• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI JINN DAN AL-INS DALAM AL-QUR’AN (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RELASI JINN DAN AL-INS DALAM AL-QUR’AN (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Al-Qur'an sering menyebut kata jin dan al-ins sebagai bentuk ciptaan Tuhan yang berbeda. Penafsiran tentang jin (jin) misalnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an adalah para pekerja yang mengabdi pada kerajaan Sulaiman dalam membantu pembangunan gedung-gedung tinggi dan menyelam untuk mengambil mutiara. Lebih jauh lagi, penyebutan jin dalam Al-Qur'an sering disamakan dengan al-ini (manusia) yang diyakini masyarakat kita berbeda unsur dan bentuknya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba memecahkan masalah tersebut dengan mempelajari secara mendasar kata jin dan al-ins dalam Al-Quran kemudian menghubungkan keduanya. Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan teori semantik Toshihiko Izutsu dengan mulai mencari makna dasar dan makna relasional sebagai dasar untuk menemukan welthansauung atau pandangan dunia kata jin dan al-ins dalam Al-Qur'an. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hal yang dapat disimpulkan bahwa kata jin dalam Al-Qur'an mempunyai makna tertutup, sama dengan kata dasar dalam majnūn (pikiran tertutup/gila), jannah ( surga/surga yang ditutupi rerimbunan pepohonan) dan janīn (bayi janin/tertutup dalam kandungan).

Adapun arti dasar dari kata al-ins sama dengan insān, basyar, Bani Adam, 'Abd Allah, bahkan al-ins sebagai kata yang mewakili manusia dalam Al-Qur'an dapat diartikan sebagai setan seperti dalam Surat. an -nas yang mengatakan bahwa setan berasal dari jin dan manusia. Pembahasan pandangan dunia, hubungan ontologis dan komunikatif antara jin dan al-in dalam Al-Qur'an. Namun ada kelebihan manusia dibandingkan jin dan makhluk lainnya yang telah diwahyukan dalam Al-Qur'an.

ىعسي

يمرك

ضورف

VokalRangkap fathah + ya' mati

لوق

متنأأ تدع أ

تمركش نئل

Kata SandangAlif + Lam

نأرقلا سايقلا

ءامسلا سمشلا

Penulisan Kata-Kata dalamRangkaianKalimat

ضورفلا يوذ ةنسلا لهأ

Latar Belakang

Kepercayaan kepada makhluk ghaib dan peranannya dalam kehidupan manusia khususnya dalam kalangan umat Islam tidak boleh dipisahkan daripada al-Quran. Kitab suci al-Quran sering menyebut nama-nama makhluk ghaib seperti malaikat, roh, jin, Iblis dan Syaitan dalam bacaannya. Sebutan makhluk ghaib dalam al-Quran sering disebut dalam ayat-ayat zaman Mekah.

Manusia bisa secara spontan menyadari takdirnya, dengan kata lain, mereka menjalankan perannya secara sadar dan dengan kehendak bebasnya.1 Namun bagaimana dengan peran makhluk gaib, karena mereka banyak disebutkan dalam Al-Qur'an? Secara umum Al-Qur'an membagi alam menjadi dua yaitu alam syahadat dan alam ghaib (Qs. Al-Qur'an sering menyebut kata jin dan al-ins sebagai makhluk Allah yang mempunyai wujud yang berbeda-beda.

Jin merupakan makhluk yang kurang lebih setara dengan manusia (al-ins), karena Al-Quran sangat sering mengungkapkannya bersamaan dengan manusia. Rahman cenderung mengartikannya secara spiritual, dimana asalnya dari api. Menarik untuk disimak pernyataan dalam Al-Qur'an bahwa jin tidak akan pernah lagi mendengarkan pembicaraan di Majelis Tinggi Surga, menggunakan istilah Fazlur Rahman3, meskipun mereka telah berusaha mencapai Surga. Belum lagi perbedaan makna yang melekat pada ketiga nama makhluk di atas sebelum diturunkannya Al-Qur'an.

Pendekatan semantik terhadap Al-Qur'an ini merujuk pada konsep semantik Toshihiko Izutsu, seorang ilmuwan besar asal Jepang. Pendekatan semantik terhadap Al-Qur'an ini juga digunakan oleh Izutsu4 untuk mengkaji kata Allah dan Manusia dalam Al-Qur'an serta hubungan antara kedua kata tersebut. Permulaan pertama Izutsu adalah menyelidiki 'makna mendasar' dan 'makna relasional' dari dua kata ini dalam Al-Qur'an.

