Irsad Nur Rohman NIM:1501050029
Program Studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 53182
Remaja dan Pencarian Identitas Diri
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.
Dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock disebutkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.
Pada tahap inilah remaja mulai mencari identitas diri dikarenakan mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Sering terjadi pergolakan emosi yang juga diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, percintaan, keterasinagan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan. Seorang individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut Identity
Reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan
mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.
Beberapa ciri utama dari seorang anak yang menginjak masa remaja diantaranya adalah:
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik seorang individu berkembang dengan pesat. Perkembangan fisik sangat terlihat dengan jelas pada beberapa bagian tubuh mereka.
2. Perkembangan Seksual
Pada fase ini organ reproduksi remaja mulai berfungsi, fase ini juga disebut juga dengan masa pubertas. Pada anak perempuan hormon estrogen dan progesterone mulai aktif dan mempengaruhi pertumbuhan beberapa organ tubuhnya, sedangkan pada laki laki hormon testosterone juga mempengaruhi fisik mereka.
3. Pola Pikir Kausalitas
Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga tidak akan menyerap informasi tanpa adanya penjelasan yang logis. Jadi orang tua harus dapat memahami pola pikir remaja dan dapat memberikan nasihat sengan penjelasan-penjelasan yang logis agar dapat di terima oleh remaja.
4. Emosi yang Kurang Stabil
Emosi remaja masih sangat labil dikarenakan mereka belum dapat mengontrolnya dengan baik. Mereka kadang kadang terlihat sangat senang dan jaga dapat
berubah sedih ataupun marah.
5. Jiwa Sosial yang Mulai Berkembang
Perkembangan sosial ini dapat mengacu ke arah positif maupun negatif, jika seorang indifidu mampu menguasai keterampilan keterampilan bersosialisasi maka ia akan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat. Akan berbeda jika remaja tida dapat menguasai keterampilan bersosialisasi maka ia akan kesulitan beradaptasi dengan masyarakat bahkan mereka menentang norma- norma yang berlaku dalam masyarakat.
6. Perkembangan Kepribadian
Pada tahap ini remaja mulai membentuk kepribadian mereka sendiri dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan pengamatan atau hanya sekedar meniru apa yang mereka lihat.
Remaja dengan akal dan pikirannya yang mualai berkembang mencoba
mencari jati diri, mencari tahu siapa mereka sebenarnya, apa peran mereka dalam masyarakat bahkan bertanya tujuan hidup manakah yang akan dicapai.Fase awal dari remaja yang sedang mencari jati diri adalah mengalami proses yang
dinamakan Imitasi. Imitasi yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
Imitasi merupakan proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain. faktor imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial individu khususnya remaja. Seperti yang dikemukakan oleh Gerungan (1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang diimitasi.
Tahapan yang kedua adalah Identifikasi. Identifikasi adalah dorongan untuk menjadi identik (sama ) dengan orang lain. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi yang pengaruhnya sangat kuat Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh psikologi, khususnya dalam psikoanalisis. Pengertian lain,identifikasi merupakan imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara di sengaja maupun tidak disengaja.
Contoh anak-anak belajar norma-norma sosial dari hasil identifikasinya terhadap orang tua mereka. Di dalam identifikasi anak akan mengabil sikap-sikap ataupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu.
Dalam proses identifikasi ini seluruh norma-norma, cita-cita, sikap dan
sebagainya dari orang tua dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu diserap oleh anak, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari.
Beberapa faktor yang menjadi pembeda dalam pencarian identitas diri yang pertama adalah tingkat emosi. Remaja masih menggunakan emosi mereka dalam menyelesaikan masalah,dengan bergantung pada emosi mereka hanya dapat melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang sempit. Contoh dalam kehidupan sekolah sering terjadi perkelahian antar pelajar dikarenakan mereka masih menggunakan emosi sebagai penyelesai masalah, padahal masih ada berbagai cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Faktor itulah yang menyebabkan pengendalian emosi bagi remaja sangat dibutuhkan.
