• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Model Kemitraan Berbasis Komunitas Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada SMA Santu Xaverius Gunungsitoli-Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Model Kemitraan Berbasis Komunitas Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada SMA Santu Xaverius Gunungsitoli-Sumatera Utara"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengakui pendidikan yang bermutu sebagai hak yang dimiliki setiap warga negara. Sementara itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 menjelaskan bahwa mutu pendidikan mencerminkan tingkat kecerdasan dan kehidupan bangsa, yang dapat dicapai melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 mengatur bahwa mutu pendidikan dasar dan menengah harus memenuhi standar nasional.

Menurut Baharuddin (2019), konsep mutu pendidikan dapat dipahami melalui tiga istilah, yaitu input, proses, dan output pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas dapat diperoleh dari kinerja sekolah dan kinerja siswa, baik akademik maupun non-akademik. Gereja Katolik secara tidak langsung menekankan pentingnya pendidikan bermutu sebagai proses pembelajaran yang berkesinambungan melalui Konsili Vatikan II (1965) dalam dokumen Gravissimum Educationis (Deklarasi Pendidikan Kristen).

Strategi di atas menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan mutu sekolah dapat berkembang dan meningkat dengan baik, apabila komponen internal sekolah bekerja dengan baik dan efisien. Dengan program kemitraan ini diharapkan tercipta sinergi antara sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan serta mendukung perkembangan dan keberhasilan siswa.

Gambar 2.1. Hubungan Input, Proses, Output dan Outcome  dalam peningkatan mutu Sekolah
Gambar 2.1. Hubungan Input, Proses, Output dan Outcome dalam peningkatan mutu Sekolah

Model Kemitraan Sekolah

Kedua belah pihak belum sepenuhnya memahami detail kerja sama yang dilaksanakan, termasuk tujuan dan hasil yang disepakati. Dalam kemitraan ini dua pihak atau lebih bekerja sama dengan bersatu untuk meningkatkan keterampilan masing-masing dan mencapai tujuan kemitraan. Model kemitraan yang dimaksud dalam penelitian ini menitikberatkan pada model kemitraan mutualisme berbasis komunitas dalam arti aliansi yang saling memahami pentingnya bekerja sama dalam mencapai cita-cita dan tujuan bersama.

Strategi Pengembangan Kemitraan Sekolah

Konsep dan Substansi Komunitas

Keterlibatan: Keterlibatan dalam kemitraan sekolah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepentingan,

Pengambilan keputusan: Keputusan dalam kemitraan sekolah harus diambil secara bersama-sama dan melibatkan

Komunikasi: Komunikasi baik dan terbuka antara sekolah dan mitranya sangat penting agar kemitraan produktif

  • Sekolah Sebagai Sistem Sosial
  • Manajemen Berbasis Sekolah
  • Otonomi Sekolah Sebagai Pelayanan Terpadu
  • Model Pengembangan R&D
    • Model-Model Pengembangan dalam Penelitian R&D

Sekolah adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari unsur-unsur; struktur, individu, budaya, kebijakan, inti teknis, lingkungan dan kinerja. Perilaku individu akan mempengaruhi perilaku organisasi melalui aspek kebutuhan, tujuan, dan keyakinan, sehingga timbul kemauan untuk berkontribusi pada sekolah sebagai organisasi formal. Nilai-nilai sosial kemasyarakatan tersebut berimplikasi pada perkembangan sekolah dalam suatu sistem yang disebut sistem sosial, bagaimana budaya sekolah berkembang.

Beberapa konsep terkait sekolah sebagai suatu sistem sosial dikemukakan oleh Hoy (2012), bahwa sesuatu yang terorganisir dalam suatu lingkungan merupakan hal yang mendasar dan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, teori sistem sosial adalah salah satu model sekolah yang paling realistis (Bozkuş, 2014). Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan mempertemukan individu-individu yang unik dalam dua aspek perilaku kelembagaan sekaligus, yaitu aspek individu dan sosial yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan kesejahteraan bersama.

Interaksi keempat unsur tersebut terjadi dan dipengaruhi oleh lingkungan sebagai penyedia sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Oleh karena itu, sekolah sebagai suatu lembaga harus mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan efisien untuk mengembangkan struktur yang berkelanjutan. Aspek lain yang membantu upaya peningkatan produktivitas sekolah sebagai institusi sistem sosial adalah adanya model kepemimpinan yang transformatif, komunikatif dan terbuka dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang tidak mengesampingkan kesepakatan bersama dalam menghadapi permasalahan baru yang ada. timbul, yang mempengaruhi efektivitas dan mutu sekolah.

