• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Konstruksi Model Sekolah Ramah Anak Kategori Maju: Belajar dari Praktik di SMP Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Konstruksi Model Sekolah Ramah Anak Kategori Maju: Belajar dari Praktik di SMP Kota Semarang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan terdiri atas beberapa subbab yang dimulai dari latar belakang penelitian, persoalan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bagian subbab latar belakang penelitian terdiri dari uraian tentang fenomena penelitian, celah penelitian, dan celah teori. Subbab kedua yaitu perumusan masalah penelitian yang dijabarkan dalam persoalan penelitian dalam bentuk butir-butir pertanyaan penelitian. Subbab ketiga adalah tujuan yang akan dicapai dalam penelitian yang diperinci dalam tujuan penelitian. Subbab keempat mengakhiri bab pendahuluan yaitu memaparkan manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sebuah perusahaan terdiri dari sumber daya manusia, teknologi, prosedur kerja, dan struktur organisasi. Sumber daya manusia merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah perusahaan karena perusahaan digerakkan oleh manusia yang ada di dalamnya (Kristanto et al., 2011). Manusia mampu memberikan ide-ide yang cemerlang untuk kemajuan perusahaan. Ide cemerlang terlahir dari manusia yang berkualitas dan iklim perusahaan yang kondusif.

Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh adanya pengelolaan sumber daya manusia yang tepat (Priyanka et al., 2023). Pengelolaan sumber daya manusia sering disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia yang tepat dapat mendukung kemajuan perusahaan sedangkan pengelolaan sumber daya manusia yang tidak tepat akan menghambat kemajuan perusahaan (M. Li & Tuunanen, 2022).

Manajemen sumber daya manusia mampu menciptakan iklim perusahaan yang kondusif (Lengnick-Hall et al., 2011). Iklim yang kondusif memastikan hubungan antara karyawan saling mendukung dan tidak adanya perilaku perundungan (Law et al., 2011). Iklim yang saling mendukung akan mempengaruhi kemajuan perusahaan (Risi & Wickert, 2017).

Lingkungan yang kondusif dalam perusahaan perlu terhindar dari tindakan perundungan karena hal tersebut dapat menyebabkan stres yang berdampak pada kinerja karyawan (M. Li &

Tuunanen, 2022). Perundungan pada perusahaan dapat dilakukan oleh atasan terhadap bawahan, sesama karyawan atau karyawan terhadap atasan (D’Cruz & Noronha, 2011).

(2)

2

Penelitian yang dilakukan kepada 30 korban perundungan di Irlandia menyampaikan bahwa tempat kerja merupakan lingkungan yang sangat menegangkan dan kompetitif, adanya konflik antara karyawan, kurangnya suasana ramah dan mendukung, mengalami perubahan organisasi dan biasanya dikelola oleh pemimpin yang otoriter (Einarsen, 1999). Perundungan yang tidak dikendalikan dalam manajemen sumber daya manusia akan berdampak pada penurunan kinerja karyawan dan pada akhirnya mengganggu tercapainya tujuan perusahaan (Bartlett & Bartlett, 2011).

Perundungan merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja oleh orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus (Koo, 2007).

Perundungan di tempat kerja dapat terjadi karena adanya diskriminasi (Okechukwu et al., 2014). Diskriminasi di tempat kerja membuat kesetaraan antara pekerja tidak terjadi.

Kesetaraan dan tidak adanya diskriminasi merupakan hak dasar di tempat kerja. Seluruh pekerja berhak atas kesempatan dan perlakukan yang sama dan seluruh pengusaha memiliki tanggung jawab agar memastikan bahwa perusahaan atau organisasi bebas dari diskriminasi.

Isu kesetaraan dan keberagaman dalam manajemen sumber daya manusia sangat relevan dengan konstruksi sekolah ramah. Pengintegrasian prinsip-prinsip kesetaraan dan keberagaman dalam manajemen sumber daya manusia dapat memiliki dampak besar dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan ramah anak (Roy et al., 2020).

Berikut adalah cara isu kesetaraan dan keberagaman dikaitkan dengan sekolah ramah ramah anak yaitu perekrutan dan seleksi, pelatihan dan pengembangan staf, kebijakan anti perundungan, penghargaan terhadap keberagaman, penanganan konflik, pemantauan dan evaluasi. Proses perekrutan dan seleksi staf sekolah memperhatikan keragaman dan kesetaraan.

Hal ini dapat mencakup pengambilan langkah-langkah untuk mencegah diskriminasi dalam perekrutan dan memastikan bahwa staf sekolah memiliki beragam latar belakang, termasuk budaya, gender, dan latar belakang lainnya. Dengan cara ini, sekolah dapat menciptakan tim yang mencerminkan keragaman siswa.

