• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES VALIDASI ASPEK PSIKOMOTORIK

N/A
N/A
NI KADEK AYU DINDA SUGIANTHARI 2213021001

Academic year: 2024

Membagikan "PROSES VALIDASI ASPEK PSIKOMOTORIK"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES VALIDASI ASPEK PSIKOMOTORIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu:

Dr. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si.

Prof. Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd.

Oleh:

Kelompok 5

Ni Ketut Ananda Satianingrat Sancaya 2213021002 Natasya Cornelia Br Ginting 2213021020

Putu Vina Febryanti 2213021022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul

Proses Validasi Aspek Psikomotorik” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran pada Semester Ganjil tahun ajaran 2023/2024.

Tim penulis berharap setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan menambah pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mengalami beberapa hambatan dan kesulitan akibat pengalaman yang masih terbatas. Namun, berkat kerja keras dan adanya bantuan dari beberapa pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu, ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik isi maupun tata penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi sempurnanya karya- karya penulis berikutnya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Singaraja, 4 Desember 2023

Tim Penulis,

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Manfaat ... 5

BAB II ... 6

2.1 Ranah Psikomotorik ... 6

2.1.1 Pengertian ... 6

2.1.2 Ciri-Ciri ... 7

2.1.3 Jenis-Jenis dari Tes Psikomotorik ... 10

2.2 Penilaian Psikomotorik ... 11

2.2.1 Jenis Perangkat Penilaian Psikomotorik ... 11

2.2.2 Instrumen Penyusun Penilaian Psikomotorik... 11

2.2.3 Penskoran dan Interpretasi Penilaian Psikomotorik ... 13

2.2.4 Analisis Hasil Penilaian Psikomotorik ... 13

2.2.5 Cara Pelaporan Hasil Penilaian Psikomotorik ... 14

2.3 Contoh Penerapan Penilaian Psikomotorik Jika diterapkan pada Mata Pelajaran Fisika... 15

BAB III ... 17

3.1 Kesimpulan ... 17

3.2 Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

LAMPIRAN ... 19

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses validasi menjadi esensial untuk memastikan bahwa instrumen atau metode yang digunakan dalam mengukur aspek ini memiliki keakuratan dan keandalan yang memadai. Dalam konteks asesmen psikomotorik, melibatkan tindakan fisik dan keterampilan praktis, seperti olahraga, seni, atau keahlian tertentu. Perkembangan keterampilan psikomotorik memainkan peran kunci dalam pengembangan peserta didik secara holistik. Oleh karena itu, penting untuk memiliki alat ukur yang valid dan dapat diandalkan untuk mengevaluasi kemajuan mereka. Validasi adalah langkah kritis dalam memastikan bahwa instrumen tersebut benar-benar mencerminkan apa yang seharusnya diukur, dan evaluasi yang dilakukan berdasarkan instrumen tersebut dapat dianggap akurat dan bermakna.

Dalam beberapa kasus, aspek psikomotorik sering diabaikan atau sulit diukur secara obyektif, oleh karena itu proses validasi menjadi semakin penting untuk mengatasi tantangan tersebut. Dengan memahami dan menyadari pentingnya proses validasi dalam konteks aspek psikomotorik, makalah ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang jelas dan terinci tentang bagaimana langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara efektif dalam dunia pendidikan. Hal ini akan mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas evaluasi pembelajaran, terutama dalam mengukur dimensi keterampilan praktis yang seringkali mencerminkan penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ranah psikomotorik?

1.2.2 Bagaimanakah ciri-ciri ranah penilaian psikomotorik?

1.2.3 Apasajakah jenis-jenis dari tes psikomotorik?

1.2.4 Apasajakah yang termasuk jenis perangkat penilaian psikomotorik?

1.2.5 Bagaimanakah penyusunan instrumen penilaian psikomotorik?

(5)

1.2.6 Bagaimanakah cara penskoran dan interpretasi penilaian psikomotorik?

1.2.7 Bagaimanakah cara menganalisis hasil penilaian psikomotorik?

1.2.8 Bagaimanakah cara pelaporan hasil penilaian psikomotorik?

1.2.9 Bagaimanakah contoh penerapan dari peniliaan psikomotorik jika diterapkan pada mata pelajaran fisika?

1.3 Tujuan

Adapun makalah ini dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan antara lain sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui pengertian, ciri-ciri, serta jenis-jenis dari ranah tes dan penilaian psikomotorik.