Alumni adalah peserta didik pada tingkat dasar, menengah, dan tinggi yang telah menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan sesuai dengan kaidah pembelajaran suatu lembaga pendidikan (Dewi, et.al., 2021). Shakil, et.al., (2012) menyatakan bahwa kehadiran komunitas alumni akan meningkatkan prestasi mahasiswa dan pengabdiannya kepada masyarakat, memungkinkan mahasiswa menjalani kehidupan yang bermakna, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan bantuan dan akan membantu dalam mengembangkan keuangan. dan sumber daya lainnya. untuk institusi sambil mempertahankan standar. Keluarga, pemangku kepentingan, dan masyarakat menyediakan sumber daya, baik pendanaan maupun infrastruktur, bagi siswa dan seluruh komunitas sekolah dengan harapan siswa dan keluarga dapat berkontribusi kepada masyarakat melalui luaran layanan yang dihasilkan sekolah.

Komponen-komponen tersebut saling berhubungan dan kemudian membentuk suatu sistem sosial yang mempunyai kewenangan untuk mengembangkan kepemimpinan berbasis sekolah untuk mencapai tujuan, visi dan misi sekolah. Tujuannya adalah merancang ulang cara sekolah dipimpin dan dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan melibatkan guru, siswa, orang tua dan masyarakat (Qibtyah et al., 2018). Golembiewski mengartikan manajemen sebagai upaya mengelola berbagai sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi (Mackenzie, et.al., 2018).

Terry (2021), manajemen melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya manusia dan lainnya. Menurut Krismanda, et.al., (2017), ada beberapa hal yang dapat dilakukan sekolah dalam upaya meningkatkan manajemen mutu: (1) Memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara efektif, efisien dan bertanggung jawab.

Gambar 2.2. Model Sekolah sebagai Sistem sosial
Gambar 2.2. Model Sekolah sebagai Sistem sosial

Model 4D

Kesaksian yang berwawasan luas karena seluruh komponennya bermuara pada tercapainya keinginan akan perilaku dan sikap hidup yang benar dalam semangat cinta persaudaraan universal. Tahap keempat : “Diseminasi” Tahap terakhir ini memuat aspek penerapan produk sesuai sasaran yaitu subjek penelitian. Kelebihan model ini adalah tidak memakan waktu lama karena tahapannya sederhana dan tidak rumit.

Tidak adanya tahapan monitoring dan evaluasi menyebabkan kualitas dan efisiensi produk tidak dapat diukur.Langkah-langkah dalam model 4D ini dapat diuraikan sebagai berikut; Hal ini ditentukan oleh permasalahan produk yang telah diterapkan dan tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan target yang ingin dicapai. Membangun tes yang mengacu pada kriteria - Pemilihan media Analisis konsep - Pemilihan format.. detail desain produk yang masih konseptual.

Model R2D2

Prinsip refleksi membantu peneliti untuk merefleksikan dan mengumpulkan ide selama proses pengembangan untuk menilai kelayakan produk.

Model Dick and Carey

Model Sugiyono

Potensi dan Masalah

Mengumpulkan Informasi

Desain Produk

Validasi Desain

Perbaikan Desain

Uji coba Produk

Revisi Produk

Uji coba Pemakaian

Revisi Produk

Pembuatan Produk Massal

Model yang Digunakan

Kajian Penelitian yang Relevan

Selama pandemi, St. Xaverius membangun kolaborasi dengan orang tua untuk memastikan kelancaran pembelajaran bagi siswa. Sedangkan dalam hal kerjasama dengan perguruan tinggi, terdapat kemitraan antara kedua lembaga meskipun hanya pada tataran beasiswa. 2017) melakukan penelitian kemitraan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah di SMA Kristen 1 Salatiga dengan mengembangkan model kemitraan sekolah berbasis media sosial bersama orang tua. Sekolah berupaya memanfaatkan media sosial untuk mempererat komunikasi dengan orang tua dan pemangku kepentingan lainnya, meskipun pengelolaannya masih belum maksimal.

Berbagai pihak dilibatkan dalam model kerjasama ini, seperti kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, komite sekolah, organisasi mitra di bidang media sosial, serta Dinas Pendidikan kota dan provinsi sebagai penasehat teknis. Model ini mempunyai spesifikasi tertentu, antara lain pengertian dan gambaran bentuk kemitraan, tujuan dan hasil yang diharapkan, rekomendasi kegiatan yang dapat dikembangkan, indikator penilaian, serta peran sekolah dan orang tua dalam melaksanakan setiap bentuk kemitraan. Studi kasus dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemitraan yang efektif tidak boleh dikompromikan oleh keinginan untuk mengontrol.

