• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTRA UNGGUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PUTRA UNGGUL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NILAI ASET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP ENINGKATAN LABA PERUSAHAAN PADA PT. PUTRA UNGGUL.

Adriana arrang1, Rahmawati umar2, Abdul sumarlin3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1[email protected], 2[email protected] , 3semmabdulsumarlin@ gmail.com

ABSTRACT

This research aims to find out and analyze the assets growth and capital structure in increasing the corporate profit at PT. Putra Unggul. The research method used was descriptive quantitative approach.

The data were qualitative and quantitative. The technique of collecting data used was observation and documentation, while the analysis used common size technique. The result showed that the assets growth and capital structure have influence to the corporate profit 22.72% in 2016. In 2017, there was an increasing of capital structure because the company made an investment decision financed by debt, the profit increased 30.04%. In 2018, the profit was 34.42%, means the company's decision to expand in the contracting field added a significant profit 4.28%. The research outcome showed that the assets growth and capital structure have influence to the profit increase at PT. Putra Unggul.

Keywords: Assets growth, Capital structure, and Corporate profit.

PENDAHULUAN

Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin pesat, telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau pemegang saham. Keberadaan para pemegang saham dan peranan manajemen sangatlah penting dalam menentukan besarnya keuntungan yang nantinya akan diperoleh.

Menghadapi kondisi demikian, setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, dan keuangan dengan baik agar dapat lebih unggul dalam persaingan bisnis dan teknologi yang semakin pesat.

Keputusan yang diambil manajer dalam suatu perusahaan terutama keputusan dalam suatu pembelanjaan atau pengeluaran harus dipertimbangkan secara teliti mengenai sifat dan biaya serta sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda.

Sumber dana perusahaan adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi pasiva

neraca, mulai dari utang dagang hingga laba ditahan. Kesemuanya itu lebih dikenal sebagai struktur keuangan.

Kebutuhan modal aka n sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal dibutuhkan setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut akan melakukan ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya.

Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas (ekuitas) modal sendiri dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal.

Adapun sumber dana dapat dibedakan menjadi, sumber dana perusahaan intern dan sumber dana perusahaan ekstern. Dana intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan.

Metode pemenuhan kebutuhan akan dana dengan cara ini disebut dengan metode pembelanjaan dengan hutang. Sedangkan dana

(2)

pemilik, peserta pengambil bagian dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri perusahaan tersebut. Metode pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri.

Penentuan proporsi hutang dan modal dalam penggunaannya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan struktur modal, manajemen yang kekayaan perusahaan tidak terdiversifikasi secara baik mungkin cenderung mengambil keputusan yang menguntungkan mereka dan tidak terlalu berisiko. Hal ini karena pendapatan, masa jabatan dan sebagian dari kekayaan mereka hanya tergantung dari perusahaan yang mempekerjakan mereka.

Selain struktur modal, pertumbuhan aset merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam keputusan hutang. Biasanya biaya emisi perusahaan akan lebih besar dari biaya penerbitan surat hutang. Dengan demikian, perusahaan yang tingkat pertumbuhan asetnya lebih tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang, sehingga ada hubungan positif antara pertumbuhan aset dan rasiohutang. Perusahaan yang mempunyai tingkatpertumbuhan aset tinggi cenderung menggunakan sumber dana dari luar.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat biasanya lebih banyak mengandalkan modal eksternal daripada perusahaan yang lambat pertumbuhannya.

Oleh karena itu pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Semakin tinggi pertumbuhan aset maka pertumbuhan modal juga semakin meningkat. Oleh karena itu jika perusahaan berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan aset secara langsung juga pertumbuhan modal perusahaan tersebut bertambah.

Seperti halnya pada perusahaan PT.

Putra Unggul yang bergerak di bidang design dan building, ship marine engine, alat tangkap/sarana perikanan dan alat kelautan lainnya, juga sangat memperhatikan mengenai pertumbuhan aset dan struktur modal perusahaan. Laba atau keuntungan adalah tujuan utama perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan, kerena rendahnya kualitas laba yang diperoleh berarti

perusahaan membuat kesalahan dan keputusan.

Para pihak terkait seperti investor dan kreditor akan berfikir ulang untuk menanamkan modalnya atau bahkan mereka akan menarik modalnya jika perusahaan memperoleh laba yang rendah atau minus, disamping itu nilai perusahaan akan berkurang karena nilai perusahaan akan tercermin dari laba yang diperoleh yang terbaca dalam laporan keuangan. Jika laba yang yang tercantum dalam laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis, maka perusahaan dapat diragukan kualitasnya.

