• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELIGIUSITAS, AKSES MEDIA INFORMASI, DAN PENGETAHUAN WAKAF UANG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RELIGIUSITAS, AKSES MEDIA INFORMASI, DAN PENGETAHUAN WAKAF UANG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN,

RELIGIUSITAS, AKSES MEDIA INFORMASI, DAN PENGETAHUAN WAKAF UANG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG

(Studi Pada Jamaah Masjid Al-Ghifari, Masjid Muhajirin, dan Masjid Ramadan Griya Shanta Kota

Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Moh Zidni Ilman 155020500111027

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, RELIGIUSITAS, AKSES MEDIA INFORMASI, DAN PENGETAHUAN WAKAF UANG TERHADAP

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG (Studi Pada Jamaah Masjid Al-Ghifari, Masjid Muhajirin, dan Masjid

Ramadan Griya Shanta Kota Malang)

Yang disusun oleh :

Nama : Moh Zidni Ilman

NIM : 155020500111027

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30 Oktober 2019

Malang, November 2019 Dosen Pembimbing,

Dr. Drs. Iswan Noor., SE., ME

NIP. 195907101983031004

(3)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, RELIGIUSITAS, AKSES MEDIA INFORMASI, DAN PENGETAHUAN WAKAF UANG TERHADAP

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG (Studi Pada Jamaah Masjid Al-Ghifari, Masjid Muhajirin, dan Masjid

Ramadan Griya Shanta Kota Malang)

Moh Zidni Ilman

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: zidniilman703@gmail.com

ABSTRAK

Potensi wakaf uang yang besar di Indonesia berbanding terbalik dengan realisasi penghimpunan wakaf uang. Rendahnya penghimpunan wakaf uang dikarenakan beberapa hal. Perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf uang menjadi salah satu faktor kurang berkembangnya wakaf uang di Indonesia. Hal tersebut membuat persepsi masyarakat mengenai wakaf uang menjadi beragam. Ditambah lagi dengan pemahaman klasik di masyarakat yang melazimkan harta benda wakaf harus bersifat tetap (Bangunan, tanah, dll). Persepsi masyarakat terbelah menjadi dua kubu, ada yang menerima konsep wakaf uang dan adapula yang menolak wakaf uang. Perbedaan persepsi tersebut terjadi karena berbagai hal yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat pendidikan, Religiusitas, Akses Media Informasi, dan Pengetahuan Wakaf Uang terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Lokasi penelitian dilakukan di Perumahan Griya Shanta Kota Malang dengan populasi Jamaah Masjid Al-Ghifari, Masjid Muhajirin, dan Masjid Ramadan Griya Shanta. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan analisis regresi logistik dengan menggunakan program IBM SPSS 22.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Pendidikan, Religiusitas, dan Pengetahuan Wakaf Uang berpengaruh signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang, sedangkan variabel akses media informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

Kata kunci: Wakaf Uang, Persepsi masyarakat, Tingkat Pendidikan, Religiusitas, Akses Media Informasi, dan Pengetahuan Wakaf Uang

A. PENDAHULUAN

Selama sejarah Islam, wakaf telah memerankan peran yang penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Islam. Di Indonesia wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Dalam prakteknya, perwakafan di Indonesia identik dengan tanah dan bangunan, tidak dalam bentuk lain (harta bergerak) dan pengelolaannya masih terfokus pada pembangunan fisik tempat ibadah.

Di era modern saat ini, praktik perwakafan semakin berkembang dengan adanya inovasi baru yakni wakaf uang. Wakaf uang ini dipopulerkan oleh tokoh ekonomi Islam yaitu M.A. Mannan dengan membentuk suatu badan yang bernama SIBL (Social Investment Bank Limited) di Bangladesh. SIBL menginisiasi produk yang bernama Cash Waqf Certificate atau sertifikat wakaf uang yang pertama kali dalam produk perbankan. SIBL menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan harta untuk kemudian dikelola dan keuntungan dari pengelolaan tersebut didistribusikan untuk kesejahteraan masyarakat. Karena kesuksesan dalam pengelolaannya, maka banyak dikalangan muslim di berbagai negara untuk ikut serta mensukseskan wakaf uang di negaranya masing-masing begitupun dengan Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak didunia. Maka tidak heran apabila Indonesia memiliki potensi wakaf uang yang besar pula. Menurut Mustafa edwin nasution dalam BWI (2011) menghitung bahwa potensi wakaf uang di Indonesia sebesar 3 triliun pertahun.

