• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Konstruksi Model Sekolah Ramah Anak Kategori Maju: Belajar dari Praktik di SMP Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Konstruksi Model Sekolah Ramah Anak Kategori Maju: Belajar dari Praktik di SMP Kota Semarang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif memfokuskan kepada individu, peristiwa, dan konteks tertentu (Dowling et al., 2016). Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati dan dicermati (Radianti et al., 2020). Pendekatan mengarahkan pada latar dari individu secara menyeluruh. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif berarti mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia sekitar (Sheard, 2022). Dengan demikian penelitian dengan pendekatan kualitatif mengutamakan adanya deskripsi dan analisis dari fenomena peristiwa, aktivitas sosial, persepsi, dan pemikiran orang baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut sesuai dengan masalah dari penelitian yang ingin menghasilkan konstruksi model sekolah ramah anak yang anti perundungan.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Metode studi kasus merupakan metode yang mengungkap sesuatu secara mendalam dan mendetail tentang apa saja yang berkaitan dengan subjek penelitian (Soeterik et al., 2023). Metode studi kasus juga bersifat unik dan menggali permasalahan menjadi lebih transparan (Gammelgaard, 2017).

Langkah-langkah utama dalam metode studi kasus dikembangkan oleh Yin (2018) sebagai berikut.

1. Menentukan tujuan penelitian, merupakan langkah pertama dalam melakukan studi kasus.

2. Pemilihan kasus, memilih kasus yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian. Kasus dapat berupa individu, kelompok, organisasi, dan peristiwa yang memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3. Desain rinci, merencanakan secara rinci bagaimana mengumpulkan data dari kasus. Data diperoleh dari wawancara, analisis dokumen, atau kombinasi dari berbagai metode.

4. Pengumpulan data, mengumpulkan data dari kasus dengan hati-hati sesuai dengan desain penelitian yang telah dibuat. Data yang dikumpulkan sesuai dan relevan dengan tujuan penelitian.

(2)

27

5. Analisis data, merupakan langkah kunci dalam metode kasus. Analisis data meliputi kegiatan mengorganisir, memeriksa, dan menganalisis data untuk mengidentifikasi pola, tren, dan temuan yang relevan dengan penelitian.

6. Interpretasi data, merupakan kegiatan menginterpretasikan hasil temuan yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Peneliti mencari implikasi penting yang dapat ditarik dari studi kasus.

7. Penarikan kesimpulan, merupakan membuat kesimpulan berdasarkan analisis dan interpretasi data. Kesimpulan merangkum apa yang dipelajari dari studi kasus.

8. Pelaporan hasil, merupakan langkah terakhir dengan melaporkan hasil dari studi kasus dalam sebuah laporan penelitian. Laporan penelitian mencakup semua langkah yang dilakukan dalam penelitian termasuk tujuan, pemilihan kasus, metode pengumpulan data, analisis data, interpretasi, dan kesimpulan.

Penelitian yang akan menghasilkan konstruksi model sekolah ramah anak kategori maju membutuhkan banyak data dengan mendalami kasus pada beberapa sekolah yang sudah mendeklarasikan dan mendapatkan pelatihan tentang sekolah ramah anak. Dengan demikian pemilihan metode studi kasus sesuai pada penelitian.

Menurut Yin (2018), keuntungan menggunakan metode studi kasus dalam pendekatan kualitatif antara lain:

a. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang identik dengan yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan baik antara peneliti dan responden

d. Studi kasus memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi peneliti

Metode studi kasus dianggap cocok untuk menemukan berbagai informasi berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.2 Subjek Penelitian

SMP Negeri 33 Semarang merupakan sekolah yang berdiri sejak 5 Mei 1992 terletak di Jalan Kompol R. Soekanto kecamatan Tembalang Semarang, Jawa Tengah. SMP Negeri 33 Semarang memiliki luas lahan yang cukup luas yaitu 17.895 m2. Jumlah rombongan belajar adalah 27 kelas yaitu kelas VII sebanyak 9 kelas, kelas VIII sebanyak 9 kelas, dan kelas IX sebanyak 9 kelas. Terdapat 475 peserta didik laki-laki dan 424 siswa perempuan dengan jumlah guru dan karyawan adalah 48 orang. Peserta didik yang ada di SMP Negeri 33 Semarang

(3)

28

sebagian besar dari kompleks perumahan yang berada di lingkungan sekolah. Orang tua memiliki pekerjaan yang sebagian besar adalah wiraswasta. SMP Negeri 33 Semarang telah mengikuti standardisasi SRA oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia nomor sertifikat: 197/D.PHA.5/KA/09/2022. SMP 33 Semarang dinyatakan lolos sebagai sekolah ramah anak kategori maju dan menjadi rujukan tingkat nasional.