1.3.2 Mengetahui instrumen penyusun penilaian psikomotorik.

1.3.3 Mengetahui cara penskoran dan interpretasi dari penilaian psikomotorik.

1.3.4 Mengetahui cara menganalisis dan pelaporan hasil penilaian psikomotorik.

1.3.5 Mengetahui contoh penerapan dari penilaian psikomotorik dalam mata pelajaran fisika.

1.4 Manfaat

Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat bagi Penulis

Dengan dibuatnya makalah ini, kami mendapat wawasan baru terkait materi Proses Validasi Aspek Psikomotorik dalam penilaian pembelajaran pada bidang pendidikan. Tidak luput dari itu, tim penulis juga dapat mengasah kemampuan dalam membuat makalah dalam lingkup Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.

1.4.2 Manfaat bagi Pembaca

Dengan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat mengetahui, memahami, dan menguasai materi Proses Validasi Aspek Psikomotorik dalam penilaian pembelajaran pada bidang pendidikan, utamanya dalam lingkup mata kuliah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ranah Psikomotorik 2.1.1 Pengertian

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menarı, memukul, dan sebagainya. Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga.

Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.

Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor chaining, rule using Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola. menggergaji, menggunakan

(7)

jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek.

2.1.2 Ciri-Ciri

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.

Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik:

Tingkat Deskripsi

1. Gerakan refleks

Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulis tanpa sadar. Misalnya melompat, menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala menggenggam, memegang

Contoh kegiatan belajar:

• mengupas mangga dengan pisau

• memotong dahan bunga

• menampilkan ekspresi yang berbeda

• meniru gerakan polisi lalulintas, juru parker

• meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin

2. Gerakan dasar (basic

fundamental movements)

Arti gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak.

Contoh kegiatan belajar:

• contoh gerakan tak berpindah bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar.

• contoh gerakan berpindah merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, moncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.

(8)

• contoh gerakan manipulasi menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok.

• Keterampilan gerak tangan dan jari-jari memainkan bola, menggambar.

3. Gerakan Persepsi (Perceptual obilities)

Arti: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perceptual

Contoh kegiatan belajar:

• menangkap bola, men-dribble bola.

• melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1.

kali sambil menjaga keseimbangan.

• memilih satu objek kasil dari sekelompok objek yang ukurannya bervarasi.

• membaca melihat terbangnya bola pingpong

• melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri

• menulis alphabet.

• mengulangi pola gerak tarian.

• memukul bola tenis, pingpong.

• membedakan bunyi beragam alat musik.

• membedakan suara berbagai batang.

• mengulangi ritme lagu yang pernah didengar.

• membedakan berbagai tekstur dengan meraba.

4. Gerakan kemampuan fisik (Physical abilities).

Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar.

Contoh kegiatan belajar:

• menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu.

• berlari jauh.

• mengangkat beban.

• menarik-mendorong.

(9)

• melakukan push-up.

• kegiatan lengan, kaki dan perut.

• menari.

• melakukan senam.

• melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola.

5. Gerakan terampil (skilled movement)

Arti dapat mengontrol berbagai tingkat gerak - terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks). Contoh kegiatan belajar:

• melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga.

• menari, berdansa.

• membuat kerajinan tangan.

• menggergaji.

• mengetik.

• bermain piano.

• memanah.

skating.

• melakukan gerak akrobatik.

• melakukan koprol yang sulit.

6. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication)

mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan.

Diantaranya, Non- gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah. gerakan kreatif gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk ion) mengkomunikasikan peran.

Contoh kegiatan belajar kerja seni yang bermutu:

• (membuat pating, melukis, menari balet) melakukan senam tingkat tinggi.

• bermain drama (acting).

• keterampilan olahraga tingkat tinggi.

(10)

2.1.3 Jenis-Jenis dari Tes Psikomotorik

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.

1. Tes Simulasi

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.

2. Tes Unjuk Kerja (Work Sample)

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasarterampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.

Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.

Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.

Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.

Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi:

1. Gerak refleks,

2. Gerak dasar fundamen,

3. Keterampilan perseptual, diskriminası kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi,

4. Keterampilan fisik,

(11)

5. Gerakan terampil,

6. Komunikasi non diskusi (tanpa babaha-melalui gerakan)meliputi : gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.

2.2 Penilaian Psikomotorik

2.2.1 Jenis Perangkat Penilaian Psikomotorik

Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pendidik, yaitu membuat soal dan membuat perangkat/instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio.

Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diarmati, Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian (rating scale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diumati Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek- aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu.