Karena itu mengenai pertumbuhan aset dan struktur modal adalah dua hal yang menjadi perhatian khusus perusahaan di perusahaan PT. Putra Unggul. Mengenai pertumbuhan aset selama ini masih dianggap kurang maksimal dan juga struktur modal masih perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan serta dijadikan suatu alasan yang mencerminkan perusahaan maju atau mundur.

PT. Putra Unggul masih perlu mempertimbangkan dengan matang terutama keputusan dalam penambahan modal atau hutang. Disamping itu PT. Putra Unggul juga masih perlu mempertimbangkan mengenai laba yang diperoleh perusahaan. Mengingat bahwa laba yang diperoleh adalah merupakan cerminan kinerja dan nilai perusahaan, maka perlu pertimbangan matang dalam menentukan strategi yang akan ditempuh kedepannya.

Dalam meningkatkan laba PT. Putra Unggul masih perlu menganalisis keterkaitan antara pertumbuhan aset dan struktur modal dengan laba yang diperoleh sebelumnya, termasuk menganalisis faktor lain atau penyebab lain yang dapat meningkatkan laba.

TINJAUAN LITERATUR

Pertumbuhan aset didefinisikan sebagai persentase perubahan total aset dari akhir tahun fiskal dari tahun kalender sebelumnya, sampai akhir tahun kalender saat ini. Menurut Soemarso (2017), aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat dikemudian hari. Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan.

(3)

Menurut Mulyadi (2018), peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.

Menurut Purba (2013), aset dalam kegiatan perusahaan dirinci menjadi beberapa kategori diantaranya adalah: 1) Aset tetap adalah aset yang digunakan perusahaan sebagai entitas bisnis untuk menciptakan pendapatan. Aset tetap berasal dari aktivitas investasi perusahaan. 2) Aset tak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diindentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan lain. 3) Aset sewa adalah aset yang diperoleh dari kontrak sewa menyewa atau lease. Kontrak sewa didefinisikan sebagai suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.

4.Hak atas tanah adalah sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang dapat berupa hak milik, hak guna-usaha (HGU), hak guna-bangunan (HGB), hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan dan hak-hak lainnya.

Menurut Yuliana (2014), pertumbuhan aset merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam keputusan hutang.

Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan datang.

Menurut Yuliana (2014), pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur pertumbuhan perusahaan. Biasanya biaya emisi perusahaan akan lebih besar dari biaya penerbitan surat hutang.

Menurut Keown (2017), teori Miller dan Modigliani atau yang dikenal dengan teori M&M merupakan dasar teori keuangan modern.Teori ini memberikan definisi operasional dari biaya modal dan dasar teori investasi “an operational definition of the cost of capital and workable theory of investement

(defenisi operasinal dari biaya modal dan teori

invesatasi yang bisa di terapkan), yang secara eksplisit mengakui ketidak pastian dan memberikan dukungan sebagai dasar prinsip dan maksimalisasi nilai pasar.

Menurut Kasmir (2016), modal kerja adalah modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan.

Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau jangka pendek, seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya

Menurut Rudianto (2012), modal adalah kontribusi pemilik pada suatu perusahaan sekaligus menunjukkan hak pemilik atas perusahaan tersebut. Menurut Halim (2015), struktur modal merupakan perbandingan antara total hutang (modal asing) dengan total modal sendiri/ekuitas. Perusahaan pertama- tama sebaiknya menentukan suatu struktur modal sasaran (target capital structur).

Sasaran ini dapat mengalami perubahan dari waktu kewaktu sesuai dengan perubahan kondisi yang ada. Tetapi setiap waktu, manajemen sebaiknya memiliki suatu struktur modal tertentu. Jika pada kenyataannya rasio hutang dengan ekuitas ternyata di bawah tingkat sasaran, maka biasanya akan dilakukan dengan menerbitkan hutang. Sebaliknya jika pada kenyataannya rasio hutang dengan ekuitas/ modal ternyata diatas tingkat sasaran, maka biasanya akan dilakukan dengan menerbitkan saham biasa.