Pelatihan dan pengembangan staf yang berfokus pada pemahaman isu-isu keberagaman, inklusi, dan kesetaraan harus menjadi bagian integral dari pengembangan staf (Liu et al., 2022). Staf harus diberikan alat dan keterampilan untuk menghadapi perbedaan dan mempromosikan budaya sekolah yang inklusif. Kebijakan anti perundungan dapat membantu dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan anti perundungan yang kuat di seluruh sekolah. Kebijakan ini harus mencakup langkah-langkah untuk melindungi siswa dari

(3)

3

diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, orientasi seksual, dan faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi sumber perundungan.

Penghargaan terhadap keragaman dapat memberikan penghargaan dan pengakuan kepada staf yang berperan aktif dalam mempromosikan budaya sekolah yang inklusif dan ramah anak (Stoneham et al., 2021). Hal ini dapat menciptakan insentif tambahan untuk berpartisipasi dalam inisiatif anti perundungan dan keberagaman. Penanganan konflik dapat memastikan bahwa prosedur penanganan konflik di sekolah melibatkan pendekatan yang adil, inklusif, dan non-diskriminatif. Hal ini akan membantu mencegah konflik dari menjadi sumber perundungan. Pemantauan dan evaluasi untuk mengembangkan alat evaluasi yang mencerminkan dampak inisiatif anti perundungan dan keberagaman pada lingkungan sekolah.

Hal ini dapat membantu sekolah dalam melacak perkembangan dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Dengan demikian isu-isu keberagaman dan kesetaraan adalah bagian integral dari menciptakan lingkungan sekolah ramah anak anti perundungan.

Terdapat 17 tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) (Walker, 2021). Tujuan keempat yaitu memastikan Pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua (Samuelsson

& Park, 2017). Salah satu target dari tujuan adalah pada tahun 2030 memastikan bahwa mereka yang belajar mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, termasuk antara lain, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup yang berkelanjutan, HAM, kesetaraan gender, mendukung budaya perdamaian dan anti kekerasan, kependudukan global dan apresiasi terhadap keberagaman budaya dan kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan (Shulla et al., 2019). Membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif terhadap gender, anak dan disabilitas dan menyediakan lingkungan belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua (Savolainen, 2023). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program anti perundungan menjadi salah satu prioritas dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 54 ayat (1), menyatakan bahwa “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain”. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pasal 54 ayat (1) tersebut, sangat penting untuk menyusun program sekolah ramah anak.

(4)

4

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia pada tahun 2014 menyampaikan panduan bagaimana mewujudkan Sekolah Ramah Anak (SRA). Panduan SRA bersifat umum dan di dalamnya terdapat komponen yang memuat pencegahan dan penanggulangan perundungan. Di dalam panduan tersebut terdapat 6 dimensi untuk mewujudkan SRA yaitu: (1) adanya kebijakan sekolah terkait sekolah ramah anak, (2) pelaksanaan kurikulum, (3) pendidik terlatih tentang hak-hak anak, (4) sarana dan prasarana yang mendukung, (5) partisipasi anak, (6) partisipasi orang tua, lembaga masyarakat, dunia usaha, pemangku kepentingan lainnya, dan alumni (Rangkuti & Maksum, 2019).

Terdapat tiga kategori pembentukan SRA yaitu kategori mau, mampu, dan maju. SRA kategori mau ditandai dengan sekolah telah melakukan deklarasi sebagai sekolah ramah anak.

SRA kategori mampu ditandai dengan adanya kegiatan sekolah berupa pelatihan, pendampingan, dan proses pemenuhan komponen sekolah ramah anak. SRA kategori maju ditandai dengan sudah terpenuhinya semua komponen sekolah ramah anak, pembiasaan sekolah ramah anak, dan pengimbasan sekolah ramah anak terhadap sekolah lain (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2021).

Fenomena SRA di Kota Semarang

Sekolah ramah anak didefinisikan sebagai sekolah yang secara sadar menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab (Kristanto et al., 2011). Sekolah ramah anak juga digunakan sebagai jawaban atas kekhawatiran adanya tindakan perundungan di sekolah yang semakin marak terjadi. Kenyataan yang ada bahwa pelaksanaan sekolah ramah anak belum merata ke seluruh sekolah di Kota Semarang, padahal pemantauan dari Dinas Pendidikan dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan mengunjungi sekolah-sekolah, namun kegiatan tersebut belum menjamin sekolah ramah anak dapat terlaksana (Kristanto et al., 2011).