Orang tua juga memiliki peran yang cukup penting dalam proses pencarian jati diri remaja. Remaja harus memiliki pembimbing yang mampu menuntun mereka dengan cara yang baik karena remaja akan sangat mudah meniru perilaku orang tua, contohnya jika kedua orang tua sering bertengkar maka sang anak secara tidak langsung menyerapnya, sang anak secara tidak langsung akan meniru gaya bahasa yang keras dan sering marah-marah. Orang tua yang terlalu melindungi anaknya tanpa memberikan alasan yang logis juga kurang di anjurkan dikarenakan remaja mulai berfikir secara kausalitas. Semakin mereka dilarang maka mereka justru akan semakin penasaran, contoh orang tua melarang anak untuk tidak berpacaran atau untuk tidak merokok tanpa adanya penjelasan yang logis maka sang anak akan membangkang dan kemungkinan mereka melakukan apa yang dilarang orang tua mereka semakin besar. Diperlukan pemahaman pola pikir remaja bagi orang tua agar tidak terjadi kenakalan yang dilakukan oleh remaja.
Mengawasi dan menindak lanjuti perilaku remaja jika mulai terjadi penyimpangan adalah tugas dari orang tua, cegah perilaku menyimpang remaja sebelum menjadi identitas mereka.
Pencarian identitas remaja agar dapat beradaptasi dalam masyarakat
dibutuhkan kepekaan dan ketrampilan dalam beradaptasi. Agar dapat beradaptasi dengan masyarakat seorang individu harus peka dan mampu menguasai konsep konsep dasar tentang hubungan sosial. Setiap individu menginginkan sebuah tempat di masyarakat dan mereka ingin dihargai oleh orang lain, namun beberapa kasus terjadi dimana remaja kurang memiliki kepekaan bahkan yang lebih buruk lagi ada remaja yan bahkan tidak mampu memahami konsep dasar dalam
kehidupan bermasyarakat , contohnya seorang remaja yang mengaku tidak pernah dihargai oleh orang lain, ia selalu mengeluh dan bertanya kenapa tidak ada yang menghargai dirinya. Setelah diteliti ternyata letak kesalahan ada pada si remaja itu senditi yang tidak memahami konsep kehidupan bermasyarakat bahkan yang paling dasar sekalipun. Sebenarnya alasan si remaja tersebut tidak dihargai oleh orang lain sangatlah sederhana, Ia tidak pernah menghargai orang lain sehingga orang lainpun tidak menghargai dirinya. Ia sama sekali tidak peka dan sama sekali tidak memahami konsep timbal balik, tidak mungkin orang lain memberikan respon yang baik jika kita sendiri tidak memberikan sesuatu yang baik kepada mereka. Kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat akan sangat membantu sang remaja memperoleh identitas yang baik. Remaja yang tidak mampu beradaptasi dengan masyarakat cenderung akan membentuk identitas yang negatif. Mereka justru akan melakukan berbagai kenakalan kenakalan untuk mencari perhatian dan mencoba menunjukkan bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat namun dengan berbagai cara yan negatif.
Identitas remaja sebenarnya ditentukan oleh dirinya sendiri dari cara berbicara, cara berperilaku dan cara bersosialisasi dengan masyarakat. Faktor internal dan faktor eksternal kedua duanya mempengaruhi pembentukan kepribadian. Remaja yan mampu menguasai dan menuntun dirinya sendiri ke arah yang positif secara tidak langsung membentuk pribadi yang baik. Berbeda halnya dengan remaja yang tidak dapat mengontrol emosinya dan tidak memahami konsep kehidupan sosial, maka akan mudah terjerumus membentuk perilaku perilaku yang negatif.
Menjadikan perilaku negatif sebagai kebiasaan dan akhirnya menjadi identitas bagi dirinya.