• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Alat untuk Efektivitas Pengisian Antiscale di PT. PJB Gresik Berdasarkan Analisis Postur Kerja Menggunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rancangan Alat untuk Efektivitas Pengisian Antiscale di PT. PJB Gresik Berdasarkan Analisis Postur Kerja Menggunakan "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Alat untuk Efektivitas Pengisian Antiscale di PT. PJB Gresik Berdasarkan Analisis Postur Kerja Menggunakan

Metode Rapid Entire Body Assessment

Muhammad Iqbal Ash Shidiq1*, Deny Andesta2, Yanuar Pandu Negoro3

1,2Prodi Teknik Industri, Fak. Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik

JL. Kampar No 66 Randuagung Setingi, Kec. Kebomas, Kab. Gresik, Prov. Jawa Timur, Indonesia

*Koresponden email: Iqbalash09@gmail.com

Diterima: 7 Juli 2022 Disetujui: 19 Juli 2022

Abstract:

PT PJB is the largest electricity producer on the islands of Java and Bali. Chemicals are needed to expedite the production system and also the durability of the tools used. Antiscale is one that is used in PJB's external water treatment system, namely the Desalination Plant unit. Filling of chemicals into the tank through a manual system carried out by experts. The load is quite heavy and the distance is quite far making workers feel tired quickly. This study aims to determine the working posture conditions on the job of filling antiscale chemicals at PT. PJB UP Gresik. The method used in this study is using the REBA method. The results of data processing and analysis indicate that the working posture conditions in the activity of filling antiscale chemicals into the tank are less ergonomic. The average final score points to 11, which means it has a very high level of risk and action needs to be taken now. Actions that need to be taken to reduce the risk of work accidents are by modifying the line on the Desalination Plant unit so that chemicals can be directly transferred into the tank using a pump. Of course, by considering the aspect of cost and equipment procurement.

Keywords : Gresik, chemicals, work posture, REBA, ergonomic

Abstrak:

PT PJB merupakan perusahaan produsen listrik terbesar dipulau Jawa dan Bali. Dibutuhkan bahan kimia untuk memperlancar sistem produksi dan juga ketahanan alat yang digunakan. Antiscale merupakan salah satu yang digunakan pada sistem pengolahan air eksternal PJB yaitu unit Desalination Plant. Pengisian bahan kimia ke dalam tangki melalui sistem manual yang dilakukan oleh tenaga ahli. Beban yang cukup berat dan jarak yang lumayan jauh membuat pekerja merasa cepat kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi postur kerja pada pekerjaan pengisian bahan kimia antiscale di PT. PJB UP Gresik.

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode REBA. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa kondisi postur kerja dalam kegiatan pengisian bahan kimia antiscale ke dalam tanki kurang ergonomis. Rata rata skor akhir menunjuk diangka 11 yang artinya memiliki level resiko yang sangat tinggi dan perlu dilakukan tindakan sekarang juga. Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja yakni dengan melakukan modifikasi line pada unit Desalination Plant sehingga bahan kimia dapat langsung ditransfer ke dalam tangki menggunakan pompa. Tentunya dengan mempertimbangkan aspek biaya dan pengadaan alat.

Kata Kunci : Gresik, bahan kimia, postur kerja, REBA, ergonomis

1. Pendahuluan

Dalam melakukan pekerjaan tentunya unsur ergonomi menjadi satu perhatian penting. Menurut ref.

[1], ergonomi merupakan salah satu bidang ilmu yang menggunakan informasi tentang atribut, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk menyusun sistem kerja. Ini dapat membolehkan orang untuk hidup dan melakukan pekerjaan dalam sistem yang tertata. Intinya bisa menggapai tujuan agar dapat bekerja dengan efektif. Dapat melakukan analisis postur kerja untuk memahami kondisi kerja. Salah satunya menggunakan metode REBA. Menurut ref. [2] Metode REBA dalam ergonomi berfungsi untuk memberikan skor dengan cepat pada postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki pekerja. REBA lebih umum digunakan karena menjumlahkan dari sistem baru dalam analisis yang mencakup faktor dinamis dan statis berupa interaksi beban untuk beban individu, serta konsep baru terkait dengan pertimbangan yang disebut

"The Gravity Attended" untuk memprioritaskan posisi paling senior.