Subjek penelitian adalah kepala sekolah, pendidik, peserta didik, orang tua, dan alumni di SMP Negeri 33 Semarang. Subjek penelitian lain adalah fasilitator SRA, pengawas, dan pejabat di dinas pendidikan Kota Semarang. Subjek yang menjadi informan dalam penelitian antara lain:

1. Peserta didik sebanyak 2 orang dari SMP Negeri 33 dengan kode A1 dan A2.

2. Pendidik sebanyak 3 orang dari SMP Negeri 33 Semarang dengan kode B1, B2, dan B3.

3. Kepala sekolah sebanyak 1 orang dari SMP Negeri 33 Semarang dengan kode C.

4. Orang tua sebanyak 3 orang dari SMP Negeri 33 Semarang dengan kode D1, D2, dan D3.

5. Alumni sebanyak 3 orang dari SMP Negeri 33 Semarang dengan kode E1, E2, dan E3.

6. Pengawas kota Semarang sebanyak 1 orang dengan kode F.

7. Fasilitator sekolah ramah anak sebanyak 1 orang dengan kode G.

8. Pihak pemerintah sebanyak 2 orang terdiri dari Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Semarang dengan kode H1 dan Sub Koordinator Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Kota Semarang dengan kode H2.

Dengan demikian total peserta yang menjadi informan dalam penelitian sebanyak 16 orang.

Peserta didik yang menjadi subjek penelitian adalah perwakilan dari agen perubahan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kedua peserta didik tersebut ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan tentang hak anak yang dilakukan oleh yayasan peduli hak anak. Peserta didik sebagai pelopor dan pelapor tindakan perundungan di sekolah. Pendidik yang menjadi subjek penelitian terdiri dari 3 orang yaitu: wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, dan guru bimbingan konseling. Wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan kesiswaan bertugas membantu kepala sekolah dalam penyusunan surat keputusan tentang tim SRA, pembuatan program SRA, pelaksanaan SRA, dan evaluasi SRA.

Guru bimbingan konseling sebagai koordinator tim SRA yang bertugas mengkoordinir kegiatan SRA di SMPN 33 Semarang.

Kepala SMPN 33 Semarang merupakan sosok kepala sekolah yang inovatif, semangat, dan pantang menyerah. Beliau selalu mencari ide-ide baru untuk kemajuan sekolah yang dipimpin. Selain itu, Kepala SMPN 33 Semarang juga sebagai fasilitator SRA. Beliau

(4)

29

mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan dalam pengembangan dan peningkatan sekolah berkaitan dengan SRA. Jiwa kewirausahaan Kepala Sekolah sangat tinggi. Hal tersebut terbukti dengan adanya kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk kegiatan SRA. Sekolah berkolaborasi dengan puskesmas, keamanan, yayasan peduli anak, dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan instansi lainnya.

Alumni SMPN 33 Semarang yang menjadi subjek penelitian merupakan alumni lulus tahun 2021 dan tahun 2022. Mereka merupakan alumni yang mengetahui pelaksanaan SRA di SMPN 33 Semarang selama masih sekolah. Ketiga alumni tersebut terdiri dari 1 laki-laki dari lulusan tahun 2021 dan 2 perempuan dari lulusan tahun 2022. pada saat ketiga alumni menjadi subjek penelitian, ketiganya tercatat sebagai siswa SMA Negeri di Kota Semarang. Ketiga alumni sangat senang menjadi bagian dari subjek penelitian karena bisa bertemu kembali dengan gurunya.

Subjek penelitian dari pemerintah diwakili oleh satu orang pengawas yang merupakan koordinator pengawas SMP di Kota Semarang. Beliau merupakan pengawas senior yang memiliki pengalaman sebagai guru berprestasi. Beliau juga memiliki pengalaman sebagai kepala sekolah selama 12 tahun dan pernah menjadi kepala sekolah berprestasi. Pengalaman sebagai kepala sekolah berprestasi bermanfaat dalam melakukan pembinaan dan pendampingan bagi kepala sekolah. Beliau merupakan pengawas yang memiliki sekolah binaan. Sekolah peneliti merupakan salah satu sekolah binaannya.