2.2.2 Instrumen Penyusun Penilaian Psikomotorik

Sebaiknya garu merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan dilakukan selama satu semester, Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga peserta didik, guru lain dan kepala sekolah dapat melihatnya. Langkah-langkah penulisan rancangan perilaian adalah:

1. Mencermati silabus yang sudah ada

2. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan slutas yang telah disusun

(12)

Selanjutnya, rancangan penilaian ini dinformasikan kepada peserta didik pada awal semester. Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsi-prinsip penilaian.

Instrumen penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.

1. Penyusunan Soal

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran.

2. Pedoman Penskoran

Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang hanus mengacu pada soal. Soal lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati, Cara menuliskan daftar periksa observasi atau skala penilaiannya sebagai berikut:

a. Mencermati soal

b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci

c. Mengdentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci

d. Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta dalik, apakah daftar periksa observasi atau skala penilaan

e. Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan pernyataan ke dalam table

f. Merbaca kembali skala penilaian atau dallar periksa observasi untuk meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat.

g. Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain.

Langkah (f) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki validitas isi tinggi, sedangkan langkah (g) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki rehabilitas tinggi.

(13)

2.2.3 Penskoran dan Interpretasi Penilaian Psikomotorik

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada atau tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala penilaian atau daftar periksa observasi. Apabila tidak ada perbedaan bobot maka penskorannya lebih mudah skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir penilaian.

Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan dengan acuan atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini menggunakan pendekatan belajar tuntas dan berbasis kompetensi maka acuan yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik adalah acuan kriteria.

2.2.4 Analisis Hasil Penilaian Psikomotorik

Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan Pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:

1. Mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke Kompetensi Dasar.

2. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.

4. Mendorong peserta didik belajar/berlatih.

5. Mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.

6. Mengetahui keberhasilan satuan pednidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih terfokus dan terarah.

Untuk mendapatkan manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil atau tes penilaian yang telah dicapai oleh peserta didik. Caranya ialah dengan membuat tabel spesifikasi yang dapat menunjukkan kompetensi dasar, indikator, atau aspek keterampilan mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya, aspek keterampilan yang belum dikuasai itu dituliskan dalam kolom keterangan.

Penskoran penilaian aspek psikomotorik melibatkan proses evaluasi keterampilan fisik dan gerakan tubuh dari peserta didik itu sendiri. Adapaun juga penilaian yang dilakukan berupa pembobotan poin spesifik yang seperti adanya

(14)

suatu rubrik, tingkat ata level keterampilan, pengamatan secara langsung, melalui pemberian portofolio atau proyek, dan penilaian formatif.

Selain itu, terdapat juga beberapa teknik hasil penilaian psikomotrik yang mana pada teknik penskoran evaluasi hasil belajar peserta didik seperti berikut:

1. Dengan menuliskan skor atau bobot poin pada setiap indikator kemampuan, yang dapat menggunakan instrumen berupa skala penilaian atau rating scale yaitu menggunakan rentangan yang terentang dari sangat kurang sampai sangat baik atau di rubrik tersebut dari tidak kompeten sampai sangat kompeten.

2. Menjumlahkan skor-skor setiap indikator tersebut sehingga diperoleh skor total.

Sehingga untuk mendapatkan nilai nya kita menggunakan rumus:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100%

2.2.5 Cara Pelaporan Hasil Penilaian Psikomotorik

Hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu laporan hasil belajar peserta didik juga harus mencakup ketiga ranah tersebut. Informasi ranah afektif dapat diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran, sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Jadi tidak semua mata pelajaran memiliki nilai untuk ranah psikomotor.

Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup. Namun ada peserta didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta didik ini dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang ini tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Selain itu, ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik kemampuan masing-masing individu.

(15)

Secara universal, ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi, tetapi kemampuan psikomotornya rendah. Untuk mencapai sukses, orang ini harus bekerja pada bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak dituntut harus melakukan kegiatan yang membutuhkan kemampuan psikomotor yang tinggi. Oleh karena itu, laporan hasil belajar harus dinyatakan dalam tiga ranah tersebut. Laporan hasil belajar peserta didik untuk setiap akhir semester berupa rapor yang disampaikan kepada orang tua peserta didik. Untuk meningkatkan akuntabilitas satuan pendidikan, hasil belajar peserta didik dilaporkan kepada dinas pendidikan, dan sebaiknya juga dilaporkan ke masyarakat.

Laporan ini dapat berupa laporan perkembangan prestasi akademik sekolah yang ditempelkan di tempat pengumuman sekolah.