Pada tahun 2019 SMPN 17 Semarang dan SMPN 33 Semarang mendeklarasikan sebagai sekolah ramah anak yang menjadi sebuah kebijakan pemerintah untuk mendukung kota layak anak. Deklarasi sekolah ramah anak diikuti oleh sekolah lain pada tahun yang sama juga berdasarkan undangan dari dinas pendidikan nomor 005/12032 tanggal 4 Desember 2019.

Sebanyak 147 SMP negeri dan swasta yang terdiri dari 44 SMP negeri dan 103 SMP swasta melakukan deklarasi massal sekolah ramah anak di SMP Karangturi dengan dihadiri Walikota Semarang. Sekolah yang melakukan deklarasi sekolah anak belum memiliki kesiapan dalam mewujudkan sekolah ramah anak yang anti perundungan, karena tahapan pembentukan sekolah ramah anak tersebut adalah SRA kategori mau.

(5)

5

Dinas Pendidikan Kota Semarang merencanakan kembali deklarasi massal SRA di Kota Semarang bagi sekolah-sekolah yang belum melaksanakan deklarasi massal SRA pada 4 Desember 2019. Deklarasi SRA massal kedua dicanangkan pada 16 Desember 2020 dengan diterbitkannya surat dari Dinas Pendidikan Kota Semarang dengan nomor B/420/15015/XII/2020 tentang deklarasi massal SD dan SMP. Kegiatan deklarasi massal SRA yang ke dua diikuti 37 SMP swasta dan 153 SD negeri dan swasta. Fakta ratusan sekolah melakukan deklarasi SRA menunjukkan bahwa kegiatan deklarasi SRA merupakan kegiatan yang sangat penting bagi sekolah untuk memperoleh predikat sebagai SRA.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kota Semarang pada 19 November 2021 melaksanakan evaluasi SRA pada SMP negeri dan swasta. Adapun sekolah yang lolos nominasi SRA tingkat kota adalah SMP Negeri 21 Semarang, SMP Negeri 2 Semarang, SMP Negeri 39 Semarang, SMP Negeri 22 Semarang, SMP IT PAPB, dan SMP Daniel Creative School. Keenam sekolah tersebut ditetapkan sebagai SRA kategori mampu.

Pada tahun 2022 SMP Negeri 33 Semarang mengikuti standardisasi SRA oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia. Hasil dari standarisasi tersebut SMP Negeri 33 Semarang mendapat sertifikat dengan nomor 197/D.PHA.5/KA/09/2022. Dengan diterimanya sertifikat dari Kementerian PPPA, maka SMP Negeri 33 Semarang merupakan satu-satunya SMP di Semarang dan di Jawa Tengah yang mendapat predikat SRA kategori maju yang berskala nasional. Berdasar predikat SMP Negeri 33 Semarang sebagai SRA kategori maju maka SMP Negeri 33 Semarang sebagai sekolah rujukan bagi sekolah-sekolah lain yang masih dalam SRA kategori mau dan mampu.

SMP Negeri 33 Semarang sebagai SRA kategori maju merupakan sekolah yang telah memenuhi enam komponen SRA. Selain itu, SMP Negeri 33 Semarang telah melakukan berbagai macam kegiatan, prosedur dan proses pengembangan serta mendapat pendampingan dan bimbingan dari berbagai pihak terkait. Kegiatan lain yang dilakukan SMP Negeri 33 Semarang sebagai SRA kategori maju adalah melakukan kegiatan pengimbasan ke sekolah- sekolah lain.

Celah Penelitian

Peran warga sekolah dalam mewujudkan sekolah ramah anak sangat diperlukan. Peran warga sekolah meliputi peran kepala sekolah sebagai pimpinan, peran pendidik, peran peserta didik, peran orang tua, dan peran pemerintah. Terdapat dua pihak dalam warga sekolah yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal meliputi: kepala sekolah, pendidik, dan

(6)

6

peserta didik (Gosdin, 2017). Pihak eksternal yang meliputi: orang tua dan alumni (Kitchener et al., 2022).

Peran kepala sekolah meliputi karakter dan kompetensi dalam melaksanakan SRA anti perundungan. Kepala sekolah perlu memiliki karakter yang visioner dan komitmen yang kuat dalam melaksanakan program SRA anti perundungan. Karakter visioner dan komitmen yang kuat dari seorang pimpinan atau manajer berpengaruh kuat terhadap keberhasilan program (Nyantakyi et al., 2022). Kepala sekolah perlu memiliki kompetensi manajerial yang baik.

