• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Gambaran Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik di PT Morich Indo Fashion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Gambaran Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik di PT Morich Indo Fashion"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Sumber daya manusia perusahaan merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan. Keberadaan sumber daya manusia di dalam organisasi berdampak pada mobilitas, oleh karena itu organisasi berupaya meningkatkan standar sumber daya manusianya untuk mencapai kinerja maksimal (Ahmad 2019).

Pencapaian tujuan perusahaan membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang baik, hal ini dikarenakan sumber daya manusia memiliki peranan yang cukup besar dalam perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki dapat memberikan kontribusi seefektif mungkin. Untuk itu diperlukan adanya pemeliharaan lingkungan kerja (Fitri dan Ferdian 2021). Agar produktivitas kerja karyawan terus meningkat, perusahaan harus membentuk lingkungan kerja yang nyaman, bersih serta dapat memberikan suasana yang menyenangkan untuk dapat menciptakan gairah kerja karyawan (Kurniati dan Jaenab 2020).

Masalah lingkungan kerja masih sering terjadi dalam perusahaan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), dari 2,78 juta pekerja, terdapat 380.000 atau 13,7% pekerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Setiap tahun, lebih dari 374 juta pekerja mengalami cidera, terluka ataupun jatuh sakit akibat kecelakaan kerja (International Labor Organization 2018). Hal ini tentu saja membantu perusahaan untuk memahami betapa pentingnya menyediakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan menyenangkan untuk karyawan. Karyawan yang bekerja di lingkungan yang positif cenderung lebih tenang dan fokus. Sebaliknya, tempat kerja yang buruk dapat membuat karyawan stres dan bosan, sehingga mereka tidak dapat bekerja dengan maksimal (Fitri dan Ferdian 2021).

Karyawan menghadapi berbagai lingkungan kerja yang berbeda setiap hari.

Lingkungan tempat karyawan bekerja terdiri dari segala sesuatu yang ada di sekitar mereka dan dapat berdampak pada seberapa produktifnya mereka (Fitri dan Ferdian 2021). Lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik merupakan dua kategori utama lingkungan tempat kerja. Lingkungan kerja fisik adalah aspek tempat kerja yang memiliki dampak langsung atau tidak langsung pada seberapa

(2)

2

baik karyawan melakukan pekerjaan mereka. Adapun situasi yang berhubungan dengan kontak pekerjaan profesional, seperti hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan, adalah lingkungan kerja non fisik (Sedarmayanti 2017). Sering kali terdapat konflik yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan. Konflik yang tidak dapat dihindari sering kali meningkatkan kemungkinan terjadinya turnover intention (niat berpindah) (Sunarsi dan Kusjono 2019). Tempat kerja yang tidak kondusif dapat menjadi salah satu alasan karyawan untuk berpindah. Tempat kerja yang tidak kondusif dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti persaingan, rekan kerja yang saling menjatuhkan, dan kurangnya kerja sama antar divisi. Untuk itu perlu ditumbuhkannya suasana kekeluargaan, komunikasi yang efektif, serta pengendalian diri di tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik (Nitisemo 2000). Dengan diciptakannya suasana kerja tersebut, akan dapat membantu untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada karyawan serta menurunkan terjadinya turnover intention (niat berpindah) (Sunarsi dan Kusjono 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Norianggono, Hamid, dan Ruhana (2014), jika pencahayaan terlalu kuat atau lemah, sirkulasi udara tidak memadai, suhu terlalu tinggi, tidak ada kedap suara di tempat kerja, warna dinding tidak sesuai, dan ruang kerja berantakan, karyawan akan merasa tidak nyaman dan tidak tertarik untuk melakukan tanggung jawab mereka. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanto, Sutrisno, dan Ali (2017) bahwa penataan ruangan harus didukung oleh pencahayaan yang cukup, pewarnaan dinding ruang kerja yang tepat dan tidak membosankan, serta sirkulasi udara atau suhu yang sesuai dengan ruangan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Tamrin (2022) pada perusahaan manufaktur menyatakan bahwa kondisi lingkungan kerja fisik yang tidak aman, dapat terlihat pada keadaan ruang kerja yang sempit, sehingga membuat udara di sekitar ruangan menjadi panas dan gerah, adanya suara berisik dari mesin produksi yang dapat membuat karyawan menjadi tidak fokus dalam melakukan pekerjaannya, adanya penerangan ruangan kerja yang kurang terang serta lahan parkir kendaraan yang terbatas. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik meliputi kondisi pencahayaan yang sesuai tidak terlalu terang maupun gelap, sirkulasi udara dan suhu yang sesuai, pewarnaan dinding yang pas, tidak adanya kebisingan yang

(3)

3

mengganggu konsentrasi karyawan, adanya tata letak tempat kerja. Menurut Sedarmayanti (2011) lingkungan kerja fisik dapat mencakup lingkungan yang secara langsung mempengaruhi karyawan, seperti meja, kursi, dan peralatan kerja, serta lingkungan perantara yang meliputi pencahayaan atau penerangan tempat kerja, temperatur atau suhu, sirkulasi udara, kebersihan, tata warna tempat kerja, musik, serta dekorasi tata letak tempat kerja.

Adapun hasil penelitian Fatimah dan Hadi (2021), lingkungan kerja non fisik di PT La Nina Niaga Nasional menunjukkan bahwa hubungan antara karyawan dengan pimpinan maupun rekan kerja lainnya terjalin dengan baik, damai, dan kooperatif. Menurut Ghani, Suwarsi, dan Assyofa (2022) lingkungan kerja non fisik yakni adanya kebijakan perusahaan yang baik, dan hubungan kerja, komunikasi, serta kerja sama yang baik dalam perusahaan. Adapun menurut Schultz dan Schultz (2010) lingkungan non fisik meliputi adanya unsur psikologis dan peraturan kerja yang dapat berdampak pada kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gea (2016) bahwa ditemukan adanya kondisi komunikasi yang terjalin kurang baik, sehingga informasi yang disampaikan baik dari atasan ke bawahan maupun sebaliknya menjadi kurang dan feedback yang diterima menjadi lebih lambat. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, terjadi ketidaksamaan hasil atas cakupan lingkungan kerja fisik dan non fisik, sehingga penulis tertarik untuk mendalami lebih lanjut mengenai gambaran lingkungan kerja yang ada di sebuah ruang lingkup pekerjaan.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di PT Morich Indo Fashion, didapatkan hasil bahwa terdapat ruang kerja karyawan menjadi satu dengan rak outler besi yang besar dan juga tumpukan barang pesanan dari departemen pada bagian belakang ruang kerja, sehingga hal ini menyebabkan ruang gerak karyawan menjadi terbatas. Untuk lingkungan kerja non fisik ditemukan adanya kondisi hubungan kerja antara atasan dan bawahan, dimana perusahaan mengadakan acara outbound bersama antara atasan dan karyawan untuk dapat menciptakan suasana kekeluargaan serta menumbuhkan rasa kerja sama yang lebih baik. Keadaan lingkungan kerja fisik dan non fisik yang terjadi ini menyebabkan penulis tertarik untuk mendalaminya lebih lanjut di PT Morich Indo Fashion.

(4)

4

Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, persoalan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah 1. Seperti apa lingkungan kerja fisik di PT Morich Indo Fashion ?; 2. Seperti apa lingkungan kerja non fisik di PT Morich Indo Fashion ?. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah 1. Menggambarkan lingkungan kerja fisik di PT Morich Indo Fashion; 2. Menggambarkan lingkungan kerja non fisik di PT Morich Indo Fashion. Manfaat dari dilakukannya penelitian ini, antara lain 1. Manfaat teoritis, diharapkan bahwasanya penelitian ini dapat memberikan wawasan baru, terkhususnya pada bidang sumber daya manusia dan menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi untuk pengembangan ilmu kedepannya; 2. Manfaat praktis, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja fisik dan non fisik yang nyaman untuk karyawannya.

KAJIAN PUSTAKA

Secara sederhana, pada bagian ini peneliti berusaha untuk memaparkan variabel yang akan diteliti dengan tujuan untuk memperjelas serta membantu dalam memberikan gambaran untuk membantu menjawab setiap persoalan penelitian yang ada dengan didasari oleh pendapat peneliti terdahulu mengenai lingkungan kerja fisik dan non fisik.

Lingkungan Kerja

Salah satu aspek bisnis yang harus diperhatikan oleh pimpinan adalah tempat kerja. Lingkungan tempat kerja memiliki dampak yang signifikan terhadap seberapa baik perusahaan manufaktur berjalan (Saleh dan Utomo 2018).

Produktivitas dan kinerja karyawan secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat kerja. Jika tempat kerja memiliki suasana yang positif dan memberikan rasa aman kepada karyawan, mereka dapat menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Karyawan akan betah bekerja untuk perusahaan jika suasana kerjanya menyenangkan (Nabawi 2019).

