• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2020 M/1441 H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2020 M/1441 H"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Apa dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam menolak tuntutan nafkah anak sebelumnya dalam putusan Nomor: 0207/Pdt.G/2018/PA.Bn.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Tinjauan Hukum Islam Tentang Gugatan Penafsiran Anak Pasca Perceraian (Studi Analitik Putusan Pengadilan Agama Purwokerto, Nomor: .2848/Pdt.G/2014/PA.PWT)”. 14 Ari Dewi Ernawati, Tinjauan Hukum Islam Tentang Gugatan Terhadap Tunjangan Anak Pasca Perceraian (Studi Analitik Putusan Pengadilan Agama Purwokerto Nomor: .2848/Pdt.G/2014/PA.PWT) (Skripsi, IAIN Purwokerto: 2018).

Metode Penelitian

0207/Pdt.G/2018/PA.Bn yang menolak permohonan tunjangan anak yang belum dibayar di masa lalu dan peninjauan kembali hukum Islam. Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka pengumpulan datanya dilakukan dengan mempelajari berkas perkara berupa putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0207/Pdt.G/2018/PA.Bn yang menyatakan bahwa tuntutan anak sebelumnya dukungan tidak dapat diterima.

Sistematika Penulisan

0207/Pdt.G/2018/PA.Bn tentang Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Bengkulu Dalam Menolak Tuntutan Tunjangan Anak Sebelumnya Dalam Kasus Ini Dan Bagaimana Hukum Islam Meninjau Tunjangan Anak Sebelumnya.

NAFKAH ANAK DALAM ISLAM

Nafkah Dalam Islam

  • Pengertian Nafkah
  • Dasar-Dasar Hukum Nafkah
  • Macam-Macam Nafkah
  • Kadar Nafkah
  • Sebab-Sebab Yang Mewajibkan Nafkah
  • Syarat-Syarat Wajibnya Nafkah
  • Gugurnya Nafkah
  • Kewajiban Nafkah Terhadap Anak

Nafkah Lampau Anak Dalam Fiqih

  • Pengertian Nafkah Lampau
  • Ketentuan Nafkah Lamapau Anak Dalam Fiqih

Para fuqaha sepakat78 bahwa penghidupan sanak saudara, baik anak maupun cucu, ditentukan oleh derajat kecukupannya, baik berupa roti, lauk-pauk, minuman, sandang, papan, atau air susu ibu, jika mereka masih menyusui sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga tersebut. negara. sponsor dan situasi ekonomi negara. Ambillah harta suamimu sesuai dengan kebutuhanmu, agar mencukupi kebutuhanmu dan anak-anakmu.” Artinya menentukan besarnya nafkah istri dan anak adalah sesuai dengan kebutuhan. Menurut Madzhab Hanafi, nafkah anak tidaklah tentu saja menjadi hutang bagi bapaknya, tidak peduli hakim menentukannya atau tidak.

Berbeda dengan nafkah istri yang dapat menjadi utang kepada suami apabila ditentukan oleh hakim atau berdasarkan kesepakatan bersama. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyyah, nafkah anak tidak serta merta menjadi hutang kepada ayah kecuali ditentukan oleh hakim atau mendapat izin berhutang. Menurut sebagian Fuqaha, nafkah seorang anak pada akhirnya berakhir tanpa diambil dan tanpa hutang karena nafkah itu wajib bagi ayah untuk memenuhi kebutuhan anak.

Berbeda dengan nafkah istri yang tidak habis masa berlakunya karena berjalannya waktu, meskipun menurut Hanafiyyah sudah ditentukan oleh hakim dan kesepakatan bersama. Akan tetapi, jangka waktu tersebut berakhir apabila jangka waktu tersebut habis sebelum ditetapkan oleh hakim atau persetujuan bersama. Dari perbedaan pendapat para Imam Madzhad di atas terlihat bahwa menurut madzhab Hanafi dan sebagian Fuqaha, nafkah anak berakhir dengan masa yang berlalu tanpa diambil dan tanpa hutang, karena nafkah wajib dipenuhi oleh ayah. kebutuhan anak (lil Intifah').