Subjek penelitian dari pemerintah lainnya adalah Kepala Bidang Pembinaan SMP dinas pendidikan Kota Semarang yang memiliki pengalaman sebagai kepala sekolah berprestasi.

Beliau bertugas melakukan pembinaan terhadap kemajuan pendidikan SMP negeri dan swasta di Kota Semarang. Subjek penelitian berikutnya adalah Subkoordinator Kurikulum SMP dinas pendidikan Kota Semarang yang merupakan pelaksana teknis dalam mengawal jalannya kurikulum SMP di Kota Semarang. Beliau ikut berperan dalam mendukung terwujudnya SRA di Kota Semarang.

Fasilitator SRA yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala SMPN 1 Semarang.

Beliau merupakan fasilitator SRA yang ditunjuk oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2020. Beliau sering menjadi narasumber tentang SRA diberbagai daerah. Beliau juga menjadi konsultan SRA di Kota Semarang. Beliau selalu diajak dalam merumuskan berbagai kebijakan SRA di Dinas Pendidikan Kota Semarang. Selain itu, Beliau juga menjadi kepala sekolah mitra yang menjadi mentor bagi kepala sekolah di luar jawa. Beliau sering memberikan pelatihan tentang hak anak baik secara daring maupun luring.

(5)

30

Sekolah ramah anak kategori maju ditandai dengan terpenuhinya enam dimensi SRA, standarisasi SRA, papan nama menuju SRA terstandarisasi, dan dapat mengimbaskan.

Pemenuhan enam dimensi SRA yang laksanakan di SMP Negeri 33 Semarang pada tahun 2022 yaitu:

1. Komitmen tertulis/kebijakan

a. Adanya SK Tim SRA di satuan pendidikan yang melibatkan peserta didik dan orang tua b. Memiliki tata tertib dengan bahasa positif dan tidak mengandung unsur pelanggaran hak

anak yang dibuat dengan melibatkan peserta didik dan orang tua peserta didik.

c. Memiliki kebijakan penghapusan kekerasan terhadap peserta didik, yang tercantum dalam tata tertib satuan pendidikan, meliputi mekanisme pengaduan untuk penanganan kasus di satuan pendidikan dan adanya pelarangan tindak kekerasan.

d. Melakukan berbagai upaya untuk pencegahan dan penanganan semua bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap peserta didik termasuk peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan kepada seluruh warga satuan pendidikan.

e. Memiliki mekanisme untuk tindak lanjut bagi pendidikan dan tenaga kependidikan yang melakukan kekerasan.

f. Melakukan pemantauan, pengawasan, dan tindakan atas pelaksanaan kebijakan pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap peserta didik.

g. Melakukan upaya untuk mencegah peserta didik putus sekolah.

h. Memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip SRA dalam Manajemen Berbasis Sekolah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) setiap tahun dan pengembangan program di luar RKAS i. Terdapat proses penyadaran dan dukungan bagi warga satuan pendidikan untuk

memahami Konvensi Hak Anak.

j. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok.

k. Memiliki komitmen untuk menerapkan Program UKS dan mewujudkan kawasan bersih NAPZA.

l. Memiliki komitmen untuk menerapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) secara struktural dan kultural.

m. Menjamin, melindungi, menghormati dan memenuhi hak peserta didik untuk menjalankan ibadah dan pendidikan agama sesuai dengan agama masing-masing.

n. Memastikan pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di dalam proses pembelajaran.

o. Mengintegrasikan materi kesehatan reproduksi dalam materi pembelajaran terkait.

(6)

31

p. Mengintegrasikan penerapan Perilaku Ramah Lingkungan Hidup (PRLH) di dalam proses pembelajaran.

q. Pelaksanaan Kebijakan Pemantauan rutin perlindungan anak, dengan memfungsikan Guru BK, guru kelas, guru piket, piket anak, dan Komite satuan pendidikan.

r. Menjadi satuan pendidikan rujukan SRA.

s. Melakukan pengawasan dalam kegiatan ekstrakurikuler.

t. Kebijakan pembatasan dan pengawasan penggunaan gawai atau internet hanya untuk waktu dan tempat yang disepakati.

u. Memiliki tim untuk melakukan pengawasan terhadap buku di perpustakaan sekolah dan bahan literasi.

v. Satuan pendidikan memiliki mekanisme pengaduan, meliputi alur proses, tim yang menangani, dan jejaring.

w. Memiliki pernyataan komitmen tertulis tentang Perlindungan Anak.