Kepala sekolah sebagai pimpinan dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan tindak lanjut program dengan baik. Seorang pimpinan yang memiliki kemampuan manajerial baik dapat meningkatkan keberhasilan program yang dibuat. Kepala sekolah memiliki kompetensi dalam kegiatan supervisi yang berfungsi memastikan program sekolah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana (Owusu et al., 2022).

Karakter dan kompetensi pendidik/guru menjadi sangat penting dalam pencegahan dan penanggulangan perundungan di sekolah. Karakter pendidik/guru yang memiliki kepedulian tinggi terhadap keadaan di sekolah dapat mencegah dan menangani perundungan secara efektif (Angeles et al., 2021). Berjalannya program sangat bergantung pada kepedulian guru yang terus mengingatkan dan menyampaikan tentang program SRA kepada seluruh peserta didik dan pihak lain. Pendidik harus mampu memberikan pemahaman tentang perundungan dan dampaknya serta memberikan solusi jika peserta didik menjadi korban dan pengamat. Guru harus meyakinkan peserta didik bahwa keterbukaan adalah solusi yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Kompetensi pendidik dalam mewujudkan SRA anti perundungan antara lain kompetensi kepribadian dan profesional. Kompetensi kepribadian yang baik dapat memberikan keteladanan kepada peserta didik dalam bersikap dan bertutur kata santun. Pendidik yang mampu menjadi teladan dan contoh bagi peserta didik dalam bertutur kata dan bersikap sangat efektif dalam mewujudkan situasi sekolah yang nyaman (Retiracion et al., 2023). Kompetensi profesional pendidik antara lain kemampuan pendidik dalam mengatasi perundungan pada peserta didik yaitu: (a) memanggil peserta didiknya; (b) meminta peserta didik menceritakan apa yang terjadi; (c) memberi nasehat; dan (d) memberikan sanksi atau hukuman.

Karakter dan kompetensi peserta didik dalam mencegah dan menanggulangi tindakan perundungan di sekolah sangat penting. Peserta didik harus memiliki karakter empati kepada temannya. Peserta didik yang memiliki empati dapat mencegah dan menanggulangi tindakan perundungan (Gaete et al., 2017). Keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi dibutuhkan dalam menciptakan situasi lingkungan yang kondusif. Peserta didik yang memiliki komunikasi

(7)

7

positif dapat mencegah dan menanggulangi tindakan perundungan (Owusu et al., 2022). Peserta didik juga dapat melakukan komunikasi dengan pendidik apabila menemukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan berpotensi menjadi tindakan perundungan.

Peran eksternal yang terdiri dari orang tua dan alumni tentu memberikan dukungan secara total dengan program yang dicanangkan oleh sekolah. Peran aktif orang tua sangat diperlukan dalam usaha pencegahan perundungan di sekolah agar tidak terus berulang (Amnda et al., 2020). Peran orang tua dalam mencegah perundungan adalah dengan pola asuh, kedekatan dengan anak, komunikasi dengan anak, dan komunikasi dengan sekolah (Retiracion et al., 2023). Orang tua juga mempunyai peran dalam mengontrol perilaku anak di sekolah, memantau anak untuk mengikuti kegiatan yang positif dan senantiasa menjadi teladan yang baik (Nyantakyi et al., 2022). Beberapa faktor yang mendasari tindakan perundungan seperti faktor keluarga, perilaku perundungan sering kali berasal dari keluarga yang bermasalah, anak akan mempelajari perilaku perundungan ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, kemudian menirukan terhadap teman-temannya (García & Margallo, 2014).

Alumni yang peduli dapat turut berperan dalam kemajuan sekolah (Salazar et al., 2016). Alumni yang berhasil dapat memberikan bantuan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung terwujudnya sekolah ramah anak. Alumni bekerja sama dengan sekolah juga dapat mengadakan program yang mampu menciptakan suasana sekolah aman, nyaman dan penuh dengan kreativitas. Program bakti sosial kepada masyarakat seperti cek kesehatan gratis dapat membantu masyarakat sekitar sekolah untuk lebih peduli dengan keadaan sekolah. Hal demikian akan berdampak terciptanya lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.

Sekolah yang telah mewujudkan sekolah ramah anak berdampak pada kemajuan sekolah (Jailobaeva et al., 2023). Sekolah ramah anak mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman. Semua warga sekolah khususnya peserta didik menjadikan sekolah menjadi rumah keduanya. Mereka dapat belajar lebih fokus tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan potensi dan bakatnya masing- masing. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan non kognitif peserta didik yang berdampak pada peningkatan prestasi sekolah.