Konsep wakaf uang mempunyai peluang untuk menciptakan investasi di bidang keagamaan, pendidikan, dan layanan sosial. Namun berdasarkan data Badan Wakaf Indonesia sebagaimana dikutip oleh Nisa (2017), bahwa sejak tahun 2011 sampai tahun 2015 realisasi penghimpunan wakaf uang di Indonesia hanya sebesar 185 miliar rupiah. Jumlah tersebut sangat bertolak belakang dari potensi wakaf uang yang sangat besar.

(4)

Di kalangan ulama klasik, hukum wakaf uang memang masih menjadi perselisihan. Perselisihan tersebut lahir karena tradisi yang lazim di masyarakat bahwa mewakafkan harta hanya berkisar pada harta tetap. Alasan lain juga karena sifat uang yang habis terpakai. Persoalan tersebut sebenarnya dapat dieliminir dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha (modal produktif) kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. Masih adanya ikhtilaf atau perbedaan pendapat ulama mengenai kebolehan wakaf uang menjadikan wakaf uang menarik untuk diteliti. Karena adanya ikhtilaf tersebut, persepsi masyarakat indonesia mengenai terpecah menjadi dua, yakni ada yang menerima konsep wakaf uang dan ada yang menolak wakaf uang.

B. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Investasi dalam Wakaf Uang

Investasi berasal dari bahasa Inggris investment dari kata dasar invest yang berarti menanam, atau istathmara dalam bahasa Arab, yang berarti menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya (Antonio, 2007). Secara umum investasi diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang dan modal serta perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Investasi merupakan kegiatan yang dianjurkan dalam pandangan Islam. Definisi Investasi menurut Islam adalah penanaman dana atau penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, baik objeknya maupun prosesnya. Adapun prinsip yariah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan ekonomi dan bisnis berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah, yakni Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN- MUI).

Pada era modern seperti sekarang ini, problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan kesejahteraan ekonomi semakin kompleks. Salah satu tujuan dari investasi yakni multiplier effect masih belum terasa bagi masyarakat. Investasi yang kebanyakan dilakukan lebih mengarah dan berputar pada kalangan investor, sehingga masyarakat secara umum tidak merasakan dampak investasi tersebut. Di tengah problem tersebut, keberadaan dana filantropi sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam Islam, dana filantropi bersumber dari zakat, infaq, dan wakaf. Pemanfaatan ketiga sumber dana filantropi tersebut sangat berdampak kepada masyarakat apabila dikelola secara kompeten dan profesional. Salah satu inovasi dari perkembangan ekonomi Islam adalah wakaf uang. Konsep wakaf uang sebenarnya memiliki kemiripan dengan konsep Investasi, yakni sama-sama menanamkan modal untuk kemudian dikelola dengan harapan menghasilkan nilai tambah atau nilai lebih.

Perbedaannya hanya terletak pada peruntukkan manfaat yang dihasilkan. Dalam teori investasi baik secara Islam maupun tidak, keuntungan dari harta yang diinvestasikan akan diterima oleh orang yang menginvestasikan. Lain halnya dengan wakaf uang, hasil keuntungan yang didapatkan dari pengelolaan dana wakaf didistribusikan kepada mauqif alaih, bisa dalam berbagai bentuk misal seperti dana pendidikan anak yatim dan banyak lainnya.

Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 pasal 48, bahwa pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk- produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah. Menurut pasal tersebut instrumen wakaf uang terdiri dari dua sektor; yakni investasi pada lembaga keuangan syariah dan instrumen syariah lainnya. selain itu investasi wakaf uang sebenarnya dapat dilakukan pada sektor riil, seperti pembiayaan usaha kecil menengah dan usaha mikro.

Dalam investasi pasti mengandung resiko, maka dari itu investasi wakaf uang baik melalui LKS, instrumen keuangan syariah maupun sektor riil harus dijaminkan keutuhannya. Karena inti dari wakaf adalah kelanggengan harta pokoknya. Apabila investasi melalui bank syariah maka dijaminkan melalui lembaga penjamin simpanan dan investasi di luar bank syariah dijaminkan melalui asuransi syariah (Jannah,2014)

Wakaf dan Wakaf Uang

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia memberikan definisi, bahwa “wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya untuk disalurkan hasilnya pada sesuatu yang mubah (tidak haram), dengan tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (misal : menjual, memberikan, atau mewariskannya). Dasar hukum wakaf dijelaskan pada

(5)

Alquran yakni pada QS. Al-Baqoroh 261-262 dan QS. Ali Imron 92. Kemudian pada hadis Nabi Muhammad SAW.