NAFKAH ANAK DALAM HUKUM POSITIF

Ketentuan Nafkah Anak Dalam Hukum Positif

  • Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
  • Kompilasi Hukum Islam
  • Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
  • Undang-Undang Nomor 04 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

“Bahwa kewajiban seorang ayah dalam memberikan nafkah kepada anaknya adalah lil intifa’, bukan lit tamlīk, maka kelalaian seorang ayah yang tidak memberikan nafkah kepada anaknya (nafkah anak maḍiyah) tidak dapat dituntut.” 102. Menurut Majelis Hakim, kewajiban Terdakwa sebagai seorang ayah untuk memberikan nafkah kepada anaknya adalah Lil Intifa', bukan Lil Tamlik, oleh karena itu kelalaian Terdakwa dalam tidak memberikan nafkah kepada anaknya (madhiyah/nafkah anak sebelumnya) adalah tidak dituntut. , sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 608.K/AG /2003 Pada tanggal 23 Maret 2003, Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat Rekonvensi mengenai nafkah anak (masa lalu) harus dinyatakan tidak dapat diterima (Tidak Dinyatakan Secara Resmi);" 115. Dengan demikian, segala kewajiban ayah atas nafkah anak yang ditinggalkannya dianggap hilang dengan sendirinya.

Sedangkan menurut Syafi'i dan Maliki, tetap menutup kemungkinan untuk dihentikannya tunjangan anak yang telah ada sebelumnya jika diperintahkan hakim untuk melindungi hak-hak anak yang terlantar. Oleh karena itu, pengadilan tentu tidak bisa begitu saja menyimpulkan bahwa seorang ayah yang tidak dapat menunaikan kewajiban menafkahi anaknya, kemudian menggugat dengan tuntutan tunjangan anak madliyah (yang sudah lewat atau belum dibayar). Mahkamah menolak dengan alasan bahwa kewajiban ayah dalam menafkahi anaknya adalah lil intifa' (karena manfaatnya diambil) bukan li tamlik (harta), sehingga kelalaian ayah yang tidak memberikan nafkah kepada anaknya (nufkah madliyah) tidak dapat dituntut. 126. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa penolakan sederhana terhadap tuntutan nafkah yang diabaikan oleh ayah, apalagi dengan alasan bahwa kewajiban ayah untuk menafkahi anaknya adalah lil intifa', bukan littamlik, sama sekali tidak relevan dengan ketentuan Islam. hukumnya antara lain sebagaimana tercantum dalam ayat dan hadits yang dikutip di atas.

Dan menurut Madzhab Maliki, juga mengecualikan keputusan hakim tentang tunjangan, yang tetap tidak habis masa berlakunya meskipun telah habis masa berlakunya. Dasar hukum dan pertimbangan hakim yang menolak tuntutan nafkah anak sebelumnya dalam memutus perkara Nomor: 0207/Pdt.G/2018/PA.Bn adalah “Bahwa kewajiban terdakwa sebagai seorang ayah adalah memberikan nafkah kepada anaknya Lil Intif” tidak Lil Tamlik, oleh karena itu kelalaian terdakwa tidak memberikan nafkah kepada anaknya (nafkah madhiyah/masa lalu bagi anak) tidak dapat digugat, menurut hukum perkara Mahkamah Agung no. 608.K/AG/2003 tanggal 23 Maret 2003, asas hukum yang menyatakan. Sedangkan kewajiban ayah untuk menafkahi anaknya adalah lil intifa', bukan lit tamlīk, maka kelalaian ayah dalam tidak memberikan nafkah kepada anaknya (nafkah maḍiyah) tidak dapat ditindak.

PUTUSAN HAKIM NOMOR: 0207/PDT.G/2018/PA.BN

Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Menolak Gugatan Nafkah

Dengan begitu, Hakim Pengadilan Agama Bengkulu hanya mengikuti begitu saja tanpa ada pertimbangan lain mengenai latar belakang persoalan penghasilan masa lalu yang terbengkalai dan pertimbangan tersebut juga tidak menunjukkan dengan jelas dari mana dasar hukumnya. Berdasarkan landasan hukum dan pertimbangan di atas, baik landasan hukum Pengadilan Agama Bengkulu maupun pertimbangannya yang merujuk langsung pada perkara hukum Mahkamah Agung nomor 608.K/AG/2003 tanggal 23 Maret 2003, dimana sebelumnya permohonan nafkah anak yang ditolak juga mengacu pada pendapat Madzhab Hanafi dan beberapa Fuqaha, dimana pendapat tersebut menjadi sumber utama landasan hukum dan pertimbangan hakim. Menurut mazhab Hanafi, tunjangan anak tidak serta merta menjadi utang bagi ayah, baik ditentukan oleh hakim atau tidak.