2.3 Contoh Penerapan Penilaian Psikomotorik Jika diterapkan pada Mata Pelajaran Fisika

Penilaian psikomotorik dapat diterapkan pada mata pelajaran fisika, berikut adalah beberapa contoh penerapan penilaian psikomotorik dalam mata pelajaran fisika:

1. Praktikum, praktikum fisika merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengevaluasi keterampilan psikomotorik peserta didik. Peserta didik dapat dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam melakukan percobaan fisika, mengukur dan memahami fenomena serta gejala fisika, menggunakan alat-alat fisika dengan baik, dan menginterpretasikan hasil percobaan.

2. Demonstrasi, peserta didik dapat diminta untuk melakukan demonstrasi fisika di depan kelas. Mereka dapat dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menjelaskan konsep fisika dengan jelas, menggunakan alat- alat demonstrasi dengan benar, dan melakukan tindakan fisik yang sesuai dengan konsep yang dipelajari.

3. Proyek atau eksperimen mandiri, peserta didik dapat diberi tugas untuk merancang dan melaksanakan proyek atau eksperimen fisika secara mandiri. Mereka dapat dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam

(16)

merencanakan dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis sebuah data, serta menyajikan hasil secara sistematis.

4. Penugasan praktis, peserta didik dapat diberi penugasan praktis yang melibatkan penerapan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, mereka dapat diminta untuk merancang dan membangun alat sederhana, melakukan perbaikan atau modifikasi pada alat-alat elektronik, atau mengamati fenomena fisika di sekitar mereka. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan kualitas dan keberhasilan penerapan konsep fisika dalam tugas praktis tersebut.

(17)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa proses validasi aspek psikomotorik dalam asesmen dan evaluasi pembelajaran memiliki peran krusial dalam memastikan akurasi dan keandalan hasil evaluasi keterampilan praktis peserta didik. Validasi adalah sebuah langkah yang tidak bisa diabaikan dalam memastikan bahwa instrumen atau metode yang digunakan sesuai dengan tujuan pengukuran dan benar-benar mencerminkan kinerja sebenarnya dari peserta didik. Proses validasi juga memainkan peran penting dalam menjawab tantangan yang seringkali muncul dalam mengukur aspek psikomotorik yang kompleks dan sulit diukur secara obyektif. Dengan begitu validasi dapat membantu menciptakan instrumen yang dapat diandalkan dan relevan untuk mengukur keterampilan praktis yang berkaitan dengan berbagai bidang, seperti seni, olahraga, atau keterampilan kerja.

Selain itu, melalui validasi yang tepat, dapat dihasilkan informasi evaluasi yang lebih kaya dan bermakna, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk meningkatkan desain pembelajaran dan memberikan umpan balik yang lebih berguna kepada peserta didik. Pengembangan dan validasi instrumen untuk mengukur aspek psikomotorik memerlukan pendekatan holistik dan kolaboratif.

Dengan demikian, kesimpulan makalah ini mendorong pentingnya keterlibatan semua pemangku kepentingan, termasuk guru, peneliti, dan praktisi pendidikan, dalam proses validasi untuk memastikan bahwa evaluasi keterampilan praktis peserta didik mencerminkan pencapaian kompetensi yang diinginkan dan mendukung perkembangan holistik mereka.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, yang mana membahas mengenai Proses Validasi Aspek Psikomotorik dalam penilaian pembelajaran pada bidang pendidikan. Tim penulis berharap pembaca dapat menambah wawasan terkait dengan materi yang dibahas. Saran dari pembaca sangat diperlukan guna mengembangkan kembali makalah ini.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Vika. Supahar. 2016. Pengembangan Instrumen Penilaian Aspek Afektif Dan Psikomotor Peserta Didik Pada Model Pembelajaran Kooperatif Metode Two Stay-Two Stray Dalam Mata Pelajaran Fisika SMA. Jurnal Pengembangan Penilaian. Diakses secara online melalui https://journal.student.uny.ac.id/index.php/pfisika/article/viewFile/1015/5 905. Pada 30 September 2023 pukul 21.35 WITA.

Hamzah, B. U., & Lestari, U. 2018. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penilaian Keterampilan Peserta Didik dalam Pembelajaran Berbasis Proyek. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.

(19)

LAMPIRAN

(20)

RUBRIK PRAKTIKUM BIDANG FISIKA TAHUN 2023

TOTAL SKOR : ...

PRAKTIKUM : PERCOBAAN HUKUM HOOKE

PENILAI : ...