Menurut Sedarmayanti (2017) lingkungan kerja adalah alat dan bahan yang digunakan secara umum, prosedur kerja yang digunakan, dan pengaturan kerja yang dibuat untuk orang dan kelompok. Adapun menurut pendapat Wursanto (2009) bahwa faktor fisik dan psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi

(5)

5

karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Hasibuan (2016) bahwa lingkungan dimana tempat orang bekerja yang berpotensi memiliki pengaruh pada seberapa baik karyawan melaksanakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan pendapat yang diberikan oleh peneliti sebelumnya, lingkungan kerja didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan yang berkaitan dengan faktor fisik dan nonfisik yang dapat mempengaruhi karyawan.

Dalam penelitian ini pengertian lingkungan kerja mengacu pada pendapat Sedarmayanti (2017) Wursanto (2009) dan Hasibuan (2016), karena lingkungan kerja dapat meliputi kondisi fisik maupun non fisik karyawan.

Lingkungan Kerja Fisik

Sangat penting untuk mempertimbangkan bagaimana lingkungan fisik mempengaruhi kenyamanan di tempat kerja. Tempat kerja fisik yang nyaman akan meningkatkan perasaan aman karena berada dekat dengan tubuh dan akan sampai ke hati melalui panca indera (Hendri 2016). Dengan lingkungan fisik yang aman dan ramah, maka dapat memotivasi karyawan untuk tetap bertahan di perusahaan (Surijadi dan Idris 2020).

Menurut Sedarmayanti (2017) kondisi di dalam dan di sekitar kantor yang memiliki dampak langsung atau tidak langsung pada karyawan dikenal sebagai lingkungan kerja fisik. Menurut Siagian (2014) merupakan suatu keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja dan dapat berpengaruh pada karyawan. Adapun pendapat menurut Wursanto (2009) lingkungan kerja fisik merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan segi fisik dalam lingkungan kerja.

Berdasarkan pendapat peneliti terdahulu, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja fisik merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang berbentuk fisik dan dapat memberikan dampak bagi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menjalankan tugasnya. Dalam penelitian ini konsep atau pengertian lingkungan kerja fisik mengacu pada pendapat Sedarmayanti (2011), karena dapat mencakup dimensi serta indikator untuk mengukur variabel lingkungan kerja fisik.

(6)

6 Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah lingkungan tempat kerja yang tidak dapat diabaikan. Lingkungan ini mendorong komunikasi dan kerja sama di antara individu dengan jabatan yang lebih tinggi dan lebih rendah di dalam organisasi.

Bisnis juga harus dapat menunjukkan lingkungan tempat kerja yang dapat mendorong persahabatan, komunikasi yang efektif, pengendalian diri, inisiatif, dan inovasi (Nitisemo 2000). Keadaan seperti ini akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sama dalam organisasi untuk mencapai tujuan.

Menurut Sedarmayanti (2017) lingkungan kerja non fisik mengacu pada situasi yang melibatkan interaksi atasan, rekan kerja, atau bawahan. Menurut Siagian (2014) lingkungan kerja non fisik merupakan terwujudnya suatu hubungan kerja harmonis dalam perusahaan. Adapun pendapat lain menurut Schultz dan Schultz (2010) yang mengatakan bahwa lingkungan kerja non fisik merupakan segala sesuatu yang berkenaan dengan aspek psikologis dari lingkungan kerja dan peraturan kerja yang dapat berpengaruh pada kepuasan dan kinerja karyawan.

Berdasarkan pendapat peneliti sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja non fisik merupakan keadaan hubungan kerja yang harmonis dalam perusahaan yang dapat berpengaruh pada karyawan. Dalam penelitian ini konsep atau pengertian lingkungan kerja non fisik mengacu pada pendapat Sedarmayanti (2017) dan Siagian (2014).

Dimensi Lingkungan Kerja Fisik Dan Non Fisik

Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa dimensi serta indikator yang dapat digunakan untuk mengukur lingkungan kerja fisik dan non fisik. Peneliti mencoba untuk membandingkan beberapa indikator dan dimensi yang ada dan akan dipilih, kemudian digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini.

Terdapat beberapa dimensi lingkungan kerja menurut beberapa peneliti, yaitu: a. Menurut Sedarmayanti (2011) terdapat dua dimensi lingkungan kerja fisik yaitu, lingkungan kerja yang berhubungan langsung dengan karyawan. Hal ini berkaitan dengan fasilitas yang digunakan selama bekerja, seperti ruang kerja, meja, kursi, rak, keranjang barang, dan peralatan kerja lainnya. Serta lingkungan perantara atau lingkungan umum yang dapat mempengaruhi kondisi karyawan

(7)

7

dalam bekerja. Lingkungan perantara dapat berupa suhu, warna, pencahayaan, dan beberapa hal lain. Untuk dimensi lingkungan kerja non fisik dapat berupa hubungan yang terjalin antara atasan dengan bawahan maupun hubungan antar karyawan.

Lingkungan kerja non fisik berupaya membentuk sikap pekerja terhadap pekerjaan yang dilakukan. Sikap yang diharapkan dapat terbentuk yakni sikap positif yang dapat mendukung pelaksanaan kerja dan mencapai tujuan organisasi (Sedarmayanti 2011).

Menurut Mangkunegara (2005) dimensi lingkungan kerja fisik meliputi, a.

Lingkungan tata ruang, keadaan tata ruang yang baik dapat mendorong pengembangan hubungan profesional yang positif antara atasan dan rekan kerja; b.

Kebersihan dan kerapian ruang kerja, ini dapat meningkatkan antusiasme dan gairah kerja karyawan, yang dapat meningkatkan efektivitas. Dengan dimensi lingkungan non fisik meliputi: a. Lingkungan sosial dapat berupa latar belakang baik pendidikan maupun keluarga; b. Status sosial, adanya perbedaan kewenangan dan kekuasaan dalam melakukan pengambilan keputusan; c. Hubungan kerja yang terjalin dalam perusahaan, seperti karyawan dengan karyawan maupun karyawan dengan atasan; d. Sistem informasi, adanya komunikasi yang baik dalam perusahaan.

Adapun menurut penelitian yang dilakukan oleh Octaviani dan Suana (2019) lingkungan kerja fisik meliputi, a. Bangunan dan letak gedung strategis dan mudah dijangkau kendaraan; b. Fasilitas dan sarana prasarana yang memadai untuk membantu kinerja karyawan menjadi lebih mudah. Serta dimensi lingkungan kerja non fisik menurut Schultz dan Schultz (dalam Mangkunegara 2011) yaitu, a.

Lingkungan kerja temporal yaitu lingkungan kerja yang berkenaan dengan jadwal pekerjaan, lama waktu bekerja dalam harian atau selama karyawan tersebut bekerja;

b. Lingkungan kerja psikologis adalah aspek psikologis dari tempat kerja yang mungkin berdampak pada seberapa baik kinerja individu di tempat kerja. Keadaan ini berhubungan dengan lokasi ruang bekerja, pengawasan, maupun lingkungan kerja.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai dimensi lingkungan kerja fisik dan non fisik di atas maka dalam penelitian ini menggunakan dimensi lingkungan

(8)

8

kerja fisik lingkungan yang berhubungan langsung dan lingkungan perantara menurut Sedarmayanti 2011. Pada dimensi lingkungan yang berhubungan langsung dapat berupa meja, kursi, alat hitung, tempat barang, alat tulis, dan fasilitas kerja yang memadai untuk karyawan. Untuk lingkungan perantara, yakni keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan karyawan (Sedarmayanti 2011).

Adapun dimensi lingkungan kerja non fisik dapat berupa hubungan yang terjalin dalam perusahaan baik antara pimpinan dengan karyawan maupun sesama karyawan. Dimensi ini mengacu pada dimensi menurut (Sedarmayanti 2011).

Indikator Lingkungan Kerja Non Fisik

Terdapat indikator lingkungan kerja fisik dan non fisik. Menurut Sedarmayanti (2011) indikator lingkungan kerja fisik yaitu, a. Penerangan atau pencahayaan a; b. Temperatur atau suhu tempat kerja; c. Dekorasi ruang kerja; d.

Kebersihan; e. Tata warna ruang kerja; f. Musik; g. Sirkulasi udara. Dan indikator lingkungan kerja non fisik yaitu, a. Struktur kerja; b. Tanggung jawab kerja; c.

Perhatian dan dukungan pemimpin; d. Kerja sama; e. Kelancaran komunikasi.

Adapun menurut Siagian (2014) terdapat beberapa indikator lingkungan kerja fisik yaitu, a. Penerangan atau Cahaya; b. Temperatur; c. Pewarnaan tempat kerja; d. Sirkulasi udara; e. Kebisingan; f. Getaran mekanis; g. Bau tidak sedap; h.

Kelembaban; i. Dekorasi atau tata letak; j. Musik; k. Bangunan; l. Peralatan yang memadai; m. Fasilitas kerja; n. Tersedianya sarana angkutan. Untuk indikator lingkungan non fisik yaitu, a. Hubungan dengan rekan kerja setingkat; b. Hubungan atasan dengan bawahan; dan c. Kerja sama antar karyawan.