2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Konvensi Hak Anak dan SRA

a. Pelatihan Konvensi Hak Anak dan SRA bagi seluruh warga satuan pendidikan, terutama pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dan orang tua.

b. Tersedia minimum 2 orang pendidik dan/atau tenaga kependidikan yang terlatih Konvensi Hak Anak dan SRA.

c. Sosialisasi dan/atau Pelatihan Konvensi Hak Anak dan SRA bagi seluruh warga satuan pendidikan, terutama pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dan orang tua.

d. Satuan pendidikan menjalankan program-program sosialisasi dan/atau pelatihan/bimtek terkait Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

e. Satuan Pendidikan mendapatkan sosialisasi, pelatihan dan/atau pendampingan dari program-program seperti Internet Sehat dan Aman, Sekolah Adiwiyata, dll.

3. Proses Pembelajaran Yang Ramah Anak

a. Pelaksanaan pembelajaran memperhatikan hak anak termasuk inklusif dan non diskriminasi serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan, penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap peserta didik di dalam dan di luar kelas, termasuk proses pendisiplinan tanpa merendahkan martabat anak dan tanpa kekerasan sesuai dengan kebijakan yang tercantum dalam perencanaan pembelajaran, RKAS, dan MBS.

b. Pelaksanaan integrasi kesehatan di satuan pendidikan, dalam bentuk (1) unit kesehatan sekolah, (2) pembelajaran, pembiasaan, dan peneladanan.

(7)

32

c. Pelaksanaan integrasi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah.

d. Pelaksanaan integrasi mitigasi bencana melalui penerapan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dengan memasukan hal-hal yang relevan di masing-masing pilar SPAB.

e. Pembelajaran, pembiasaan dan peneladanan untuk pembentukan perilaku positif seperti empati/peduli, sosial, berbagi, menghargai orang lain, menghormati orang tua, bahasa, pelestarian budaya, menghargai perbedaan, cinta tanah air, dan anti radikalisme.

4. Sarana dan Prasarana Yang Ramah Anak

a. Papan nama SRA yang sesuai standar atau desain yang disepakati.

b. Satuan pendidikan memiliki simbol/tanda/rambu terkait dengan SRA khususnya dilarang merokok/NAPZA, tambahan denah satuan pendidikan, jalur evakuasi, titik kumpul, dan peringatan daerah berbahaya.

c. Persyaratan kesehatan seperti lingkungan, (1) ruang dan sarana kelas yang bersih, (2) tersedia tempat cuci tangan yang layak untuk anak dengan air bersih yang mengalir dan sabun cuci tangan di depan kelas, (3) tempat pembuangan sampah tertutup dan terpilah.

d. Persyaratan kenyamanan melalui penataan ruangan yang nyaman bagi peserta didik dilakukan melalui, (1) toilet bersih serta terpisah dan berjarak antara toilet laki-laki dan perempuan, (2) kondisi toilet bersih.

e. Persyaratan keamanan/keselamatan dilakukan melalui 1) struktur bangunan dan sarana tidak memiliki sudut yang tajam, kasar, membahayakan peserta didik disertai adanya rambu-rambu peringatan.

f. Peralatan, perlengkapan, dan obat-obatan di ruang UKS berfungsi dengan baik dan terpantau.

g. Satuan pendidikan tingkat menengah memiliki ruang konseling yang nyaman dan memperhatikan kerahasiaan.

h. Satuan pendidikan memiliki area/ruang bermain ramah anak (lokasi dan desain dengan perlindungan yang memadai, sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua peserta didik, termasuk anak penyandang disabilitas.

i. Ruang perpustakaan/Pojok Baca/Taman Baca harus aman, nyaman, tenang dan memiliki buku/sumber informasi yang sudah memenuhi kaidah informasi layak anak (antara lain tidak mengandung pornografi, kekerasan, radikalisme, SARA, dan perilaku seksual menyimpang).

(8)

33

j. Fasilitas kantin dan makanan di kantin yang terpantau dengan baik sesuai dengan prinsip dan standar kantin sehat, diantaranya, (1) tempat sampah tertutup, (2) wastafel beserta air mengalir dan sabun.

k. Satuan pendidikan menyediakan media komunikasi, informasi, edukasi (KIE) yang terkait dengan SRA (misal: langkah-langkah cuci tangan pakai sabun, buanglah sampah pada tempatnya, slogan yang bermakna himbauan untuk perilaku hidup bersih dan sehat).

l. Sarana lain yang inovatif seperti, (1) fasilitas untuk anak kurang sehat agar tetap mengikuti pembelajaran, (2) ruang sekretariat khusus untuk alumni, (3) ruang belajar dalam konteks keagamaan.