Postur kerja merupakan poin vital ketika menganalisis kinerja kerja. Jika posisi kerja operator benar dan ergonomis, maka operator pasti akan mendapat hasil yang baik. Tetapi, jika postur kerja seorang

(2)

pekerja tidak ergonomis, kemungkinan besar pekerja akan cepat letih. Jika operator cepat letih, maka pekerjaan yang dilakukan tidak dapat terselesaikan semua dan akan terbengkalai [3].

PT PJB merupakan perusahaan produsen listrik terbesar dipulau Jawa dan bali. Perusahaan BUMN sekelas PJB tentunya sangat memperhatikan sistem produksi dan juga ketahanan alat yang digunakan.

Untuk itu dibutuhkan alat bantu untuk memperlancar sistem produksi juga untuk merawat peralatan yang digunakan. Alat bantu tersebut yaitu bahan kimia. Pada PT PJB UP Gresik banyak menggunakan bahan kimia untuk proses produksi dan juga untuk memproteksi peralatan yang digunakan. Ada beberapa macam bahan kimia yang dipakai dalam proses produksi diantaranya; Hidrasine, Phosphate, Anti Scale, Kurilex, Polycrin dan masih banyak lagi. Bahan kimia tersebut nantinya akan diinjeksikan oleh operator ke beberapa titik yang telah ditentukan sesuai dengan Instruksi Kerja (IK) yang berlaku

Beban kerja yang dirasa cukup berat saat mengisi bahan kimia yaitu pada Desalination Plant. Bahan kimia yang digunakan pada unit ini adalah KC dan Antispumin. Gambar 1 merupakan alur pekerjaan pengisian bahan kimia antiscale di PT PJB UP Gresik.

Gambar 1. Alur pengisian antiscale

Jumlah pengisian bahan kimia KC dan antispumin pada unit Desalination Plant yaitu 12 L KC : 1.5 L antispumin dalam 100 level air. Kapasitas tangki injeksi yaitu 1000. Pengisian dilakukan ketika level tanki mencapai 500. Sehingga total jumlah bahan kimia yang diisikan yaitu sebanyak 60 L KC : 7.5 L antispumin. Jika dikonversikan pada satuan berat, beban yang harus diangkat seorang pekerja yaitu sebesar 40 kg untuk satu kali pengisian. Beban tersebut tentunya cukup berat jika diangkat oleh seorang pekerja.

Terlebih ditambah dengan jarak yang diangkat lumayan jauh dengan tempat penyimpanan bahan kimia sementara. Cara pengisiannya yaitu mengambil KC dan antispumin dari drum penyimpanan dengan menggunakan bantuan pompa tangan, kemudian dipindahkan pada ember yang telah disediakan dengan takaran 10 L kemudian dibawa ke tangki injeksi pada tiap unit Desalination Plant. Pada PT PJB UP Gresik Terdapat 3 unit Desalination Plant sedangkan untuk tempat penyimpanan bahan kimia sementara berada pada plant 2 yang terletak diantara plant 1 dan 3. Jarak jika akan mengisi ke desal 1 dan 3 cukup jauh yakni 10 meter dari tempat penyiapan bahan kimia.

(3)

2. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam studi kasus kali ini yaitu pendekatan kuantitatif menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Berikut alur dalam penelitian ini :

a. Identifikasi masalah

Mengidentifikasi masalah yang ada. Penelitian ini berfokus pada kegiatan pengisian bahan kimia antiscale ke dalam tanki pada unit Desalination Plant PT PJB UP Gresik.

b. Studi literatur

c. Pada tahap ini adalah pengumpulan studi literatur sebagai bahan referensi. Informasi studi literatur diambil dari buku serta jurnal penelitian yang tujuannya agar dapat membantu menyelesaikan laporan penelitian.

d. Penentuan metode

Untuk menyelesaikan masalah pada penelitian ini menerapkan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

e. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kali ini yakni:

• Data sikap kerja

Melakukan pengambilan gambar melalui HP terhadap 4 orang operator laboratorium pada saat pengisian antiscale ke dalam tangki injeksi di unit Desalination Plant PT PJB UP Gresik.