Dengan menggunakan studi wawancara semi terstruktur, peneliti menemukan bahwa model kemitraan sinergis belum diterapkan di lingkungan lembaga pendidikan SMA Katolik se-Provinsi Kalimantan Tengah. Munculnya kesadaran dikalangan sekolah akan keterbatasannya dalam meraih peluang membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, sekolah dan yayasan harus bekerja sama untuk mengembangkan kemitraan yang akan membantu mengembangkan mutu dan mutu sekolah.

Sepanik, et.al., (2021) menyatakan bahwa Kemitraan Sekolah dan Masyarakat merupakan solusi Pendidikan Setara melalui aspek Kesejahteraan Sosial dan Emosional, khususnya bagi mereka yang paling tertinggal dan jauh dari jangkauan sistem politik dan sosial kita saat ini. . Ditemukan bahwa di tingkat sekolah, tindakan kooperatif antara guru dan keluarga, dan dorongan spiritual keluarga bagi guru secara statistik signifikan terhadap perasaan aman guru. Selain itu, kelompok variabel tindakan kolaboratif antara guru dan keluarga mempunyai nilai positif paling tinggi.

Dengan kata lain, meningkatkan tindakan kolaboratif antara guru dan keluarga merupakan motivasi penting untuk meningkatkan rasa aman guru dalam kemitraan SFC. Wegemer, et.al., (2021) Kemitraan praktik penelitian (RPP) menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk meningkatkan hasil pendidikan. Beberapa manfaat kemitraan sekolah dan masyarakat; 1) Meningkatkan akses terhadap dukungan kesehatan dan kesejahteraan, 2) Memberikan dukungan dan intervensi akademik individual dan tambahan, 3) Memperluas peluang pilihan dan pengayaan siswa, dan 4) Menciptakan lingkungan belajar yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan budaya. Pemimpin dalam hal ini kepala sekolah harus mengembangkan kemampuan manajerialnya dalam mengupayakan kerjasama dengan mitra baik internal maupun eksternal untuk menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

Kerangka Berpikir

Sekolah sebagai suatu sistem sosial mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung solidaritas, subsidiaritas dan kontribusi dari seluruh pihak yang terlibat dalam komunitas sekolah. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya melibatkan upaya sekolah saja, namun juga melibatkan partisipasi aktif dan kontribusi seluruh pemangku kepentingan, baik guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya. Program kemitraan berbasis masyarakat melibatkan kolaborasi erat antara sekolah, guru, orang tua, siswa dan masyarakat lokal dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan.

Model ini menciptakan jaringan kemitraan yang kuat antara seluruh pihak terkait, dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan secara holistik. Keberhasilan peningkatan mutu pendidikan melalui program kemitraan berbasis masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sekolah. Faktor eksternal meliputi dukungan dan partisipasi aktif dari orang tua, masyarakat setempat, serta kerjasama dengan lembaga pendidikan lainnya.

Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan yang signifikan. Pendidikan bukan sekedar penguasaan materi, tetapi juga pembentukan karakter yang baik, sikap positif, dan nilai moral yang kuat. Keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan. Kepentingan antara lain guru, orang tua, siswa dan masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai peningkatan mutu pendidikan.

Keterlibatan ini meliputi partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan program dan dukungan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Kepercayaan yang dibangun antar seluruh pihak yang terlibat menjadi landasan penting dalam menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan kolaboratif. Kepercayaan ini memungkinkan terbentuknya hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara sekolah, guru, orang tua, siswa, dan masyarakat setempat.

Solidaritas membangun kesatuan antar seluruh pemangku kepentingan dalam mencapai tujuan bersama, sedangkan sinergi menciptakan kerja sama yang kuat dan saling memperkuat antar semua pihak yang terlibat. Dalam konteks ini mengacu pada beberapa konsep dan teori yang mendukung model kemitraan masyarakat ini, seperti Kolaborasi yang efektif dapat menciptakan sinergi antara berbagai sumber daya, pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan interaksi positif antara semua pihak yang terlibat.

Gambar

Gambar 2.1. Hubungan Input, Proses, Output dan Outcome  dalam peningkatan mutu Sekolah
Gambar 2.2. Model Sekolah sebagai Sistem sosial
Gambar 2.3. Model MPMBS dalam Peningkatan Mutu Sekolah
Tabel 2. Perbandingan Model-Model Pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

Nugroho, et al., 2020 Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusi di Asia Transmisi COVID-19 dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan