PENDAHULUAN
Kondisi Umum
Luas hutan terestrial (terestrial) adalah 120,6 juta hektar, sedangkan Areal Penggunaan Lain (APL) adalah 67,4 juta hektar, sehingga luas wilayah Indonesia adalah 188,0 juta hektar (KLHK 2019). Tutupan lahan menurut fungsi kawasan hutan dan tipe hutan pada kawasan hutan dan APL disajikan pada tabel berikut. Dalam rangka melindungi dan menjaga kawasan hutan tertentu, pemantauan dan pemutakhiran data dan informasi kawasan hutan dilakukan setiap tahun.
Potensi dan Permasalahan
Kawasan hutan seluas 125,92 juta hektar ini terdiri atas kawasan hutan darat seluas 120,6 juta hektar dan kawasan konservasi perairan/laut seluas 5,32 juta hektar. Lalu, terdapat pula potensi sumber daya hutan pada Kawasan Penggunaan Lain (APL) dengan luas 67,40 juta hektar, dimana pada kawasan/kawasan ALP tertentu masih terdapat kawasan hutan bahkan kawasan dataran tinggi. nilai penyimpanan. Jadi, jumlah kumulatif luas hutan daratan dan APL sama dengan total luas daratan Indonesia, yakni 188,0 juta hektar.
Luas hutan lindung seluas 29,66 juta hektar dan jumlah KPHL yang ditetapkan sebanyak 182 unit. Pangsa pemanfaatan hutan oleh Perhutani sangat kecil, yaitu 2,05% dari total luas hutan 120,6 juta hektar; Perhitungan daya dukung dan daya tampung air sampai dengan bulan Mei 2019 menunjukkan bahwa secara nasional daya dukung dan daya tampung air yang belum terlampaui pada kawasan hutan adalah sebesar 97,34% dari total luas kawasan hutan, dan keadaan tersebut adalah lebih baik dibandingkan daerah lain. areal pemanfaatan (APL) yaitu 70,34%.
Penjelasan di atas menyoroti keadaan ketersediaan dan pemanfaatan air yang belum melebihi atau melampaui DDDT air baik di kawasan hutan maupun di APL. Manfaat ekonomi hutan yang terkait dengan hasil hutan bukan kayu (HHBK) belum dikembangkan secara optimal, terlihat dari kontribusinya yang masih rendah dibandingkan dengan potensi yang terkandung pada setiap kawasan hutan.
VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
- Visi
- Misi
- Tujuan KLHK
- Sasaran Strategis KLHK
Tercapainya kelestarian sumber daya hutan dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat” dalam mendukung: “Mewujudkan Indonesia sejahtera yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”. Sustainability adalah pembangunan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan. Lingkungan Hidup dan Kehutanan harus mampu menjaga kelestarian sumber daya hutan, mutu lingkungan hidup, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat serta meningkatkan pembangunan yang inklusif disertai dengan penerapan pengelolaan yang mampu menjaga peningkatan mutu dan taraf hidup masyarakat, baik laki-laki dan perempuan dari generasi ke generasi; Kesejahteraan berarti tercapainya peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, secara adil dan setara.
Perumpamaan Misi Presiden dan Wakil Presiden di atas, khususnya terkait dengan Misi ke-4, yaitu: “Mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dalam akses pengelolaan hutan bagi laki-laki dan perempuan secara adil dan setara; Dan. Terwujudnya lingkungan hidup dan hutan berkualitas yang tanggap terhadap perubahan iklim dengan indikator yaitu: (1) Indeks Kualitas Lingkungan (EQI), (2) Terverifikasi penurunan Emisi Gas Hijau (GRK) pada Sektor Kehutanan dan Persampahan, (3) Laju deforestasi pengurangan, (4) Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah (WPI), (5) luas lahan di daerah tangkapan air yang kondisinya telah pulih dan (6) kawasan dengan nilai konservasi tinggi (HCV - Nilai konservasi tinggi). );
Tercapainya optimalisasi pemanfaatan sumber daya hutan dan lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung dan daya dukung lingkungan hidup, dengan indikator yaitu: (1) Kontribusi sektor lingkungan hidup dan kehutanan terhadap PDB nasional, (2) Nilai ekspor hutan Produk, TSL dan Bioprospecting dan (3) Fungsi peningkatan nilai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Terlaksananya inovasi pengelolaan dan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan (LHK) yang baik serta kompetensi personel LHK yang berdaya saing, dengan indikator yaitu: (1) Indeks efektivitas pengelolaan kawasan hutan, (2) Banyaknya kasus LHK yang ditangani melalui aparat penegak hukum, (3) ) ) Indeks sistem pemerintahan elektronik (indeks SPBE), (4) Hasil penelitian dan pengembangan yang inovatif dan/atau implementasi, (5) Nilai keberhasilan reformasi birokrasi, (6) Opini WTP atas laporan keuangan KLHK, (7) Produktivitas dan produktivitas SDM LHK indeks daya saing dan (8) tingkat kematangan SPIP KLHK (sistem pengendalian intern pemerintah).