Dari dua pendapat di atas terlihat bahwa menurut mazhab Hanafi dan sebagian Fuqaha, nafkah kepada anak berakhir dengan berlalunya waktu tanpa dibawa pergi dan tanpa hutang, karena nafkah kepada ayah wajib untuk memenuhi kebutuhan anak. untuk menafkahi seorang anak (lil Intifa'). Dengan hilangnya penghasilan tersebut, maka kebutuhan anak tersebut tidak ada lagi dan anak tersebut tidak mempunyai hak lagi atas penghasilan yang lalu itu, apalagi hak untuk memilikinya (lit tamlik). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa menurut keputusan ini, anak hanya mempunyai hak untuk mempergunakan nafkah yang menjadi kewajiban bapaknya, dan tidak mempunyai hak untuk mempunyai atau merasukinya, sehingga nyawa yang terdahulu tidak dapat dituntut.

Dengan ditolaknya tunjangan anak sebelumnya, otomatis menghilangkan kewajiban ayah untuk memberikan tunjangan anak sebelumnya dan secara tidak langsung tunjangan tersebut dibebankan dan menjadi tanggungan ibu. Dengan demikian, tunjangan anak tidak hanya sekedar untuk dimanfaatkan, tetapi juga menjadikan anak sebagai pemilik tunjangan tersebut. Sedangkan menurut dasar hukum dan pertimbangan hakim Pengadilan Agama Bengkulu, anak hanya mempunyai hak untuk menggunakan penghidupan yang menjadi kewajiban ayahnya, bukan hak milik atau kepemilikan, sehingga penghidupan yang lalu tidak dapat digugat.

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Nafkah Lampau Anak Dalam Putusan

Ibu tidak dapat bekerja, seperti ketika dia sakit, atau mempunyai kecacatan fizikal yang menghalangnya daripada menyediakan makanan untuk anaknya. Ayat tersebut menyebut tentang pengkhususan makanan untuk anak-anak kerana ia adalah sebahagian daripada bapa, maka memberi makanan kepada mereka adalah seperti memberi makanan kepada diri sendiri. Berdasarkan pemeriksaan di mahkamah diketahui bahawa kewajipan bapa untuk memelihara anak adalah bersifat berfaedah dan untuk digunakan oleh anak, dan bukan kemudian makanan yang diberikan oleh bapa kepada anak itu menjadi. hak harta yang dimiliki sepenuhnya oleh kanak-kanak itu.

Menimbang bahwa dengan demikian tergugat belum sepenuhnya melalaikan kewajibannya untuk memberi nafkah kepada anaknya yang berada dalam pengasuhan penggugat, meskipun penggugat menganggap hal tersebut kurang. Juga pertimbangan hakim mengenai keadaan seorang ayah yang tidak diperbolehkan memenuhi kewajibannya memberikan nafkah kepada anaknya apabila dalam persidangan terbukti bahwa seorang ayah ternyata benar-benar tidak mampu, baik secara fisik, mental (psikologis), materiil (finansial), dan dalam keadaan darurat bila seorang ayah tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka hakim dapat menolak tuntutan mengenai nafkah anak sebelumnya, dengan keadaan sebagai berikut: 130. a) Secara jasmani, karena ayahnya sakit sehingga sama sekali tidak mampu memenuhi kewajibannya. kewajibannya, atau karena ayahnya mempunyai cacat fisik tetap yang menghalangi dia untuk menafkahi dirinya sendiri. Dalam keadaan seperti ini, seorang ayah dapat dibiarkan gagal memenuhi kewajibannya untuk memberikan nafkah kepada anaknya, sehingga pengadilan dapat menentukan bahwa sang ibu juga ikut bertanggung jawab dalam memberikan nafkah kepada anaknya.

