• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM ISLAM "

Copied!
121
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Di beberapa masyarakat, penegakan hukum melalui peradilan konvensional seringkali berdampak buruk pada anak-anak, sehingga berdampak negatif pada masa depan mereka. Ada yang memandang rendah anak-anak yang baik-baik saja, itu hanya orang dewasa yang tahu mana yang benar dan salah sehingga orang dewasa menuruti kemauannya padahal tugas mereka sebagai orang dewasa adalah mengarahkan anak-anak untuk melakukan hal yang benar dan tidak melihat dan mengabaikan ketika anak-anak melakukan hal yang salah. . Banyak juga anak-anak yang selalu tidak mau diatur dan mengikuti teman-temannya yang terkadang melakukan kesalahan yang menyebabkan mental anak menjadi salah belajar dan membahayakan dirinya di kemudian hari, itulah sebabnya banyak kasus kriminal yang dilakukan oleh anak-anak yang baik. tua atau kecil.

Dalam perkara-perkara pengadilan yang melibatkan orang dewasa sebagai pelakunya, tidak dapat dipungkiri bahwa seorang anak juga dapat mempunyai kedudukan yang sama dengan perkara-perkara di pengadilan.2 Dalam perkara-perkara pengadilan yang melibatkan anak-anak yang menjadi pelaku, yang dalam banyak kasus menunjukkan bahwa anak-anak banyak ikut serta dalam perkara-perkara pidana, maka hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: yang biasanya tidak memiliki pola asuh yang baik. Penerapan sanksi terhadap anak yang turut serta dalam suatu tindak pidana berbeda dengan sanksi terhadap orang dewasa yang melakukan tindak pidana karena berlakunya asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis yang artinya peraturan perundang-undangan yang khusus lebih diutamakan daripada yang bersifat umum. hukum. Ketika Undang-Undang Pengadilan Anak diundangkan, digunakan dalam penetapan KUHP Anak di Indonesia agar putusan yang diambil oleh anak lebih baik dan berkualitas, karena putusan hakim juga mempengaruhi kehidupan anak di kemudian hari. 2 Noercholis Rafid dan Saidah Saidah, “Sanksi Pidana Bagi Anak Berhadapan Hukum Dalam Perspektif Fiqh Jinayah,” AL-MAIYYAH: Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 2018.

Rumusan Masalah

Uraian diatas bertujuan untuk membahas permasalahan kasus anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana di Kab. Oleh karena itu penulis mengangkat judul : “Tinjauan Hukum Islam terhadap tindak pidana pembunuhan berencana oleh anak di bawah umur di Kab.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana Islam terhadap kebijakan putusan tindak pidana pembunuhan nomor 5/Pid.Sus-Anak/2021/PN Bar.

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tinjauan penelitian Relevan
  • Tinjauan Teori
    • Teori pertimbangan hakim
    • Teori Taklif
  • Kerangka Konseptual
  • Kerangka Pikir

Pertama, Ahalyah al wujub an Naqisah, yaitu orang yang dapat diberi hak, namun tidak dapat diberikan hak, tetapi tidak dapat dibebani kewajiban atau sebaliknya. Kedua, Ahliyah al wujub al kami, yaitu orang yang dapat diberi hak dan diserahi kewajiban. Ketiga, Expertyah al-ada', sebagaimana para ulama ushul fiqh mendefinisikan expertyah al-ada', adalah kemahiran seorang mulatto dalam melakukan suatu perbuatan dengan cara yang ditentukan dalam syarat-syaratnya.

Sedangkan sebagian ahli lainnya mengartikan expertyah al-ada' sebagai keterampilan seorang mulatto dalam melakukan tingkah laku lisan (tasarruf qawli). Oleh karena itu, para ahli ushul berpendapat bahwa expertyah al-ada' merupakan salah satu syarat sahnya perkataan dan bukan perbuatan nyata. Yang pertama adalah ahliyah al-ada’ naqisah atau lemah mampu menegakkan hukum, yaitu orang yang telah mencapai usia tamyiz (kira-kira 7 tahun) sampai dewasa.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Fokus Penelitian

Revisi Hukum Pidana Islam Tentang Kebijakan Putusan Pembunuhan Berencana No. 5/Pid.Sus-Anak/2021/PN Bar atas pembunuhan berencana No. 5/Pid.Sus-Anak/2021/PN Bar.

Jenis dan Sumber Data

Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Kebijakan Putusan

Saat itu sang anak tetap disarankan untuk menggugurkan kandungannya jika memang benar karena anak korban belum menunjukkan bukti kehamilannya kepada sang anak. Tujuan awal anak dan anak korban tersebut adalah berjalan-jalan sembari membicarakan persoalan kehamilan anak korban. Namun dalam perjalanan, anak korban meminta anak tersebut untuk mencari tempat karena di Desa Lisu banyak terdapat keluarga anak korban disana.

