• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SADA terbaru

N/A
N/A
Muhammad Rakhmatullah Ade Sumarno

Academic year: 2025

Membagikan "PROPOSAL SADA terbaru"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA PROPOSAL STUDIO AKHIR DESAIN ARSITEKTUR

PERANCANGAN BANDARA KARISIDENAN DENGAN PENDEKATAN PARAMETRIC DESIGN UNTUK MEWUJUDKAN INFRASTRUKTUR

BERKELANJUTAN

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2024

(2)

Perancangan Bandara Karisidenan Pekalongan dengan Pendekatan Parametric Design untuk Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan

Muhammad Rakhmatullah Ade Sumarno

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia [email protected]

1.1 Judul Perancangan 1.2 Premis Perancangan 1.3 LATAR BELAKANG

1.3.1 Urgensi Pengembangan Infrastruktur Transportasi di Karisidenan Pekalongan Pengembangan infrastruktur transportasi udara di Karisidenan Pekalongan sangat penting untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah, serta mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Saat ini, Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya belum memiliki bandara komersial, yang membuat masyarakat harus menempuh perjalanan jauh untuk mengakses transportasi udara. Oleh karena itu, Pemkab Pekalongan merencanakan pembangunan bandara di Kecamatan Kesesi, lokasi bekas bandara peninggalan Belanda, yang diharapkan dapat melayani penerbangan jarak pendek menggunakan pesawat ATR. Dengan luas lahan sekitar 25 hektare, bandara ini akan menjadi penghubung yang penting bagi wilayah Karisidenan Pekalongan untuk terhubung dengan kota-kota besar di Indonesia, serta mendukung sektor-sektor ekonomi yang berkembang seperti industri pengolahan dan perdagangan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Desember 2021 tercatat sebanyak 86.335 orang, mengalami kenaikan 22,29 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang tercatat sebanyak 70.597 orang. Sementara itu, jumlah kedatangan (debarkasi) penumpang angkutan udara komersial ke Jawa Tengah pada Desember 2021 mencapai 84.834 orang, naik 16,04 persen dibandingkan November 2021 yang sebanyak 73.106 orang. Peningkatan ini menunjukkan adanya kebutuhan yang signifikan terhadap moda transportasi udara di Jawa Tengah, termasuk Karisidenan Pekalongan, yang membutuhkan akses yang lebih mudah ke bandara.

(3)

Sektor industri pengolahan dan perdagangan di Kabupaten Pekalongan yang mendominasi PDRB daerah ini semakin mempertegas urgensi pembangunan bandara, karena keberadaan sarana transportasi udara yang efisien dapat memperlancar distribusi barang dan jasa. Selain itu, keberadaan bandara akan mempercepat pertumbuhan sektor pariwisata, yang juga berpotensi untuk meningkatkan perekonomian daerah. Dengan lokasi yang strategis di tengah Pulau Jawa, Pekalongan memiliki potensi besar untuk menjadi pusat transportasi regional yang dapat melayani penerbangan langsung ke berbagai kota besar di Indonesia.

Pembangunan bandara di Kesesi juga mendapat dukungan positif dari Kementerian Perhubungan dan Presiden Joko Widodo, yang menganggap bahwa proyek ini sangat penting untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah di Jawa Tengah. Dukungan ini semakin memperkuat keyakinan bahwa bandara di Pekalongan akan memberikan dampak positif, mempercepat distribusi barang dan mobilitas masyarakat, serta membuka peluang bagi sektor investasi dan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan bandara ini diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan transportasi udara yang terus meningkat, tetapi juga menjadi pendorong utama bagi perkembangan ekonomi dan pembangunan di Karisidenan Pekalongan secara keseluruhan.

Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, telah membentuk tim untuk meneliti kemungkinan pembangunan kembali landasan pacu bandara peninggalan Belanda yang sangat strategis untuk dijadikan bandara regional dengan layanan penerbangan jarak pendek. Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, menegaskan bahwa secara teknis lokasi tersebut memenuhi syarat untuk dijadikan bandara dan dapat mempercepat pembangunan di wilayah Pantura.

Mengenai jarak dengan bandara terdekat, yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang, lokasi ini berada sedikit lebih dari 100 kilometer, yang sedikit melebihi batas jarak minimal yang disarankan. Saat ini, lahan yang berada di Desa Sukorejo, Kesesi, menjadi aset desa dengan luas sekitar 20 hektar, yang direncanakan untuk pembangunan bandara yang dapat menampung pesawat tipe ATR dengan kapasitas 60 penumpang.

Revitalisasi bandara peninggalan Belanda di Pekalongan ini merupakan langkah besar untuk pembangunan ekonomi yang patut dihargai, mengingat Pekalongan adalah kota yang kaya akan budaya, khususnya batik yang sudah mendunia. Saat ini, sektor industri pengolahan dan perdagangan mendominasi produk domestik regional bruto (PDRB) setempat, sehingga keberadaan fasilitas transportasi sangat diperlukan untuk meningkatkan konektivitas dengan berbagai kota di Indonesia. Selain itu, bandara ini juga akan menjadi sarana penting untuk mendukung aksesibilitas yang cepat di masa kini dan masa depan, di mana efisiensi waktu menjadi sangat vital.

Kabupaten Pekalongan, sebagai bagian dari kawasan penting di Jawa Tengah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor industri manufaktur dan pengolahan. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan ekonomi di wilayah ini, RPJPD Kabupaten Pekalongan untuk periode 2025-2045 mencantumkan rencana penting terkait pengembangan infrastruktur transportasi udara, yang akan menjadi landasan untuk mengoptimalkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan sektor-sektor vital, terutama industri dan logistik.

Sistem Jaringan Transportasi Udara

Dalam rencana pembangunan RPJPD Kabupaten Pekalongan, terdapat beberapa poin strategis yang berfokus pada sistem jaringan transportasi udara yang meliputi:

1. Pembangunan dan Pengembangan Landasan Helikopter (Helipad) Pembangunan helipad sesuai kebutuhan di kawasan perkotaan, sebagai bagian dari

(4)

sistem transportasi udara yang akan mempercepat aksesibilitas bagi para pelaku industri dan bisnis, serta mendukung mobilitas masyarakat secara umum.

2. Pembangunan dan Pengembangan Bandar Udara

Pembangunan bandar udara sesuai dengan hasil studi kelayakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini akan memungkinkan Kabupaten Pekalongan memiliki infrastruktur penerbangan yang terstandarisasi dan dapat melayani berbagai macam moda transportasi udara, mendukung konektivitas yang lebih baik antarwilayah dan antarnegara.

3. Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Udara Rencana pengembangan sarana dan prasarana transportasi udara lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi dan hasil studi kelayakan. Dengan memperhitungkan kemajuan teknologi transportasi udara, bandara yang akan dibangun dapat menghadirkan sistem operasional yang lebih canggih dan efisien, mengakomodasi perkembangan pesawat dan teknologi penerbangan di masa depan.

Percepatan Penyediaan Infrastruktur Transportasi & Logistik

Selain pengembangan transportasi udara, RPJPD Kabupaten Pekalongan juga menyoroti pentingnya percepatan penyediaan infrastruktur transportasi dan logistik yang andal untuk mendukung pertumbuhan sektor industri manufaktur dan pengolahan. Rencana ini mencakup pembangunan jalan tol/logistik, pelabuhan, sarana dan prasarana perkeretaapian, serta kawasan pergudangan/stockyard modern yang terintegrasi, yang akan semakin memperkuat jaringan logistik antar wilayah, termasuk akses menuju bandara yang akan dibangun.

Dengan adanya rencana pembangunan bandar udara ini, Karisidenan Pekalongan diproyeksikan akan menjadi hub transportasi udara yang dapat menghubungkan kawasan ini dengan berbagai pusat ekonomi lainnya. Pembangunan bandara ini diharapkan tidak hanya meningkatkan sektor pariwisata dan transportasi, tetapi juga memberikan dorongan yang signifikan terhadap industri manufaktur, pengolahan, dan logistik di wilayah tersebut.

1.1.2 Tantangan Lingkungan dan Kebutuhan Infrastruktur Berkelanjutan

Dalam beberapa tahun terakhir, tantangan lingkungan yang dihadapi oleh infrastruktur transportasi, khususnya bandara, semakin mendesak untuk diatasi. Dengan pesatnya

perkembangan sektor penerbangan, bandara menjadi pusat kegiatan yang menghasilkan dampak lingkungan signifikan, termasuk emisi gas rumah kaca (GRK), konsumsi energi, serta polusi udara dan suara. Oleh karena itu, penerapan prinsip keberlanjutan dalam perancangan dan pengelolaan bandara menjadi penting untuk mengurangi jejak karbon dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Salah satu cara untuk memitigasi dampak ini adalah dengan mengintegrasikan desain berkelanjutan dalam perencanaan bandara. Misalnya, bandara seperti Helsinki telah mencapai status netral karbon sejak 2017 dengan menggunakan sumber energi terbarukan, seperti panel surya untuk terminal, serta sistem pemanas distrik yang efisien. Selain itu, penggunaan

teknologi seperti sistem pencahayaan hemat energi, serta transportasi efisien, juga

berkontribusi pada pengurangan konsumsi energi dan emisi CO . Penerapan desain ramah ₂ lingkungan, termasuk penggunaan material rendah karbon dan pembangunan yang mengoptimalkan efisiensi energi, menjadi hal yang tidak terhindarkan.

Pentingnya efisiensi energi juga tercermin dalam penerapan solusi seperti sistem pembangkit tenaga listrik tetap dan udara kondisi pra-setel di area darat, yang menggantikan penggunaan unit daya darurat yang mengonsumsi bahan bakar. Dengan langkah-langkah ini,

(5)

bandara tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi, tetapi juga sebagai contoh penerapan infrastruktur hijau yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.

Melalui perencanaan yang matang dan kolaborasi antara berbagai pemangku

kepentingan, perancangan bandara yang berkelanjutan diharapkan dapat mengurangi dampak lingkungan secara signifikan, sekaligus memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi dan komunitas lokal.

1.1.3 Pentingnya Pendekatan Parametric Design dalam Perancangan Bandara

Pendekatan parametric design menawarkan metode desain berbasis data yang dapat menghasilkan solusi yang sangat adaptif dan efisien. Dengan menggunakan algoritma untuk memodelkan berbagai parameter yang mempengaruhi desain, pendekatan ini memungkinkan arsitek untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis dan ramah lingkungan. Dalam konteks perancangan bandara, parametric design memungkinkan perancang untuk mengoptimalkan berbagai elemen desain, seperti aliran penumpang, penggunaan ruang, dan respons terhadap kondisi iklim, yang sangat penting untuk memastikan kenyamanan dan efisiensi operasional.

Salah satu keuntungan utama dari parametric design adalah kemampuannya untuk merespons kebutuhan yang terus berubah dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar.

Misalnya, desain fasad atau atap bandara dapat disesuaikan untuk memaksimalkan pencahayaan alami, mengurangi ketergantungan pada sistem pencahayaan buatan, dan meningkatkan efisiensi energi. Selain itu, struktur bangunan dapat dirancang untuk

mengoptimalkan ventilasi alami dan aliran udara, mengurangi penggunaan pendingin udara dan sistem HVAC yang memerlukan energi tinggi. Hal ini sangat relevan mengingat sektor

penerbangan berusaha untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan keberlanjutan operasionalnya.

Contoh konkret penerapan parametric design dalam perancangan bandara dapat dilihat pada Bandara Heathrow dan Bandara Schiphol, yang telah mengadopsi pendekatan ini dalam merancang terminal yang terbuka dan efisien. Pada Bandara Heathrow, misalnya, penggunaan algoritma untuk merancang bentuk atap terminal memungkinkan penyesuaian pencahayaan alami sesuai dengan waktu dan kondisi cuaca, mengurangi konsumsi energi listrik. Bandara internasional lainnya, seperti Bandara Changi di Singapura, juga menggunakan teknologi

parametric design untuk menciptakan desain terminal yang ramah lingkungan, mengoptimalkan pencahayaan alami dan ruang terbuka, serta memaksimalkan penggunaan material yang efisien secara energi.

Dengan pendekatan parametric design, perancang dapat menciptakan bangunan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pengguna, meningkatkan efisiensi ruang, dan menghasilkan bentuk bangunan yang lebih menarik secara visual. Selain itu, metode ini memungkinkan terciptanya bangunan yang lebih berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada energi non- renewable, dan mendukung inisiatif ramah lingkungan, yang semuanya sangat penting dalam perancangan bandara modern yang berfokus pada keberlanjutan.

1.1.4 Teknologi Adaptif untuk Meningkatkan Kenyamanan dan Efisiensi

Teknologi adaptif merupakan solusi inovatif dalam perancangan bandara yang

memungkinkan bangunan untuk merespons perubahan kondisi lingkungan dengan cara yang lebih efisien dan nyaman. Salah satu aplikasi teknologi adaptif yang penting adalah fasad dinamis, yang dapat menyesuaikan tingkat cahaya yang masuk ke dalam bangunan sesuai dengan intensitas sinar matahari. Sistem ini secara otomatis mengatur elemen fasad untuk menjaga kenyamanan pengguna, mengurangi paparan panas berlebih, dan mengoptimalkan

(6)

pencahayaan alami di dalam ruangan. Dengan demikian, teknologi ini tidak hanya menciptakan ruang yang lebih nyaman bagi penumpang, tetapi juga berkontribusi pada penghematan energi dengan mengurangi kebutuhan untuk pencahayaan dan pendinginan buatan

Contoh penerapan teknologi adaptif ini dapat dilihat pada beberapa bandara modern seperti Bandara Schiphol di Amsterdam, yang telah mengimplementasikan fasad dinamis yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan kenyamanan. Fasad tersebut disesuaikan berdasarkan waktu dan kondisi cuaca, memungkinkan cahaya alami masuk lebih banyak saat pagi hari atau saat cuaca cerah, dan menutup lebih rapat saat suhu luar lebih tinggi atau saat sinar matahari terlalu terik. Hal ini mengurangi ketergantungan pada sistem

pencahayaan dan pendingin ruangan yang membutuhkan energi tinggi, menciptakan keseimbangan antara kenyamanan dan efisiensi energi.

Selain fasad dinamis, sistem HVAC (heating, ventilation, and air conditioning) adaptif juga telah diintegrasikan di beberapa bandara besar, termasuk Bandara Changi di Singapura.

Sistem ini menggunakan sensor untuk mendeteksi jumlah penumpang dan kondisi lingkungan dalam ruang terminal dan secara otomatis menyesuaikan suhu dan aliran udara sesuai

kebutuhan. Dalam beberapa kasus, sistem ini terhubung dengan energi terbarukan, seperti tenaga surya atau angin, untuk mendukung pengurangan konsumsi energi fosil, yang merupakan langkah penting dalam mencapai status bandara yang ramah lingkungan

Penerapan teknologi adaptif tidak hanya terbatas pada penghematan energi, tetapi juga meningkatkan pengalaman penumpang. Misalnya, beberapa bandara kini menggunakan teknologi pencahayaan yang dapat beradaptasi dengan kondisi alam untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman dan mengurangi stres selama transit. Dengan kombinasi teknologi ini, bandara dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan sekaligus

meningkatkan kenyamanan penggunanya, serta memenuhi tujuan efisiensi energi yang semakin penting di dunia penerbangan saat ini.

1.1.5 Mewujudkan Bandara sebagai Ikon Arsitektur Modern

Bandara tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur transportasi, tetapi juga sebagai simbol dari kemajuan dan identitas suatu wilayah. Di Karisidenan Pekalongan, desain bandara ini direncanakan untuk menjadi sebuah ikon arsitektur yang mencerminkan perkembangan arsitektur modern, sekaligus mewakili karakter lokal yang khas. Dengan memanfaatkan

pendekatan parametric design, bandara ini dapat mengadopsi bentuk dan struktur yang inovatif dan unik, yang tidak hanya menarik secara visual tetapi juga efisien secara fungsional.

Pendekatan ini memungkinkan penggunaan algoritma untuk merancang elemen-elemen bangunan yang dinamis, seperti fasad atau atap yang responsif terhadap perubahan cahaya dan iklim. Hal ini menjadikan bandara bukan hanya sebuah bangunan, tetapi juga karya arsitektur yang dapat menjadi bagian dari identitas visual Pekalongan dan memperkenalkan keunikan daerah kepada pengunjung dari luar.

Desain bandara ini diharapkan dapat menggabungkan elemen-elemen tradisional dan modern yang mencerminkan kekayaan budaya Pekalongan, seperti penggunaan bahan lokal atau motif khas daerah dalam detail arsitektural. Dengan demikian, bandara ini tidak hanya akan berfungsi sebagai pusat transportasi, tetapi juga sebagai landmark yang membanggakan bagi masyarakat setempat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan urbanisasi, bandara ini akan menjadi simbol dari kemajuan dan potensi masa depan daerah, menarik wisatawan, dan menjadi pusat ekonomi yang menghubungkan Pekalongan dengan dunia luar. Sebagai contoh, bandara-bandara besar seperti Bandara Changi di Singapura dan Bandara Dubai telah berhasil menggabungkan desain arsitektur futuristik dengan kebutuhan fungsional dan estetika yang

(7)

kuat, menjadikan mereka tidak hanya sebagai tempat transit tetapi juga sebagai daya tarik wisata internasional.

Integrasi desain arsitektur yang mengedepankan keberlanjutan dan teknologi adaptif diharapkan akan memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan jejak karbon dan peningkatan efisiensi energi di bandara. Dengan pemanfaatan sistem pencahayaan alami dan ventilasi yang dapat beradaptasi dengan kebutuhan ruang dan cuaca, bandara ini akan

mengurangi ketergantungan pada sistem energi konvensional, sambil memberikan kenyamanan bagi pengguna. Penerapan desain parametrik dan teknologi adaptif ini juga menjadikan bandara sebagai contoh utama bagaimana arsitektur modern dapat berkolaborasi dengan prinsip keberlanjutan untuk menciptakan ruang yang efisien, ramah lingkungan, dan futuristik.

Dengan demikian, bandara ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat transit, tetapi juga simbol dari perkembangan arsitektur yang menggambarkan inovasi dan identitas lokal, serta memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi dan pariwisata di Pekalongan.

Seiring berjalannya waktu, bandara ini akan menjadi bagian dari peta arsitektur global, menarik perhatian dari dunia internasional dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Pekalongan.

B. Rumusan Masalah

 Bagaimana merancang Bandara Karisidenan Pekalongan sebagai ikon arsitektur yang efisien dan ramah lingkungan?

 Bagaimana implementasi parametric design dalam menciptakan bangunan yang responsif terhadap kondisi iklim, pola sirkulasi, dan kebutuhan operasional bandara?

 Bagaimana teknologi adaptif diterapkan untuk memaksimalkan efisiensi energi dan pengelolaan sumber daya alam dalam bangunan bandara?

C. Tujuan Penelitian

1. Merancang Bandara Karisidenan Pekalongan sebagai bangunan ikonik yang mengintegrasikan nilai lokal dan prinsip arsitektur berkelanjutan.

2. Menerapkan parametric design untuk menciptakan bentuk bangunan yang responsif terhadap kondisi lingkungan, efisien dalam penggunaan ruang, dan nyaman bagi pengguna.

3. Mengimplementasikan teknologi adaptif dalam desain bangunan untuk meningkatkan efisiensi energi, pengelolaan air, dan kenyamanan.

(8)

Berikut adalah pembagian permasalahan umum dan permasalahan khusus untuk proposal tugas akhir "Perancangan Bandara Karisidenan Pekalongan sebagai Ikon Arsitektur dengan Pendekatan Parametric Design dan Teknologi Adaptif untuk Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan":

1. Permasalahan Umum

Permasalahan umum berkaitan dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur transportasi yang efisien, berkelanjutan, dan mampu memenuhi tuntutan perkembangan ekonomi serta konektivitas antarwilayah di Karisidenan Pekalongan.

Kurangnya Infrastruktur Transportasi Udara yang Memadai

Saat ini, Karisidenan Pekalongan belum memiliki bandara komersial, yang memaksa masyarakat untuk menempuh perjalanan jauh menuju bandara terdekat. Ini berdampak pada rendahnya konektivitas antarwilayah, yang memengaruhi mobilitas masyarakat dan pengembangan sektor-sektor penting seperti perdagangan, industri, dan pariwisata.

Peningkatan Kebutuhan Transportasi Udara

Data menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah penumpang transportasi udara di Jawa Tengah, namun wilayah Karisidenan Pekalongan belum memiliki akses mudah ke bandara. Hal ini menandakan adanya kebutuhan mendesak untuk pengembangan infrastruktur transportasi udara yang lebih baik dan terjangkau.

Keterbatasan Infrastruktur yang Mendukung Sektor Ekonomi Daerah Dengan dominasi sektor industri pengolahan dan perdagangan di Pekalongan,

kebutuhan akan infrastruktur transportasi yang dapat mempercepat distribusi barang dan layanan semakin penting untuk meningkatkan perekonomian daerah.

Keterbatasan dalam Menangani Dampak Lingkungan dari Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan bandara dan infrastruktur transportasi umumnya memiliki dampak lingkungan yang besar, seperti emisi gas rumah kaca dan polusi udara. Oleh karena itu, penerapan prinsip keberlanjutan dalam perancangan bandara menjadi hal yang sangat penting.

2. Permasalahan Khusus

Permasalahan khusus terkait dengan pendekatan desain dan teknologi yang digunakan dalam perancangan bandara, serta bagaimana hal tersebut dapat mengatasi tantangan

lingkungan dan memenuhi kebutuhan lokal.

Desain Bandara yang Belum Responsif terhadap Kebutuhan Lingkungan dan Pengguna

Tanpa pendekatan desain yang inovatif dan responsif, bandara dapat menjadi struktur yang kaku dan tidak efisien, baik dari segi ruang maupun energi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan desain yang memungkinkan penyesuaian otomatis terhadap kondisi iklim dan kebutuhan pengguna bandara.

Keterbatasan dalam Mengintegrasikan Teknologi Adaptif untuk Efisiensi Energi Meskipun teknologi adaptif, seperti fasad dinamis dan sistem HVAC yang responsif, dapat meningkatkan kenyamanan dan efisiensi energi, implementasi teknologi ini masih terbatas di banyak bandara di Indonesia. Kebutuhan untuk memanfaatkan teknologi ini dalam desain bandara Pekalongan sebagai solusi ramah lingkungan dan efisien sangat penting.

(9)

Keterbatasan dalam Menciptakan Bandara yang Mewakili Identitas Lokal dan Modernitas

Desain bandara harus mampu menciptakan keseimbangan antara kebutuhan fungsional dan estetika, serta mencerminkan karakter lokal Pekalongan. Bandara tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur transportasi, tetapi juga sebagai simbol kemajuan dan identitas daerah.

Tantangan dalam Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan yang Mengurangi Dampak Lingkungan

Tantangan utama dalam merancang bandara yang berkelanjutan adalah mengurangi dampak lingkungan dari operasional bandara, seperti polusi udara, penggunaan energi fosil, dan emisi gas rumah kaca. Pendekatan desain berkelanjutan yang memadukan teknologi ramah lingkungan dan efisiensi energi perlu diterapkan dengan baik dalam perancangan bandara.

Penerapan Parametric Design untuk Mempercepat Proses Desain yang Adaptif Parametric design dapat membantu mengatasi tantangan desain yang kompleks, tetapi penerapannya dalam perancangan bandara di daerah seperti Pekalongan mungkin memerlukan penyesuaian agar sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan spesifik, seperti pencahayaan alami, ventilasi, dan efisiensi ruang.

Dengan pembahasan masalah ini, proposal tugas akhir dapat menunjukkan pentingnya solusi desain inovatif dan keberlanjutan dalam perancangan bandara yang tidak hanya efisien dari sisi operasional, tetapi juga ramah lingkungan dan menggambarkan karakter lokal yang unik.

II. METODE PERANCANGAN Tahapan dan Strategi Desain

Pendekatan desain dilakukan melalui pengintegrasian Datascape, parametric design, dan teknologi adaptif dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Metode ini dibagi ke dalam beberapa tahap:

1. Tahap Pengumpulan Data (Datascape sebagai Basis) a. Data Lingkungan:

 Kondisi geografis dan analisis lingkungan: topografi, iklim, angin dominan, curah hujan, dan sinar matahari.

b. Data Teknis:

 Kebutuhan kapasitas bandara berdasarkan data demografi dan proyeksi pengguna (penumpang dan kargo).

 Kebutuhan ruang terminal, fasilitas pendukung, dan landasan pacu sesuai standar ICAO.

 Teknologi penerbangan terbaru dan sistem efisiensi energi.

c. Data Sosial dan Ekonomi:

 Kebutuhan masyarakat local dan aktivitas ekonomi.

 Preferensi budaya yang dapat menciptakan ikon arsitektur khas daerah Pekalongan.

(10)

2. Tahap Analisis Data (Mapping Datascape)

Semua data yang telah dikumpulkan diproses menggunakan pendekatan datascape untuk membangun peta hubungan dan keterkaitan antara parameter desain. Beberapa langkah yang dilakukan:

1. Visualisasi Data:

o Membuat grafik, diagram, atau model parametrik untuk menghubungkan berbagai elemen data.

o Menentukan hubungan spasial antar elemen, seperti hubungan antara jumlah pengguna, kapasitas ruang, dan pencahayaan alami.

2. Identifikasi Parameter Utama:

o Parameter keberlanjutan: penggunaan material lokal, efisiensi energi, dan dampak lingkungan.

o Parameter budaya: pola geometris batik khas Pekalongan sebagai inspirasi bentuk arsitektur.

o Parameter fungsi: sirkulasi penumpang, efisiensi ruang, dan aksesibilitas universal.

3. Tahap Eksplorasi Desain (Parametric Design)

Pendekatan parametric design digunakan untuk mengoptimalkan bentuk dan fungsi bangunan berdasarkan parameter yang ditentukan:

1. Algoritma Parametrik:

o Menggunakan software desain seperti Rhino+Grasshopper untuk menghasilkan bentuk dinamis yang fleksibel terhadap perubahan parameter.

o Simulasi iteratif untuk menguji efisiensi sirkulasi, pencahayaan alami, dan pengendalian panas.

2. Inspirasi Desain Lokal:

o Mengintegrasikan pola batik khas Pekalongan ke dalam fasad dan elemen struktural dengan algoritma parametrik.

o Menyesuaikan pola desain untuk memenuhi kebutuhan estetika dan fungsional seperti shading device atau ventilasi alami.

3. Simulasi dan Evaluasi:

o Melakukan simulasi energi, cahaya, dan aliran udara untuk memastikan desain memenuhi standar keberlanjutan.

o Optimasi bentuk dan material berdasarkan hasil simulasi.

(11)

4. Tahap Integrasi Teknologi Adaptif

Penerapan teknologi adaptif memastikan bangunan dapat merespons perubahan kondisi lingkungan dan kebutuhan operasional:

1. Teknologi Efisiensi Energi:

o Pemasangan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik.

2. Sistem Cerdas (Smart System):

o Sensor otomatis untuk mengatur pencahayaan, ventilasi, dan suhu ruangan berdasarkan jumlah pengguna dan kondisi lingkungan.

o Sistem pemantauan energi berbasis IoT (Internet of Things) untuk memastikan efisiensi operasional.

3. Material Berkelanjutan:

o Penggunaan material lokal seperti bambu atau kayu yang diproses secara modern.

5. Tahap Implementasi dan Uji Coba 1. Finalisasi Desain:

o Mengintegrasikan hasil uji coba ke dalam desain akhir.

o Mengembangkan dokumentasi teknis untuk tahap konstruksi.

(12)

III. DATA-DATA PERANCANGAN BANDARA A. Data Lokasi

1. Lokasi: Kecamatan Kesesi, Karisidenan Pekalongan, Jawa Tengah 2. Koordinat: 6°53'25" S, 109°41'30" E

3. Topografi: Daerah dataran rendah dengan beberapa area berbukit.

Batas-batas tapak yang tersedia seluas ± (kurang-lebih) 25 hektar. Batas wilayah ditandai dengan membentangnya Sungai Layang yang berada di wilayah barat. Sedangkan pada bagian utara Desa Sukorejo, Kecamatan Kesesi langsung berbatasan dengan Desa Mrican, Kecamatan Sragi.

Gambar Site Perancangan, Falahy, 2018

4. Aksesibilitas: Lokasi dapat dijangkau melalui jalur darat dari Kota Pekalongan dan beberapa kota besar di sekitarnya.

5. Iklim: Subtropis dengan suhu rata-rata 26-30°C, musim hujan antara November–Maret, dan musim kemarau antara April–Oktober.

B. Kebutuhan Ruang Bandara Air Side

Bisa kita artikan sebagai bagian dari bandara yang berhubungan dengan operasional inti pesawat yaitu take off (lepas landas) dan landing (pendaratan).

1. Runway

Runway adalah landasan pacu berbentuk persegi panjang dengan ukuran tertentu di lokasi bandara.

Jika kita melihat runway di bandar udara internasional seperti Soekarno-Hatta maka panjangnya berada di angka 3,000 m dengan lebar 60 m. Penentuan panjang minimal dan spesifikasi fasilitas runway ditentukan oleh ICAO.

Sebagai catatan tambahan, runway sangat berpengaruh penting dalam kelancaran landing dan take-off pesawat. Alasannya, beberapa jenis pesawat berukuran raksasa seperti Airbus A380-800 membutuhkan spesifikasi runway yang memadai agar bisa beroperasi sebagaimana mestinya.

(13)

Runway tidak dibuat polosan, melainkan ada garis dan juga lampu-lampu khusus untuk mempermudah pilot saat mendaratkan pesawat.

2. Apron

Selanjutnya, ada bagian apron atau bisa kita sebut sebagai tempat parkir pesawat, pelataran pesawat tergantung bagaimana kalian menyebutnya. Secara umum fungsi dari apron di bandara selain untuk parkir yaitu untuk menaikkan, menurunkan penumpang, mengangkut kargo, pengisian bahan bakar, hingga maintenance.

Masih mengambil contoh Bandara Soekarno-Hatta, luas bagian apronnya terbagi menjadi dua berikut perkiraannya terminal 1 seluas 312,522 m² dan terminal 2 dengan luas  564,000 m².

3. Taxiway

Taxiway adalah landasan penghubung antara landasan pacu dengan pelataran pesawat, kandang pesawat, terminal atau fasilitas lainnya di bandar udara. Barusan kami cek di wikipedia nama lainnya adalah landasan gelinding. Sebagian besar taxiway permukaannya keras seperti aspal dan beton. Sementara itu, untuk bandara berukuran kecil biasanya hanya menggunakan batu kerikil atau rumput.

4. Control Tower

Control tower adalah menara kontrol berfungsi untuk mengamati dan memastikan operasional pesawat berjalan dengan lancar. Menara in digunakan oleh para ATC (Air Traffic Controller) untuk menjalankan tugasnya, berkomunikasi dengan pilot dan memandu mereka agar bisa lepas landas dan mendarat dengan aman di area bandara.

Sebagai catatan, aerodrome control tower ini mempunyai ukuran yang berbeda-beda.

Ada yang besar dan kecil, biasanya menyesuaikan dengan ukuran bandar udara.

Land Side

Beralih ke bagian bandara lainnya yaitu land side bagian di bandara yang digunakan untuk kegiatan mobilitas para penumpang sebelum mereka naik ke pesawat. Land side di bagi menjadi tiga, berikut ini beberapa di antaranya:

1. Airport Terminal

Airport terminal adalah bangunan tempat untuk memfasilitasi penumpang urusan perjalanan udara seperti pembelian tiket, pemeriksaan tiket, dan sebagainnya. Terminal bandara juga bisa kita artikan sebagai tempat di mana penumpang berpindah antara transportasi darat dan fasilitas yang memperbolehkan mereka menaiki dan meninggalkan pesawat.

2. Curb

Curb atau kerb adalah area untuk memudahkan penumpang naik dan turun dari kendaraan (umumnya mobil) untuk menuju atau meninggalkan terminal bandara. Dengan adanya fasilitas ini, maka penumpang bisa lebih mudah untuk masuk ke area bandara atau keluar dari tempat tersebut menggunakan kendaraan pribadi, taxi, atau sejenisnya.

3. Tempat Parkir Kendaraan

Terakhir, ada tempat parkir kendaraan untuk memberikan kemudahan bagi para penumpang yang membawa mobil atau transportasi pribadi bisa menggunakan layanan parkir

(14)

inap yang sudah disediakan.

4. Infrastruktur Pendukung Lainnya:

o Sistem pengelolaan air hujan.

o Penyediaan energi terbarukan (panel surya, sistem biomassa).

IV. PENUTUP

Proposal ini bertujuan untuk merancang Bandara Karisidenan Pekalongan sebagai sebuah ikon arsitektur yang mengintegrasikan prinsip parametric design dan teknologi adaptif untuk menciptakan sebuah infrastruktur berkelanjutan. Dengan penerapan pendekatan ini, diharapkan bandara ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga sebagai simbol kemajuan daerah yang memberikan dampak positif bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi.

(15)

Permasalahan Desain Bandara Secara Umum 1. Kebutuhan Fungsi dan Kapasitas

o Bandara harus dapat mengakomodasi jumlah penumpang dan pergerakan pesawat yang terus berkembang. Desain harus memperhatikan proyeksi pertumbuhan penumpang dan pesawat dalam jangka panjang, termasuk kebutuhan ruang yang fleksibel dan scalable.

2. Keamanan dan Keselamatan

o Desain bandara harus memprioritaskan aspek keamanan dan keselamatan, baik untuk penumpang, kru pesawat, maupun fasilitas di sekitar bandara. Ini meliputi pemisahan area publik dan area terbatas, prosedur keamanan yang jelas, serta perlindungan dari bencana alam dan kecelakaan.

3. Aksesibilitas dan Transportasi

o Bandara harus memiliki akses yang baik dan mudah dari berbagai moda transportasi, seperti jalan raya, kereta api, dan transportasi udara lainnya (helikopter, pesawat kecil). Termasuk desain terminal yang memadai untuk memudahkan pergerakan penumpang, serta aksesibilitas untuk penyandang disabilitas.

4. Efisiensi Energi dan Keberlanjutan

o Dalam perancangan bandara modern, penggunaan sumber daya alam secara efisien dan ramah lingkungan sangat penting. Hal ini mencakup penggunaan energi terbarukan, manajemen air hujan, pengurangan jejak karbon, serta material ramah lingkungan dalam pembangunan dan operasional bandara.

5. Tata Letak dan Zoning

o Desain bandara harus memperhatikan zoning yang tepat antara area check-in, ruang tunggu, area keberangkatan, area kedatangan, area kargo, dan fasilitas lainnya. Setiap zona harus terintegrasi dengan baik untuk meminimalisir waktu transit antar area serta mempermudah orientasi bagi penumpang.

6. Keberlanjutan dan Teknologi

o Perkembangan teknologi mempengaruhi desain bandara, misalnya penggunaan teknologi otomatis dalam proses check-in, pemeriksaan keamanan, atau

pengaturan jadwal penerbangan. Bandara juga harus merencanakan infrastruktur untuk teknologi baru, termasuk sistem pemantauan dan pengendalian yang canggih.

Permasalahan Desain Bandara Secara Khusus 1. Keterbatasan Lahan

o Salah satu tantangan terbesar adalah terbatasnya lahan yang tersedia untuk pembangunan bandara, terutama di kawasan perkotaan atau daerah dengan kepadatan tinggi. Hal ini memerlukan desain yang sangat efisien dalam pemanfaatan ruang dan kadang-kadang membutuhkan solusi vertikal atau perencanaan jangka panjang untuk perluasan.

2. Faktor Alam dan Iklim

(16)

o Kondisi geografis dan cuaca dapat mempengaruhi desain bandara. Misalnya, bandara yang terletak di daerah rawan gempa bumi harus dilengkapi dengan desain struktur yang tahan gempa. Selain itu, bandara yang berada di daerah dengan cuaca ekstrem (hujan lebat, angin kencang, atau suhu ekstrem) perlu sistem drainase, perlindungan dari angin, serta struktur yang sesuai dengan kondisi cuaca tersebut.

3. Dampak Sosial dan Ekonomi

o Pembangunan bandara dapat berdampak langsung pada masyarakat sekitar, baik dari sisi sosial (misalnya relokasi penduduk) maupun ekonomi (dampak

terhadap pasar lokal dan peluang kerja). Desain harus memperhitungkan bagaimana bandara akan mempengaruhi masyarakat di sekitar lokasi serta memperkenalkan solusi untuk mengurangi dampak negatif.

4. Interaksi dengan Komunitas Lokal

o Bandara tidak hanya sebagai pusat transportasi, tetapi juga dapat berfungsi sebagai simbol identitas daerah. Oleh karena itu, desain harus mencerminkan budaya dan karakteristik lokal, seperti penggunaan material lokal,

pengintegrasian elemen-elemen budaya, dan menciptakan ruang publik yang dapat digunakan oleh masyarakat di luar fungsi bandara.

5. Integrasi dengan Infrastruktur Sekitar

o Desain bandara harus terintegrasi dengan infrastruktur transportasi lainnya, termasuk jalan raya, sistem perkeretaapian, dan fasilitas transportasi massal lainnya. Sistem transportasi dari dan ke bandara harus memadai agar penumpang dapat dengan mudah berpindah antar moda transportasi.

6. Isu Lingkungan

o Efek bandara terhadap lingkungan, seperti polusi suara dan udara, serta dampaknya terhadap ekosistem lokal, harus diperhitungkan dengan cermat.

Misalnya, penerapan teknologi hijau dalam desain bangunan, pengelolaan limbah, dan perencanaan ruang terbuka hijau yang dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

7. Kemudahan Navigasi dan Orientasi Penumpang

o Bandara harus dirancang untuk mempermudah penumpang dalam menavigasi terminal dan berbagai fasilitasnya. Desain yang tidak membingungkan dan memberikan informasi yang jelas sangat penting untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Penggunaan teknologi seperti aplikasi mobile untuk memandu penumpang di dalam bandara juga semakin populer.

Kriteria Latar Belakang Permasalahan Desain Keberlanjutan

(17)

Pendekatan Parametrik

Bandara (Sustainability)

Fleksibilitas dalam Merespons Perubahan

Proyek bandara yang berkembang seiring waktu dan teknologi.

Penyesuaian terhadap perubahan volume

penumpang dan

peningkatan kapasitas terminal.

Menjamin kelangsungan

operasional bandara dalam jangka panjang dengan adaptasi desain terhadap perubahan kebutuhan.

Optimasi Penggunaan Lahan

Perluasan bandara atau penataan ruang yang terbatas.

Pengelolaan lahan yang terbatas di area bandara

untuk berbagai

kebutuhan.

Meningkatkan efisiensi

lahan dengan

penggunaan ruang vertikal atau desain modular.

Keberlanjutan dan Efisiensi Energi

Meningkatnya kesadaran terhadap pembangunan ramah lingkungan.

Pemenuhan kebutuhan energi dengan cara yang efisien dan hemat.

Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dengan penggunaan energi terbarukan dan desain hemat energi.

Optimalisasi Sirkulasi dan Aksesibilitas

Bandara yang

terhubung dengan moda transportasi lain dan aksesibilitas yang tinggi.

Kemacetan, alur penumpang yang tidak efisien, dan kebutuhan akses yang lebih baik.

Menjamin alur

pergerakan yang lancar, mengurangi waktu

perjalanan dan

meningkatkan kenyamanan penumpang.

Respon

terhadap Faktor Alam dan Iklim

Perubahan iklim yang mempengaruhi desain bangunan.

Tantangan dalam merancang bangunan tahan bencana, serta memperhitungkan kondisi cuaca ekstrem.

Meningkatkan

ketahanan bangunan terhadap bencana alam

dan mengurangi

dampak iklim buruk.

Pengelolaan dan Integrasi Infrastruktur

Kebutuhan untuk menghubungkan bandara dengan infrastruktur lokal dan regional.

Integrasi bandara dengan jalan tol, transportasi massal, dan fasilitas lain.

Mempermudah konektivitas

transportasi regional

dan mengurangi

ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan sistem pencahayaan dan pendingin ruangan telah dibutuhkan dalam ruang kantor untuk penghematan energi listrik di ruang kantor PT WIDATRA BHAKTI,

Energi yang dihasilkan dari laju hembusan angina luaran kondensor AC selanjutnya akan di simpan dalam batere yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk penghematan konsumsi

Kunjungi dealer kami dan temukan mobil yang sesuai dengan kebutuhan gaya hidup dan budget Anda, mulai dari MPV 7 penumpang yang memberikan ruang lapang dan nyaman, mobil

Kebutuhan energi listrik untuk penerangan bagi masyarakat merupakan hal yang penting. Namun, orang cenderung kurang memperhatikan penghematan dalam penggunaan energi listrik

Sistem JIT menghasilkan penghematan biaya yang besar dan mengurangi biaya  penggudangan dan biaya penyimpanan persediaan, mengurangi kebutuhan untuk menghapus

Pengolahan data ini dilakukan untuk pengetahui profil penggunaan energi yang sebenarnya.Mengetahui berapa intensitas kebutuhan energi dan apa saja peluang penghematan

Pengolahan data ini dilakukan untuk pengetahui profil penggunaan energi yang sebenarnya.Mengetahui berapa intensitas kebutuhan energi dan apa saja peluang penghematan energi

Dengan memahami hubungan erat antara teknologi audiovisual dan arsitektur, kita dapat lebih baik menggali potensi ruang untuk memenuhi kebutuhan pengguna, menciptakan pengalaman yang