5. Partisipasi Anak

a. Peserta didik diberi kesempatan untuk dapat membentuk komunitas sebaya.

b. Peserta didik dapat memilih kegiatan ekstra kurikuler sesuai minat.

c. Melibatkan peserta didik dalam menyusun kebijakan dan tata tertib satuan pendidik dan memetakan potensi satuan pendidikan.

d. Melibatkan peserta didik dalam mewujudkan kelas dan lingkungan satuan pendidikan yang menyenangkan.

e. Mengikutsertakan perwakilan peserta didik sebagai anggota Tim Pelaksana SRA.

f. Pendidik, tenaga kependidikan, dan komite satuan pendidikan mendengarkan dan mempertimbangkan usulan peserta didik untuk memetakan pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak, serta mengintegrasikannya dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) guna mewujudkan SRA.

g. Peserta didik dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan SRA.

h. Peserta didik berani dan bisa melakukan pengaduan tanpa ada intimidasi dari pihak manapun antara lain melalui kelompok forum anak atau mekanisme pengaduan yang ada di satuan pendidikan.

i. Satuan pendidikan memberikan kesempatan dalam pengembangan bakat, peningkatan kreativitas dan pelestarian budaya yang diusulkan oleh anak.

6. Partisipasi Orang Tua, Alumni, Ormas, dan Dunia Usaha

a. Keterlibatan orang tua dalam penyusunan tata tertib di satuan pendidikan dan memetakan potensi satuan pendidikan, dan bersikap proaktif dalam memastikan SRA masuk dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban RKAS.

b. Komite Sekolah memastikan bahwa satuan pendidikan menggunakan internet sehat dan media sosial yang ramah anak.

(9)

34

c. Orang tua/wali/Komite Satuan Pendidikan (1) aktif mengikuti pertemuan dalam rangka penyelenggaraan SRA, (2) komunikasi aktif antara orang tua dengan wali kelas, (3) aktif bekerjasama dalam mewujudkan SRA.

d. Alumni berkontribusi dalam penyelenggaraan SRA melalui (1) usulan terkait program SRA, (2) fasilitasi pertemuan dalam rangka program SRA, (3) bantuan sarana dan prasarana SRA.

e. Organisasi kemasyarakatan (1) memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA, (2) memberi akses kepada peserta didik dan pendidik untuk kegiatan seni dan budaya.

f. Dunia usaha dalam bentuk program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan SRA, (2) memberikan akses fasilitas perusahaan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, (3) bantuan sarana SRA.

Standarisasi SRA kategori maju dilakukan dengan melakukan audit terhadap bukti dari pemenuhan enam dimensi SRA yang dikirimkan oleh satuan pendidikan kepada tim standardisasi SRA tingkat nasional. Tim audit SRA memberikan skor penilaian pada setiap bukti yang dikirimkan. Berikut tabel 2 tentang rekapitulasi hasil audit final standardisasi SRA SMP Negeri 33 Semarang pada tanggal 6 September tahun 2022.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Audit Final Standardisasi SRA SMP Negeri 33 Semarang

No. Komponen Standar

Menengah

& Atas

Skor Max

Skor Audit

Final

1. Kebijakan SRA 48 115 103

2. Pendidik dan tendik terlatih konvensi hak anak dan SRA

6 25 25

3. Proses pembelajaran yang ramah anak 13 25 21

4. Sarana dan prasarana yang ramah anak 33 60 56

5. Partisipasi anak 28 45 45

6. Partisipasi Ortu/Wali, Alumni, Ormas, dan Dunia Usaha

9 30 28

Total 137 300 278

Sumber: Data Penelitian (2022)

Nilai persentase audit standardisasi SRA SMP Negeri 33 Semarang:

(10)

35

= 278

300× 100%

= 92,7%.

Berdasarkan hasil audit SRA di SMP Negeri 33 Semarang, penerapan SRA di SMP Negeri 33 Semarang dikategorikan pada kategori Maju.

3.3 Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian karena sebagai penuntun peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian (Rochayatiningsih, 2013). Tahap penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dicermati pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Rangkaian Tahap-tahap Penelitian

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis dan sekaligus pelapor hasil penelitian.

