• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rabiatul Adawiyah 151131176.pdf - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Rabiatul Adawiyah 151131176.pdf - etheses UIN Mataram"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII A PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTs RAUDLATUSSHIBYAN

NW BELENCONG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

RABIATUL ADAWIYAH NIM:15.1.13.1.176

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2017

(2)

INTRNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA KLAS VIII A PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTs RAUDLATUSSHIBYAN NW

BELENCONG TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram

Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Melar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RABIATUL ADAWIYAH NIM:15.1.13.1.176

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2017

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO







Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan1.

1 QS. Al-Mujaadilah[58]:11.

(7)

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk ayah dan ibuku M.Nur&Maemunah, kakak-kakak ku (Herniwati dan Siti Marhamah) dan seluruh keluargaku, Ibu Kos Dan Bapak Kosserta sahabat & kerabat ”.

KATA PENGANTAR

(8)

Segala puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan taufik dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Internalisasi Pendidikam Karakter Siswa Kelas VIII A Pada Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Raudlatusshibyan NW Belencong Tahun Ajaran 2016/2017” ini dengan baik sebagai syarat untuk memperoleh gelar Serjana Pendidikan (S1).

Penulisan skripsi ini tidak pernah terlepas dari bimbingan, motivasi dan bantuan baik moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Bapak Dr. Syukri, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Bapak Jumarim S,Ag,M.Hi

selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. BapakDr. Maimun, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Bapak Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. BapakDr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

5. BapakdanIbudosen yang

telahbanyakmemberikanbimbinganilmupengetahuankepadapenelitiselamamela kukanStudi di UIN Mataram

(9)

6. Bapak Lalu Hamdullah SP, selaku Kepala Sekolah MTs Raudlatusshibyan NW Belencong dan Ibu Rahmawati selaku Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak atas sedianya memberikan data informasi yang dibutuhkan peneliti dalam rangka penyusunan skripsi

7. Bapak M.Nur dan Ibu Maemunah tercinta selaku orang tua yang selalu memberikan motivasi dan dorongan untuk belajar dan atas doa yang tercurahkan sehingga memberikan inspirasi dalam menyelesaikan studi ini.

8. Teman-temanangkatan 2013 atas kebersamaan selama 4 tahun. Semoga semua menjadi orang-orang yang sukses nantinya. Amin

9. Almamater tercinta UIN Mataram

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pendidikan. Amin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Mataram,………...2017

Peneliti

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Ruang Lingkup ... 10

E. Setting Penelitian ... 10

F. Telaah Pustaka ... 11

G. Kerangka Teori ... 13

H. Metode Penelitian ... 37

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 49

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 49

(11)

B. Data Hasil Temuan ... 56

1. Nilai-NilaiKarakter Yang ditanamkan dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Raudlatusshibyan NW Belencong Kabupaten Lombok Barat TahunPelajaran 2016/2017 ... 56

2. Upaya Guru dalam Menanamkan NIlai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas VIII A di MTs Raudlatusshibyan NW Belencong Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 65

BAB III PEMBAHASAN ... ... 71

A. Nilai-Nilai Karakter yang ditanamkan dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Raudlatusshibyan NW Belencog Tahun Ajaran 2016/2017 ... ....71

B. Upaya Guru dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Raudlatusshibbyan NW Belencong Tahun Ajaran 2016/2017 ... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Keadaan Saranadan Prasarana MTs Raudlatusshibyan NW Belencong Tahun Pelajaran 2016/2017

Tabel 2.2 : Jumlah Kepala Madrasah, Wakil kepala, Pendidikdan Tenaga Kependidikan MTs Raudlatusshibyan NW Belencong

Tabel 2.4: Keadaan Siswa MTs Raudlatusshibyan NW Belencong Tahun Pelajaran 2016/2017

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 kubus

Gambar 1.2 model jaring-jaring kubus pola 141 Gambar 1.3 model jaring-jaring kubus pola 231 Gambar 1.4 model jaring-jaring kubus pola 222 Gambar 1.5 model jaring-jaring kubus pola 33 Gambar 1.6 balok

Gambar 1.7 jaring-jaring balok Gambar 1.8 prisma tegak

Gambar 1.9 jaring-jaring prisma tegak Gambar 1.10 limas tegak

Gambar 1.11 jaring-jaring limas tegak

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian

Lampiran 2 :Pedoman wawancara siswa

Lampiran 3 :Pedoman wawancara guru

Lampiran 4 : Hasil wawancara

Lampiran 5 : Foto wawancara siswa dan guru

(15)

Analisis Kesulitan Belajar Pada Ranah Afektif (Sikap) Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII MTs. Darun Najah Al-Falah Telagawaru

Tahun Pelajaran 2016/2017 Oleh

Yulianti Nim: 151.134.100

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar sikap siswa dan faktor-faktor pengaruh kesulitan belajar sikap siswa kelas VIII MTs.

Darun Najah Al-Falah Telagawaru Tahun pelajaran 2016/2017.

Penelitianinimerupakanpenelitiankualitatif,.yang menjadi subjekpenelitianadalah siswa kelas VIII MTs. Darun Najah Al-Falah Telagawaru Tahun pelajaran 2016/2017. Informan berjumlah 5 orang siswa dan 1 guru mata pelajaran matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknikwawancarasemiterstruktur untuk mendapatkan informasi yang bersifat umum dan mendalam tentang kesulitan sikap siswa dan pengaruhnya.