Indikator lingkungan kerja menurut Tohadi (dalam Armawan dan Suana 2019) yaitu, a. Kondisi ruangan; b. Penerangan; c. Gangguan dalam ruangan; d.

Keadaan udara; e. Warna; f. Kebersihan. Adapun indikator lingkungan kerja non fisik menurut Schultz dan Schultz (dalam Mangkunegara 2011) meliputi, a. Jumlah waktu kerja; b. Waktu istirahat kerja; c. Kebosanan; d. Pekerjaan yang monoton; e.

Keletihan atau kelelahan.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai indikator lingkungan kerja fisik diatas maka dalam penelitian ini menggunakan kombinasi indikator lingkungan kerja fisik dan non fisik menurut Sedarmayanti (2011) dan Siagian (2014) yaitu: a.

(9)

9

Cahaya atau Penerangan; b. Suhu atau Temperatur; c. Kebisingan; d. Musik; e.

Warna f. Dekorasi tata letak; g. Fasilitas kerja; h. Sirkulasi udara; i. Kebersihan.

Untuk indikator lingkungan kerja non fisik yaitu, a. Kerja sama antar karyawan; b.

Kelancaran komunikasi; c. Perhatian dan dukungan pimpinan. Tidak semua indikator diambil, indikator yang diambil disesuaikan dengan keadaan pada objek dari penelitian.

Jawaban Teoritis Atas Persoalan Penelitian

Berikut merupakan jawaban teoritis atas persoalan penelitian yang ada berdasarkan paparan para ahli diantaranya, 1) Gambaran Lingkungan Kerja Fisik.

Menurut Sedarmayanti (2011) lingkungan fisik tempat bekerja dibagi menjadi dua lingkungan yang secara langsung memengaruhi karyawan dan lingkungan yang berfungsi sebagai perantara. Lingkungan yang secara langsung terkait dengan karyawan adalah lingkungan tempat mereka bekerja seperti ruangan kerja (penempatan meja dan kursi), dan peralatan kerja lainnya. Lingkungan perantara merupakan lingkungan yang memiliki dampak tidak langsung pada kondisi karyawan, seperti sirkulasi udara, kebisingan, kebersihan, pencahayaan, dan lain- lain. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Fatimah dan Hadi (2021) bahwa kondisi lingkungan kerja fisik meliputi, kebisingan, pencahayaan ruangan kerja, suhu ruangan, serta peralatan kerja seperti meja dan kursi, komputer, alat hitung uang, serta alat tulis yang memadai. Tersedianya fasilitas Air Conditioner (AC) dapat membantu untuk memberikan suhu ruang yang nyaman pada karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya (Rohman, Nurbaiti, dan Fianti 2021). Adapun menurut Ghani, Suwarsi, dan Assyofa (2022) bahwa lingkungan kerja fisik yang terdapat di PT General Dinamik memiliki bangunan tempat kerja dan sarana prasarana yang baik. Apabila ruang kerja tertata rapi dan bersih, warna peralatan kantor senada dengan cat dinding, serta pencahayaan yang cukup, karyawan akan merasa nyaman bekerja (Ghani et al. 2022).

Adanya kondisi tempat kerja yang tenang, tidak ada kebisingan yang mengganggu pekerjaan, serta adanya karyawan yang merasa lebih nyaman bekerja dengan mendengarkan musik dan membuat karyawan termotivasi untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dengan maksimal (Hendri 2016).

Menurut Oktaviani, Komariah, dan Jhoansyah (2020) lingkungan kerja fisik terdiri

(10)

10

atas bangunan dan infrastruktur yang dapat dijangkau oleh karyawan secara langsung maupun tidak langsung meliputi toilet, kantin, dan tempat ibadah.

Menurut Moekijat (2002) memutar musik di ruang kerja dapat membantu untuk menciptakan suasana senang dan semangat kerja. Menurut Alfayad dan Dwiyanti (2022) Adanya pengadaan musik saat bekerja dapat membantu untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Warna dinding ruang kerja memiliki warna yang serasi dan memiliki komposisi warna yang pas dapat membantu meningkatkan semangat kerja (Mangkunegara 2005). Adapun menurut Nafiah (2017) karyawan akan merasa nyaman apabila bekerja dalam ruangan yang tertata rapi dan letak barang tidak berantakan. Tata letak tempat kerja dapat menentukan kelancaran aktivitas karyawan dalam bekerja (Nafiah 2017). Dalam ruang kerja diperlukan adanya sirkulasi udara serta suhu yang sesuai dan pas dalam ruang kerja (Rivalita dan Ferdian 2020). Ketika udara di sekitar tempat kerja tercemar, kondisi kesehatan dapat terancam dan tubuh akan cepat merasa lelah. Tubuh akan lebih cepat pulih dari pekerjaan berat jika lingkungan kerja sejuk dan menyenangkan (Sedarmayanti 2011). Menurut Nitisemo (2013) kondisi lingkungan kerja yang meliputi pencahayaan harus memiliki penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan dengan sirkulasi udara yang baik dan ruang kerja yang bersih serta jauh dari kebisingan. Menurut Putra (2018) fasilitas dapat kerja mencakup segala sesuatu di dalam bisnis yang digunakan dan dinikmati oleh karyawan sehubungan dengan pekerjaan serta untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan paparan dari peneliti-peneliti sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja fisik dapat meliputi ruang kerja, suhu atau udara, pencahayaan yang tepat, kebisingan, pewarnaan ruangan, musik, fasilitas yang memadai, serta bangunan tempat kerja yang sesuai dan menunjang aktivitas kerja karyawan. Untuk itu perusahaan hendaknya memperhatikan lingkungan kerja fisik karyawan baik yang berhubungan langsung maupun melalui perantara, agar karyawan merasa nyaman dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila perusahaan tidak dapat memberikan kondisi lingkungan kerja fisik yang baik pada karyawan, maka dapat memicu adanya keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan (Astuti dan Dewi 2019); 2) Gambaran Lingkungan Kerja Non Fisik. Menurut Sedarmayanti (2011) lingkungan kerja non fisik meliputi

(11)

11

keadaan harmonis yang terjalin dalam perusahaan berkaitan dengan hubungan kerja baik hubungan antar karyawan sesama rekan kerja maupun hubungan antar atasan.

Menurut Nitisemo (2000) perusahaan harus mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi lingkungan kerja non fisik yang hendaknya diciptakan oleh perusahaan yaitu suasana kekeluargaan, komunikasi yang terjalin dengan baik, serta pengendalian diri.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dan Hadi (2021) kondisi lingkungan kerja non fisik yakni hubungan antara atasan dan bawahan serta antar karyawan terjalin dengan baik, saling berkomunikasi, bekerja sama, memberikan semangat, dan membantu satu dengan yang lainnya. Menurut penelitian Ghani, Suwarsi, dan Assyofa (2022) lingkungan kerja non fisik di PT General Dinamik memiliki kebijakan perusahaan, hubungan kerja dan komunikasi yang baik, serta kerja sama yang baik. Menurut Siagian (2014) hubungan antara atasan dengan karyawan harus dijaga dan saling menghargai satu sama lain. Hubungan yang terjadi dalam perusahaan antara atasan dengan bawahan dapat berpengaruh pada karyawan, karyawan dapat merasa senang maupun tidak senang apabila hubungan yang terjadi tidak baik di perusahaan (P. Oktaviani, Mujtaba, dan Muldi 2020).

Berdasarkan pada paparan peneliti yang telah dijelaskan memberikan gambaran bahwa kondisi lingkungan kerja non fisik dapat meliputi hubungan kerja yang baik antara atasan dengan bawahan maupun sesama rekan kerja, adanya komunikasi yang baik, saling bekerja sama dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Apabila lingkungan kerja non fisik tidak efektif seperti adanya hubungan dengan sesama rekan kerja yang tidak baik serta komunikasi yang buruk dapat menjadi alasan karyawan untuk meninggalkan perusahaan (Astuti dan Dewi 2019).

(12)

12 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai suatu permasalahan yang penting (Sugiyono 2017). Berikut merupakan kerangka berpikir dalam penelitian ini. Dengan lingkungan kerja menjadi dasar teori variabel yang digunakan, dan keadaan lingkungan kerja fisik merupakan jawaban teoritis untuk persoalan penelitian, sehingga hasil dari penelitian ini dapat menjelaskan lingkungan kerja fisik dan non fisik di PT Morich Indo Fashion.

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Lingkungan Kerja

Keadaan Lingkungan Kerja Fisik

Ruangan kerja yang rapi, warna dinding yang sesuai, dan

suhu ruangan yang sesuai.