Dalam perspektif Ilmu Fiqh, wakaf wajib memenuhi empat rukun (unsur) (Usman, 2009):

a. Wakif, yakni orang yang orang yang berwakaf.

b. Mauquf bih, yakni benda yang diwakafkan.

c. Nadzir, yakni penerima wakaf.

d. ‘Aqad atau sighat, yakni akad atau pernyataan serah terima dari pihak wakif kepada orang atau tempat berwakaf.

Kemudian dalam Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan terdapat dua tambahan rukun lainnya, yaitu :

e. Peruntukkan harta benda wakaf (mauquf alaih) dan, f. Jangka waktu wakaf.

Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, atau lembaga hukum yang objek wakafnya dalam bentuk uang tunai. Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat berharga (saham, cek dan lainnya) (Anshori, 2006). Wakaf uang ini digolongkan sebagai wakaf produktif, yakni wakaf yang hartanya bisa diusahakan atau digulirkan untuk kemaslahatan umat.

Harta pokok dari wakaf uang akan terus dikelola dan/atau diinvestasikan secara produktif dan terus menerus sehingga harta pokok tersebut akan tetap ada, kemudian keuntungan dari pengelolaan dana wakaf tersebutlah yang didistribusikan kepada yang berhak yakni mauqif ‘alaih.

Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai hukum wakaf uang. Ulama yang membolehkan wakaf uang antara lain mazhab hanafiah, Imam Az-Zuhri, dan beberapa ulama syafi’yyah. Adapun kebolehan wakaf uang di Indonesia di inisiasi oleh MUI dalam fatwanya mengenai kebolehan wakaf uang. Tata cara melakukan wakaf uang diatur dalam Undang-Undang No 41 Tahun 2004 tepatnya pada pasal 28 sampai pasal 31.

Teori Persepsi

Persepsi adalah proses penilaian seseorang terhadap objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut, melalui kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut (Walgito,2010). Menurut Bimo Walgito (2010), persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai dengan berbagai macam bentuk. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat objek yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya.

Persepsi juga merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dimana proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan da mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2001).

Tingkat Pendidikan dan Hubungannya terhadap Persepsi tentang Wakaf Uang

Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap persepsi seseorang dalam memahami sesuatu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuan yang ia miliki. Menurut Nizar (2014), tingkat pendidikan yang tinggi memiliki peluang yang lebih besar dan signifikan dalam menjelaskan persepsi wakif tentang wakaf uang. Maksud dari kalimat diatas adalah semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemungkinan orang tersebut menerima konsep wakaf uang lebih besar. Jadi apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka kemungkinan seseorang memiliki persepsi untuk menerima wakaf uang lebih besar dikarenakan pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pendidikan yang rendah. Pendidikan yang tinggi akan memberikan kecenderungan seseorang untuk mendapatkan dan mengolah informasi dengan baik dari orang lain maupun dari media massa sehingga membentuk pemahaman yang lebih baik, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjoroningrat, 1997).

Religiusitas dan Hubungannya terhadap Persepsi tentang Wakaf Uang

(6)

Religiusitas menurut Glock dan Stark dalam Sari dkk (2012) adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius. Terdapat lima macam dimensi keagamaan yang bisa Menjadi indikator perhitungan religiusitas, yakni keyakinan, pengamalan, penghayatan, pengetahuan dan konsekuensi.

Menurut Sastro dan Siswantoro (2016), apabila masyarakat di suatu daerah tersebut taat pada agama dan memahami berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan maka masyarakat didaerah tersebut akan memenuhi tuntunan agamanya. Dalam religiusitas terdapat beberapa dimensi misalnya pengamalan ajaran Islam, dimana berwakaf merupakan ajaran Islam. Maka seseorang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi maka kecenderungannya adalah menerima konsep wakaf uang.

Akses Media Informasi dan Hubungannya terhadap Persepsi tentang Wakaf Uang

Informasi bisa berupa dari media cetak, media elektronik atau internet. Dengan media informasi, seseorang dapat mengakses informasi tentang banyak hal dari yang berimplikasi positif maupun negatif terhadap seseorang tersebut. Media informasi juga tentunya seseorang bisa mengakses pengetahuan-pengetahuan tentang wakaf dan wakaf uang. Menurut Nisa (2016) akses media informasi memiliki pengaruh positif terhadap persepsi masyarakat dalam menerima wakaf uang.