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Percepatan penguatan ekonomi keluarga dilaksanakan dengan strategi, yaitu: (1) pelatihan usaha dan pemberian akses usaha produktif bagi keluarga miskin dan rentan, (2) fasilitasi pendanaan ultra mikro bagi individu atau kelompok usaha produktif dari keluarga miskin dan rentan, (3) memberikan stimulan upaya ekonomi produktif bagi kelompok miskin dan rentan untuk meningkatkan pendapatan keluarga, (4) implementasi. Reforma agraria dilaksanakan dengan strategi yaitu: (1) penyediaan sumber Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) antara lain melalui pelepasan kawasan hutan dan (2) Pemberdayaan masyarakat penerima TORA; Pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang dilakukan melalui: (1) pemantauan mutu udara, air, dan air laut, (2) pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan hidup pada usaha dan/atau kegiatan, (3) pencegahan kebakaran hutan dan lahan, (4) pencegahan dan pengendalian pencemaran laut dan pesisir, (5) peningkatan kesadaran dan kapasitas pemerintah, swasta dan masyarakat mengenai lingkungan hidup, (6) pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan ekosistem melalui konservasi kawasan dan perlindungan keanekaragaman hayati yang terancam punah, baik di darat maupun di perairan, (7) penyediaan data dan informasi keanekaragaman hayati dan ekosistem;
Penanggulangan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan melalui: (1) pengelolaan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, (2) pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah plastik, (3) penghapusan dan penggantian merkuri khususnya pada pertambangan emas skala kecil. (PESK), dan (4) ) pembangunan fasilitas pengolahan limbah B3 dan limbah medis terpadu; Pemulihan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang dilakukan melalui: (1) reklamasi dan restorasi lahan gambut dan lahan yang terbakar, (2) restorasi lahan bekas pertambangan dan lahan terkontaminasi limbah B3, (3) restorasi terjadinya kerusakan ekosistem dan lingkungan pesisir serta ekosistem laut, termasuk ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, (4) pemulihan habitat spesies terancam dan (5) peningkatan populasi tumbuhan dan satwa terancam (TSL); Penguatan kelembagaan dan penegakan hukum di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang dilaksanakan dengan: (1) penguatan regulasi dan kelembagaan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup di pusat dan daerah, (2) penguatan perizinan, sistem pemantauan dan pengamanan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan (3) penguatan mekanisme pidana, perdata, dan mediasi dalam proses penegakan hukum sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Restorasi lahan berkelanjutan dilaksanakan melalui: (1) restorasi dan pengelolaan lahan gambut, (2) rehabilitasi hutan dan lahan, dan (3) penurunan laju deforestasi; Pembangunan industri hijau dilaksanakan melalui: (1) konservasi dan audit penggunaan energi dalam industri, (2) penerapan modifikasi proses dan teknologi, dan (3) pengelolaan limbah industri;
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Lingkungan Hidup
Pada prinsipnya kawasan hutan dalam perencanaan hutan akan tetap terjaga dan konflik-konflik regional dapat diselesaikan. Kompleksitas dinamika pembangunan dapat dianalisis melalui indikasi usulan perubahan kawasan hutan sehubungan dengan revisi rencana tata ruang wilayah (RTRW). Optimalisasi kawasan hutan diperlukan agar kawasan hutan yang ada benar-benar stabil, bebas konflik, dan tujuan pembangunan hutan tetap dapat tercapai.
Berdasarkan kondisi di atas, diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 80% kawasan hutan pada hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP) dapat dimanfaatkan secara efisien. Pengurangan kawasan hutan dalam proses penilaian spasial terjadi pada seluruh fungsi kawasan, oleh karena itu untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kehutanan, dilakukan optimalisasi kawasan hutan, dimana hutan produksi produktif (HPK) (dimana tutupannya masih berhutan) telah kembali ke fungsinya sebagai hutan produksi ( HP). Luas kawasan hutan yang efektif dipertahankan hingga tahun 2030 adalah 112,85 juta ha atau 89,62% dari total luas saat ini (baseline Mei 2019), sedangkan luas untuk pengembangan non hutan adalah 13,07 juta ha;
Dengan skenario seperti di atas, hal ini juga berimplikasi pada luas kawasan hutan sesuai fungsinya, yaitu: (1) Hutan Konservasi (HC) menjadi 27,42 juta ha, (2) Hutan Lindung (HL) menjadi 27,42 juta ha, (2) Hutan Lindung (HL) menjadi 27,42 juta ha. 29,18 juta ha, (3) Hutan Produksi Terbatas (HPT) menjadi 26,53 juta hektar dan (4) Hutan Produksi Tetap (HP) menjadi 29,72 juta hektar (berarti total hutan produksi (HPT+HP) menjadi 56,25 juta hektar). Untuk mewujudkan tujuan strategis ketiga (SS-3), yaitu tercapainya eksistensi, pengoperasian dan distribusi manfaat hutan secara adil dan lestari, maka arah kebijakan dan strateginya meliputi: . a) Mempertahankan luas kawasan hutan sesuai dengan ketentuan dalam RKTN.