Keadaan Lingkungan Kerja Non Fisik

Adanya hubungan yang baik dengan rekan kerja, komunikasi yang baik, dan saling mendukung

Lingkungan Kerja Fisik di PT Morich Indo

Fashion

Lingkungan Kerja Non Fisik di PT Morich

Indo Fashion

Gambaran Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik

di PT Morich Indo Fashion

(13)

13 METODE PENELITIAN

Metode analisis kualitatif deskriptif akan digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab setiap persoalan yang ada. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Abdussamad (2021)) penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata lisan dan tulisan dari individu serta perilaku yang dapat diamati, yang menekankan makna daripada generalisasi dalam temuannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer mengenai kondisi lingkungan kerja fisik dan non fisik di PT Morich Indo Fashion. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui narasumber atau informan (Nugrahani 2014). Objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan PT Morich Indo Fashion dengan subjek karyawan PT Morich Indo Fashion.

Menurut Moleong (2017) informan merupakan partisipan penelitian yang dapat memberikan pengetahuan mendalam tentang isu dan fenomena yang diangkat dalam sebuah penelitian. Ada tiga kategori informan yang dibedakan, yaitu informan kunci, informan utama, dan informan pendukung. Informan kunci adalah mereka yang memiliki pengetahuan luas tentang masalah yang diangkat dalam penelitian. Informan utama merupakan subyek yang detail mengenai masalah penelitian yang diangkat. Informan pendukung merupakan subjek yang memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap. Terdapat beberapa kriteria informan yaitu, a. Individu yang aktif; b. Terlibat dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian; c. Memiliki waktu yang memadai; d. Menyampaikan informasi dengan natural (Martha dan Kresno 2017). Menurut Eisenhardt (1989) informan yang diperlukan dalam penelitian kualitatif berjumlah minimal empat informan. Untuk itu dalam penelitian ini terdapat empat karyawan PT Morich Indo Fashion yang menjadi informan.

Dalam mendapatkan data tersebut peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data wawancara. Wawancara adalah strategi pengumpulan data yang melibatkan tanya jawab pertanyaan dari peneliti kepada subjek yang diteliti untuk mengumpulkan informasi (Abdussamad 2021). Pada penelitian ini jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara mendalam

(14)

14

termasuk dalam kategori wawancara semi-terstruktur, yang pelaksanaannya lebih fleksibel dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara jenis ini meminta informan untuk mengekspresikan perasaan dan ide-idenya untuk mengungkap isu-isu yang terjadi secara lebih terbuka (Abdussamad 2021).

Data yang nantinya telah diperoleh kemudian akan melalui beberapa aktivitas dalam analisis data model Miles dan Huberman, seperti: 1. Data reduction;

2. Data display; 3. Conclusion drawing/verification. Pada tahap reduction peneliti akan merangkum, memilih hal-hal pokok, serta berfokus pada hal-hal yang penting dan berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti, kemudian pada tahap display peneliti dapat memahami apa yang terjadi sehingga dapat merencanakan untuk langkah selanjutnya serta menyajikan data dalam bentuk teks narasi, pada tahap akhir yaitu conclusion drawing/verification peneliti dapat melihat terjawab atau tidaknya rumusan masalah yang sudah ditentukan di awal untuk mendapatkan hasil kesimpulan yang kredibel (Abdussamad 2021).

Dalam mengumpulkan data, triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat gabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Tujuan triangulasi bukan untuk menentukan adanya suatu kebenaran mengenai fenomena, melainkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono 2017). Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek data yang diperoleh dengan melalui beberapa sumber (Sugiyono 2017). Misalnya untuk menguji kredibilitas data mengenai lingkungan kerja, maka dalam pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dilakukan ke karyawan dan ke atasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Informan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan pada akhir bulan Mei hingga awal Juni 2023, peneliti melakukan wawancara dengan empat informan, informan merupakan staff HRD (Human Resource Development) rekrutmen dan asistan HRD serta dua informan lainnya merupakan supervisor PT Morich Indo Fashion.

(15)

15

Tabel 1 Profil Informan

Karakteristik Informan Jumlah

Nama TR

LR NR FA Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

0 4

Usia < 20

20-25 25-30 30-35 35-40

>40

0 1 1 1 1 0 Tingkat Pendidikan < SMA

SMA S1

>S1

1 1 2 0 Lama Bekerja < 1 tahun

1-5 tahun 5-10 tahun

>10 tahun

1 1 2 0 Jabatan Teknik Operasional

Staff HRD Recruitment Supervisor

Assistant HRD

0 1 2 1

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan dalam penelitian ini perempuan yakni 4 informan, dengan rentang usia sekitar 25 sampai 40 tahun.

Pekerja yang masih berada di usia produktif memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi daripada pekerja yang lebih tua, yang kemampuan fisiknya kurang baik dan terbatas. Usia produktif bagi setiap orang adalah usia angkatan kerja. Karena

(16)

16

rata-rata orang masih belum memiliki kematangan keterampilan yang sesuai dan masih dalam proses pendidikan, maka rentang usia tenaga kerja adalah antara 20 hingga 40 tahun. Kisaran ini dianggap sangat produktif untuk tenaga kerja (Aprilyanti 2017). Informan yang bekerja pada PT Morich Indo Fashion memiliki pengalaman berkarir 5 hingga 10 tahun, dengan sebagian besar menempuh pendidikan terakhir S1. Pengalaman kerja adalah ukuran jumlah waktu atau masa kerja yang telah dimiliki seseorang untuk mempelajari dan menjadi kompeten dalam pekerjaannya. Untuk mencapai hasil kerja yang sukses dan meningkatkan produktivitas karyawan, pengalaman kerja diperlukan. Semakin lama karyawan bekerja dalam sebuah perusahaan, maka akan mendapatkan lebih banyak pengalaman (Ilham 2022). Untuk kategori jabatan, paling banyak yaitu menjabat sebagai supervisor dengan dua informan.

Hasil

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menemukan informasi mengenai keadaan lingkungan kerja fisik dan non fisik di PT Morich Indo Fashion.

Lingkungan Fisik PT Morich Indo Fashion

Lingkungan kerja fisik memiliki dimensi yakni lingkungan kerja yang berhubungan langsung dengan karyawan dan lingkungan kerja yang melalui perantara (Sedarmayanti 2011). Dimensi lingkungan yang berhubungan langsung dengan karyawan memiliki indikator yakni fasilitas kerja berupa meja, kursi, ruangan kerja, dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan. Indikator untuk dimensi lingkungan kerja fisik melalui perantara meliputi, a) Cahaya atau penerangan; b) suhu atau temperature; c) musik; d) warna; e) dekorasi tata letak; f) sirkulasi udara; g) kebisingan; h) kebersihan ((Sedarmayanti (2011); (Siagian (2014)). Berikut merupakan lingkungan kerja fisik yang diberikan oleh perusahaan PT Morich Indo Fashion kepada karyawan.

Fasilitas Kerja

Perusahaan memberikan fasilitas kerja yang memadai kepada karyawan, selain itu fasilitas yang dimiliki juga tertata dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh informan bahwa :

Informan 2: “Fasilitas kerja sudah bagus, kondisinya juga baik semua”.

(17)

17

Informan 3: “Fasilitasnya bagus kok, di sini terdapat poli kesehatan.

Misalnya saat bekerja ada karyawan yang sakit maka akan segera di rujuk ke poli, dan jika diharuskan untuk melakukan opname, perusahaan akan merujuk dan mengantarkan karyawan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil yang telah disediakan oleh perusahaan”.

Informan 4: “Fasilitas kerjanya bagus, meja kursi dan komputer juga tersedia. Jika terjadi kerusakan atau sudah tidak layak digunakan maka akan segera diperbaiki atau diganti dengan yang baru”.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat informan 1 yang menyatakan bahwa:

Informan 1: “Perusahaan memberikan fasilitas yang memadai. Terdapat mushola, kantin, meeting room, meja kursi yang lengkap dengan kondisi bagus.

Selain itu juga fasilitas kerja yang diberikan telah sesuai dengan penerapan kerja”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan memberikan fasilitas kerja yang memadai dengan kondisi yang baik dan layak untuk digunakan karyawan.

Pencahayaan

Untuk kondisi pencahayaan dalam setiap ruangan didapatkan hasil yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2: “Kondisi pencahayaan yang diberikan sudah pas, sangat baik, dan bagus”.

Perkataan informan 2 sejalan dengan apa yang dikatakan oleh informan 4.

Informan 4: “Hanya kurang cahaya dari luar ruangan, tapi untuk pencahayaan dalam ruangan sudah pas dan sesuai”.

Informan 3: “Pencahayaan yang diberikan sudah diteliti dan dianggap layak untuk digunakan, selain itu pencahayaan selalu terkontrol dengan baik.

Untuk sewing diberikan tambahan lampu pada meja jahit untuk memudahkan karyawan dalam memasang benang pada mesin jahit”.

(18)

18

Informan 1: “Kondisi pencahayaan yang diberikan oleh perusahaan sudah bagus dan pas”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan memberikan kondisi pencahayaan sesuai kebutuhan kerja karyawan dengan kondisi yang layak dan bagus, hanya tidak ada cahaya dari luar.