Indikator

Penilaian Langkah Praktikum Kriteria Ketentuan

Skor Siswa

Persiapan Awal

Mempersiapkan alat dan diri 1. Membaca buku panduan terlebih dahulu sebelum mencoba

- Apabila memenuhi satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

2. Mengecek tiap-tiap alat praktikum apakah sudah lengkap atau belum (perhatikan mata perserta, bisa saja mengecek kelengkapan alat dengan

hanya memperhatikan saja)

- Apabila memenuhi satu kriteria (5)

Apabila tidak memenuhi (0)

(21)

Proses Pengambilan

Data

Ukur panjang mula-mula kedua pegas.

Setelah itu, tandai pegas yang memiliki panjang lebih besar sebagai pegas I, dan pegas yang memiliki panjang lebih pendek ditandai sebagai pegas II.

1. Mengukur panjang pegas dengan seksama (melihat mistar dengan tegak lurus).

2. Mengukur dari lingkaran pegas, bukan dari ujung pegas (ujung kawat)

- Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Lakukan percobaan pada pegas I.

Gantungkan pegas I pada statif yang telah tersedia

1. Menggantungkan pegas pada statif dengan benar

2. Menggunakan pegas I (pegas yang memiliki panjang lebih besar)

- Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Gantungkan beban 50 gram pada pegas yang telah digantungkan pada statif, biarkan pegas merenggang, kemudian hitung perubahan panjang pada pegas.

1. Menggantungkan beban yang benar 2. Mengambil data (menghitung perubahan

data) ketika pegas sudah berhenti berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi

3. Tidak menggantungkan beban

dengan kasar supaya pegas/beban lepas dari statif

- Memenuhi ketiga poin (15) - Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Lepaskan beban 50 gram, kemudian pasang kembali ke pegas I seperti langkah awal

1. Melakukan pengulangan percobaan dengan melepas massa beban, apabila tidak maka tidak mendapat poin.

- Setiap kriteria bernilai 5 poin, sehingga jika memenuhi semuanya

(22)

untuk mengambil data. Ulangi langkah tersebut sampai mendapatkan 5 data.

2. Melaksanakan percobaan sebanyak 5 kali sesuai panduan

3. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 2)

4. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 3)

5. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 4)

6. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 5)

(7 kriteria) maka total 35 poin - Tidak memenuhi 0

(23)

7. Tidak menggantungkan beban dengan kasar supaya pegas/beban lepas dari statif

Masih dengan menggunakan pegas I, ganti beban 50 gram menjadi beban 30 gram. Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk mendapatkan perubahan panjang pegas dengan beban 30 gram pada pegas I.

1. Melakukan pengulangan percobaan dengan melepas massa beban, apabila tidak maka tidak mendapat poin.

2. Menggantungkan beban yang benar 3. Mengambil data (menghitung perubahan

data) ketika pegas sudah berhenti berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi. (data 1)

4. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 2)

5. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 3)

6. Mengambil data (menghitung

- Setiap kriteria bernilai 5 poin, sehingga jika memenuhi semuanya (9 kriteria) maka total 45 poin - Tidak memenuhi 0

(24)

perubahan data) ketika pegas sudah

berhenti berosilasi (peserta boleh mencoba memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 4)

7. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 5)

8. Tidak menggantungkan beban dengan kasar supaya pegas/beban lepas dari statif

9. Melaksanakan pengambilan data sebanyak 5 kali

Beralih melakukan percobaan pada pegas II. Gantungkan pegas II pada statif yang telah tersedia

- Menggantungkan pegas pada statif dengan benar

- Menggunakan pegas II (pegas yang memiliki panjang lebih pendek)

- Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Gantungkan beban 50 gram pada pegas yang telah digantungkan pada statif, biarkan pegas

- Menggantungkan beban yang benar - Mengambil data (menghitung perubahan

data) ketika pegas sudah berhenti berosilasi (peserta boleh

mencoba memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil

- Memenuhi ketiga poin (15) - Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria

(25)

merenggang, kemudian hitung perubahan panjang pada pegas.

data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi

- Tidak menggantungkan beban dengan kasar supaya pegas/beban

lepas dari statif

(5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Lepaskan beban 50 gram, kemudian pasang kembali ke pegas II seperti langkah awal untuk mengambil data.

Ulangi langkah tersebut sampai mendapatkan 5 data.