Kemudian, setelah diturunkan, kita menemukan pandangan dunia Al-Qur'an yang muncul terkait kedua kata tersebut. Metode inilah yang akan peneliti gunakan untuk mengungkap kata jin dan manusia dalam Al-Qur'an.

Rumusan Masalah

Dari prolog yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengkaji bagaimana menemukan makna dan hubungan sebenarnya antara jin dan manusia. Dengan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu, kami berharap dapat mengungkap dasar atau akar kata jin dan al-ins. Hal ini selaras dengan Izutsu sendiri saat dia menggunakan pendekatan ini dalam eksplorasi kata Tuhan dan Manusia.

Bagaimana pandangan dunia, hubungan ontologis dan komunikatif antara jin dan al-in dalam Al-Qur'an.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Pertama, buku yang ditulis sendiri oleh Toshihiko Izutsu berjudul Hubungan Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur'an. Buku ini merupakan cikal bakal lahirnya teori semantik Toshihiko Izutsu dan menjadi sumber utama penelitian ini. Buku ini tidak jauh berbeda dengan buku sebelumnya, yaitu kajian dengan menggunakan analisis semantik berdasarkan Al-Qur'an.

Ketiga, buku karya Murtadha Muthahari yang berjudul Pandangan Al-Qur'an Tentang Manusia dan Agama. Minimnya kajian semantik dalam buku ini tidak menemukan dan menimbulkan pandangan dunia terhadap Al-Qur'an pada masyarakat. Keempat, tesis diploma Lia Afiani, mahasiswa pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan judul Ummah dalam Al-Qur'an, Pendekatan Semantik.

Tesis ini menjelaskan maksud asas perkataan Ummah dalam al-Quran menggunakan analisis semantik Izustu. Kelima, tesis Fauzan Azima, pelajar pascasiswazah UIN Sunan Kalijaga bertajuk Azab Dalam Al-Qur'an, Pengajian Semantik. Kajian ini hanya pada perkataan Azab yang terdapat di dalam al-Quran, sama seperti yang dikaji oleh Lia Afiani, yang memfokuskan kepada objek material walaupun sesuatu perkataan dengan analisis yang sama.

Dalam kitab ini terdapat penjelasan mengenai pengaruh kisah Israiliat terhadap makna dasar yang diungkapkan sebagian ulama mengenai hubungan manusia dan jin. Di dalamnya ia menjelaskan tentang manusia dalam Al-Qur'an melalui analisis heurmeneutik Amin al-Khuli. Kedelapan, tesis yang ditulis Supriyatmoko berjudul Hubungan Manusia dengan Alam dalam Perspektif Al-Qur'an.

Tesis ini menjelaskan makna manusia dan hubungannya dengan alam dalam Al-Qur'an dengan menggunakan pendekatan filosofis. Penjelasannya cukup detail mengungkap makna manusia dalam Al-Qur'an dan hubungannya dengan alam.

Landasan Teori

Menerapkan metode semantik pada Al-Quran berarti kita berusaha mengungkap pandangan dunia Al-Quran melalui analisis semantik atau konseptual terhadap materi-materi dalam Al-Quran itu sendiri, yaitu kosa kata atau istilah-istilah penting yang banyak digunakan dalam Al-Quran. -Quran.7. Salah satu cara paling sederhana adalah menafsirkan kata-kata yang sama dalam bahasa itu sendiri. Lebih jauh lagi, sebelum Izutsu mengembangkan metode semantiknya untuk memahami makna Al-Qur'an, ia memposisikan Al-Qur'an sebagai teks atau catatan Arab yang otentik, dan mengabaikannya sebagai wahyu ilahi.

Hal ini untuk menjamin makna kosakata dapat dijauhkan dari bias atau persepsi ideologis yang dapat mempengaruhi proses otentik makna istilah-istilah yang berasal dari Al-Qur'an itu sendiri, serta agar Al-Qur'an dapat dipahami. dan mempelajari secara menyeluruh .ilmiah siapa pun.9. Menurut Izutsu, kategori semantik dalam sebuah kata biasanya sangat dipengaruhi oleh kata-kata tetangganya, termasuk kata-kata yang berada dalam bidang makna yang sama. Jika frekuensi penggunaan suatu kata berhadapan dengan lawan kata, maka kata tersebut secara semantik harus memperoleh nilai semantiknya dari kombinasi spesifiknya.

Jika kita berhadapan dengan kata syākir (orang yang bersyukur), kafir berarti mengingkari nikmat Allah. Namun jika kafir dalam sebuah kalimat merupakan kebalikan dari kata mu'min, maka makna yang ditimbulkannya mengarah pada kekafiran teologis atau pengingkaran terhadap keesaan Tuhan.10. Pada langkah ini, Izutsu mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri bagaimana Al-Qur'an menggunakan sebuah kata dan bagaimana kata tersebut berhubungan dengan kata lain.

Meskipun diturunkan dalam bahasa Arab, namun konsep-konsep yang terkandung dalam Al-Qur’an menimbulkan pandangan dunia yang berbeda dengan pandangan dunia Arab Jahiliyyah. Dengan analisis semantik, hubungan kosakata dengan konsep-konsep yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut seringkali menimbulkan makna-makna baru yang berbeda dengan makna-makna orang Arab Jahiliyyah. Dalam metode analisis semantiknya, Izutsu mencoba menjadikan Al-Qur'an menafsirkan konsepnya sendiri dan berbicara sendiri dengan mengeksplorasi data yang berasal dari Al-Qur'an.12.

Jadi pada fase pertama, yaitu pada masa pra-Islam, kita mempunyai tiga sistem kata yang berbeda dengan tiga pandangan dunia yang mendasarinya. Pertama, kosakata yang berasal dari masyarakat Baduwi murni ini mewakili weltanschauung Arab yang sangat kuno dengan karakter yang sangat nomaden.

Metode Penelitian

Ketiga, kosakata Yahudi dan Kristen, suatu sistem istilah keagamaan yang digunakan oleh orang Yahudi dan Kristen yang tinggal di negara-negara Arab.

Sistematika Pembahasan

Kesimpulan

Sedangkan kesimpulan akhir adalah pembahasan mengenai pandangan dunia, hubungan ontologis dan komunikatif antara jin dan al-in dalam Al-Qur'an. Kajian ini menjelaskan bahwa jin dan manusia sesungguhnya adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dari unsur yang berbeda. Jin dan manusia sama-sama mempunyai kewajiban mukallaf yang artinya kedua makhluk tersebut mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan syariat.

Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa manusia tidak dapat melihat jin, namun kedua makhluk tersebut dapat berkomunikasi, karena di dalam Al-Qur'an terdapat penjelasan tentang peristiwa terjadinya komunikasi tersebut, baik itu suatu kejadian, ketika jin tersebut. mengajarkan Al-Qur'an dari nabi muhammad atau peristiwa tersebut, yang dilakukan oleh masyarakat zaman dahulu adalah meminta bantuan kepada jin, bahkan ada beberapa golongan yang memuja jin. Keutamaan manusia atas jin dan makhluk lainnya juga terungkap dalam Al-Qur'an.

Saran

Mengeksplorasi kata jin dan al-ins menggunakan semantik Izutsu merupakan upaya peneliti untuk membuka pemahaman baru terhadap Al-Qur'an dalam konteks kekinian. Diharapkan kedepannya akan lebih banyak lagi penelitian mengenai Al-Qur’an dengan menggunakan semantik izutsu yang dilakukan oleh para akademisi di universitas-universitas Islam dan hasilnya dapat dikaji oleh masyarakat umum. Abdul Muin Salm, Fiqh Siyasah: Konsep Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994. Nailul Rahman, "Konsep Salam dalam Al-Qur'an dengan Pendekatan Semantik Thoshihiko Izutsu", Tesis Fakulti Ushuluddin. dalam Islamska Misel UIN Sunan Kalijaga 2016. Nasrudin Baidan, Kaedah Tafsir Al-Qur'an; Kritična študija stavkov s podobnim urejanjem, Yogyakarta: Perpustakaan Pelajar, 2002.

Sumanta, Umat dan Hirarki Ilmu Pengetahuan, Makna Komprehensif Konsep Iqra dalam Al-Qur'an, Yogyakarta; Diandra, 2014. Supriyatmoko, Hubungan Manusia dan Alam dalam Perspektif Alquran, Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga, skripsi, 2008. Toshihiku Izutsu, Hubungan Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap Al-Quran, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003.

CURRICULUM VITAE Ja’far Shodiq

Karya Ilmiah

Referensi

Dokumen terkait

Using Adobe Flash Professional CS5 (Interactive Video) To Teach Listening in Senior High School.. The techniques in teaching