Suhu

Kondisi suhu atau temperatur dalam ruangan sudah baik dan sesuai dengan kebutuhan karyawan. Seperti yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2: “Untuk suhu sudah sesuai, tidak terlalu dingin maupun panas”.

Informan 4: “Suhunya pas. Di dalam kan juga ada AC, jadi membantu sekali”.

Informan 3: “sudah sesuai, ada AC dan kipas angin”.

Pendapat informan 1 sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh informan 3.

Informan 1: “untuk ruang office sudah ada AC, untuk ruang operator sudah ada kipas angin”

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan menyediakan ruangan dengan suhu yang sesuai untuk ruang kerja karyawan.

Musik

PT Morich Indo Fashion memperbolehkan untuk melakukan pemutaran musik saat sedang bekerja. Pemutaran musik sendiri berpusat pada ruang produksi, namun dapat terdengar hingga departemen lain. Seperti yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2: “Pemutaran musik boleh untuk dilakukan”.

Pendapat informan 4 sejalan dengan pendapat yang diberikan oleh informan 2 bahwa

(19)

19

Informan 4: “Musik boleh, tetapi untuk ruang kantor hanya kadang-kadang saja dan untuk satu orang saja. Akses untuk ke YouTube juga dibatasi”.

Informan 1: “Pemutaran musik ada dan pusatnya pada departemen produksi, namun dapat terdengar hingga departemen lainnya. Adanya musik ini menurut saya dapat membantu untuk meningkatkan semangat kerja, terutama ketika menyelesaikan pekerjaan sendirian”.

Pendapat informan 3 sejalan dengan informan 1

Informan 3 : “Musik ada. Karena menurut karyawan itu kalau tidak ada musik yang diputar. Suasana kerja akan terasa sepi”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan memperbolehkan adanya pemutaran musik untuk memberikan suasana ramai dan karyawan merasa lebih santai dan semangat dengan adanya pemutaran musik.

Dekorasi Tata Letak

Dekorasi tata letak perusahaan memiliki aturan sendiri, setiap barang sudah memiliki tempat yang sesuai dengan letaknya. Setiap departemen juga memiliki ruang kerja masing-masing yang sesuai. Untuk dekorasi tata letak meja kursi, komputer, dan peralatan kerja lainnya sudah sesuai. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 4: “Letak meja kerja sudah cukup. Hanya saja untuk bagian belakang itu penuh sama pesanan barang dari departemen lain. Selain itu juga, adanya rak besi besar yang berada di ruangan cukup memakan tempat”.

Pendapat informan 2 sejalan dengan pendapat informan 4.

Informan 2: “Tata letak sudah oke sih, cuma pengennya ya di ruangan hanya untuk karyawan saja. Rak besi nya disendirikan inginnya.”

Informan 3: “Penataan meja kursi karyawan sudah sesuai”.

Informan 1: “Tata letak memiliki aturan sendiri yang telah dibuat oleh perusahaan. Selain itu, untuk letak barang manajemen akan menjelaskan mengenai

(20)

20

tata letak barang yang sesuai. Misalnya, untuk sewing letak untuk gunting, benang, kain sudah disesuaikan”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tata letak ruangan untuk meja kursi rapi dan tidak berantakan.

Untuk peralatan kerja juga sudah sesuai letaknya serta mudah untuk dijangkau oleh karyawan. Hanya saja gerak karyawan menjadi terbatas karena adanya rak besi besar dan tumpukan barang pesanan.

Warna

Perusahaan memberikan warna netral untuk ruangan yaitu warna putih.

Karyawan merasa warna cat yang ada sudah pas. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2 : “Warna dindingnya sudah pas netral dan sesuai, jadi tidak perlu diganti”.

Pendapat informan 2 sejalan dengan pendapat informan 4

“sudah pas warnanya, tidak mencolok juga”.

Pendapat informan 1 dan 3 sejalan dengan pendapat informan 2 dan 4.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa karyawan merasa nyaman jika warna dinding ruang kerja berwarna netral dan warna tidak mencolok, sehingga tidak akan mengganggu karyawan dalam melakukan pekerjaan.

Sirkulasi Udara

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mendapatkan hasil bahwa kondisi sirkulasi udara di PT Morich Indo Fashion sesuai dan baik. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2: “Sirkulasi udara ada. Sirkulasi udaranya dari pintu yang selalu terbuka. Bisa melalui celah-celah atas juga”.

Pendapat informan 4 sejalan dengan pendapat informan 2

(21)

21

Informan 4: “Sirkulasi udara ada, itu dari pintu. Sudah cukup sih kan ada AC juga”.

Informan 1“Sirkulasi udara baik dan juga banyak”.

Pendapat informan 3 sejalan dengan pendapat informan 1.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa sirkulasi udara yang diberikan sudah baik dan sesuai untuk membantu masuknya udara dari luar ruangan.

Kebisingan

Kondisi ruangan kerja yang dipakai oleh karyawan jauh dari kebisingan, sehingga tidak mengganggu kerja karyawan. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2 : “Sangat jauh, kalau sudah di dalam tidak terdengar apa-apa”.

Pendapat informan 2 sejalan dengan pendapat informan 4

Informan 4: “Ruangan sangat jauh dari kebisingan, jika di dalam ruangan kebisingan dari luar maupun produksi tidak akan terdengar sampai ke dalam ruangan”.

Informan 1: “Ruang kerja sangat jauh dari kebisingan”.

Informan 3: “Jauh dari kebisingan”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan memberikan kondisi ruangan yang nyaman untuk karyawan dan memastikan bahwa ruangan kerja karyawan jauh dari kebisingan.

Kebersihan

Perusahaan memberikan jadwal piket karyawan pada setiap departemen.

Setiap jam kerja telah selesai, karyawan yang mendapat jadwal piket akan membersihkan ruangan, sehingga karyawan tidak bergantung pada petugas kebersihan perusahaan. Seperti pendapat yang diungkapkan informan bahwa:

(22)

22

Informan 2: “Untuk kebersihan dalam ruangan di jadwal untuk pagi, siang, sore. Karyawan juga mendapat jadwal piket untuk membersihkan ruang kerja sebelum pulang”.

Pendapat informan 4 sejalan dengan informan 2 bahwa

“Untuk kebersihan, karyawan mendapat jadwal piket untuk membersihkan ruangan kerja”.

Informan 3: “Ruangan selalu bersih. Selain ada petugas kebersihan, karyawan juga diberikan jadwal piket untuk membersihkan ruangan”.

Informan 1: “Untuk kebersihan di setiap departemen karyawan akan diberikan jadwal piket, sehingga tidak ketergantungan pada petugas kebersihan”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan menjaga kebersihan ruangan kerja untuk dapat memberikan kenyamanan karyawan saat bekerja, dan memberikan tanggung jawab pada karyawan untuk menjaga kebersihan ruangan yang dipakai, sehingga tidak hanya mengandalkan petugas kebersihan saja.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh informan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Morich Indo Fashion memberikan kondisi lingkungan kerja fisik yang positif, dengan kondisi yang layak dan baik untuk karyawan. Baik untuk lingkungan kerja yang berhubungan langsung dengan karyawan maupun lingkungan kerja perantara. Perusahaan memberikan fasilitas kerja yang memadai, fasilitas yang diberikan berupa meja kursi, ruang kerja yang memiliki pencahayaan pas, suhu udara sesuai, sirkulasi udara yang baik, kebersihan yang terjaga, dekorasi tata letak dan warna ruang yang serasi, serta diperbolehkannya untuk pemutaran musik yang dapat membantu untuk meningkatkan semangat karyawan dan meramaikan suasana. Selain itu perusahaan juga memastikan bahwa ruangan yang dipakai jauh dari kebisingan.

Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik memiliki dimensi yakni, a) hubungan antara atasan dengan bawahan; b) hubungan antar karyawan; dengan indikator a. perhatian

(23)

23

dan dukungan pemimpin; b. kelancaran komunikasi; kerja sama antar karyawan (Sedarmayanti 2011). Berikut merupakan hasil wawancara mengenai lingkungan non fisik di PT Morich Indo Fashion.

Perhatian dan Dukungan Pemimpin

Pemimpin selalu memberikan arahan kepada karyawannya. Arahan yang diberikan kepada karyawan melalui meeting, meeting biasanya dilakukan setiap seminggu dua kali. Ketika meeting, nantinya setiap divisi akan melaporkan kegiatannya seperti cek absensi karyawan, pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan bagaimana, departemen apa yang sedang melakukan rekrutmen maupun karyawan divisi apa yang banyak mengajukan resign. Apabila ada karyawan yang sedang sakit pemimpin akan menanyakan kondisi karyawan. Seperti pendapat yang di ungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2: “Pemimpin selalu memberikan arahan, melakukan meeting untuk mengetahui laporan dalam setiap departemen. Untuk rekrutmen departemen mana yang sedang banyak membutuhkan karyawan. Selalu memberikan arahan kok pemimpin”.