1. Melakukan pengulangan percobaan dengan melepas massa beban, apabila tidak maka tidak mendapat poin.

2. Melaksanakan percobaan sebanyak 5 kali sesuai panduan

3. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 2)

4. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 3)

5. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh

mencoba memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil

- Setiap kriteria bernilai 5 poin, sehingga jika memenuhi semuanya (7 kriteria) maka

total 35 poin - Tidak memenuhi 0

(26)

data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 4)

6. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 5)

7. Tidak menggantungkan beban dengan kasar supaya pegas/beban

lepas dari statif

Masih dengan menggunakan pegas II, ganti beban 50 gram menjadi beban 30 gram. Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk mendapatkan perubahan panjang pegas dengan beban 30 gram pada pegas II.

1. Melakukan pengulangan percobaan dengan melepas massa beban, apabila tidak maka tidak mendapat poin.

2. Menggantungkan beban yang benar 3. Mengambil data (menghitung perubahan

data) ketika pegas sudah berhenti berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi. (data 1)

4. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil

data ketidak pegas sudah

- Setiap kriteria bernilai 5 poin, sehingga jika memenuhi semuanya (9 kriteria) maka total 45 poin - Tidak memenuhi 0

(27)

merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 2)

5. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 3)

6. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 4)

7. Mengambil data (menghitung perubahan data) ketika pegas sudah berhenti

berosilasi (peserta boleh mencoba

memberhentikan osilasi), sehingga peserta hanya mengambil data ketidak pegas sudah merenggang dan tidak berosilasi lagi (data 5)

8. Tidak menggantungkan beban dengan kasar supaya pegas/beban lepas dari statif

9. Melaksanakan pengambilan data sebanyak 5 kali

(28)

1 Penutup

Mengembalikan alat dan bahan ke keadaan semula

1. Meletakkan alat ke dalam keadaan semula 2. Tidak meninggalkan meja dengan

keadaan berantakan

3. Tidak meninggalkan pegas dalam keadaan menggantung di statif

- Memenuhi ketiga poin (15) - Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

Apabila tidak memenuhi (0)

Estetika Pelaksanaan

Kerapian pelaksanaan praktikum 1. Tidak berantakan meletakkan alat saat praktikum

2. Tidak menjatuhkan beban, peserta harus bisa menjaga beban supaya tidak jatuh ke bawah meja

3. Tidak menjatuhkan alat lain selain massa beban

- Memenuhi ketiga poin (15) - Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Kebersihan dalam pelaksanaan praktikum

1. Tidak membuat sesuatu yang menyebabkan adanya sampah

2. Menjaga kebersihan apabila terdapat sampah supaya meja tetap bersih

- Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Kesesuaian fungsi alat saat digunakan

1. Menggunakan statif, massa beban, dan pegas dengan benar

2. Tidak memainkan alat-alat praktikum (tidak sesuai dengan kefungsian alat)

- Memenuhi kedua poin (10) - Apabila hanya memenuhi

satu kriteria (5)

- Apabila tidak memenuhi (0)

Gambar

Tabel  Kaitan  antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek  Psikomotorik:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menggunakan logika BAN berhasil membuktikan bahwa jika kedua entitas (T1 dan T2) diketahui benar sebagai pelanggan dan memiliki hak untuk

Serat Munjiyat dan Singir Parase Nabi adalah dua manuskrip Islam di perpustakaan Museum Sonobudoyo yang ditulis menggunakan aksara pegon.. Isi kedua naskah ini juga

Walaupun masih menggunakan teknik tenun tradisional, produk yang dihasilkan memiliki kualitas unggul dan motif yang diciptakan memiliki ciri khas.Permasalahan yang dikaji

Guru pendidikan matematika yang memahami pedagogi dan pemahaman konsep yang benar dengan menggunakan teknologi dalam mengajarkan materi pelajaran dengan memiliki

Dari kedua tinjauan proses di atas, prarancangan pabrik sikloheksana ini akan menggunakan proses hidrogenasi benzena dikarenakan proses ini memiliki keunggulan yang lebih

Memenuhi Pemasok bahan baku memiliki S-LK dan yang lain menggunakan Nota Angkutan yang melekat sebagai DKP, tersedia prosedur pemeriksaan terhadap pemasok

Temperatur dari kedua variasi memiliki rentang temperature 25 0 C-26 0 C dan memenuhi temperature yang dibutuhkan dalam proses anaerob, nilai pH kedua variasi yaitu variasi 1: 1 dan

Temperatur dari kedua variasi memiliki rentang temperature 25 0 C-26 0 C dan memenuhi temperature yang dibutuhkan dalam proses anaerob, nilai pH kedua variasi yaitu variasi 1:1 dan