Keberadaan peneliti sebagai instrumen merupakan alat pengumpul data yang utama. Hal tersebut dikarenakan peneliti memiliki hubungan langsung dengan informan dan objek lainnya

TAHAP PRA PENELITIAN

1. Menyusun Rancangan 2. Memilih Latar

Penelitian

3. Mengurus Perizinan 4. Menyiapkan Peralatan

1. Memahami latar penelitian

2. Memasuki lapangan 3. Interaksi dan

pengumpulan data TAHAP PEKERJAAN

LAPANGAN

1. Penyajian Data 2. Pemrosesan 3. Kategorisasi

4. Menarik Kesimpulan

1. Ketekunan Pengamatan 2. Triangulasi

3. Pemeriksaan Sejawat, Diskusi

TAHAP PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA TAHAP ANALISIS DAN

PENAFSIRAN DATA

(11)

36

yang diyakini mampu memahami dan menafsirkan berbagai keadaan sekaligus mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang terjadi di lapangan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara, focus group discussion (FGD), dan dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data mampu mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber utama dalam penelitian pendekatan kualitatif adalah kata-kata dan tindakan informan, tambahannya berupa dokumentasi dan data pendukung lainnya (Lofland, 1993).

Penjelasan teknik pengumpulan data dapat dicermati sebagai berikut.

1. Wawancara mendalam (in depth interview)

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian bersifat tidak terstruktur. Tujuan dari wawancara tidak terstruktur adalah untuk mendapatkan keterangan yang lebih rinci dan mendalam mengenai pendapat orang lain. Pelaksanaan wawancara seperti halnya percakapan yang bersifat informal. Peneliti berharap bahwa wawancara berlangsung nyaman dan mampu menggali secara mendalam dan menyeluruh terkait sekolah ramah anak yang anti perundungan. Wawancara tidak terstruktur memiliki keunggulan mampu mengemukakan permasalahan secara menyeluruh dan mendalam (Mulyana, 2002).

Wawancara juga tidak ada urutan pertanyaan melainkan pertanyaan sesuai dengan menggunakan pedoman tujuan penelitian.

Wawancara dalam penelitian dilakukan kepada subjek penelitian yang ditetapkan sebagai informan yaitu kepala sekolah, pendidik, peserta didik, orang tua dan alumni di SMP Negeri 33 Semarang. Data penelitian juga diperoleh dari fasilitator SRA, Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan kota Semarang, dan Pengawas SMP kota Semarang. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara berupa hasil rekaman yang bersifat verbal.

2. Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan kegiatan diskusi yang melibatkan sekelompok orang yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi pengetahuan dan pengalaman peserta diskusi dalam membantu memahami apa yang pikirkan orang sekaligus mengetahui mengapa mereka berpikir seperti itu. FGD juga memiliki tujuan untuk menggali informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri yang diperoleh dari pengalaman nyata atau pengetahuan yang dimiliki peserta (Greenwood et al., 2014). Penelitian yang akan mengkonstruksi sekolah ramah anak kategori maju perlu mendapatkan masukan dan saran dari berbagai

(12)

37

pihak. FGD digunakan sebagai salah satu informasi yang digunakan peneliti untuk menyusun program sekolah ramah anak kategori maju.

FGD dilakukan dengan menghadirkan kepala sekolah, pendidik, peserta didik, orang tua dan alumni dari SMP Negeri 33 Semarang, fasilitator SRA, pengawas SMP kota Semarang, dan Kepala Bidang dinas pendidikan kota Semarang. FGD akan dipandu oleh peneliti dengan membentuk dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari kepala sekolah, pengawas dan Kepala Bidang dinas Pendidikan kota Semarang. Kelompok kedua terdiri dari perwakilan pendidik, peserta didik, orang tua, dan alumni dari sekolah yang ditunjuk sebagai subjek penelitian. Masing-masing kelompok diberikan pertanyaan tentang peran dan langkah konkrit yang dilakukan dalam membentuk sekolah ramah anak kategori maju dalam bentuk tulisan.

Hasil diskusi tiap kelompok dipresentasikan untuk dapat diberikan masukan dan kritikan dari kelompok lain. Peneliti melakukan pencatatan hal-hal penting yang menjadi masukan. Peneliti ikut memberikan kesimpulan dan melakukan pengelolaan diskusi untuk membuat sebuah kesimpulan dari hasil presentasi. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, peneliti membacakan notulen hasil FGD kepada semua peserta dan mempersilahkan peserta untuk memberikan tanggapan. Tanggapan akan dicatat dan ditindaklanjuti untuk perbaikan kesimpulan yang diperoleh.