Maka semakin sering seseorang mengakses media informasi besar kemungkinan seseorang untuk mengetahui dan memahami konsep wakaf dan wakaf uang, karena informasi tentang wakaf uang banyak tersebar di media informasi tersebut. Jadi dengan demikian, akses media informasi berpengaruh pada persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

Pengetahuan Wakaf Uang dan Hubungannya terhadap Persepsi tentang Wakaf Uang Wakaf uang merupakan hasil ijtihad dari para pakar ekonomi Islam. Keberadaannya di Indonesia juga masih terbilang baru karena Undang-Undang yang mengatur tentang wakaf uang baru ada pada tahun 2004Mayoritas masyarakat Indonesia memahami konsep wakaf hanya sebatas pada harta yang bersifat tidak bergerak, seperti tanah, masjid, atau bangunan lainnya yang peruntukannya kemaslahatan umum. Seseorang yang mengetahui konsep wakaf uang akan mengerti manfaat, kelebihan dan potensi yang besar dari wakaf uang, dengan begitu seseorang tersebut memiliki kecenderungan untuk menerima konsep wakaf uang, dan juga untuk mengeluarkan wakaf uang.

Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang tidak mengetahui konsep wakaf uang maka cenderung untuk menolaknya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Nisa (2016) pemahaman wakaf uang memiliki pengaruh positif terhadap persepsi masyarakat dalam menerima wakaf konsep uang.

Maka dengan pengetahuan wakaf uang yang tinggi, seseorang memiliki persepsi atau kecenderungan untuk menerima konsep wakaf uang.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menekankan pada pengujian teori melalui variabel-variabel penelitian dengan angka, selanjutnya variabel-variabel akan dianalisa dan diuji menggunakan prosedur statistik. Variabel dependen yaitu Persepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang (Y), sedangkan variabel independen, yaitu Tingkat Pendidikan (X1), Religiusitas (X2), Akses Media Informasi (X3), dan Pengetahuan Wakaf Uang (X4).

Populasi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Jamaah Masjid Al-Ghifari, Masjid Muhajirin, dan Masjid Ramadan Griya Shanta Kota Malang. Sedangkan, sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Dalam penelitian ini data yang akan digunakan merupakan data primer dengan pengumpulan data melalui kuisioner. Data kuisioner menggunakan skala likert yang nantinya akan ditransformasi menjadi data interval menggunakan metode MSI.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik yang diolah melalui software IBM SPSS 22 untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent dan menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independennya (Ghozali, 2011). Adapun persamaan model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = Ln ( 𝑷𝒊

𝟏−𝑷𝒊) = α + β1X1 + β3X2 4X3 5X4 Keterangan:

(7)

Y = Penyerapan Tenaga Kerja (Jiwa) Y = 0 untuk yang menolak wakaf uang Y = 1 untuk yang menerima wakaf uang

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien masing-masing variabel independent X1 = Tingkat Pendidikan

X2 = Religiusitas

X3 = Akses Media Informasi X4 = Pengetahuan Wakaf Uang

e = Standar Error

Adapun tahapan dari pengujian regresi logistik yakni, Uji Keseluruhan Model (Overall model fit), Uji Koefisien Determinasi (Negelkere R Square), Uji Kelayakan Model Regresi, dan Uji Signifikansi Parsial. Namun sebelum melakukan serangkaian uji dalam regresi logistik, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen kuisioner dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Pendidikan, Religiusitas, Akses Media Informasi, dan Pengetahuan Wakaf Uang terhadap Persepsi Masyarakat tentang Wakaf Uang. Berdasarkan hasil Uji Kelayakan Model dengan tabel Hosmer &

lemeshow test diperoleh nilai signifikansi 0,396, maka model tergolong baik dan dapat digunakan.