• Instruksi Kerja (IK) pengisian bahan kimia ke tangki

Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan kimia KC dan antispumin.

f. Pengolahan data

Pada tahap ini data sikap kerja diolah dengan melakukan pengukuran sudut yang dibutuhkan dengan menggunakan aplikasi imagemeter.

g. Analisis data

Analisis data meliputi :

• Analisis Tabel A

• Analisis Tabel B

• Analisis Tabel C

• Pengkategorian Skor REBA h. Perancangan alat bantu kerja

Setelah mendapatkan skor REBA dan didapatkan hasil level risiko pada studi kasus ini, dilakukan perancangan alat bantu kerja sebagai bentuk efektivitas kerja. Rancangan alat digambar menggunakan software Autocad.

i. Kesimpulan

Setelah proses analisa data selesai, kemudian membuat kesimpulan dari langkah-langkah pengerjaan secara keseluruhan dan juga hasil dari analisa yang telah dilakukan dalam tahapan sebelumnya.

3. Hasil dan Pembahasan

Data sikap kerja yang diperoleh melalui dokumentasi akan diolah dengan mengukur sudut yang dibutuhkan untuk analisis data dengan menggunakan aplikasi imagemeter. Berikut data sikap kerja pada kegiatan pengisian bahan kimia antiscale ke dalam tangki disajikan pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Data sikap kerja

No Foto

Kegiatan

Grup Grup B

Trunk Neck Legs Upper

Arm

Lower

Arm Wrist

1.

Menakar 8o 35o

miring

Kaki Tertopang,

tersebar merata 169o

153o 26o 0o berputar

2.

Membawa Tegak 15o

Kaki Tertopang,

tersebar merata 150o

186o 10o 0o berputar

3.

Mengangkat 73o 56o miring

Kaki Tertopang,

tersebar merata 162o

156o 77o 0o berputar

(5)

No Foto

Kegiatan

Grup Grup B

Trunk Neck Legs Upper

Arm

Lower

Arm Wrist

4.

Menuang

14o memut

ar

28o miring

Kaki Tertopang,

tersebar merata 177o

163o bahu ditingg

ikan

64o 0o berputar

Sumber: Data penelitian (2022)

Dari data sikap kerja pada Tabel 1 dilakukan analisis data menggunakan Metode REBA. Analisis data meliputi analisis tabel A, analisis tabel B, analisis tabel C, dan pengkategorian skor REBA. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menjelaskan cara menghitung REBA dengan data sikap kerja pada kegiatan nomor 3 yaitu mengangkat bahan kimia. Berikut merupakan cara menghitung skor REBA.

a. Analisis Tabel A

• Trunk

Tabel 1. Skor Trunk Sudut

Pergerakan

Score Skor Tambahan Tegak 1 +1 Jika tubuh

memutar atau miring ke

samping 0 - 20 2

20 - 60 3

> 60 4

Sumber: Data diolah (2022)

Dari data sikap kerja, batang tubuh memiliki kemiringan 73o sehingga :

Skor = 4

Skor tambahan = +1 (memutar kesamping) Total skor trunk = 5

• Neck

Tabel 2. Skor Neck Sudut

Pergerakan

Score Skor

Tambahan

Tegak 1 +1 Jika leher

berputar atau miring kesamping

> 20 flexion extension

2

Sumber: Data diolah (2022)

Dapat dilihat bahwa pergerakan leher dalam keadaan menekuk dengan sudut 56o dan kemudian berputar ke samping ke arah tangki. sehingga :

Skor = 2

Skor tambahan = +1 (memutar kesamping)

Total skor = 3

• Legs

Tabel 3. Skor Legs

Sudut Pergerakan Score Skor Tambahan Kaki tertumpu, beban

tersebar menyeluruh, jalan atau duduk

1 +1 Jika lutut antara 30o dan

60o flexion

(6)

Sudut Pergerakan Score Skor Tambahan Kaki tidak tertumpu beban

tidak tersebar menyeluruh / postur tidak stabil

2 +2 jika lutut

>60o flexion (tidak ketika

duduk Sumber: Data diolah (2022)

Gerakan kaki tertumpu dengan beban tersebar menyeluruh ke seluruh kaki dengan sudut lutut sebesar 162o sehingga :

Skor = 1

Skor tambahan = +2 (>60o)

Total skor = 3

Setelah dilakukan perhitungan maka dibawah ini merupakan skor tabel A dengan memasukkan skor trunk, neck dan legs pada Tabel 5.

Tabel 4. Skor Tabel A

Sumber: Data diolah (2022)

Cara pemberian skor tabel A yaitu dengan cara melihat garis perpotongan antara skor trunk, neck dan legs. Terlihat pada tabel garis perpotongannya bertemu diangka 9. Selain itu karena beban yang diangkat melebihi 10 Kg maka akan dikenakan nilai pembebanan.

