

Implementasi hari ketiga pada tanggal 25 februari 2021 pukul 08.30 WIB yaitu menganjurkan memperbanyak asupan oral (ORS dan madu) mengkolaborasikan pemberian cairan iv hipertonis, mengajarkan keluarga teknik pemberian dan peracikan cairan oral rehydartion salt dan madu agar terapi dapat diteruskan dirumah. Untuk takaran pemberian terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan garam untuk penganti natrium serta kalium yang hilang dan ditambahkan 5 ml madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada hari ketiga ini pasien mengalami diare sebanyak 3 kali dalam sehari untuk pemberian ORS dan madu sebanyak 2 gelas shift dipagi hari, dan 1 gelas siang dan malam dilanjutkan oleh keluarga. Kemudian penulis melakukan penelitian akhir dengan memerika kembali tanda – tanda vital pasien dan didapatkan hasil dehidrasi menurun, tekanan darah 130/80 mmHg, membran mukosa lembab, mata cekung membaik, serta turgor kulit kembali dalam 2 detik. Dari hasil tersebut dapat diambil keputusan tingkat dehidrasi pada pasien sudah menurun.

Implementasi diatas sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa ORS dan madu merupakan salah satu terapi non farmakologi atau komplementer untuk mengatasi diare dengan hipovolemi, ORS dan madu dapat menjadi pertolongan pertama dan dapat mengurangi resiko pasien mengalami dehidrasi dan syok hipovolemi. Kandungan

gula dalam madu juga mengalami peningkatan saat dilarutkan dalam ORS yaitu berubah dari 75 mmol/L menjadi 109 mmol/L yang dapat meningkatkan penyerapan natrium dan air dari usus, sehingga dapat terjadi peningkatan konsistensi feses (Andayani, 2020).

Pada saat pengambilan kasus pasien yg diambil adalah pasien lansia dengan usia 79 tahun dengan frekuensi buang air besar sebanyak 10 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek cenderung cair. Carvajal, (2016) menjelaskan bahwa penggunaan osmolaritas rendah dan oral rehydration salt, zink, dapat meningkatkan jumlah cairan dan ini direkomendasikan untuk anak usia 1 sampai 5 tahun . Hal tersebut menunjukan terjadi ketimpangan subjek pasien yang digunakan antara dijurnal dan dilapangan.

Tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam dengan pemberian ors dan madu dengan takaran 200ml larutan ORS dan 5ml madu. Hasil tindakan didapatkan bahwa pemberian ORS dan madu dapat menurunkan tingkat dehidrasi yaitu pasien mengatakan sudah tidak haus dan balance cairan +534 cc. Endang, (2011) memaparkan bahwa oral rehydration salt asalah pilihan utama untuk mengobati cairan elektrolit tubuh. Sementara menurut hasil penelitian dari departemen of biochemisty faculty of medicine university of malaya dikuala lumpur, Madu efektif mengatasi diare dengan mekanisme dari aktivitas antibakteri pada madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam pencernaan, adanya senyawa radikal hydrogen

peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen penyebab diare. Hal terdebut menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan jurnal dan terbukti efektif.

Fokus studi ini terapi ORS dan madu sangat berperan dalam mengurangi diare dengan hipovolemi. Jika terapi ORS dan madu tidak dilakukan, pasien dapat mengalami dehidrasi berat, gangguan keseimbangan elektrolit, demam, kejang, asidosis metabolik, syok hipovolemik bahkan kematian (Santosa,2011.

4.4.5 evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan teori SOAP (subjektif, objektif, assesment, dan planning) yang mana subjektif adalah pernyataan dari pasien tentang perkembangan kesehatan pasien, obektif adalah data yang dapat atau hasil dari pemberian tindakan keperawatan pada masalah kesehatan pasien, assesment merupakan kesimpulan dari tindakan keperawatan yang dilakukan, planning merupakan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien.

Evaluasi keperawatan pada diagnosa hipovolemi hari ke tiga dilakukan tindakan pemberian ORS dan madu pada tanggal 25 februari 2021 pukul 13.00 WIB terhadap pasien, masalah teratsi karena dari data evaluasi didapatkan respon subyektif yaitu pasien mengatakan mual dan muntah sudah berkurang sudah mau makan walaupu hanya sedikit. Respon obyektif yaitu nadi 80x/menit, nadi

teraba kuat, tekanan darah 130/80 mmHg, turgor kulit elastis, mata tidak cekung. Penambahan madu dalam larutan ORS dapat menurunkan frekuensi diare, mempercepat pemulihan, dan dapat meningkatkan berat badan anak Hal ini juga sejalan dengan penelitain lain yang menyatakan bahwa pemberian madu efektif terhadap penurunan frekuensi diare dan memperpendek hari perawatan di rumah sakit (Cholid & Santosa, 2011).

Dari data yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa masalah diare dengan hipovolemi pada pasien sudah teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan penulis, maka penulis menghentikan intervensi. Kriteria hasil pada tujuan keperawatan tercapai dengan kriteria hasil: dehidrasi menurun, tekanan darah membaik 120/80 mmHg, denyut nadi radial membaik, membran mukosa membaik, mata cekung membaik, turgor kulit membaik, asupan cairan meningkat menurut standar luaran keperawatan indonesia (SLKI, 2018).

76 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada tahap ini penulis menyimpulkan proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi tentang asuhan keperawatan pada pasien diare dengan hipovolemia di ruang cendrawasih RSUD Simo Boyolali.

5.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian didapatkan data bahwa Tn.S diare yang mengalami hipovolemia. Data subyektif yaitu pasien Tn.S mengatakan muntah dan mual ketika makan dan minum, pasien mengatakan lemas. Kemudian dari data obyektifnya turgor kulit pasien tidak elastis, volume urine menurun 500 ml/24 jam, hematokrit meningkat 51,5 %, membran mukosa kering, nadi teraba lemah, nadi 107x/menit, tekanan darah 126/79 mmHg dengan kategori dehidrasi sedang.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Hasil dari pengkajian yang dilakukan maka diagnosis keperawatan yang menjadi fokus utaa pada Tn.S yaitu hipovolemia (D.0023) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,

tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada diagnosis keperawatan hipovolemi pada Tn.S meliputi : manajemen hipovolemi (I.03116). Periksa tanda geala hipovolemi, monitor intake output cairan, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral (terapi oral rehydration salt dan madu), anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV isotonis, dan kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis. Fokus utama tindakan keperawatan yang penulis lakukan adalah memberikan kolaborasi terapi oral rehydration salt dan madu.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Impelemtasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan diagnosa medis vomitus frequent di ruang cendrawasih RSUD Simo Boyolali telah sesuai dengan intervensi yang disusun oleh penulis.

Manajemen hipovolemi (I.03116) : ). Periksa tanda geala hipovolemi, monitor intake output cairan, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral (terapi oral rehydration salt dan madu), anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV isotonis, dan kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi dari diagnosis hipovolemi (D.0023) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dibuktikan dengan

frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat. Didapatkan data subjektif : Tn S mengatakan mual muntah sudah berkurang, nafsu makan sudah meningkat, data objektif didapatkan hasil nadi 80x/menit, nadi teraba kuat, TD : 130/80 mmHg, turgor kulit elastis.

Assesment yang didapatkan adalah masalah hipovolemi. Planning lanjutkan dengan menganjurkan pemerian terapi oral rehydration salt dan madu.

5.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosis medis vomitus frequent penulis memberikan masukan dan usulan yang positif di bidang kesehatan antara lain :

5.2.1 Bagi Institudi Pelayanan Kesehataan

Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali dapat memberikan pelayanan hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun pasien serta keluarga pasien. Memberikan saran dan prasarana yang sudah ada secara optimal dalam memenuhi asuhan keperawatan hipovolemi pada pasien diare.

5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan terus berkonstribusi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan nonfarmakologis yaitu dengan pemberian terapi oral rehydration salt dan madu bisa

diaplikasikan untuk tindakan alternatife untuk menurunkan tingkat hipovolemi yang tinggi khususnya pada pasien diare. perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.

5.2.3 Bagi Institusi Keperawatan

Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas dengan mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindaakan yang dilakukan sehingga mampu menghasilkan perawat yang professional, terampil dan inovasif bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

5.2.4 Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan klien tentang bagaimana menangani masalah hipovolemi dengan tindakan yang baik sehingga masalah teratasi dan kebutuhan klien terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Amih Huda, Nuraarif., & Hardhi, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Medi Action.

Andayani, nila. (2016). SOP Pembuatan Larutan Gula Garam UPT Puskesmas Ciledug. Cirebon.