Selain itu peneliti juga menggunakan teknik observasi non partisipatif dan dokumentasi.

Dari hasilpenelitian yang dilakukanditemukan kesulitan belajar sikap siswa dan pengaruhnya pada siswa kelas VIII MTs. Darun Najah Al-Falah Telagawaru tahun pelajaran 2016/2017. Kesulitan sikap yang dialami informan adalah sikap tidak suka terhadap pelajaran matematika. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar sikap siswa adalah berasal dari mata pelajaran matematika, guru mata pelajaran matematika, diri siswa sendiri dan lingkungan belajar siswa.

Kata kunci :kesulitan belajar sikap, MTs., matematika, Kualitatif.

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Ali Ibrahim Akbar dalam buku Jamal Ma’mur Asmani, praktik pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill(keterampilan teknis) yang lebihbersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), sedangkan kemampuan soft skil yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ) dan spiritual intelligence (SQ) sangat kurang.2

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya di tentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.”3

Praktik pendidikan yang semestinya memperkuat aspek karakter atau nilai-nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan prilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang di ajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan moral pancasila (PMP) dan agama pada masa lalu merupakan dua jenis mata pelajaran tata nilai, yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa. Materi yang di ajarakan oleh pendidik agama

2Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogjakarta: Diva Press,2013), h. 22.

3Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung:

Remaja Rosdakarya ,2011), h. 2.

(17)

termasuk di dalamnya terdapat bahan ajaran akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kongnitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif), dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.4

Ki Hajar Dewantara berpendapat dalam buku Suparlan tentang tanya jawab pengembangan kukrikulum dan materi pembelajaran bahwa , “anak sebagai figur sentral dalam pendidikan dengan memberikan kemerdekaan sepenuh-penuhnya untuk berkembang.” Sementara itu, “guru hanya membimbing dari belakang dan baru mengingatkan anak kalau sekiranya mengaruh kepada sesuatu tindakan yang membahayakan (tut wuri handayani) sambil terus membangkitkan semamgat dan memberikan motivasi (ing madya mangun karsa) dan selalu menjadi contoh dalam prilaku dan ucapan (ing ngarsa sung tuladha).”5

Allah swt juga berfirman yang berkaitan tentang pendidikan dalam surah Al-Baqarah ayat 269.





4 Zubaidi,Desain Pendidikan Karakter,(Jakarta: Kencana Prenada media group,2011), h.3

5 Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & materi pembelajaran, (Jakarta:

Bumi Aksara,2011), h.17

(18)

Artinya: “Dia memberikan Hikmah kepada siapa yang dikehendaki. Barang siapa yang diberi hikmah sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.”6

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memberi hikmah atau ilmu pengetahuan kepada siapa yang dikehendakinya. Relevansi ayat di atas dengan pendidikan yaitu dengan ilmu pengetahuan peserta didik mampu membedakan yang benar dan yang salah, yaitu baik dan buruk.

Pendidikan sebagai usaha sadar manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat hendaknya di lakukan di dalam masyarakat hendaknya dilaksanakan seumur hidup dan secara terpadu baik dalam keluarga,sekolah maupun masyarakat. Agar tujuannya tercapai ketiga- tiganya harus seiring dan sejalan, tidak bisa hanya ditumpukan pada salah satunya.7

Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pendidikan merupaka usaha melestarikan, mengalihkan serta mentransformasi nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan yang merupakan salah satu bentuk meninfestasi dari cita-cita hidup islam untuk melestarikan, mengalihkan, dan menanamkan (internalisasi) dan mentransformasikan nilai-nilai islam kepada pribadi generasi penerusny

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahan(Jakarta: Pt Insan Media Pustaka Al- Fatih), h.45.

7 Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2009), h.5.

(19)

sehingga nilai-nilai kultural religius yang dicita-citakan tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu kewaktu.

Pendidikan dengan cita-citanya humanizing of being menjadi satu kunci untuk merubah segala bentuk keterbelakangan baik intelektual maupun moral. Pendidikan memiliki peran dalam meningkatkan kualitas manusia (SDM) dalam segala aspeknya, karena itu tugas pendidikan adalah tugas kemanusiaan seperti yang diungkapkan di atas, yaitu bagaimana memanusiakan manusia agar mencapai hakekatnya secara utuh. Maksudnya bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak peserta didik agar dapat hidup sesuai dengan fitrahnya.8

Hal tersebut senada dengan rumusan dalam tujuan pendidikan nasioanal sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa: “pendidikan nasioanl berfungsi mengembangkan kemampun dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”9

Pendidikan karakter merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter akan menentukan kemajuan suatu institusi pendidikan bahkan bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini masa kritis bagi pembentukan karakter

8 Diana Marlina, Telaah Nilai Pendidikan Karakter Dalam Konsep Pendidikan Akhlak (Kajian Pendidikan Akhlak di Madrasah) 2012, skripsi IAIN Mataram, h.3

9 Muhammad Yaumi,Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi (Jakarta:

Prenadamedia Group,2014), h.5

(20)

seseorang. Kegagalan penanaman kepribadian yang baik diusia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.10

Ratna Megawangi berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehinga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungan. Adapun nilai- nilai karakter yang ditanamkan pada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai- nilai tersebut yang selanjutnya dituangkan kedalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah. Pendidikan karakter anak ini pun tidak bertentangan dengan konsep KTSP karena mengukir akhlak melalui proses knowing the good, lovig the good, felling the good and acting the good yaitu sama-sama melibatkan aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik.11

Pembelajaran akidah akhlak di madrasah sebagai integral dari pembelajaran agama, memang bukan salah satu-satunya faktor yang menentukan dalam menentukan watak kepribadian peserta didik. Tetapi secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan, keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil observasi awal peneliti di kelas VIII A di MTs Raudlatusshibiyan NW Belencong sudah memperlihatkan bahwa pendidikan

10 Mansur Muslich, Pendidikan Karakter.(Jakarta: Bumi Aksara,2011), h.35.

11www.googlescholgi.com

(21)

karakter pada pembelajaran Akidah Akhlak sudah terlaksana diMadrasah tersebut terutama di kelas VIII A. Dan nilai karakter yang dikembangkan di Madrasah tersebut adalah: religius, tolerasi, kerja keras, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, peduli sosial, kejujuran, sopan santun, keadilan, tekun, bertanggung jawab dan disiplin. Pendidikan karakter adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kselulusan siswa.12

Adapun hasil observasi awal dalam kelas terhadap karakter siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak adalah siswa-siswa kelas VIII A 1.

Disipin.Disiplin dalam belajar yang mana disiplin yang penelti temukan adalah siswa sangat memperhatikan guru yang sedang menjelaskan; 2. Jujur, siswa kelas VIII A sangat jujur dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas dalam kelas maupu pekerjaan rumah (PR); 3. Religus.Siswa kelas delapan VIII A selalu berdoa sebelum dan sesudah belajar mengajar;

4.Sopan santun. Dalam hal ini peneliti melihat dalam kelas bahwa siswa- siswa kelas VIII A sangat sopan dalam berpakain sekolah dan juga apabila mereka bertanya mereka selalu berbahasa sopan dan santun kepada guru dan temannya. ; 5. Tanggung jawab. Dalam halini peneliti melihat siswa kelas VIII A sangat bertanggug jawab ketika mereka diberikan jadwal piket bersih kelas mereka selalu bertangung jawab membersihkan kelasnya tidak hanya dalam piket kelas mereka juga bertanggung jawab atas tugas yang di berikan baik tugas sekolah maupun tugas pondok; 6. rasa ingin tahu, dalam hal ini siswa selalu bertanya ketika mereka belum mamahami materi yang di

12Observasi Awal, di MTs Raudlatussibyan NW Belencong, 20 Januari 2017

(22)

ajarkan; 7. Peduli lingkungan, dalam hal ini siswa kelas VIII A selalu membersihkan membersihkan ruang kelas sebelum proses belajar dan mengajar berlangsung.13

Adapun hasil wawancara peneliti dengan siswa Hayatun Rahma dan Imam Gazali, Pendidikan karakter sudah terlaksana. Adapun pendidikan karakter tersebut yang ada pada diri siswa seperti jujur, adil, tanggung jawab, saling peduli, religius, toleransi, kerja keras, peduli lingkungan. Tidak hanya di lingkungan sekolah saja mereka melaksanakan pendidikan karakter Namun di luar mereka juga melaksanakan dan ada pada diri siswa tersebut.14

Adapun hasil wawancara peneliti dengan ibu Rahmawati S.Pdi.nilai kedisiplinan yang diterapkan di MTs Raudlatussiibiyan NW Belencong seperti datang tepat waktu ke madrasah yang merupakan pembiasaan paksaan serta datang tepat waktu ke sekolah, nilai religius yang dikembangkan adalah sikap hormat kepada guru adalah sesuatu yang dibiasakan kepada anak didik sehingga dapat menjadi kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan nilai toleransi syang dikembangkan adalah dapat menghargai guru, maupun teman-temannya, nilai tanggung jaw yang dikembangkan adalah siswa yang mempunyai jadwa piket selalu membersihkan kelasnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, contoh nilai kejujuran adalah selalu berkata jujur dan menamplkan sikap kejujuran dengan tidak menyontek ketika diberikan tugas maupun ulangan, nilai rasa ingin tahu cotohnya seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya langsung dengan

13Observasi Awal, di MTs Raudlatussibyan NW Belencong, 20 Januari 2017

14Hayatun Rahma dan Imam Gozali , Siswa kelas VIII A MTs Raudlatussiibiyan NW Belencong, wawancara 20 Januari 2017

(23)

gurunya, tentang materi yang belum di pahami serta adanya keterbukaan guru dalam menghargai usaha yang dilakukan oleh muridnya, serta nilai peduli ligkungan contohnya dengan membuat jadwal piket membersihkan ruang kelas, baik sebelum belajar maupun setelah belajar mengajar.15

Dengan memperhatikan kenyataan tersebut, maka penelitimelakukan penelitian ilmiah dengan judul “Upaya Penanaman Pendidikan Karakter Siswa Kelas VIII A pada Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Raudlatussiibbiyan NW Belencong Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Raudlatussiibbiyan NW Belencong tahun pelajaran 2016/2017?

2. Bagaimanakah upaya guru menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Raudlatussiibiyan NW Belencong tahun pelajaran 2016/2017?