Tabel 5. Nilai Pembebanan Tabel A Nilai

Pembebanan

beban Perubahan skor 0 < 5 Kg +1 Jika terjadi beban kejuta

saat bekerja

1 5 - 10

Kg

2 > 10

Kg

Sumber: Data diolah (2022) Jadi total skor tabel A yaitu :

Skor tabel A + nilai pembebanan 9 + 2 = 11

b. Analisis Tabel B

• Upper Arm

Tabel 6. Skor Upper Arm

Sudut Pergerakan Score Skor Tambahan 20o extension

sampai 20o flexion

1 +1 Jika keadaan lengan:

-abduted -rotated

>20oextension 20o - 45o flexion

2 +1Jika bahu ditinggikan 45o ± 90o flexion 3

(7)

Sudut Pergerakan Score Skor Tambahan

>90o flexion

4

-1 jika menyandar, beban lengan ditumpu atau

sesuai gravitasi Sumber: Data diolah (2022)

Dapat dilihat bahwa sudut pergerakan lengan atas yakni 156o serta pada pekerjaan ini bahu akan ditinggikan ke arah tanki. Sehingga:

Skor = 4

Skor tambahan = 0

Total skor = 4

• Lower Arm

Tabel 7. Skor Lower Arm Sudut Pergerakan Score 60o - 100o flexion 1

<60o flexion

>100o flexion

2 Sumber: Data diolah (2022)

Dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah yakni 77o sehingga:

Skor = 1

• Wrist

Tabel 8. Skor Wrist

Sudut Pergerakan Score Skor Tambahan 0o- 15o 1 +1 jika pergelangan

tangan membelok atau berputar flexion/extension

>15o flexsion/extension

2

Sumber: Data diolah (2022)

Diketahui sudut pergelangan tangan terhadap lengan bawah yakni 0o sehingga:

Skor = 1

Skor tambahan = +1 (berputar)

Total skor = 2

Setelah dilakukan perhitungan maka dibawah ini merupakan skor tabel A dengan memasukkan skor upper arm, lower arm dan wrist pada tabel. Terlihat pada tabel garis perpotongannya bertemu diangka 5.

Tabel 9. Skor Tabel B

Sumber: Data diolah (2022)

Seperti pada Tabel A, untuk penentuan skor Tabel B juga ada nilai coupling atau pembebanan. Nilai pembebanan meliputi kondisi pegangan yang dipegang oleh tangan. Pada kasus ini kondisi pegangan dalam kondisi baik (pegangan mudah untuk digenggam).

(8)

Tabel 10. Nilai Pembebanan Tabel B Nilai

Pembebanan

penilaian genggaman

0 Keadaan baik (pegangan mudah digenggam) 1 Cukup baik (pegangan cukup bagus, tapi tidak

proporsional)

2 Kurang baik (pegangan tidak baik meskipun dapat digenggam)

3 Tidak ada pegangan atau tidak aman Sumber: Data diolah (2022)

Jadi total skor tabel B yaitu : Skor tabel B + nilai pembebanan 5 + 0 = 5

Berikut merupakan data hasil perhitungan analisis Tabel A dan B kepada 4 kegiatan saat pengisian bahan kimia antiscale ke dalam tangki injeksi :

Tabel 11. Data Tabel A dan B Helper Laboratorium

No. Kegiatan Grup A Hasil Grup B Hasil

Trunk Neck Legs Upper Lower Wrist

1. Menakar 2 2+1 1+2 6 4 2 1+1 6

2. Membawa 1 2 1+2 5 4 2 1+1 6

3. Mengangkat 4+1 2+1 1+2 11 4 1 1+1 5

4. Menuang 2+1 2+1 1+2 9 4+1 1 1+1 7

Sumber: Data diolah (2022) c. Analisis Tabel C

Tabel 12. Skor Table C

Sumber: Data diolah (2022)

Untuk mendapatkan skor Tabel C atau skor akhir REBA harus menggunakan skor Tabel A dan B yang kemudian ditarik garis lurus sehingga bertemu dititik perpotongannya. Sehingga skor akhir postur kerja untuk pengisian antiscale ke dalam tangki menggunakan metode REBA yaitu 12. Skor ini nantinya akan dikategorikan berdasarkan level risiko yang dimiliki.

d. Pengkategorian Skor REBA

(9)