Kerangka Regulasi
Revisi peraturan hanya terdiri dari peraturan menteri dan peraturan direktur jenderal, sedangkan tidak ada rencana revisi peraturan lainnya; Dan.
Kerangka Kelembagaan
Sedapat mungkin akan ada pembatasan terhadap pembentukan lembaga baru dan/atau perubahan organisasi, kecuali jika pemerintah memutuskan sebaliknya, maka kerangka kelembagaan akan disesuaikan. Dalam dokumen Renstra KLHK Tahun 2020-2024, kerangka kelembagaan KLHK masih berdasarkan ketentuan yang masih berlaku saat ini, hanya ditambahkan struktur wakil menteri di bawah menteri, sehingga terjadi perubahan kelembagaan. KLHK akan ditentukan lebih lanjut kapan kebijakan terakhir presiden mengenai hal tersebut.
Pengarusutamaan
KEGIATAN 5427 : DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DIREKTORI JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HUKUM DAN KEHUTANAN. KEGIATAN 5457 : DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DIREKTORI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN. Dokumen hasil inventarisasi, verifikasi dan BATB objek TORA pada kawasan hutan wilayah kerja BPKH.
Kawasan hutan yang mempunyai akses perhutanan sosial pada skema HD, HKm, HTR, KK, IPHPS.
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Target Kinerja KLHK
Sasaran Strategis (SS) yang ditetapkan adalah kondisi yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan sebagai akibat dari hasil/dampak dari satu program atau kombinasi program yang dilaksanakan oleh semua pihak. satuan kerja di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. SS-2 : Tercapainya optimalisasi pemanfaatan sumber daya hutan dan lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. SS-4: Penerapan tata kelola yang baik dan inovasi dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, serta kompetensi SDM LHK yang berdaya saing.
Indikasi Target Proyek KLHK untuk Mendukung Prioritas
Hal ini untuk memastikan proyek KLHK yang mendukung PN RPJMN 2020-2024 dapat dilaksanakan dengan lebih efisien sejalan dengan pembangunan. Selain itu, proyek KLHK ini dapat menjadi sarana pengelolaan pembangunan agar maksud dan tujuan pembangunan dalam PN RPJMN 2020-2024 dapat terus terpantau dan terkendali. Sebanyak 103 proyek KLHK direncanakan beserta indikasi sasaran, lokasi dan indikasi pendanaan pendukung PN RPJMN 2020-2024 dengan rincian disajikan pada tabel berikut.
1 Produksi hasil hutan kayu (hutan alam, hutan tanaman (termasuk hutan energi), hutan rakyat, HTR, dll (juta m3).
Kerangka Pendanaan
Rencana alokasi anggaran Program Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020-2024 sebesar Rp dengan rincian sebagai berikut. Penerapan tata kelola yang baik dan inovasi dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, serta kompetensi SDM LHK yang berdaya saing. KEGIATAN 5385 : PENGAWASAN PROFESIONAL UNTUK MENJAMIN MUTU KINERJA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DI WILAYAH OPERASI WILAYAH I INSPEKSI.
AKTIVITAS 5386 : PENGAWASAN PROFESIONAL UNTUK MENJAMIN MUTU KINERJA KEMENTERIAN LHH DAN KEHUTANAN DI WILAYAH KERJA INSPEKTORAT DAERAH II. AKTIVITAS 5387 : PENGAWASAN PROFESIONAL UNTUK MENJAMIN MUTU KINERJA KEMENTERIAN LHH DAN KEHUTANAN DI WILAYAH KERJA INSPEKTORAT DAERAH III. AKTIVITAS 5388 : PENGAWASAN PROFESIONAL UNTUK MENJAMIN MUTU KINERJA KEMENTERIAN LHH DAN KEHUTANAN DI WILAYAH KERJA INSPEKTORAT DAERAH IV.
PENUTUP