Pada Uji koefisien determinasi, nilai Negelkerke R2 0,657 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yang ada dalam model yakni Tingkat Pendidikan, Religiusitas, Akses Media Informasi, dan Pengetahuan Wakaf Uang menjelaskan persepsi masyarakat tentang wakaf uang sebesar 65,7%, dan 34,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hasil Uji Omnibus memiliki nilai signifikansi 0,00 yang menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secara serentak bersama- sama mampu menjelaskan model regresi dengan baik dan memiliki peengaruh signifikan. Kemudian yang terakhir Uji signifikansi Parsial, adapun hasil dari Uji Siginifikansi Parsial ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Signifikansi Parsial

Sumber : Data Primer, diolah, 2019

Berdasarkan hasil Uji signifikansi parsial regresi logistik diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln ( 𝑷

𝟏−𝑷) = -10,118 + 0,367(Tingkat Pendidikan) - 0,457(Religiusitas) + 0,233(Akses Media Informasi) + 0,851 (Pemahaman Wakaf Uang) + ɥi(e)

Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial pada tabel 1 dapat diketahui hubungan variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Nilai signifikansi Tingkat Pendidikan (X1) adalah sebesar 0,022 kurang dari α (0,05), kemudian nilai odds ratio sebesar 1,443 dan koefisien regresinya bertanda positif. Maka variabel Tingkat Pendidikan berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.. Jika Tingkat Pendidikan semakin meningkat sebesar, maka peluang untuk menerima wakaf uang 1,443 kali lebih besar.

Nilai signifikansi Religiusitas (X2) sebesar 0,004 kurang dari α (0,05), kemudian nilai odds ratio sebesar 0,633 dan koefisien regresinya bertanda negatif. Maka variabel religiusitas berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Jika

(8)

Religiusitas seseorang semakin tinggi maka peluang seseorang untuk menerima wakaf uang sebesar 0,633 kali, dan cenderung untuk menolak wakaf uang.

Nilai signifikansi Akses Media Informasi (X3) sebesar 0,195 lebih dari α (0,05), kemudian nilai odds ratio sebesar 1,262 dan koefisien regresi bertanda positif. Maka variabel akses media informasi berhubungan positif dan tidak berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

Nilai signifikansi Pengetahuan Wakaf Uang (X4) sebesar 0,000 kurang dari α (0,05), kemudian nilai odds ratio sebesar 2,341 dan koefisien regresinya bertanda positif. Maka variabel pengetahuan wakaf uang berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

Pembahasan

Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh signifikan dan hubungan positif terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Pendidikan merupakan modal bagi manusia untuk membentuk pola pikir. Semakin lama orang menempuh pendidikan maka akan semakin luas pengetahuannya.

Menurut Koentjoroningrat (1997), Pendidikan yang tinggi akan memberikan kecenderungan seseorang untuk mendapatkan dan mengolah informasi dengan baik dari orang lain maupun dari media massa sehingga membentuk pemahaman yang lebih baik, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut akan lebih mudah menangkap informasi atau perkembangan yang ada di masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu stimulus seseorang dalam mempersepsikan suatu objek. Pendidikan dalam penelitian ini merupakan total tahun responden dalam menempuh pendidikan formal. Mayoritas responden telah menempuh pendidikan selama lebih dari 15 tahun. Mayoritas responden telah menempuh gelar sarjana atau berpendidikan tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi tersebut membuat mereka lebih mudah untuk menerima hal-hal baru yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini wakaf uang merupakan bentuk baru dari wakaf. Dibuktikan pada analisis deskriptif bahwa sejumlah 65 responden yang memiliki pendidikan tinggi memilih untuk menerima wakaf uang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2017) yang menyatakan bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap persepsi masyarakat untuk menerima wakaf uang.

Perbedaan hasil tersebut dikarenakan dalam penelitian Nisa (2017) mayoritas responden hanya memilki tingkat pendidikan sebatas SMA.

Religiusitas memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan negatif terhdap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Religiusitas dalam penelitian ini didasarkan pada konsep dari Glock dan Stark, dimana dalam teorinya terdapat lima dimensi untuk mengukur tinggi rendahnya religiusitas seseorang, yakni dimensi keyakinan, pengamalan, penghayatan, pengetahuan, dan konsekuensi.

Kelima dimensi tersebut dituangkan dalam tujuh item pernyataan kuisioner. Tujuh item pernyataannya seperti ketaatan dalam menjalankan sholat wajib, puasa ramadhan dan berzakat.

Sering atau tidaknya melakukan puasa sunnah dan shalat sunnah. Intensitas dalam membaca Alquran. Sering atau tidaknya melakukan perbuatan yang dilarang syariat Islam. Keikhlasan dalam menjalankan ibadah, dan yang terakhir pengetahuan tentang rukun Iman dan Islam.Idealnya orang yang sering menjalankan ibadah-ibadah sunnah, sering membaca Alquran, bersedekah dan berinfak, selalu takut ketika melakukan hal yang dilarang syariat, memiliki pengetahuan tentang keagamaan yang baik serta selalu ikhlas dalam menjalankan ibadah cenderung memiliki tingkat religiusitas lebih tinggi dibandingkan orang yang hanya melakukan ibadah wajib saja atau bahkan orang yang jarang melakukan ibadah.