Anak-anak tersebut kemudian membawa anak korban ke Waenungnge, Desa Lompoh Tengah, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Kemudian anak-anak korban turun dari sepeda motor dan menuju suatu tempat di semak-semak yang agak terlindung dari jalan raya sehingga tidak ada yang melihat. Selanjutnya anak korban dan anak korban berbincang hingga terjadi adu mulut, karena anak korban tidak mau menunjukkan bukti hamil dan juga tidak mau melakukan aborsi.

Anak tersebut terus mencekik leher korban anak tersebut dengan cara mengunci siku sekuat tenaga hingga anak tersebut merasa bahwa anak korban tidak memberikan perlawanan dan segera melepaskan anak tersebut sehingga tubuhnya langsung tersungkur ke tanah di atas bebatuan yang jatuh di tempat tersebut. posisi tengkurap dimana wajah membentur batu terlebih dahulu. Terdakwa yang masih di bawah umur melihat korban masih bergerak, sehingga untuk memastikan korban di bawah umur tersebut meninggal dunia, maka anak tersebut segera mengambil 1 (satu) buah batu gunung sebesar genggaman anak yang di tempat itu bentuknya agak bulat dan langsung dipukulkan ke arah korban. punggung korban. kepala tepatnya di leher korban dibawah umur caranya melempar batu sambil berjongkok sedikit berdiri 1 (sekali) dengan sekuat tenaga hingga batu tersebut memantul agak jauh dari korban. Saat itu anak tersebut masih melihat kaki korban masih bergerak, sehingga anak tersebut kembali mengambil 1 (satu) genggam batu seukuran genggaman dari tangan anak tersebut yang berbentuk pipih bulat dengan tangan kanannya dan memukul batu tersebut kemudian dipukulkan. segala cara. kekuatannya pada bagian belakang kepala sebelah kiri di belakang telinga kiri anak korban sebanyak 1 (satu) kali, setelah itu Anak tersebut melemparkan batu sebanyak 1 (satu) kali dengan sekuat tenaga ke bagian belakang kepala korban.

Ketika anak memperhatikan bagian tubuh anak tidak bergerak, anak mengira anak korban sudah meninggal. Setelah itu, anak tersebut bergegas menuju Jembatan Sungai Mangottong untuk membuang telepon genggam anak korban. Dalam keadaan ini anak juga mempunyai waktu yang cukup untuk menghilangkan niatnya, namun anak tetap tidak melakukannya karena niat anak sejak awal memang ingin membunuh anak korban jika anak korban tidak mau menggugurkan kandungannya. Berdasarkan uraian tersebut, Majelis Hakim menilai unsur “terencana” sudah terpenuhi.

Karena Anak melihat Anak Kurban masih bergerak, maka untuk memastikan Anak Kurban meninggal, Anak segera mengambil 1 (satu) batu gunung sebesar genggaman anak lalu melemparkan batu tersebut. Pada saat itu anak tersebut masih melihat kaki anak tersebut masih bergerak, sehingga anak tersebut kembali mengambil 1 (satu) buah batu sebesar segenggam tangan anak tersebut, kemudian memukulkan batu tersebut dengan sekuat tenaga pada punggung anak tersebut. kepala. Hal yang memberatkan terdakwa anak adalah kelakuan anak yang meresahkan warga, tidak adanya perdamaian antara anak dengan keluarga anak korban, serta perbuatan anak tersebut menimbulkan trauma dan duka mendalam bagi keluarga anak korban.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan putusan nomor 5/Pid.Sus-Anak/2021/PN Barru, hakim mempertimbangkan penegakan hukum bagi pelaku pembunuhan berencana berdasarkan pasal 340 KUHP, UU RI nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak dan undang-undang RI nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya, dalam putusan tersebut hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 9 tahun 6 bulan kepada terdakwa, hakim menjatuhkan hukuman kepada terdakwa mengambil Dengan mempertimbangkan berbagai pertimbangan, hakim menjatuhkan hukuman pada hal-hal yang meringankan seperti anak terdakwa tidak mengalami tindak pidana, anak mengakui, menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, anak masih mau bersekolah dan melanjutkan pendidikannya. pendidikan, anak tersebut juga tergolong masih sangat muda sehingga banyak harapan agar ia dapat mengambil hikmah dari perbuatannya. Banyak alasan atau keadaan yang menyebabkan anak tersebut melakukan tindakan tersebut, salah satunya adalah alasan sosial, yaitu yang pertama adalah kemungkinan. Barru sehingga anak tersebut merasa trauma dengan moralitas masyarakat sekitar dan anak tersebut merasa tertekan dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan oleh anak tersebut hingga akhirnya melakukan tindak pidana tersebut.