Menurut Sudana (2015), teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan dan harga perusahaan. Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat memengaruhi ketiga faktor tersebut, bagaimana kombinasi utang jangka panjang dan modal sendiri yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau meminimumkan biaya modal perusahaan atau memaksimumkan harga pasar saham perusahaan. Harga pasar perusahaan mencerminkan nilai perusahaan, dengan demikian jika nilai suatu perusahaan meningkat, maka harga pasar saham tersebut juga akan naik.

Menurut Mulyawan (2015) yaitu: 1) Tingkat bunga, Tingkat bunga yang berlaku akan menetukan struktur modal dan mempengaruhi jenis modal yang akan digunakan untuk memakai saham atau

(4)

obligasi. 2) Stabilitas pendapatan/earning, Stabilitas dan besarnya pendapatan yang diperoleh perusahaan menentukan apakah perusahaan di benarkan menggunakan utang tetap atau tidak. 3) Susunan dari aktiva, Banyak industri atau manufaktur yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap cenderung menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap. 4) Resiko aktiva, Resiko yang melekat pada setiap aktiva belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaannya, semakin besar resikonya. 5) Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, Jumlah modal yang diperlukan atau dibutuhkan akan mengurangi struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan besar, perusahaan harus menggunakan sekuritas secara bersamaan. 6) Keadaan pasar modal, Kondisi pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas perusahaan harus memerhatikan pasar modal.

7) Sifat manajemen, Perusahaan yang optimis terhadap masa depan akan berani menanggung resiko besar sehingga akan lebih menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. 8) Besarnya perusahaan.

Perusahaan besar adalah perusahaan yang sahamnya terbesar sangat luas, penambahan dana untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak memengruhi kekuasaan atau pengendalian pemegang saham mayoritas.

Perusahaan besar pada umunya lebih menyukai penerbitan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya.

Menurut Hanafi (2016), struktur modal yang optimal bisa meminimumkan biaya modal, dan kemudian memaksimalkan nilai perusahaan. Meskipun dari tinjauan akademis, personal apakah ada struktur modal yang optimal masih merupakan kontroversi dari segi praktis nampaknya ada kesempatan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Perusahaan multinasional mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan domestik sehingga timbul pertanyaan apakah struktur modal yang optimal perusahaan multinasional berbeda dengan sturktur modal domestik. Dengan kata lain apakah perusahaan multinasional bisa mencapai struktur yang lebih optimal, yaitu yang bisa menurunkan modal lebih lanjut dibandingkan perusahaan

domestik. Beberapa ahli mendefenisikan konsep struktur modal sebagai berikut: 1) Gabungan dari sumber utang jangka panjang yang meliputi utang, saham biasa, dan saham umum. 2) Gabungan dan utang jangka panjang dan sekuritas yang dipakai perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. 3) Komposisi pendanaan antara ekuitas (pendanaan sendiri) dan utang pada perusahaan.

Menurut Wahidin (2018), struktur modal secara umum terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1) Hutang jangka panjang (long term debt) yaitu hutang yang jatuh tempo pelunasannya lebih dari satu tahun.

Komponen modal jangka panjang biasanya terdiri atas hutang hipotek abligasi, dan pinjaman jangka panjang dari bank. 2) Saham preferen (preferred strock), yaitu bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri (saham biasa) dan dengan utang jangka panjang. 3) Ekuitas saham biasa (common stock equity), bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor yang pemegannya memiliki klaim residual atas laba dan kekayaan perusahaan.

Menurut Soemarso (2017), laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara berkala atau periodik. Laba atau rugi ini, belum merupakan laba atau rugi sebenarnya karena laba atau rugi sebenarnya baru dapat diketahui ketika perusahaan menghentikan kegiatannya atau dilikuidasikan.

Menurut Aslicah et al (2018), laba adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu.

Modal seringkali digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan.

Menurut Sumarlin (2016), laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dan total beban usaha pada periode tersebut. Jika selisihnya positif, akan menghasilkan laba usaha. Jika selisihnya negatif, akan menghasilkan rugi usaha pada periode tersebut. Laba mengandung lima sifat sebagai berikut: 1) Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan

(5)

hasil tersebut. 2) Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu. 3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. 4) Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historial yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu. 5) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Menurut Keown et al (2017), dalam ekonomi mikro memaksimalisasi laba atau keuntungan yang sering disebut sebagai tujuan perusahaan. Maksimalisasi laba menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien, namun hal ini sama sekali tidak mengikatkan secara khusus besarnya keuntungan yang dihasilkan terhadap nilai waktu perolehannya.