Hasil regresi menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Nisa (2017) bahwa religiusitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Namun koefisien regresi menunjukkan tanda negatif (-) yang berarti semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka persepsi seseorang cenderung tidak menerima wakaf uang. Semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang akan membuat orang tersebut cenderung melakukan perintah agama baik yang wajib maupun sunah. Akan tetapi dalam hal ini wakaf uang adalah bentuk baru dari wakaf, yang belum semua orang tahu bagaimana dan seperti apa mekanismenya. Maka disini muncul rasa kehati- hatian dari orang tersebut dalam menerima wakaf uang. Dalam ajaran tasawwuf dikenal istilah wara’

atau wira’i, yang maksudnya adalah sikap kehati-hatian seseorang terhadap objek yang masih belum jelas hukumnya. Karena wakaf uang memang belum banyak dimengerti oleh kebanyakan orang, maka orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi akan cenderung untuk mempertimbangkan apakah memang wakaf uang benar-benar bentuk dari wakaf yang biasanya dikenal atau bukan.

(9)

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa Akses Media Informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang selama ini berlaku. Menurut Debora (2009) media informasi memiliki pengaruh besar terhadap pola pikir dan perilaku suatu individu yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Konsep tersebut sejalan dengan penelitian dari Chalimah (2016) yang menunjukkan bahwa akses media informasi berpengaruh terhadap kesediaan masyarakat mengeluarkan wakaf uang. Masyarakat yang dalam kesehariannya menikmati akses media informasi dengan mudah baik dari media cetak maupun media elektronik.Jika melihat hasil jawaban responden yang didapat melalui kuisioner, mayoritas responden tidak menerima informasi terkait wakaf atau wakaf uang dari berbagai media. Walaupun responden sering mengakses informasi Islami, sering membaca buku-buku Islami, mendengarkan ceramah-ceramah di radio, tetapi tidak banyak yang menerima informasi terkait wakaf uang dari berbagai media tersebut. Argumentasi lainnya yang mendukung hasil regresi pada variabel ini adalah, masih kurangnya perhatian dari berbagai pihak seperti pemerintah, ormas keagamaan ataupun badan pengelola wakaf dalam hal ini BWI (Badan Wakaf Indonesia) dalam mempopulerkan wakaf uang ini. Padahal jika pihak-pihak tersebut bisa memberikan informasi kepada masyarakat melalui berbagai media akan berdampak pada persepsi masyarakat untuk menerima wakaf uang.

Pengetahuan Wakaf Uang memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Pengetahuan wakaf uang ini mencakup paham tentang perbedaan wakaf uang dengan wakaf tradisional, mengetahui hukum wakaf uang, mengetahui tata cara melakukan wakaf uang, dan mengetahui pengelolaan wakaf uang bahwa nilai pokok dari wakaf uang tersebut terjamin kelestariannya. Dari pengetahuan tersebutlah yang dapat menjadi pertimbangan seseorang dalam mempersepsikan wakaf uang. Dilihat dari hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas responden telah mengetahui dengan baik terkait wakaf uang. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang wakaf uang maka persepsi seseorang cenderung menerima wakaf uang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2017) yang menyatakan variabel pemahaman wakaf uang memiliki pengaruh positif terhadap persepsi masyarakat dalam menerima wakaf uang. Serta sesuai dengan penelitian dari Adeyami, dkk (2016) yang menunjukkan hasil bahwa faktor yang menentukkan rendahnya kesadaran dalam berwakaf uang adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang wakaf uang.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka disimpulkan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang adalah variabel tingkat pendidikan, religiusitas, dan pengetahuan tentang wakaf uang. Sedangkan variabel akses media informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

2. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin besar peluang orang tersebut untuk menerima wakaf uang.

3. Variabel religiusitas berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

Semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin banyak pertimbangan orang tersebut dalam menerima wakaf uang. Responden cenderung berhati-hati dalam mempersepsikan wakaf uang.