15Rahmawati S.Pdi, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak MTs Raudlatussiibbiyan NW Belencong, Wawancara, 20 Januari 2017

(24)

C. Tujuan

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk nilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam pembelajaran Akidah Akhlak diMadrasah Tsanawiyah Raudlatussiibbiyan NW Belencong pada tahun ajaran 2016/2017

2. Untuk mengetahui upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Raudlatussiibbiyan NW Belencong tahun ajaran 2016/2017

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, informasi atau manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini dapat:

a. Menambah khasanah keilmuan penelitian dan pembaca yang berkaitan dengan internalisasi pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah NW Belencong

b. Dapat digunakan untuk mengembangkan konsep pendidikan pada umumnya dan akhlak pada khususnya

c. Dapat mendorong terselesaikannya persoalan pendidikan menuju pada arah perbaikan moral manusia penelitian ini adalah langkah awal yang bisa dijadikan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam lagi tentang pendidikan karakter.

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Dengan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahua dalam menanamkan dan mengaplikasikan pendidikan karakter itu baik di sekolah maupun di rumah

b. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perbaika akhlak sekarang dan untuk masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitan 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian merupakan salah satu unsure terpenting dalam sebuah penelitian.Dalam penelitian ini, peneliti lebih membatasi masalah dan memfokuskan kepada kajian tentang bagaimanakah guru melakukan penanaman karakter melalui pembelajaran Akidah Akhlak siswa kelas VIII A di MTs Raudlatusshibyan NW Belencong Kab.

Lombok Barat 2. SettingPeneltian

Sebelum melakukan penelitian yang terpenting adalah menentukan lokasi penelitian yang diteliti. Dalam penelitian ini lokasi penelitian dilakukan di MTs Raudlatussiibbiyan NW Belencong, adapun alasan peneliti mengambil lokasai penelitian ini, karena Madrasah Tsanawiyah Rsaudlatussiibbiyan NW Belencong merupakan madarasah yang sangat strategis karena lingkungannya sangat dekat dengan masyarakat sehingga mudah untuk mendapatkan informasi serta data yang dibutuhkan dan pelayanan yang ramah dan baik dari kepala

(26)

madrasah sendiri, tenaga guru, serta siswa dan siswinya yang mudah untuk mengadakan pendekatan terhadap mereka sekaligus sebagai sumber data/informasi. Subjek yang menjadi penelitian ini dalah kelas VIII A di Madrasah Tsanawiyah Raudlatussiibbiyan NW Belencong

F. Telaah Pustaka

Adapun peneliti yang mempunyai relevan dengan penelitian ini yang berhasil di telaah oleh peneliti yaitu:

1. Penelitian tesis yang dilakukakan oleh Hilmiah Murni yang mengambil lokasi di SMAN 2 Selong Kabupaten Lombok Timur, tesis yang di lakukan oleh Hilmiah Murni ini menyodorkan permasalah tentang Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI di SMAN 2 Selong, dan apa saja hambatan-hambatan dalam proses implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI di SMAN 2 Selong, judul tesis yang diambil oleh Halimah Murni adalah

“Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI Di SMA 2 Selong Kabupaten Lombok Timur.”16

Adapun persamaan dari peneliti ini adalah sama-sama membahas tentang pendidikan karakter, dan yang menjadi pembedannya adalah, terletak pada metodenya, peneliti Murni menggunakan deskriptif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual maupun kelompok.Sedangkan penelitian ini merupakan

16Hilmiah Murni, Tesis Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI di SMA 2 Selong Kabupaten Lombok Timur, Pascasarjana IAIN Mataram 2014

(27)

penelitian deskriptif yaitu, menggambarkan suatu permasalahan yang menjadi focus dalam penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saprol Yadaen yang mengambil lokasi di desa Babussalam kecamatan Gerung yang menekankan penelitiannya pada bagaimana upaya guru pendidikan agama islam dalam membina Akhlak siswa, sedang peneliti menekankan tentang bagaimana penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di MTs Raudlatussiibbiyan NW Belencong.17

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hasbiyati yang mengambil lokasi di MA Riyadussibiyan Lendang Are yang memfokuskan penelitiannya tentang bagaimana penerapan strategi belajar mengajar dan bagaimana akhlak siswa di kelas X di MA tersebut.18

Adapun perbedaan peneliti ini adalah, terletak pada fokusan masalahnya, pada penelitian Hasbiyati , hasbiyati memfokuskan bagaimana penerapan belajar dan mengajar dan bagaimana akhlak siswa di kelas, sedangkan peneliti memfokuskan bagaimana bentuk-bentuk nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di kelas VIII A.

17Saprol Yadaen, Skripsi Peran Guru Akidah Akhlak dalam Membina Karakter Siswa kelas XI Ma Babussalam Bermi Desa Babussalam Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat Tahun Ajaran 2015/1016, skripsi IAIN Mataram 2016

18Hasbiyati,Strategi Belajar Mengajar Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas X di MA Riyadussibiyan Lendang Are Kecamatan Batu Layar tahun Pelajaran 2014/201, Skripsi IAIN Mataram 2015

(28)

G. Kerangka Teori

1. Pendidikan Karakter

a. PengertianPendidikan Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “To Mark” atau menandai atau memfokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan hati, jiwa kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen, watak.”19

Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesamamanusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.20

19Hamdani Hamid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2013).h,31

20Masnur Muslich, Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011 ), h.84

(29)

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik atau buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebarkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.21

Adapun tujuan pendidikan karakter yang sesungguhnya tertera di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 ayat 1 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.22

Peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter.Dalam konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah (dan seluruh warga sekolah) melalui semua kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan (virtues) yang terdapat dalam ajaran agama.

21Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie,Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h.42

22 Departemen Pendidikan RI,Perundangan Tentang Kuriulum Sistem Pendidikan Nasional 2013(Yogyakarta:Pustaka Yustisia, 2013),h.2

(30)

Pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma dan bangsa sangat penting dalam Islam, antara akhlak dan karakter merupakan satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad saw.23

Jadi pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai luhur kepada jiwa bangsa yang tercermin dalam bentuk tindakan nyata mencintai akhlak-akhlak mulia dan menjauhi akhlak-akhlak tercela.

b. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena pikiran yang didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan sesuai dengan hukum alam.

Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan, sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan, oleh karena itu pikiran mendapatkan perhatian serius.24

23Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie,Pendidikan Karakter…, h.45

24Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,(Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011), h.17

(31)

Menurut Foerster dalamn buku Masnur Mukhlisada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter.Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai.Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satusama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.

Ketiga,otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilain atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan dari pihak lain.

Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik; dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang terpilih.25

c. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang menorah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan penggetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonilkan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.26

d. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Menurut Richard Eyre dan Linda nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu prilaku danprilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan

25Masnur Muslich,Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 128

26Ibid, h. 81

(32)

maupun orang lain. Inilah prinsip yang memungkinkan kecapaian ketentraman atau tercegahnya kerugian atau kesusahan. Ini sesuatu yang membuat orang lain senang atau kesusahan. Ini sesuatu membuat orang lain senang atau tercegahnya orang lain sakit hati.

Lebih lanjut Richard menjelaskan bahwa nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut: 1. Kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering diberikan kepada orang lain;

dan 2. Kenyataan atau hukum bahwa makin banyak bilai diberikan kepada orang lain, makin banyak pula nilai berupa yang di kembalikan dan diterima dari orang lain.27

Kejujuran didefinisikan sebagai sebuah nilai karena prilaku menguntungkan baik bagi yang mempraktikkan maupun bagi orang lain yang terkena akibatnya. Begitu pula halya dengan kasih sayang, keramahan, keadilan dan sebagainya. Kualitas-kualitas ini juga memenuhi kriteria untuk nilai karena meskipun kita memberikannya kepada orang lain, persediaan diperbendaharaan kita tetap banyak, dan karena makin banyak kita berikan kepada orang lain, makin banyak juga yang kita terima dari orang lain.

Indonesia Heritage Foundation dalam buku Abdul Majid dan Dian Andayani tentang Pendidika Karakter Perspektif Islam merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut: 1. Cinta kepada Allah dan

27 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2011), h.42

(33)

semesta beserta isinya; 2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3.

Jujur; 4. Hormat dan satun; 5. Kasih sayang peduli dan kerja sama; 6.

Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah; 7. Keadilan dan kepentingan; 8. Baik dan rendah hati; 9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.28

Sementara Charakter Counts di Amerika mengindetifikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar: 1. Dapat dipercaya (trustworthiness); 2. Rasa hormat dan perhatian (respect);

3.Tanggung jawab (responsibility); jujur (fainess); 5.Peduli (caring);

6.Kewarganegaraan (citizenship); 7.Ketulusan (honesty); 8.Berani (courage); 9.Tekun (diligence; 10.Integritas.29

Kemudian Ari Ginanjar Agustianpakar Pendidikan Indonesia dalam buku Abdul Majid dan Dian Andayani dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesugguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu asma al-husna . sifat-sifat dan nama-nam Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapa pun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7karakter dasar, yaitu: 1. Jujur: 2. Tanggung jawab; 3. Disiplin; 4. Visioner; 5. Adil; 6. Peduli; 7. Kerja keras.30

Pakar pendidikan Indonesia, Fuad Hasan Abdul Majid dan Dian Andayani, dengann tesis pendidikan yakni kebudayaan, juga

28Ibid,h.42-43

29Ibid,h.43

30Ibid,h.43

(34)

ingin menyampaikan hal yang sama dengan tokoh-tokoh pendidikan di atas. Menurutnya pendidikan bermuara pada pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial (transmission of cultural values and social norms). Sementara Mardiatmaja menyebut pendidikan karakter sebagai ruh pendidikan dalam memanusiakan manusia.31

e. Prinsip Pendidikan Karakter

Character Education Quality Standards merekomundasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter 2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan prilaku

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proakitif dan efektif untuk membangun karakter.

4) Menciptakan komunikasi sekolah yang memilki kepedulian.

5) Member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan prilaku yang baik.

6) Memiliki kecakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi dari diri para siswa

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru- guru karakter, menifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.32

31 Ibid, h. 30

32Ibid, h. 109

(35)

Dalam pandangan Islam dimana Rasulullah dijadikan simbol atau figur keteladanan terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran oleh tenaga pengajar dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu:

1) Fokus: ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah di pahami.

2) Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.

3) Repetisi; senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diinge dan di hafal.