Apalagi dalam hal seorang ayah yang dengan sengaja, tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan hukumnya, melalaikan begitu saja kewajibannya untuk memberi nafkah kepada anaknya, padahal ia cakap, padahal anak itu masih di bawah umur, padahal ibu yang mengasuh dan merawatnya. . dia miskin. Kemudian, karena memberi nafkah kepada anak merupakan suatu kewajiban yang Allah tetapkan bagi para ayah, maka seorang ayah yang dengan sengaja tidak mau memberikan nafkah kepada anaknya berarti ia melalaikan dan mengingkari kewajiban yang diperintahkan Allah itu. Dalam kaitan ini, kedudukan hakim yang menolak tuntutan nafkah anak terhadap anaknya hanya dengan alasan bahwa kewajiban ayah untuk memberi nafkah kepada anaknya adalah lil intifa', bukan littamlik, pada hakekatnya sama dengan mempertimbangkan kegagalan setiap ayah. kewajiban. memberikan nafkah kepada anak yang ditelantarkannya dan dianggapnya tidak sah atau tidak sah. Kewajiban setiap ayah untuk menafkahi anak yang ditelantarkannya pada hakikatnya sama. Selain itu, menolak klaim tunjangan anak justru akan mendorong kesalahpahaman dan asumsi yang tidak relevan mengenai .

PENUTUP

Saran

Hakim sebagai aparat penegak hukum bagi masyarakat dalam memutus suatu perkara harus melihat berbagai pendapat hukum untuk sampai pada suatu putusan yang tidak hanya memberikan kepastian hukum tetapi juga keadilan hukum bagi masyarakat. Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Hukum Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2011. Hamid, Zahri, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1976.

Cik Basir, “Pencabutan gugatan tunjangan anak Madhiyan karena Lil Intifa relevan dengan ketentuan Islam dan hukum positif”, http://sigli.ms-aceh.go.id/2020/01/menolakkuatan-nafkah-madhiyah- . Jauhari, Iman, hadanah dan kewajiban rada'ah terhadap anak di Indonesia, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, vol. Salma, Elfia & Afifah Djalal, PERLINDUNGAN HUKUM PEREMPUAN DAN ANAK (ANALISIS KEPUTUSAN HAKIM TERKAIT MADHIYAH YANG BERADA DI DALAM AGAMA PENGADILAN SUMATERA BARAT), Jurnal Hukum Islam, vol.

Azwar Sani, Analisa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Tunjangan Anak Dipandang Hukum Islam (Kajian Anak Luar Nikah) Disertasi IAIN Bengkulu : 2019. Ernawati, Ari Dewi, Tinjauan Hukum Islam Tentang Gugatan Tunjangan Anak Setelahnya Perceraian (Studi Analitik Putusan Pengadilan Agama Purwokerto Nomor: 2848/Pdt.G/2014/PA.PWT) Disertasi, IAIN Purwokerto: 2018. Aziz, Muhammad Hamid Abdul, Kewajiban Ayah Atas Biaya Nafkah Anak Setelah Perceraian Yang Timbul Dalam Perspektif Hukum Islam ( S- Perspektif Hukum) Perkara Cerai di Pengadilan Agama Sleman 2015), skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta: 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan dari kedua penelitian tersebut adalah sama-sama sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang menerapkan model cooperative learning tipe picture and

Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara Mir’atul Husnah , NIM:121100206,

Hasil analisis peneliti, Pekerja Anak di Bawah Umur termasuk dalam bentuk Pidana yang dilakukan oleh orang tua anak dengan cara memaksa dan membiarkan anaknya bekerja atau

a) Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran untuk menambah khazanah intelektual dalam ekonomi Islam, khususnya tentang implementasi harga

Bank pada dasarnya menyalurkan dana kepada masyarakat untuk membantu permodalan usaha, biaya sekolah, dan lain sebagainya. Sebelum melakukan pemberian pembiayaan

3. Bagaimana proses pelaksanaan kontrak murabahah di BSM? Pertanyaan penelitian harus sesuai dengan fokus penelitian dan merupakan turunan, indikator, atau keyword dari fokus

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penentuan wali nikah atas anak akibat kehamilan di luar nikah di KUA Kecamatan Purbolinggo dilakukan dengan cara

Dalam pelaksanaan perjanjian bagi hasil akad kerjasama budidaya alpukat terdapat 3 cara yang dipakai yakni; 1) Kerjasama dilakukan dengan cara modal yang