4. Variabel akses media informasi tidak berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang.

5. Variabel pengetahuan wakaf uang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang wakaf uang. Semakin tinggi pemahaman wakaf uang seseorang maka semakin tinggi peluang orang tersebut untuk menerima wakaf uang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan tersebut, maka beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(10)

1. Bagi instansi, pemerintah, atau badan yang terkait dapat lebih gencar dalam hal sosialisasi atau pengenalan tentang wakaf uang. karena tanpa adanya pengenalan lebih lanjut tentang wakaf uang kepada masyarakat, maka pengetahuan masyarakat akan tetap terbatas pada konsep wakaf yang tradisional sedangkan sudah ada produk atau bentuk baru dari wakaf yakni wakaf uang.

2. Bagi para akademisi maupun mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya dapat fokus pada analisis realisasi penghimpunan wakaf uang di Indonesia. Selain itu, objek penelitan dapat berfokus pada instansi pengelola wakaf uang di Indonesia, apakah pengelolaannya sudah benar sesuai syariat dan undang-undang yang ada.

3. Bagi para akademisi maupun mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya, diharapkan item pernyataan dalam kuisioner tidak bersifat mengarahkan responden untuk menjawab pilihan tertentu. Karena akan berdampak pada kualitas penelitian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA A Crow, dan Crow, L. 1972. Psikologi Belajar. Surabaya: Bina Ilmu.

Adeyami, A dan Siti, S.B.H. 2016. An Empirial Investigation of the Determinants of Cash Waqf Anwareness in Malaysia. Intellectual Discourse, Special Issue. Gombak, Malaysia: IIUM Press.

Agus, Harjito dan Martono. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonosia.

Al-Utsaimin, S. M. B. S. 2005. Asy-Syarhul Mumti' Kitaabul Waqf wal Hibah wal Washiyyah.

Cetakan 1. Diterjemahkan dari Abu Hudzaifah,Lc. 2008. Panduan Wakaf, Hibah, dan Wasiat. Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Amin, Hanudin., 2014. determinant of online waqf acceptance : an empirical investigating. Electronic Journal of Information Systems in Developing Countries, Volume 8, pp. 1-18.

Ancok, Djamaluddin dan Fuad Nashori Suroso. 2005. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem- problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anshori, Abdul Ghofur. 2006. Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta : Pilar Media.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager. Jakarta:

ProLM Centre & Tazkia Multimedia.

Antonio, M S. 2010. Cash Wakaf dan Anggaran Pendidikan untuk Umat. Jakarta (ID): Gema Insani

& Tazkia Cendekia.

Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Azwar. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Az-zuhaili, Wahbah. 2011. Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu. Diterjemahkan Abdul Hayyi Al- Kittani, dkk. Cetakan 1. Jakarta : Gema Insani.

Badan Wakaf Indonesia (BWI). 2011. Potensi Wakaf Uang Untuk Pembangunan Perumahan Rakyat. Diakses dari http://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artik

el/692-potensi-wakaf-uang-untuk-pembangunan-perumahan-rakyat-.html. pada 31 Januari 2019.

Badan Wakaf Indonesia (BWI). 2010. Pengelolaan Wakaf Uang di SIBL, Bangladesh. Diakses dari https://www.bwi.go.id/512/2010/11/artikel/ pengelolaan-wakaf-uang-di-sibl-bangladesh pada 21 Agustus 2019.

Bardhan, P. dan C. Udry. 1999. Development Microeconomics. USA: Oxford University.

Bayne, Rowan. 2015. Membaca Kepribadian Untuk Konselor. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boediono. 2001. Ekonomi Makro Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Chair, Wasilul. 2015. Manajemen Investasi Di Bank Syariah. Iqtishadia: Jurnal Ekonomi &

Perbankan Syariah 2 (2): 203. Diakses dari https://doi.org/10.19105/ iqtishadia.v2i2.848 pada 21 Agustus 2019.

Chalimah, Dewi. 2016. Kesediaan Masyarakat Kota Malang dalam Mengeluarkan Wakaf Uang dan Faktor Penentunya. Skirpsi. Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

(11)

Djunaidi, Achmad dan Thobieb Al-Asyhar. 2006. Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat. Cetakan ketiga, Jakarta : Mitra Abadi Press Efrizon, A. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Masyarakat tentang Wakaf

Uang (Di Kecamatan Rawalumbu Bekasi). Tesis diserahkan kepada Universitas Indonesia.

Faradis, J., 2015. The determinant of waqf preferences toward money-cash waqf. Global Review of Islamic Economics and Business, 2(3), pp. 219-229.