Informan 4: “Pemimpin selalu memberikan arahan. Biasanya juga ada kegiatan outbound yang diadakan perusahaan, untuk bisa nambah kerja sama dan keakraban”.

Informan 3: “Pemimpin memberikan perhatian dan arahan yang baik. Jika ada karyawan yang sakit akan segera dirujuk untuk ke poli dan beristirahat. Disini juga biasanya ada acara outbound bersama”.

Informan 1: “Pemimpin memberikan arahan yang baik kepada karyawan.

Pemimpin memberikan arahan dengan melakukan meeting bersama terlebih dahulu. Pemimpin juga selalu memberikan jawaban jika karyawan bertanya mengenai pekerjaan yang masih belum paham untuk dikerjakan”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara karyawan dan pemimpin terjalin dengan baik.

Pemimpin juga memberikan perhatian serta arahan yang baik kepada karyawan.

(24)

24 Kelancaran Komunikasi

Komunikasi yang terjalin antara pemimpin dengan karyawan maupun antar karyawan terjalin dengan lancar dan baik. Untuk masing-masing divisi memiliki grup WhatsApp untuk memberikan informasi mengenai jam kerja maupun mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Selain menggunakan grup WhatsApp, perusahaan juga menyediakan kotak kritik dan saran serta menggunakan email untuk berkomunikasi sesama departemen. Adapun untuk berkomunkasi dengan atasan akan melalui meeting. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 2: “Untuk komunikasi dengan pemimpin akan dilakukan dengan melalui meeting mingguan, jika sesama departemen akan melalui email. Disini juga ada kotak kritik dan saran”.

Informan 4: “Komunikasinya bagus. Karena dalam satu ruangan yang sama apabila terjadi kesalahan maka akan langsung dikomunikasikan”.

Informan 1: “Karena kita punya grup WhatsApp, jadi komunikasinya dilakukan secara langsung maupun dengan melalui media grup WhatsApp”.

Informan 3: “Komunikasi bagus, saling berkomunikasi dengan baik. Kotak kritik dan saran juga tersedia”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi yang terjalin antara pemimpin dengan karyawan maupun dengan sesama karyawan terjalin dengan baik dan lancar. Apabila karyawan melakukan kesalahan dalam bekerja maka akan segera dikomunikasikan dan diselesaikan bersama.

Kerja Sama antar karyawan

Kerja sama karyawan terjalin dengan baik. Untuk dapat menciptakan kerja sama yang baik, dilakukan komunikasi sesama karyawan untuk setiap divisi.

Komunikasi dilakukan untuk membahas kedepannya seperti apa, target pesanan yang perlu dicapai dalam satu minggu berapa banyak. Jika target pesanan banyak,

(25)

25

maka karyawan yang lain dapat saling membantu untuk dapat menyelesaikan target pesanan yang diminta. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh informan bahwa:

Informan 4: “Kerja sama terjalin dengan baik. Saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan yang urgent. Selalu dikomunikasikan bersama”.

Pendapat informan 2 sejalan dengan informan 4 bahwa:

“Bagus kok, saling bekerja sama dan membantu”.

Informan 3: “Kerja sama yang diciptakan oleh karyawan biasanya melalui komunikasi kelompok secara langsung untuk membicarakan target pesanan yang belum tercapai. Jika target pesanan belum terpenuhi maka karyawan akan saling membantu dan bekerja sama untuk menyelesaikan target yang diminta”.

Informan 1: “Kerja sama yang baik dapat tercipta dengan melakukan komunikasi kelompok, untuk merencanakan kedepannya akan seperti apa”.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh karyawan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerja sama karyawan terjalin dengan baik, kerja sama dibangun melalui komunikasi kelompok untuk dapat merencanakan kedepannya seperti apa serta saling membantu untuk menyelesaikan target pesanan yang harus segera dikirim.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gambaran kerja fisik dan non fisik di PT Morich Indo Fashion dapat dilihat dalam tabel yang tersaji di bawah ini.

(26)

26

Tabel 2 Gambaran Lingkungan Kerja PT Morich

Gambaran

Lingkungan Kerja

Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4

Fisik

a. Fasilitas Kerja

Fasilitas sudah memadai, ada mushola, kantin, meeting room, meja kursi lengkap disini.

Sudah bagus, kondisinya baik semua.

Fasilitas bagus, poli juga ada.

Fasilitas bagus, meja kursi dan komputer juga tersedia.

b. Pencahayaan Sudah bagus dan pas. Sudah pas, sangat baik dan sesuai.

Pencahayaan sudah diteliti, layak

digunakan, selalu terkontrol, tambahan lampu untuk sewing juga ada.

Sudah pas dan bagus.

c. Suhu Suhu sudah sesuai, ada kipas angin juga diruangan.

Sudah sesuai, tidak terlalu dingin maupun panas.

Untuk office ada AC, untuk departemen lain ada kipas angin.

Sudah sesuai suhunya.

Suhunya sudah

pas, AC

membantu sekali.

d. Sirkulasi udara

Sirkulasi udara baik dan juga banyak

Sirkulasi ada Sirkulasi udara ada, dari pintu masuk. Sudah cukup karena dibantu AC juga

Ada banyak sirkulasi udara

e. Musik Pemutaran musik ada.

Pusat pemutaran di produksi tapi terdengar sampai departemen lain.

Pemutaran musik boleh dilakukan.

Musik ada, menurut

karyawan jika tidak ada musik

Musik boleh, tetapi dibatasi untuk akses masuk Youtube.

(27)

27

Musik dapat

meningkatkan semangat kerja.

suasana menjadi sepi.

f. Kebersihan Bersih ruangannya, karena ada jadwal piket karyawan. Tidak bergantung pada petugas kebersihan yang ada.

Bersih, ada jadwal piket juga.

Ruangan selalu bersih, selain petugas

kebersihan karyawan juga bertanggung jawab atas kebersihan ruang kerja.

Ruangan bersih, karena karyawan juga memiliki jadwal piket.

g. Kebisingan Sangat jauh dari kebisingan ruang kerjanya.

Sangat jauh, jika sudah di dalam tidak terdengar apa- apa.

Jauh dari kebisingan.

Jauh, jika di dalam kebisingan dari luar tidak akan terdengar.

h. Dekorasi tata letak

Tata letak ada aturan sendiri dari perusahaan.

Nanti akan dijelaskan oleh manajemen untuk letak barangnya.

Sudah oke, hanya inginnya di ruang kerja hanya ada karyawan untuk rak besi dan tumpukan barang di sendirikan.

Sudah sesuai tata letaknya.

Letak meja kerja kursi sudah sesuai, hanya pesanan barang dari departemen

lain yang

tertumpuk dan rak besi itu cukup memakan tempat.

i. Warna Sudah sesuai, netral. Sudah pas netral, tidak perlu diganti.

Sudah cocok. Warnanya sudah oke, tidak mencolok juga.

(28)

28 Non Fisik

a. Perhatian dan dukungan pemimpin

Selalu memberikan arahan, memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan karyawan.

Selalu memberi arahan, biasanya meeting.

Kemudian setiap divisi melaporkan kondisi setiap divisi, apakah banyak yang resign atau sedang

membuka lowongan.

Memberikan arahan dan perhatian yang baik. Terdapat kegiatan

outbound untuk mempererat hubungan akrab atasan dan bawahan.

Selalu memberikan arahan yang baik.

Mengadakan kegiatan

outbound untuk atasan dan karyawan.

b. Kelancaran komunikasi

Dilakukan secara langsung bisa melalui grup WhatsApp juga.

Untuk komunikasi dengan atasan melalui

meeting, untuk sesama

departemen melalui email.

Komunikasi bagus.

Komunikasi bagus, jika terjadi kesalahan akan langsung

dikomunikasikan.

c. Kerja sama karyawan

Kerja sama baik, biasanya saling berdiskusi mengenai kedepannya seperti apa.

Bagus kok saling bekerja sama dan membantu.

Saling

membantu dan kerja sama dengan baik.

Kerja sama baik, saling membantu.

(29)

29 Pembahasan

Gambaran Lingkungan Kerja Fisik

Menurut hasil yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara, informan menyatakan bahwa perusahaan memberikan fasilitas kerja yang memadai. Fasilitas yang diberikan yakni kondisi gedung yang bagus, tersedianya AC (Air Conditioner) maupun kipas angin, meja dan kursi kerja yang layak digunakan dan selalu di cek kalayakan kondisinya, meeting room, tempat ibadah, kantin, poli, komputer, dan lahan parkir. Hal tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Putra (2018) bahwa fasilitas kerja mencakup segala sesuatu di dalam bisnis yang digunakan dan dinikmati oleh karyawan sehubungan dengan pekerjaan serta untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

Kelancaran aktivitas pekerjaan akan dipengaruhi oleh fasilitas yang memadai, yang akan meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan (Putra 2018). Tersedianya sarana prasarana untuk karyawan yang meliputi adanya tempat ibadah, kamar mandi, kantin, dan tempat ibadah termasuk dalam fasilitas kerja (A.