Berdasarkan tinjauan hukum pidana Islam terhadap pelaku pembunuhan berencana dalam putusan nomor 5/Pid.Sus-Anak/2021/PN Bar, hukuman bagi terdakwa berupa jarimah ta'zir atau hukuman pengganti dalam hukuman mati. Bentuk pemidanaannya tetap mengikuti hukum positif karena hak asasi manusia, namun menurut hukum Islam, terdakwa tidak wajib tunduk pada tuntutan hukum yang dijatuhkan karena terdakwa belum mencapai umur dewasa dan belum mampu melaksanakan kewajiban tersebut. yaitu beban hukum (taklif) yang dikenakan padanya. Tinjauan hukum pidana Islam dan hukum pidana dalam penerapan pidana bagi terdakwa pembunuhan berencana tidak berbeda jauh dalam hal pidana kedua undang-undang tersebut, dimana dalam hukum pidana Islam penentuan pidana bagi terdakwa. tidak lepas dari pemaksaannya. 'Hukuman zir' berdasarkan hakim atau ulil Amri menentukan derajat hukuman atas kejahatan yang dilakukan, sesuai dengan nash dan asas hukum Islam, yang didasarkan pada bukti-bukti pada saat persidangan dan keadaan di mana pelakunya berada. Adanya asas legalitas atau yang biasa disebutkan dalam hukum Islam adalah la jarimaata wa la uqubata illa binasshin yang artinya tidak ada hukuman kecuali ada nash yang mengatur atau menunjukkan.

Berdasarkan asas ini, terdakwa anak tidak dapat dikenakan qishas karena tidak ada nash yang mengatur anak di bawah umur dikenakan qishas, ​​sehingga termasuk dalam jari ta’zir yang seluruhnya berada di tangan ulil amri. atau hakim pengadilan. Pertimbangan hakim, telah diputuskan bahwa pidana penjara terhadap anak selama 9 tahun 6 bulan sudah cukup memberikan manfaat bagi semua pihak baik keluarga korban maupun masyarakat yang merasa resah sehingga orang lain terutama anak tidak ikut serta dalam pidana penjara tersebut. kejahatan, yaitu. pembunuhan, ini dan kejahatan lainnya.

Saran

Febrian, Muhammad Yunus, “Pertanggungjawaban pidana pembunuhan anak di bawah umur ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif”. Fikri, Rahul Ardian, 'Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana yang Dilakukan oleh Remaja Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, Jurnal Abdi Ilmu, 2018. Haq, Islamul, 'Dampak Remaja Terhadap Pembunuhan Pidana (Studi Banding Fikih Islam dan Hukum Indonesia)', Jurnal Al-AHKAM Ilmu Syari'ah dan Hukum, 2018.

Marlina, Andi, Sistem Peradilan Pidana Indonesia dan Rangkuman Sistem Peradilan Pidana di Beberapa Negara (Jawa Tengah: Eureka Media Aksara, 2022). Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafis, 2005) Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana, 2012). Nuzulyansyah, Muhammad Iqbal, 'Pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak di bawah umur menurut hukum Islam dan hukum positif (Analisis Putusan Perkara No. 7/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kbj)' (UIN Syarif Hidayatullah, 2016).

Putra, Saldi Mardika, 'Tinjauan Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Berencana yang Dilakukan Bersama-sama' (UNHAS Makassar: Makassar, 2017). Ramdani, Iqbal Aji, “Sanksi Pidana Terhadap Pembunuhan yang Dilakukan oleh Anak di Bawah Umur Berdasarkan Hukum Pidana Anak Indonesia (Studi Kasus Putusan No. 12/Pid.Sus Anak/2016/PN Mtr)” (Universitas Muhammadiyah Mataram: Mataram, 2020). Saidah, Noercholis Rafid dan Saidah, 'Sanksi Pidana Bagi Anak yang Menghadapi Hukum Dalam Perspektif Fiqih Jinajah', AL-MAIYYAH: Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

permasalahan tersendiri terhadap tegaknya hukum dalam upaya memberantas tindak pidana narkotika, terjadinya disparitas pidana dalam memberikan ancaman hukuman pidana

Penerapan hukum tidak pidana concursus harus dilakukan oleh penegak hukum sehingga khususnya dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Dan Tindak Pidana Pencucian Uang