Ekananda, Mahyus. 2015. Ekonometrika Dasar. Bekasi : Mitra Wacana Media

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi ketiga. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Holis, Muhammad. 2016. Sistem Distribusi dalam Perspektif Islam. Jurnal Perbankan Syariah Vol.

1 Nomor 2.

HS, Salim dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jannah, Nidaul. 2014. Konsep Investasi Wakaf Tunai Dan Pengaplikasiannya Di Tabung Wakaf Indonesia. Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 5 No 1.

Kementerian Agama. 2014. Jumlah Penduduk Jawa Timur per-Kota Berdasarkan Agama Tahun 2014. Diakses dari http://jatim.kemenag.go.id/file/file/Data 2014/caux1413869522.pdf pada 1 Februari 2019

Koentjaraningrat, S.1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prehalindo.

Lubis, Suhrowardi K. 2010. Wakaf & Pemberdayaan Umat. Jakarta: Sinar Grafika.

Linley, Alex. 2008. Average to A+. Realising Strengths in Yourself and Others. Kanada : CAPP Press.

Maharani, Dewi. 2016. “Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Sumatera Utara.” Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam 8 (2). Diakses dari http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/intiqad/article/view/725 pada 15 Juli 2019.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Meylianingrum, Kurniawati. 2017. Preferensi Wakif dalam Memilih Wakaf Uang di BWI Wilayah Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta : Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Muda, Anggi Wahyu. 2015. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Pemahaman Masyarakat Muslim Kota Surabaya Terhadap Wakaf Uang. Skripsi. Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Nasution, Edwin Mustafa dan Hasanah Uswatun. 2005. Wakaf Tunai- Inovasi Finansial Islam : Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat. Jakarta : Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.

Nisa, Atikah Hairun. 2017. Faktor-faktor yang Mempenagruhi Persepsi Masyarakat terhadap Wakaf Uang di Kota Bogor. Skripsi. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter: Buku 1 Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Novrianto. 2009. Distribusi Pendapatan dan Pemenuhan Kebutuhan dalam Ekonomi Islam.

Innovatio Vol. 8 Nomor 2.

Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Jakarta : PT.RajaGrafindo.

Nisa, Atikah Hairun. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Wakaf Uang Di Kota Bogor. Skripsi. Ekonomi Syariah, Institut Pertanian Bogor.

Nizar, a., 2014. faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wakif tentang wakaf uang. Jurnal bisnis dan manajemen, 4(1), pp. 22-36.

Qahaf, M. 2007. Al-Waqfu Al-Islami, Tathawuruh, Idarasatuh wa Tamiyatuh. Jakarta: Khalifah.

Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Terjemahan: Soeroyo, Nastangin.

Yogyakarta : PT Dana Bhakti Wakaf

Sabiq, Sayyid. 1987. Fiqh Sunnah. Jilid 8. Diterjemahkan Muhammad Thalib. Fiqh Sunnah.

Bandung : Alma’arif.

Sari, Yunita dkk. 2012. Religiuisitas Pada Hijabers Community Bandung. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi dan Humaniora.

Sekaran, Uma.2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

(12)

Shukor, S. A., 2017. Muslim attitude towards participations in cash waqf : antecedents and concequences. International Journal of Business and Society, 18(1), pp. 193-204.

Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Jakarta: Salemba Empat.

Sitompul, Novita Linda. 2007. Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara. Skripsi: Universitas Sumatra Utara.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Sukmana, Raditya. 2017. Quo Vadis Gerakan Wakaf Uang.

Https://m.republika.co.id/berita/jurnalismewarga/wacana/17/10/13/oxqkg2440-quo-vadis- gerakan-wakaf-uang, diakses pada 15 Februari 2019

Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia

Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga (Terjemahan) Triono, D. Condro. 2012. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara: Jilid 1. Yogyakarta: Irtikaz.

Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia. Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

Wahyu, Anggi Muda. 20015. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Pemahaman Masyarakat Muslim Kota Surabaya Pada Wakaf Uang. Skripsi. Ekonomi Islam, Universitas Brawijaya.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Abdi Offset.

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama. Yogyakarta : UPP STTM YKPN.

Wijaya, T. 2013. Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yamin, Lien dan Heri. 2011. Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta : Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Kemudahan Penggunan, Dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Menggunakan Layanan Uang Elektronik (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Kota

II IMPLEMENTASI PENGELOLAAN WAKAF UANG DI YAYASAN YATIM MANDIRI SURABAYA TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo Untuk Memenuhi