4) Analogi langsung; seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakkur.

5) Memperhatikan keragaman anak; sehingga dapat melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahaman saja, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa di hinggapi perasaan jemu.

6) Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu kongnitif, emosional dan kinetik.

7) Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak (psikologis atau ilmu jiwa).

8) Menumbuhkan kreatifitas anak, dengan cara mengajukan pertanyaan, kemudian mendapat jawaban dari anak yang diajak bicara.

9) Berbaur dengan anak-anak, masyarakat dan lain sebagainya, tidak ekslusif/terpisah seperti makan bersama mereka, berjuang bersama mereka.

10) Aplikatif: Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang berbakat. Misalnya, setelah Mahdzurah menjalani pelatihan adzan dengan sempurna yang kita sebut dengan Ad- Daurah at-Tarbiyah.33

33Ibid, h.110-111

(36)

2. Strategi Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak dalam diri setiap siswa ada tiga tahap strategi yang harus dilalui diantaranya:

a. Moral Knowing/ Learning to Know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter.dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada pengetahuan penguasaan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu: 1. Membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal;

2. Memahami secara logis dan rasional bukan dogmatis dan doktriner pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan;

3. Mengenal sosok Nabi Muhammad saw. Sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits dan sunnahnya.

b. Moral Loving/Moral Felling

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika.

Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada dirinya sendiri.

Untik mencapai tahapan ini guru bisa memasukkannya dengan kisah- kisah yang menyentuh hati, modelling, atau kontemplasi. Melalui

(37)

tahap ini siswa mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya

c. Model Doing/ Learning To Do

Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa memperaktikkan nilai-nilai akhlak mulia ini dalam perilakunya sehari-hari.Siswa semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan saying, adil serta murah hati dan seterusnya.Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu di cari jawabannya.Contoh atau teladan adalah guru yang paling baik dalam menanamkan nilai.34

3. Pembelajaran Akidah Akhlak

a. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak

Menurut Winkel pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian interal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Dimyati dan Mudjiono mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa.

34Ibid, h.112-113

(38)

Jadi dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada siswa.35

Menurut aliran Behavioristik pembelajar adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyiadakan lingkungan yang stimulus. Aliran kongnitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik mendeskripsikan pembelajaran untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.36

Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainsifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, dan peristiwa, dan informasi dan sekitarnya.Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud semata.dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengkontruksi interperensi pribadi serta makna- maknanya.Makna di bangun ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberikan kesempatan kepada siswa menemukan dan

35Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica Lombok,2015), h.31-32

36Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 23

(39)

menerapkan idenya sendiri.Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.37

Akidah dan akhlak keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.Akidah adalah akar atau pokok agama.Sedangkan akhlak merupakan sikap hidup kepribadian manusia dalam menjalankan sistem kehidupan yang dilandasi akidah yang kokoh. Dengan kata lain akhlak merupakan manifistasi dari keimanan yaitu akidah.

Akhlak berasal dari bahasa arab jamak dari “akhlaqa” yang merupakan mufrad dari kata “khuluq” yang berarti pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia dan muncul secara spontan jika diperlukan tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikirin terlebih dahulu.38

Ibnu Miskawih yang dikenal sebagai pakar akhlak terkemuka mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam), mengatakan akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam- macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.39

Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran akidah akhlak adalah upaya yang terencana yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengenal, memahami, dan mengimani Allah SWT, serta merealisasikannya dalam prilaku akhlak mulia, dalam kehidupan sehari-hari melalui

37Ibid, h. 23

38http;//http://jurnal.blogspot.com/skripsi-penanaman-nilai-nilai-pendidikan-karakter, html.

Di unggah pada tanggal 27 januari 2017

39Rosihan Anwar, Aqidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia,2008),h.13

(40)

kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, pengalaman, keteladanan dan pembiasaan.

Adapun kurikulum yang digunakan di MTs Raudlatusshibyan NW Belencong terutama mata pelajaran Akidah Akhlak adalah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)40 yang berbasis kompetensi tujuannya adalah untuk mempersapkan bangsa Indonesia Agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dsn efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Akidah akhlak harus menjadi pedoman bagi umat setiapmuslim.Artinya setiap umat Islam harus menyakini pokok- pokok kandungan akidah akhlak tersebut. Adapun tujuan akidah akhlak kelas VIII ini antara lain sebagai berikut yaitu setelah melakukan pembelajaran siswa diharpkan mampu:

1) Memupuk dan mengembangakan dasar ketuhanan sejak lahir.

Manusia adalah makhluk yang berkebutuhan. Sejak lahir manusia terdorong mengakui adanya Tuhan.

2) Akidah akhlak bertujuan pula untuk membentuk pribadi manusia yang luhur dan mulia.seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa berakhlak terpuji, baik ketika berhubungan dengan

40 Rahmawati S.Pdi, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak MTs Raudlatusshibyan NW Belencong,Wawancara, 20 Januari 2017

(41)

Tuhan dan sesama manusia, makhluk lainnya serta lingkungan.

Oleh karena itu perbujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata yang menjadi tujuan akidah akhlak.

3) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.

Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran.Pendapat yang semata-semata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesetkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu akal pikiran perlu bimbingan oleh akidah akhlak. Agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.41 Adapun yang menjadi tujuan pembelajaran Akidah Akhlak kelas VIII A ini antara lain sebagai berikut yaitu setelah melakukan pembelajaran siswa diharapkan mampu:

(a) Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada Rasul-Rasul Allah SWT

(b) Menunjukkan bukti/dalil kebenaran adanya Rasul-Rasul Allah SWT

(c) Menguraikan sifat-sifat Rasul-Rasul Allah SWT

(d) Menampilkan Prilaku yang mencerminkan beriman keada Rasul-Rasul Allah dan Mencintai Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan

(e) Menjelaskan pengertian mu’jizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah,maunah, dan irhash)

41http://jurnal.blogspot.com/skripsi-penanaman-nilai-nilai-pendidikan-karakter, html. Di unggah pada tanggal 27 januari 2017

(42)

(f) Menunjukkan hikmah adanya mu’jizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah, maunah, dan irhash) agi rasul- rasul Allah dan orang-orang pilihan Allah

(g) Menjelaskna pengertian dan pentingnya husnudz dzon, tawadhu’, tasamuh dan ta’awun

(h) Mengidentifikasi bentuk dan contoh perilaku husnudzon, tawadhu, tasamuh dan ta’awun

(i) Menunjukkan nilai-nilai positif dari husnudzon, tawadhu, tasamuh dan ta’awun dalam fenomena kehidupan

(j) Mebiasakan perilaku husnudzon, tawadhu, tasamuh dan ta’awun

(k) Menjelaskan pengertian hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah

(l) Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah

(m) Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah

(n) Membiasakn diri menghindari hal-hal yang mengarah pada perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah42 Dari sini dapat dilihat bahwa setelah guru melaksanakan pembelajaran dalam kelas yang akan di dapatkan oleh siswa adalah seperti yang telah di jelaskan di atas itulah yang akan

42 Silabus Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII A MTs Raudlatusshibyan NW Belencong

(43)

dicapai oleh siswa setelah menerima pembelajaran dari guru dalam kelas.

c. Pendekatan Pembelajaran Akidah Akhlak

Pendekatan (approach) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau gambaran pola umum perbuatan guru atau peserta didik di dalam kegiatan perwujudan kegiatan pembelajaran.

Jadi pendekatan dalam pembelajaran akidah akhlak adalah sudut pandang tentang proses pembelajaran mengenai perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar akidah akhlak.43

Pendekatan pembeajaran adalah cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Ada beberapa pendekatan yang diharapkan dapat membantu pendidik dalam menyelesaikan berbagai masalah delam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran akidah akhlak diantaranya:

1) Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt sebagai sumber kehidupan

43www.googlescholgi.com

(44)

2) Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk memperaktikkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan akidah mulai dalam kehidupan sehari-hari

3) Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam al-qur’an dan hadis.

4) Rasional, uasaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Akidah Akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga ia dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah di pahami dengan penalaran.

5) Emosional, upaya menggunggah perasaan (emosi-efeksi) peserta didik dalam menhayati akidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik

6) Fungsional, menyajikan materi akidah Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti seluas-luasnya

7) Keteladanan, pendidikan yang menempatkan dan menekankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang memiliki keimanan yang teguh dan berakhlak mulia.

Beberapa pendekatan tersebut merupakan langkah pemrosesan untuk mencapai tujuan, sehingga penggunaan pendekatan yang tepat dan cermat guna mencapai tujuan adalah merupakan faktor yang

(45)

sangat menentukan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, serta memberikan landasan yang mampu mengunggah dan memicu- memacu kesadaran yang mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.44

d. Metode pembelajaran Akidah Akhlak

Dalam pengertian yang sederhana, metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu nilai tertentu dari si pembawa pesan kepada si penerima pesan.metode diartikan sebagai tindakan-tindakan pendidikan dalam lingkup peristiwa pendidikan untuk mempengerahui siswa ke arah pencapaian hasil belajar yang maksimal sebagaimana terangkan dalam tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, metode memegang peranan penting dalam proses pencapaian tujuan.

Metode dalam pembelajaran akidah akhlak adalah sebagai berikut:

1) Metode Keteladanan

Salah satu metode pendidikan yang dianggap besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar adalah metode pendidikan dengan keteladanan. Yang di maksud dengan metode keteladanan ini adalah metode pembelajaran yang memberikan contoh, baik tingkah laku, sifat, cara berfikir dan

44http;//ahmad Efendy Blg spot.com…. tanggal 22 februari 2017 jam 11.25

(46)

sebagainya.Keteladanan dalam pendidikan adalah influentif yang paling menentukan keberhasilan dalam mempersiapkan dan membentukkan sikap, prilaku, moral, spiritual dan sosial peserta didik. Hal ini karena pendidikan adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam segala tindakan yang disadari dan tidak.Bahkan jiwa dan perasaan seorang anak sering menjadi suatu gambar pendidiknya, baik dalam ucapan maupun perbuatannya materi maupun spiritual, diketahui atau tidak diketahui.45

2) Metode ceramah (Lecture)

Metode ceramah berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta yang di tutup dengan Tanya jawab antara guru dan siswa.

Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru dalam situasi sebagai berikut:

a) Untuk memberikan pengarahan petunjuk di awal pembelajaran b) Waktu terbatas, sedangkan materi atau informasi banyak yang

akan disampaikan

c) Lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajaran sedangkan jumlah siswa banyak.

3) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa

45http;//jurnal.skripsi-upaya-guru-dalam-pembentukan-karakter-siswa-di MTS 2 Mataram.

Html, tanggal 27 januari 2017, jam 11.23

(47)

tentang proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

Metode demonstrasi dapat dilaksanakan delam situasi berikut:

a) Kegiatan pembelajaran bersifat normal, magang atau latihan bekerja

b) Materi pelajaran berbentuk keterampilan bergerak

c) Guru bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang

d) Guru bermaksud menunjukkan suatu standup penampilan e) Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan atau

praktik yang dilaksanakan

f) Untuk menguranggi kesalahan-kesalahan

g) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti saat proses demonstrasi.46

4) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih

46Hamdani,Strategi Belajar Mengajar,(Bandung; CV Pustaka Setia,2011), h.156-157

(48)

bersifat bertukar fikiran pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.47

5) Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan adalah proses pembuatan sesuatu atau seseorang menjadi biasa. Metode ini dapat dibantu dengan metode jurnal belaar, metode ini bila dikaitkan dengan pendidikan Agama Islam adalah sebuah cara yang dapat dilakukan, untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran islam.48

6) Tugas dan resitasi

Pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam waktu rentang tentunya dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan kepada guru. Metode pembelajaran ini merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.49

e. Evaluasi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak

Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation, dalam bahasa arab al-Taqdir , dalam bahasa Indonesia berarti Penilaian.

Akar katanya adalah value, dalam bahasa arabal-Qimah dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi

47Wina, Strategi Pembelajara,(Jakarta:Kencana Prenadamedia Group:2006),h.147

48 http;//soehartoalm.blogspot.co.id/2013/10/metode-pembelajaran-akidah-akhlak.html. Di Unggah pada tanggal 11 aprill 2017

49Ibid. 11 april 2017

(49)

pendidikan (education evaluatin= al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

Adapun menurut istilah, sebagimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.50Istilah yang sering dipakai, pengukuran, penilai, dan evaluasi.Ketiga istilah imi memiliki pengertian yang berbeda.Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan dasar ukuran tertentu. Penilaian berarti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh sebagainya.Adapun evaluasi adalah mencakup dua kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk menentukan nilai dari suatu yang sedang dinilai itu, dilakukan pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian dan pengujian inilah yang disebut dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.51

f. Bentuk Evaluasi

Adapun bentuk atau teknik evaluasi secara umum menurut Sudjiono yang sering dipergunakan dalam dunia pendidikan meliputi:Teknik tes adalah cara yang dipergunakan untuk prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas

50Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada, 2009),h.1

51Ibid,h.4-5

(50)

sehingga dapat diketahui atau dinilai tingkah laku dari subjek yang dinilai (testee).

Beberapa jenis tes yang umumnya dikenal di dunia pendidikan antara lain:

1) Berdasarkan Fungsinya

Tes seleksi, yaitu tes yang berfungsi untuk memilih atau menyelesaikan testee yang berhak mengikuti suatu program pendidikan.Dalam praktiknya, tes seleksi ini umumnya ditentukan terlebih dahulu standar nilai minimum yang harus dicapai oleh testee sehingga bisa dianggap lulus.

a) Tes awal (pretees), yaitu tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan. Jadi tes yang diberikan sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan

b) Tes akhir (posttest), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua materi yang telah di ajarkan dapat diketahui dengan baik oleh peserta didik. Jadi ini merupakan kebalikan dari tes awal dan dilaksanakan setelah pembelajaran.

c) Tes diagnostic, yaitu tes yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan tingkat kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik d) Tes formatif, yaitu tes hasil belajar yang bertujuan untuk

mengetahui sudah sejauh mana peserta didik telah terbentuk

(51)

setelah mereka mengikuti pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah disusun atau belum.

e) Tes sumatif, yaitu tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah beberapa program pembelajaran dilaksanakan.

2) Berdasarkan aspek psikis yang diungk tes terdiri dari:

a) Tes intelegensi (intelegency test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan atau mengetahui tingkat kesadaran seseorang

b) Tes kemampua (aplitude test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki peserta didik

c) Tes sikap (attitude test), yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkapkan predisposisi atau kecendrungan seseorang untuk melaksanakan sesuatu tertentu.

d) Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakain dan lain sebagainya.

e) Tes hasil belajar (achieventment test), yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar peserta didik.

(52)

3) Berdasarkan respon yang diinginkan

a) Verbal tes, yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.

b) Nonverbal tes, yaitu tes yang menghendaki respon atau jawaban berupa tindakan atau tingkah laku dari peserta didik (testee).

Teknik non tes, Yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis, melakukan wawancara, menyebarkan angket dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.52

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi data bersifat

52Wina Sanjana,Strategi Pembelajaran,(Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2006), h.240

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terjadi pada informan dua dan tiga , ketika anak tersebut mengalami cacat tubuh dan anak terlalu bergantung pada orang dewasa (Solihin, 2004). Hal ini di dukung

Metode tersebut bisa membangkitkan keinginan para anak-anak untuk melakukan sesuatu yang baik bagi dirinya dan orang lain sebagaimana yang dijelaskan oleh Marzuki, “metode reward adalah