3. Dokumentasi

Dokumentasi penelitian meliputi dokumen hasil rekaman peneliti ketika melakukan wawancara kepada para informan. Dokumentasi juga dapat berupa foto yang memperlihatkan aktivitas peneliti dalam melakukan wawancara atau kegiatan lain yang melibatkan peneliti dalam kegiatan penelitian di sekolah atau di tempat lain. Foto keadaan sekolah, kegiatan FGD, kegiatan guru, peserta didik, dan sarana prasarana sekolah yang mendukung penelitian dikumpulkan dengan baik. Dikarenakan penelitian dilakukan di masa pandemi covid-19, terkadang peneliti tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan informan. Peneliti melakukan wawancara melalui media sosial seperti whatsapp atau zoom, sehingga dokumentasi penelitian juga dapat berupa hasil tangkapan layar yang memperlihatkan peneliti dan informan.

Selain dokumentasi hasil rekaman dan foto kegiatan, peneliti juga mendokumentasikan berbagai hasil atau produk berupa perencanaan, program, dan evaluasi yang dilakukan sekolah dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju. Dokumen dapat digunakan peneliti untuk menganalisis dan melengkapi konstruksi model sekolah ramah anak kategori maju yang akan disusun.

(13)

38

Berikut tabel 3 tentang matriks sumber data konstruksi sekolah ramah anak kategori maju.

Tabel 3. Matriks Sumber Data Konstruksi Sekolah Ramah Anak Kategori Maju No Data yang Diungkap Sumber Data Teknik

1. Peran Kepala Sekolah dalam mendukung sekolah ramah anak kategori maju

Kepala SMPN 33 • Wawancara

FGD

2. Peran Pendidik dalam mendukung sekolah ramah anak kategori maju

Pendidik SMPN 33 • Wawancara

FGD

3. Peran peserta didik dalam mendukung sekolah ramah anak kategori maju

Peserta didik SMPN 33 • FGD

• Wawancara

4. Peran orang tua dalam mendukung sekolah ramah anak kategori maju

Orang tua SMPN 33 • FGD

• Wawancara

5. Peran alumni dalam mendukung sekolah ramah anak kategori maju

Alumni SMPN 33 • Wawancara

FGD

3.6 Teknik Analisis Data

Data empiris yang dihasilkan oleh peneliti berupa data kualitatif berupa narasi atau kata- kata dan bukan berupa rangkaian angka. Data juga tidak dapat disusun dalam struktur klasifikasi/kategori-kategori (Sun & Lim, 2010). Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang disusun dalam teks dan tidak menggunakan perhitungan statistika atau matematis sebagai alat bantu analisis (Mertler & Reinhart, 2016). Data yang diperoleh berupa hasil wawancara, suara rekaman diproses dulu dengan mencatat kembali dan melakukan penyuntingan agar lebih mudah dipahami.

Kegiatan analisis data kualitatif terdiri atas tiga hal yang dapat dilakukan secara bersamaan, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi (Serrano, 2022). Ketiga kegiatan tersebut merupakan proses siklus dan interaksi pada

(14)

39

saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut sebagai analisis (Ulber Silalahi, 2009:339).

Teknik analisis yang digunakan peneliti dalam penelitian meliputi reduksi data, triangulasi, dan menarik kesimpulan.

Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan yang penting dalam penelitian kualitatif (Horrell et al., 2020). Kegiatan meliputi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrasktian, dan transformasi data mentah yang dihasilkan dari catatan-catatan tertulis di lapangan, hasil wawancara melalui rekaman dan dokumen lainnya (Baskarada, 2014). Kegiatan reduksi data sebenarnya dapat dilakukan secara terus-menerus, mulai berlangsungnya penelitian dan selama proses pengumpulan data. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi adanya tahapan reduksi data melalui pembuatan ringkasan, pengkodean, penelusuran tema, pembuatan partisi, dan penulisan memo.

Reduksi data pada penelitian bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi secara tepat. Reduksi data terus berlanjut saat penelitian berlangsung, setelah penelitian selesai sampai laporan akhir penelitian lengkap tersusun.

Triangulasi Data

Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Carter et al., 2014). Teknik tersebut digunakan untuk melakukan pengecekan data yang sudah direduksi.

Dengan pengecekan dari berbagai sumber, harapannya data yang dihasilkan semakin valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Triangulasi data juga merupakan teknik yang berbeda meliputi: wawancara, observasi, dan dokumen. Selain untuk mengecek kebenaran data, triangulasi juga dapat digunakan untuk memperkaya data. Triangulasi data juga dapat berfungsi untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data sehingga bersifat reflektif (Bekhet & Zauszniewski, 2012).