Tabel 13. Pengkategorian Skor REBA Skor Level Risiko Level

Tindakan

Tindakan Selanjutnya

1 dapat

diabaikan

0 tidak perlu aksi

2 – 3 rendah 1 mungkin perlu aksi

4 – 7 sedang 2 perlu aksi

8 – 10 tinggi 3 perlu aksi secepatnya

11 - 15 sangat tinggi 4 perlu tindakan sekarang juga Sumber: Data diolah (2022)

Setelah didapatkan skor REBA maka langkah terakhir yang dilakukan yaitu mengkategorikan skor tersebut ke dalam beberapa level dari 0 sampai ke 4. Semakin tinggi kategori skor REBA maka semakin cepat harus dilakukan tindakan dengan tujuan dapat mengurangi beban kerja yang diterima oleh pekerja serta dapat mempermudah pekerjaan.

Skor REBA pada kasus ini yaitu 12 sehingga masuk dalam risiko nomor 4. Artinya risiko pekerjaan tersebut sangat tinggi dan perlu dilakukan tindakan sekarang juga. Tabel 15 merupakan data hasil perhitungan REBA beserta pengkategorian skor, level tindakan, serta aksi yang harus dilakukan :

Tabel 14. Hasil Akhir Perhitungan REBA

No. Kegiatan Skor Level

Tindakan

Skor REBA

Aksi

A B C

1. Menakar 6 6 8 3 8 perlu tindakan

secepatnya

2. Membawa 5 6 7 2 7 perlu tindakan

3. Mengangkat 11 5 11 4 11 perlu tindakan sekarang juga

4. Menuang 9 7 11 4 11 perlu tindakan

sekarang juga Sumber: Data diolah (2022)

Untuk merealisasikan hasil perhitungan postur kerja menggunakan metode REBA maka peneliti membuat rancangan alat bantu kerja. Tujuannya untuk efektivitas pekerjaan serta mengurangi beban kerja yang diterima oleh pekerja. Gambar 2 merupakan rancangan alat bantu kerjanya :

Gambar 2 merupakan rancangan yang dibuat peneliti untuk mempermudah pekerjaan pengisian bahan kimia ke tangki injeksi. Untuk pekerjaan pada unit Desalination Plant bahan kimia yang digunakan adalah KC dan antispumin. Bahan kimia ini berbentuk cairan. KC berfungsi untuk menghilangkan kerak yang ada dalam pipa-pipa brine heater. Kerak dihilangkan supaya pipa-pipa brine heater tidak terjadi proses korosi juga agar menjaga kondisi air pada suhu tertentu karena kerak dapat menurunkan kapasitas pertukaran panas [4].

Melihat pentingnya bahan kimia dalam proses operasi terutama pada Desalination Plant, maka pekerjaan pengisian bahan kimia ini harus lebih diperhatikan jangan sampai telat dalam melakukan pengisian. Keselamatan pekerja juga menjadi fokus utama dalam membuat rancangan alat bantu kerja ini.

(10)

Cara kerja rancangan alat tersebut yaitu dimulai dari bahan kimia (KC dan antispumin) yang berada pada nomor 3 dipompa melalui pompa bahan kimia menuju tangki chemical melewati line penghubung.

Tangki chemical berfungsi menampung sementara bahan kimia yang nantinya akan diisikan ke dalam tangki injeksi. Tangki chemical ini memiliki level pada bagian samping untuk mengetahui sisa bahan kimia yang ada dalam tangki chemical serta juga berfungsi sebagai takaran pelarutan dalam tangki injeksi.

Perbandingan KC dan antispumin untuk pengisian tanki injeksi yaitu 12 L : 1.5 L dalam 100 level tangki.

Kapasitas tangki injeksi yaitu 1000 L. Pengisian dilakukan ketika level tangki 500. Jadi bahan kimia yang diperlukan yaitu 60 L KC dan 7.5 L antispumin kemudian dilarutkan dengan air hingga level 1000. Untuk mengisi bahan kimia dari tangki chemical ke tangki injeksi operator hanya perlu membuka valve yang ada antara tangki chemical dan tangki injeksi. Tidak perlu lagi memompa secara manual dengan tangan kemudian ditaruh ember untuk dimasukkan ke dalam tangki secara langsung.