Teori kelembagaan menyampaikan bahwa organisasi yang memiliki kecenderungan untuk berusaha menyesuaikan dengan harapan sosial dan eksternal menganggap penting sebuah legalitas (Pradita et al., 2019). Teori kelembagaan menjelaskan tindakan dan pengambilan keputusan dalam organisasi (Kotiloglu et al., 2023). Dengan demikian organisasi akan semakin kuat apabila memiliki legalitas yang diakui oleh pihak eksternal dan sosial serta mampu

(8)

8

memberikan kebermanfaatan dan didukung oleh anggota organisasi. Dukungan dari semua anggota organisasi dapat mewujudkan SRA anti perundungan.

Tujuan pembentukan SRA adalah memberikan lingkungan aman dan nyaman, mendorong pertumbuhan emosional dan sosial, memfasilitasi pembelajaran yang menyenangkan, mendorong keanekaragaman, mendorong kemandirian dan tanggung jawab, dan melibatkan orang tua dan komunitas (Guo et al., 2023). Manfaat SRA antara lain:

peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan prestasi akademik, pengembangan keterampilan sosial, penguatan identitas dan nilai diri, peningkatan keterlibatan orang tua, dan persiapan anak untuk masa depan (M. Li & Li, 2017).

Berdasarkan sudut pandang pemikiran tersebut, secara ringkas penelitian memiliki urgensi penelitian sebagai berikut: (1) bagi pihak sekolah, memberikan kontribusi nyata dalam bentuk model sekolah ramah anak di lingkungan sekolah menengah pertama kategori maju, sehingga sekolah dapat menciptakan sekolah yang inklusif dan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan dalam mencapai prestasi sekolah; (2) bagi pihak pemerintah khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten dan kota di Indonesia, dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk dikembangkan dan diimplementasikan di lingkungan sekolah berbagai aras guna mendukung terlaksananya SRA di Indonesia.

1.2 Persoalan Penelitian

Pendidikan inklusif, berkualitas setara, dan terhindar dari perundungan dapat diwujudkan melalui SRA kategori maju. SRA kategori maju yang sudah dilakukan standarisasi oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Semarang hanya SMPN 33 Semarang. Perlu adanya studi tiru dari sekolah lain untuk dapat mencapai SRA kategori maju dengan mencermati kompetensi, karakter dan peran dari berbagai pihak. Selain itu, perlu diuraikan program dan model SRA kategori maju agar sekolah lain dapat mengimplementasikan SRA kategori maju secara tepat. Dari uraian yang telah disebutkan, maka persoalan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakter dan kompetensi pihak internal (kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik) dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju?

2. Bagaimanakah peran pihak eksternal (orang tua dan alumni) dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju?

3. Apakah bentuk program yang mendukung terwujudnya sekolah ramah anak kategori maju?

4. Bagaimanakah model sekolah ramah anak kategori maju?

(9)

9 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut.

1. Menemukan karakter dan kompetensi pihak internal (kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik) dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju.

2. Menemukan peran pihak eksternal (orang tua dan alumni) dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju.

3. Menemukan bentuk program yang mendukung terwujudnya sekolah ramah anak kategori maju.

4. Menemukan model sekolah ramah anak kategori maju

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian adalah sebagai berikut.

1. Memberikan masukan bagi peneliti lain berkaitan dengan karakter dan kompetensi pihak internal dan peran pihak eksternal di sekolah dalam mewujudkan sekolah ramah anak kategori maju.

2. Menghasilkan program sekolah ramah anak kategori maju.

3. Menghasilkan model sekolah ramah anak kategori maju

4. Berkontribusi kepada teori-teori tentang SRA dalam konteks sektor jasa pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian adalah sebagai berikut.

1. Memberikan gambaran dan wacana tentang karakter dan kompetensi sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan kepala sekolah) dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju.

2. Memberikan gambaran dan wacana tentang peran sumber daya manusia (orang tua dan alumni) dalam mendukung terbentuknya sekolah ramah anak kategori maju.

3. Memberikan masukan kepada pemerintah dan dinas pendidikan terkait penyusunan program sekolah ramah anak kategori maju.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk membentuk rencana strategi sistem informasi yang memanfaatkan metode Ward and Peppard untuk menganalisis lingkungan bisnis, informasi

Pelanggaran Lalu Lintas Kendaraan Roda Dua Yang Dilakukan Oleh Siswa Sekolah Menengah Pertama, Studi Kasus Pada Wilayah POLRES Kabupaten Tabanan, Di Kota Tabanan.. Jurnal pendidikan