Terdapat empat macam triangulasi yaitu: (1) memanfaatkan penggunaan sumber, (2) metode, (3) penyidik, dan (4) teori (Ammenwerth et al., 2003). Pada penelitian, peneliti memilih satu triangulasi penggunaan teknik yaitu memanfaatkan penggunaan sumber.

Triangulasi memanfaatkan penggunaan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik

(15)

40

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Beberapa langkah teknik memanfaatkan penggunaan sumber untuk mencapai kepercayaan antara lain:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(Renz et al., 2018)

Penelitian kualitatif menghendaki bahwa triangulasi data merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh peneliti untuk menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh.

Teknik pemeriksaan keabsahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan dan sebagai pembanding data tersebut.

Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan kegiatan analisis ketiga. Kegiatan biasanya bersamaan dengan proses verifikasi. Data yang sudah dikumpulkan dan dilakukan triangulasi, disusun secara sistematis. Peneliti akan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola- pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi (Berg- Schlosser et al., 2012). Kesimpulan yang pada awalnya belum jelas menjadi meningkat lebih terperinci. Kesimpulan akhir dalam penelitian sangat bergantung pada kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan (Moser & Korstjens, 2018). Dibutuhkan kecermatan dan kecakapan peneliti dalam mengolah data menuju ke sebuah kesimpulan yang valid.

3.7 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2022 pukul 08.30 – 11.30 WIB di SMP Negeri 33 Semarang. Peneliti melakukan kegiatan wawancara dan FGD dengan kepala sekolah, 2 pendidik, 1 tenaga kependidikan, 2 orang tua, dan 1 alumni. Kegiatan wawancara dan FGD dilakukan dalam ruangan yang sama dengan menggunakan panduan wawancara yang

(16)

41

telah dibuat. Kegiatan menghasilkan informasi bagaimana peran SDM di SMP Negeri 33 Semarang dalam mendukung terwujudnya sekolah ramah anak kategori maju.

Penelitian dilanjutkan pada tanggal 2 Agustus 2022 pukul 13.00 – 14.30 WIB di Dinas Pendidikan Kota Semarang. Peneliti melakukan kegiatan wawancara dan FGD dengan Kepala Bidang Pembinaan SMP, Sub Koordinator Kurikulum SMP, dan Pengawas SMP Kota Semarang. Kegiatan wawancara dan FGD dilakukan dalam ruangan yang sama dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat. Kegiatan menghasilkan informasi bagaimana peran SDM di Dinas Pendidikan dan di lingkungan sekolah dalam mendukung terwujudnya sekolah ramah anak kategori maju.

Penelitian dilanjutkan pada tanggal 4 Agustus 2022 pukul 08.00 – 10.00 WIB di SMP Negeri 33 Semarang dan pukul 13.00 – 15.00 di SMP Negeri 1 Semarang. Peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan Kepala SMP Negeri 33 Semarang dan Kepala SMP Negeri 1 Semarang sebagai Fasilitator SRA. Kegiatan wawancara dilakukan di ruang kepala sekolah dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat. Kegiatan menghasilkan informasi bagaimana peran SDM di lingkungan sekolah, luar sekolah dan peran SDM lain dalam mendukung terwujudnya sekolah ramah anak kategori maju.

Penelitian dilanjutkan pada tanggal 9 Agustus 2022 pukul 08.00 – 12.00 WIB di aula SMP Negeri 5 Semarang. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Bidang Pembinaan SMP Kota Semarang, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang, Direktur Yayasan Anantaka, Ketua Program Studi Doktor Manajemen UKSW, Sub Koordinator Kurikulum SMP, Fasilitator SRA, Pengawas SMP, Kepala Sekolah, Pendidik, Peserta Didik, Orang Tua, dan Alumni dari SMPN 33 Semarang. Kegiatan FGD mengklarifikasi dan mendapatkan masukan atau saran atas hasil wawancara dan FGD yang dilaksanakan. Kegiatan penelitian berikutnya dilaksanakan secara daring melalui media sosial dengan bertanya secara langsung ketika peneliti menemukan data yang perlu dikonfirmasi kembali.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan : (1) Supervisi klinis yang dilakukan Kepala Sekolah dapat meningkatan secara signifikan kinerja mengajar guru di SMP

Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk membentuk rencana strategi sistem informasi yang memanfaatkan metode Ward and Peppard untuk menganalisis lingkungan bisnis, informasi