4. Kesimpulan

Berlandaskan data hasil perhitungan skor REBA terkait pekerjaan pengisian bahan kimia antiscale ke dalam tangki, rata-rata hasil skor reba mempunyai risiko yang tinggi dan perlu dilakukan Tindakan sekarang juga. Oleh karena itu untuk merealisasikan hasil perhitungan postur kerja menggunakan metode REBA maka peneliti membuat rancangan alat bantu kerja. Dengan tujuan untuk efektivitas pekerjaan serta mengurangi beban kerja yang diterima oleh pekerja.. Tetapi disamping itu tentunya akan ada anggaran tambahan yang harus dikeluarkan untuk merealisasikan rancangan alat tersebut, perusahaan harus memodifikasi line pada sekitar tangki agar dapat memasang pompa dan tangki chemical serta juga harus mengeluarkan cost lebih untuk pengadaan pompa dan juga listrik yang digunakan.

5. Referensi

[1] R. Ginting, Perancangan Produk, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

[2] B. Wisanggeni, 2010. [Online]. Available:

https://bambangwisanggeni.wordpress.com/2010/03/02/reba-rapid-entire-bodyassessment/. [Diakses 30 Mei 2022].

[3] W. Susihono dan W. Prasetyo, “Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Dengan Pendekatan Metode OWAS(Studi kasus di UD. Rizki Ragil Jaya – Kota Cilegon),” Spektrum Industri, vol. 10, pp. 1-107, 2012.

[4] A. B. Nasution, Semaoen dan L. Semesta, Mudah Memahami Proses Kimia Fluida Air Pada Unit Pembangkit Thermal Pengalaman Dari Gresik, Jakarta: Lintang Pancar Semesta, 2010.

[5] A. Setiorini, S. Musyarofah, M. dan B. Widjasena, “Analisis Postur Kerja Dengan Metode Reba Dan Gambaran Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders (MSDS) (Pada Pekerja Sentra Industri Tas Kendal Tahun 2017),” Jurnal Kesehatan, Februari 2019.

[6] Tarwaka, Dasar - Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja, Surakarta: Harapan Press, 2010.

[7] M. Imron, “Analisis Tingkat Ergonomi Postur Kerja Karyawan Di Laboratorium Kcp Pt. Steelindo Wahana Perkasa Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment (Rula), Rapid Entire Body Assessment (Reba) Dan Ovako Working Posture Analisys (OWAS),” JITMI, vol. 02, 2019.

[8] L. Susanti, H. Zadry dan B. Yuliandra, “Pengantar Ergonomi Industri,” Journal Of Physics A Mathematical and Theoretical, vol. 44, no. 8, 2015.

[9] F. Sulaiman dan Y. Purnama Sari, “Analisis Postur Kerja Pekerja Proses Pengesahan Batu Akik Menggunakan Metode Reba,” Journal Teknovasi, vol. 01, pp. 16-25, 2016.

[10] Evita dan E. Sarvia, “Perbaikan Postur Kerja pada Operator Stasiun Two for One Bawah Menggunakan Metode REBA,” Jurnal Sains, Teknologi Dan Industri, vol. 2, no. 14, pp. 199-208, 2017.

[11] A. Guide, “A Step by Step Rapid Entire Body Assessment (REBA),” Applied Ergonomic, pp. 1-12, 2015.

[12] D. Andianingsari, D. Putri dan Z. Akbar, “Pengukuran Ergonomi Metode REBA pada Bagian Palleting di PT XYZ,” Journal of Industrial Management and Technology, vol. 2, Juli 2021.

[13] F. Kurnia dan M. Sobirin, “Analisis Tingkat Kualitas Postur Pengemudi Becak Menggunakan Metode RULA dan REBA,” Jurnal Engine : Energi, Manufaktur dan Material, vol. 4, pp. 01-05, 2020.

(11)

[14] Y. P. Sari dan F. Sulaiman, “Analisis Postur Kerja Pekerja Proses Pengesahan Batu Akik Menggunakan Metode Reba,” Jurnal Teknovasi, vol. 03, pp. 16-25, 2016.

[15] R. F. Nur, E. R. Lestari dan S. A. Mustaniroh, “Analisis Postur Kerja pada Stasiun Pemanenan Tebu dengan Metode OWAS dan REBA, Studi Kasus di PG Kebon Agung, Malang,” Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, vol. 5, pp. 39-45, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sample dengan menggunakan 5 perusahaan untuk memperoleh data profitabilitas, inflasi, dan suku bunga masing-masing dari