Ariani, P. (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Budiono, Sumirah. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Debby Daviani, Prawati, & Dani Nasirul, Haqi., (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari. Jurnal Promkes. Vol. 7 No.

1 pp.34-45.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Dharma Bayu, Arieza. (2017). Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Penanganan pada Anak Diare. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dian, A. (2015). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan (1st ed.).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016. Pengarang.

Dinkes Kabupaten Boyolali. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2019. Pengarang.

Dinkes Jateng. (2018). Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2018.

Semarang: Pengarang.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).

Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta: Pengarang.

Djitowiyono., & Kristiyanasari. (2011). Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwienda., & Octa. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish.

Eteraf-oskouei T, Najafi M., (2013). Traditional and modern use of natural honey in human disease. Iran J Basic Med Sci. 16(6): 731-742.

Hidayat, A A.(2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Buku ajar gastro-hepatologi. Jakarta:

IDAI.

Kartika sari, wijayaningsih. (2013). Asuhan keperawatan anak. Jakarta: Trans Info Media.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pengarang

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta:

Pengarang

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.

Jakarta: Pengarang

Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Pengarang.

Kusbiantoro, D., (2015). Pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah di TK ABA 1 Lamongan. Jurnal Surya 7.(1): 1-8

Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang:

Erlangga

Nurmaningsih, Dwi., & Rokhaidah., (2019). Madu Sebagai Terapi Komplementer untuk Anak dengan Diare Akut. Jakarta: Jurnal Kesehatan Holistic Vol. 3 No.1

Nursalam. (2011). Management Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional (3rd ed.). Jakarta: salemba medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.

Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika.

Putri, Andayani, Rifka., (2020). Madu Dengan Oral Rehydration Salts dan Larutan Madu Efektif Terhadap Penurunan Frekuensi Diare dan Lama Rawat Pada Anak. Padang: Jurnal Ilmu Kesehatan 4. (1): 57-64.

Rianto, Agus. (2019). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Rianto,Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced Nutrition in Reproductive Health). Bandung: ALFABETA.

Ridha., & Nabiel, H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saputra., (2015). Perbedaan Tumbuh Kembang Anak Toddler yang Diasuh Orang Tua Dengan yang Dititipkan Di Tempat Penitipan Anak. JOM 2. (2): 49-52.

Sjamsuhidajat, De Jong . (2014). Buku ajar ilmu bedah masalah pertimbangan klinis bedah dan metode pembedahan. Jakarta: EGC.

Soetjingsih., & Ranuh, G. (2013). Tumbuh kembang anak edisi 2. Jakarta: EGC.

Subagyo B., Santoso N.B. (2011). Diare Akut Pada Anak. Surakarta: Uns Presspp.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sweetser, S. (2012). Evaluating the Patient With Diarrhea A Case-Based Approach. US National Library of Medicine National Institutes of Health.

87(6): 596–602.

Tarwoto., & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi I Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Titik lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahid Hidayah Yufita., (2018). Asuhan Keperawatan pada Diare Akut Dehidrasi Sedang Fokus Studi Kekurangan Volume Cairan di RSUD Temanggung.

Semarang. Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol. 4. (2): 139-142

Wasliah Indah, Syamdarniati., & Aristiawan Danul., (2020). Pemberian Edukasi Kesehatan tentang Pencegahan Diare pada Anak di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Dasar Agung Kota Mataram NTB. Nusa Tenggara Barat:

Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis Vol. 2 No.1

World Health Organization. (2017). Diarrhoeal Disease.

http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease.

Diakses pada 11 Januari 2021

Yusuf, A., Muri. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, &

Penelitian Gabungan. Jakarta : Prenadamedia Group.

Zein, Umar. (2011). Diare akut dewasa. Medan: USU Press.

LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2: Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vita Andriani

Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 11 Desember 1999 Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Klagen Rt 20 Rw 05 Jatisawit, Jatiyoso, Karanganyar

Riwayat pendidikan : 1. SD N 01 Jatisawit 2. SMP N 01 Jatipuro 3. SMA N Jumapolo Riwayat pekerjaan :

Riwayat organisasi :

1. Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai Mentri Riset dan Teknologi Tahun 2018-2019

2. Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai

Koordinator Mentri Pendidikan Tahun 2019-2020

Publikasi : -

Dalam dokumen UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA (Halaman 81-146)

Dokumen terkait