Dalam ekonomi mikro tujuan untuk memaksimalisasikan keuntungan berfungsi sebagai tujuan teoritis, yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana perilaku rasional perusahaan dalam meningkatkan keuntungan.

Menurut Harmanto (2019), jenis laba dapat dibagi menjadi : 1) Laba bersih atas penjualan, Laba bersih dapat diartikan sebelum pajak dan sesudah pajak. Dalam menghitung rasio laba bersih atas penjualan, banyak yang menggunakan laba bersih sebelum pajak.

Penghitungan ini berdasarkan pemikiran bahwa pemakaian laba bersih sebelum pajak akan lebih objektif dalam menilai kinerja manajemen karena besarnya pajak akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah. 2) Laba sebelum bunga dan pajak atas penjualan, Penilaian yang lebih objektif adalah apabila laba bersih dihitung bukan saja sebelum pajak, akan tetapi juga sebelum bunga karena beban bunga juga di luar kemampuan atau pengendalian manajemen. 3) Laba kotor atas penjualan, Laba kotor adalah penjualan dikurangi semua beban/biaya untuk memproduksi (HPP) atau memperoleh barang dagangan. Cara tersebut akan memberikan gambaran yang lebih teliti untuk mengukur produktivitas perusahaan, khususnya di departemen produksi. Semakin besar rasio ini semakin baik karena menunjukkan peningkatan presentasi laba bersih operasi terhadap hasil penjualannya. 4) Laba operasi atas total investasi, Kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bersih operasi terhadap total investasi. Semakin besar rasio semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 5) Laba atas modal, Bagi para pemegang saham, mereka lebih berkepentingan terhadap laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan sebelum pajak karena laba inilah yang akan menentukan besarnya dividen yang akan dibagi untuk mereka dan laba ditahan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif kuantitatif. Metode ini dilakukan untuk membatasi permasalahan yang ada pada rumusan masalaha. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamia untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu.

Dalam penelitian ini dilakukan pada PT. Putra Unggul yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan No.101 Kayu Putih Kupang NTT, sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih dua bulan.

Penelitian ini menggunakan jenis Data kualitatif dan jenis Data kuantitatif dan data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi.

Teknik analisis Data yaitu menggunakan Common Size (Persentase per-komponen)

Laporan keuangan dalam persentase perkomponen menyatakan masing-masing posnya dalam suatu persen atas dasar total kelompoknya.Teknik analisis, dengan cara menyusun laporan keuangan seperti ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk analisis vertikal.

Suatu neraca yang disusun dalam persentase perkomponen dapat memberikan informasi sebagai berikut: 1.Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.

2.Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif untung perusahaan terhadap modal sendiri.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. PT. Putra Unggul Hasil Analisis, pertumbuhan aset, struktur modal, dan

laba Tahun 2016-2018 Tahun Pertumbu

han Aset (%)

Struktur Modal (DER) (%)

Tingkat Laba (ROE)

(%)

2016 1,06 38,07 22,72

2017 1,13 40,36 30,04

2018 1,21 37,24 34,32

Sumber: Data diolah (2019)

Tabel. 2. Pertumbuhan Aset PT. Putra Unggul Tahun 2016-2018 Tahun Nilai dalam

Rupiah

Persentase 2015 4.589.639.642 - 2016 4.638.339.712 1,06 % 2017 5.243.742.976 1,13 % 2018 6.366.693.396 1,21 %

Sumber: Data diolah (2019)

Dari hail perhitungan pada tabel 2 maka dapat terlihat bahwa Pada tahun 2016 pertumbuhan aset PT. Putra Unggul sebesar 1,06 % dari aset sebelumnya (tahun 2015) sebesar Rp. 4.589.639.642,-. Pada tahun 2017 diketahui bahwa pertumbuhan aset PT. Putra Unggul mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya menjadi sebesar 1,13 %.

Pada tahun 2018 diketahui pertumbuhan aset PT. Putra Unggul naik dari tahun sebelumnya menjadi 1,21 %.

Tabel 3. Struktur Modal PT. Putra Unggul tahun 2016-2018

Tahun Nilai Hutang (Rupiah)

Persentase 2016 1.279.033.321 38,07 % 2017 1.507.977.467 40,36 % 2018 1.727.640.627 37,24 %

Sumber: Data diolah (2019)

Dari hasil perhitungan pada tabel 3 maka dapat di jelaskan bahwa tahun 2016 diketahui bahwa struktur modal PT. Putra Unggul sebesar 38,07 %. Pada tahun 2017 diketahui bahwa struktur modal PT. Putra Unggul naik menjadi 40,36 %. Pada tahun 2018 diketahui bahwa struktur modal PT.

Putra Unggul turun menjadi 37,24 %.

Tabel 4. Laba PT. Putra Unggul tahun 2016-2018

Tahun Nilai Laba (Rupiah)

Persentase 2016 736.287.046 22,72 % 2017 1.122.188.171 30,04 % 2018 1.592.373.500 34,32 %

Sumber: Data diolah (2019)

Dari hasil perhitungan pada tabel 4 maka dapat di jelaskan bahwa Pada tahun 2016 diketahui tingkat laba yang diperoleh PT.

Putra Unggul sebesar 22,72 %. Pada tahun 2017 diketahui tingkat laba yang diperoleh PT.

Putra Unggul meningkat menjadi sebesar 30,04 %. Pada tahun 2018 diketahui tingkat laba yang diperoleh PT. Putra Unggul meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 34,32 %.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, sesuai dengan rumusan masalah dan hipotesis, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan aset berpengaruh terhadap peningkatan laba perusahaan pada PT. Putra Unggul tahun 2016-2018. Hal ini terlihat dari peningkatan laba yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 2) Struktur modal pada PT.

Putra Unggul juga berpengaruh terhadap laba perusahaan karena semakin meningkat struktur modal laba juga meningkat.

PENUTUP

Setelah penulis melakukan penelitian, pembahasan dan menarik beberapa kesimpulan, maka penulis memberikan saran yang berkaitan yang telah dilakukan sebagai berikut:

Diharapkan agar manajer keuangan pada PT. Putra Unggul tetap berani melakukan investasi atau pengembangan usaha di bidang lain agar laba yang diperoleh semakin meningkat, tanpa memperhitungkan resiko yang mungkin saja terjadi.

Diharapkan agar setiap keputusan yang diambil senantiasa dapat meningkatkan pertumbuhan asset, karena aset yang meningkat atau pertumbuhan asset menjadikan kepercayaan luar perusahaan juga meningkat.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Aslichah. (2018). Pengaruh modal usaha dan penjualan terhadap laba usaha pada perusahaan penggilingan padi. Journal of Management and accounting. 1 (2).

Oktober. Diakses pada tanggal 20 Juni (2019).melaluiwebsite

https://media.neliti.com

Halim, A. (2015).Manajemen Keuangan Bisnis. Edisi pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Harmanto. (2019). Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi I. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

BPFE

Hanafi, M.M. (2016). Manajemen Keuangan Internasional. Cetakan Pertama, edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keown, A.J. (2017). Manajemen Keuangan.

Jilid pertama, Edisi Kesepuluh. Jakarta:PT.

Indeks.

Mulyadi. (2018). Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta: Salemba Empat

Purba, M.P. (2013). Akuntansi Keuangan (Aset tetap dan aset tak terwujud). Edisi pertama Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi, Konsep & Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga

Soemarso. (2017). Akuntansi Suatu Pengantar.

Jakarta: Salemba Empat.

Sudana, I.M. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kedua. Jakarta Erlangga.

Sulianto. (2011). Manajemen Keuangan Dan Aktualisasi Syar’yya Modern. Edisi pertama. Yogyakarta.

Sumarlin, A. (2016). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdapat Di BEI. Jurnal Equity (Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi). 10 (1).

Diakses Pada Tanggal 24 September 2019 melalui website https://ojs.stikip-ypup.ac.id Wahidin. (2018). Analisis Pertumbuhan Aset dan Struktur Modal Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan Pada PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk. Skripsi.

Diakses pada tanggal 14 September 2019 melalui website http://repositori.uin- alauddin.ac.id

Yuliana, F. (2014). Analisis pertumbuhan aset dan struktur modal yang mempengaruhi

profitabilitas perusahaan (studi kasus pada perusahaan semen yang terdaftar di bursa efek indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan 2014. Diakses pada tanggal 26 Juni 2019 melalui website http://digilib.unmuhjember.ac.id

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperbaiki kinerja ini seharusnya manajemen mengurangi jumlah aktiva lancar dengan melakukan investasi pada aktiva yang lebih produktiv, sedangkan meningkatnya

Dampak tersebut akan memberikan beberapa keuntungan lainnya seperti, melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar, memungkinkan untuk dapat