N. Oktaviani et al. 2020). Karyawan dapat melaksanakan tanggung jawabnya serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin dengan adanya fasilitas yang memadai di lingkungan kerja yang dapat memperlancar usaha dan mempermudah pekerjaan. Fasilitas dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih aktif dan produktif dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan (Syamsuri 2019). Adapun mengenai kondisi pencahayaan, perusahaan memberikan kondisi ruang kerja dengan pencahayaan yang cukup. Menurut informan, pencahayaan yang ada selalu dilakukan pengecekan sehingga jika terjadi masalah akan segera teratasi dan tidak menghambat kerja karyawan. Perusahaan memastikan bahwa pencahyaan yang ada dapat membantu karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Nitisemo (2013) bahwa adanya penerangan yang memadai dan tidak menyilaukan akan dapat membantu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dan lebih teliti. Penting untuk memperhatikan keberadaan pencahayaan. Apabila kondisi pencahayaan buruk, akan mengganggu penglihatan karyawan, penglihatan menjadi kurang jelas dan akan mengganggu karyawan dalam bekerja, bekerja menjadi lebih lambat, sering melakukan kesalahan, efisiensi menjadi berkurang

(30)

30

(Sedarmayanti 2011). Pencahayaan adalah jumlah penerangan yang dibutuhkan di ruang kerja untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan yang ada. Pencahayaan menjadi komponen penting dalam mendukung aktivitas kerja karyawan (Extrada, Muhamadiah, Makomulamin, Efendi, dan Edigan 2021). Menurut ILO pekerja dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dengan lebih sedikit kesalahan ketika ada pencahayaan yang cukup, yang dapat meningkatkan produktivitas.

Pencahayaan yang cukup juga dapat membantu mengurangi kelelahan mata, sakit kepala, serta nyeri leher. Pencahayaan yang baik akan membantu karyawan berkonsentrasi pada tugas mereka, yang akan meningkatkan hasil kerja (Extrada et al. 2021).

Untuk kondisi suhu ruang, menurut informan suhu ruang sudah sesuai.

Perusahaan memberikan kipas angin maupun AC untuk dapat memberikan suhu ruang yang cukup untuk karyawan. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Robbins (2003) bahwa suhu tubuh pada setiap orang berbeda- beda, untuk itu dalam suatu ruang kerja yang memiliki banyak karyawan harus memiliki kontrol yang baik akan suhu ruangan agar karyawan merasa nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Agar karyawan dapat bekerja secara efisien dan nyaman, organisasi perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, termasuk suhu (Rivalita dan Ferdian 2020). Dalam keadaan normal, setiap tubuh manusia memiliki suhu yang bervariasi. Tubuh selalu berusaha mempertahankan kondisi normal dengan sistem tubuh yang ideal agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Namun demikian, kemampuan untuk beradaptasi memiliki batas. Jika suhu tubuh di luar berubah tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk situasi dingin dari kondisi tubuh pada umumnya, tubuh manusia masih dapat menyesuaikan diri dengan suhu di luar. Dengan adanya penggunaan kipas angin atau air conditioner (AC) dapat membantu untuk memberikan rasa sejuk serta mengurangi hawa panas ruang kerja (Sedarmayanti 2011). Adapun untuk sirkulasi udara, menurut informan perusahaan memberikan ventilasi udara tidak hanya satu sehingga udara dari luar dapat masuk serta memberikan kondisi udara yang segar.

Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Nitisemo (2013) bahwa lingkungan kerja fisik meliputi sirkulasi udara yang baik dan tersedianya ventilasi udara yang cukup. Dengan adanya pertukaran udara yang baik, dapat membantu

(31)

31

untuk meningkatkan semangat kerja karyawan (Rivalita dan Ferdian 2020). Adanya kualitas udara ruang tempat kerja yang buruk dan terkontaminasi oleh udara di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan karyawan dalam bekerja (Menteri Ketenagakerjaan 2018). Sirkulasi udara yang buruk dapat mengurangi fokus karyawan ketika sedang bekerja dan dapat meningkatkan tingkat kesalahan. Sirkulasi udara sangat penting untuk membantu memberikan kualitas udara dalam ruang kerja yang dapat mengontrol suhu, keluar masuknya oksigen, mengurangi kelembaban dalam ruangan, mengurangi bau-bau tidak enak, bakteri yang ada dalam udara (Khoirotun Najihah, Aida Sulisna, dan Amirah Salsabila 2023). Ruangan dengan sirkulasi udara yang baik akan terlihat sejuk dan bersih, akan membuat karyawan merasa lebih nyaman di ruang kerja (Sutriani dan Hamdiah 2022).

Menurut hasil yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, menurut informan bekerja sambil mendengarkan musik sangat diperbolehkan dan dapat membantu memberikan semangat kepada karyawan.

Apabila tidak ada musik yang diputar suasana ruang kerja menjadi sepi. Perusahaan memusatkan pemutaran musik di ruang produksi dan dapat terdengar pada divisi laun. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Hendri (2016) bahwa bekerja dengan mendengarkan musik karyawan menjadi lebih nyaman. Karyawan bekerja dengan mendengarkan musik dapat membantu meningkatkan semangat kerja dan produktivitas kerja (Alfayad dan Dwiyanti 2022). Adanya pemutaran musik dengan kesan santai yang dimainkan pada waktu dan tempat yang tepat dapat memotivasi karyawan. Oleh karena itu, musik yang diputar di tempat kerja harus dipilih dengan tepat dan sesuai. Apabila musik di tempat kerja yang diputar tidak sesuai akan dapat mengganggu produktivitas (Sedarmayanti 2011). Adapun untuk warna dinding, perusahaan memberikan warna dinding yang netral dan tidak menyakiti mata. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Mangkunegara (2005) bahwa warna ruang kerja yang sesuai dan memiliki komposisi warna yang pas dapat meningkatkan semangat kerja. Karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja ketika ruangan kerja memiliki warna cat dinding yang serasi dengan peralatan kantor (Ghani et al. 2022). Warna ruang kantor dapat membantu untuk meningkatkan perasaan baik karyawan, dikarenakan sifat dalam

(32)

32

warna dapat merangsang perasaan serta memantulkan sinar yang diterima (Sedarmayanti 2011). Warna dapat menimbulkan pengaruh psikologis yang ditimbulkan melalui perasaan senang yang dapat menghilangkan rasa tertekan (Mangkunegara 2005). Untuk itu diperlukan adanya pemilihan warna yang tepat agar dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman sehingga efektivitas kerja karyawan dapat tercapai (Sutriani dan Hamdiah 2022).

Untuk dekorasi tata letak menurut hasil berdasarkan penelitian, menurut informan sudah beraturan kemudian peralatan kerja sudah sesuai dengan aturan penempatan yang ada di perusahaan. Namun menurut informan, ruang kerja menjadi terbatas dikarenakan adanya rak besi outler dan barang pesanan dari departemen lain. Informan ingin jika yang berada di ruang kerja hanya khusus karyawan dan rak besi outler serta barang pesanan disendirikan. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan Nafiah (2017) bahwa tata letak mengacu pada proses penempatan peralatan dan perlengkapan kantor. Adanya tata letak yang sesuai diharapkan dapat memberikan dampak yang baik untuk karyawan yakni meningkatkan gairah karyawan dalam melakukan pekerjaan serta merasa nyaman (Risha dan Nugraha 2022). Tata letak kantor yang sesuai dapat membantu karyawan untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif, nyaman, bebas, dan tanpa batasan (Nafiah 2017). Adanya ruang gerak karyawan yang terbatas, karena rak besi dan tumpukan barang di bagian belakang menjadikan lingkungan kerja fisik menjadi kurang sesuai. Hal ini menandakan adanya tata letak yang tidak kondusif untuk karyawan (Risha dan Nugraha 2022). Karyawan akan mengalami ketidaknyamanan di tempat kerja karena banyaknya tumpukan barang yang tidak sesuai dengan tempatnya sehingga menyebabkan karyawan merasa ruang terbatas (Sutriani dan Hamdiah 2022). Menurut informan, kondisi ruang kerja sangat jauh dari kebisingan. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Hendri 2016 bahwa Bekerja akan lebih tenang jika lingkungan kerja tidak bising. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh indra pendengaran karena dapat mengganggu konsentrasi kerja (Sedarmayanti 2011). Dalam melakukan pekerjaan dibutuhkan konsentrasi, sehingga suara bising hendaknya dihindarkan untuk dapat membantu pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan secara efisien dan karyawan merasa nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya (Cintia dan Gilang 2016).

(33)

33

Selain itu, perusahaan juga memastikan bahwa kondisi ruang kerja karyawan bersih, sehingga karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja. Perusahaan memberlakukan sistem piket pada karyawan, sehingga karyawan tidak hanya bergantung pada petugas kebersihan tetapi juga bertanggung jawab atas kebersihan ruang kerja. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Nitisemo (2013) bahwa lingkungan kerja yang bersih dapat membuat karyawan merasa nyaman saat bekerja. Dengan adanya lingkungan kerja yang bersih, dapat mempengaruhi perasaan karyawan dan meningkatkan semangat kerja karyawan (Sedarmayanti 2011). Kondisi ruang kerja yang bersih dapat membantu memberikan suasana senang dalam diri karyawan (Ghani et al. 2022).

Gambaran Lingkungan Kerja Non Fisik

Cara menerapkan hubungan kerja yang produktif antara rekan kerja dapat ditunjukkan dalam lingkungan kerja non fisik berikut ini. Lingkungan tempat pekerjaan dilakukan dengan tenang dan akrab, tidak penuh tekanan dan penuh ancaman, serta ada rasa hormat dan kepercayaan di antara karyawan. Setiap karyawan termotivasi dan bersemangat untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan tidak ada konflik di antara mereka (Sumanti dan Firmansyah 2021).

Menurut hasil yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara, informan menyatakan bahwa hubungan antara pimpinan dan karyawan, maupun antar rekan kerja terjalin dengan baik. Pemimpin selalu memberikan arahan dan perhatian kepada karyawannya. Pemimpin selalu melakukan meeting setidaknya satu minggu dua kali untuk mengetahui perkembangan karyawan dalam setiap departemen. Selain itu, perusahaan juga mengadakan outbound antara atasan dengan bawahan untuk menjalin keakraban dan menciptakan suasana kekeluargaan, serta menciptakan kerja sama yang lebih baik lagi. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh (Suroso 2018) bahwa hubungan antara pimpinan dan karyawan harus dijaga dengan baik dan saling menghargai satu sama lain agar dapat tercipta lingkungan kerja yang nyaman.

Kondisi keharmonisan antara pimpinan dan karyawan dalam organisasi yang terkait dengan hubungan kerja serta sejauh mana karyawan dapat merasakan perhatian dan

(34)

34

bimbingan yang diberikan kepada mereka oleh pemimpin. Dengan adanya perhatian yang diberikan pemimpin kepada karyawan, maka karyawan akan merasa puas sehingga karyawan dapat lebih semangat dalam menyelesaikan pekerjaannya (Sedarmayanti 2011). Hubungan yang terjadi dalam perusahaan antara atasan dengan bawahan dapat berpengaruh pada karyawan, karyawan dapat merasa senang maupun tidak senang apabila hubungan yang terjadi di perusahaan tidak baik (P.

Oktaviani, Mujtaba, dan Muldi 2020). Adapun untuk komunikasi, berdasarkan hasil yang didapatkan menurut informan komunikasi yang terjalin antara atasan dengan bawahan maupun dengan sesama rekan kerja terjalin dengan baik dan lancar.

Komunikasi yang dilakukan dapat secara langsung, apabila terjadi kesalahan maka akan langsung dikomunikasikan bersama, selain itu komunikasi juga melalui email, maupun melalui media grup WhatsApp. Hasil tersebut mendukung apa yang diungkapkan oleh Nitisemo (2000) bahwa lingkungan kerja yang positif adalah lingkungan kerja yang memiliki hubungan seperti keluarga, jalur komunikasi yang terbuka, dan kerja sama antara atasan, bawahan, dan pihak-pihak lain yang memiliki posisi yang sama dalam organisasi. Komponen penting dalam melakukan pekerjaan adalah komunikasi yang efektif. Karyawan harus merasakan bahwa komunikasi yang terjalin dengan pimpinan berjalan secara efektif dan efisien sehingga karyawan dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik (Sedarmayanti 2011). Adanya komunikasi yang baik dapat membantu untuk meningkatkan semangat kerja, serta dapat membantu untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi bersama-sama untuk dapat mencapai tujuan perusahaan.

Komunikasi yang terjalin harus ke semua arah dan ada timbal balik, baik dari atasan dengan bawahan, maupun sesama dengan karyawan (P. Oktaviani et al. 2020).

Untuk itu perusahaan harus menciptakan komunikasi yang baik, terbuka, lancar, dan baik antar sesama karyawan maupun kepada pemimpin (Ghani et al. 2022)

Untuk kerja sama karyawan, menurut informan kerja sama terjalin dengan baik. Karyawan dapat saling bekerja sama untuk menyelesaikan target pesanan yang akan segera dikirim. Hasil penelitian ini mendukung apa yang diungkapkan oleh Sumanti dan Firmansyah (2021) bahwa karyawan dapat merasakan adanya kerja sama yang baik terjalin dalam perusahaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat menjadi lebih mudah dan dapat membuat hubungan menjadi lebih akrab.

(35)

35

Karyawan yang bekerja sama dengan baik akan merasa tidak terlalu terbebani karena merasa pekerjaan yang dilakukan lebih mudah dibandingkan jika karyawan bekerja sendiri (Sedarmayanti 2011). Dengan adanya kerja sama yang terjalin dapat membantu mengurangi konflik. Jika terdapat konflik maka dapat membuat suasana menjadi tidak menyenangkan dan semangat kerja menjadi turun. Untuk itu hubungan kerja sama yang terjalin harus dijaga dengan baik (Cintia dan Gilang 2016).

KESIMPULAN

Gambaran lingkungan kerja fisik di PT Morich Indo Fashion mendapatkan hasil yang baik. Perusahaan memberikan fasilitas kerja meliputi, kantin, ruang meeting, poli, kondisi meja dan kursi yang baik dan layak untuk digunakan, komputer, dan tempat ibadah yang memadai. Kondisi pencahayaan sudah baik dan dinyatakan layak untuk ruang kerja. Ruangan diberikan fasilitas meliputi AC dan kipas angin untuk membantu memberikan suhu yang sesuai untuk karyawan, serta adanya sirkulasi udara yang baik dan sesuai. Perusahaan memperbolehkan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan mendengarkan musik. Dekorasi tata letak yang rapi dan beraturan, tetapi adanya rak besi dan tumpukan barang pesanan menjadikan ruang gerak karyawan menjadi terbatas. Warna dinding ruang kerja sesuai dan tidak mencolok. Perusahaan juga memberikan kondisi ruangan yang bersih dan memastikan ruang kerja jauh dari kebisingan;

Gambaran lingkungan kerja non fisik di PT Morich Indo Fashion mendapatkan hasil yang baik. Hubungan yang terjalin antara atasan dengan bawahan maupun dengan sesama karyawan terjalin dengan baik. Hal ini ditunjukkan melalui dukungan dan perhatian yang diberikan oleh pemimpin, kegiatan yang dilakukan bersama, komunikasi yang berjalan dengan lancar dan baik, serta terjalinnya kerja sama yang baik.

Implikasi Teori

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil mengenai lingkungan kerja fisik bahwa perusahaan memberikan fasilitas kerja yang memadai dengan kondisi yang baik dan layak untuk digunakan karyawan meliputi, komputer, meja dan kursi, ruang meeting, kantin, tempat ibadah, hingga poli. Hasil penelitian ini mendukung

(36)

36

apa yang diungkapkan oleh Putra (2018); Oktaviani, Komariah, dan Jhoansyah (2020); dan Syamsuri (2019). Didapatkan juga hasil bahwa kondisi pencahayaan ruang kerja sudah sesuai, layak, dan pas. Hasil penelitian ini mendukung apa yang diungkapkan oleh Nitisemo (2013); Sedarmayanti (2011); serta Extrada et al.

(2021). Perusahaan juga memberikan kondisi suhu yang sesuai dengan yang dibutuhkan ol

Gambar

Gambar 1 Kerangka Berpikir
Tabel 1 Profil Informan
Tabel 2 Gambaran Lingkungan Kerja PT Morich

Referensi

Dokumen terkait

Sumbangan lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja sebesar 29,4% dengan demikian terdapat 70,6% faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja diluar variabel

Sumbangan lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja sebesar 29,4% dengan demikian terdapat 70,6% faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja diluar variabel

ruang kerja, ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja; 2) kondisi lingkungan kerja non fisik:(a) faktor lingkungan

“ Lingkungan Kerja Non Fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan sesama

g menyatakan bahwa jika di kemudian hari terjadi perubahan hak cipta atas karya ini, saya bertanggung jawab untuk menyampaikannya ke UKSW terkait perubahan yang dilakukan; h menyatakan

Vertical, horizontal and residual skills mismatch in the Australian graduate labour market... Analysis of Skills Demand in

and Sutono 2021 ‘Pengaruh Beban Kerja Dan Burnout Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Pada Pegawai Dinas Pemberdayan Masyarakat dan

1212 E-mail: library@uksw.edu PERNYATAAN PENYERAHAN LISENSI NONEKSKLUSIF DAN PILIHAN EMBARGO TUGAS AKHIR Dengan menyerahkan tugas akhir karya dengan: Judul : untuk diunggah ke