• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Literasi Digital Dalam Memoderasi Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Keamanan, dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending Pada Generasi Milenial Di Kota Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Literasi Digital Dalam Memoderasi Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Keamanan, dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending Pada Generasi Milenial Di Kota Salatiga"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

6

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS P2P Lending

Dari beberapa jenis usaha fintech, layanan pinjaman online P2P Lending yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Layanan P2P lending ini memberikan pinjaman dengan mudah secara efektif dan transparan. Pinjaman online P2P Lending didefinisikan sebagai praktik mendanai antara pemberi pinjaman (kreditur) dan penerima pinjaman (debitur) tanpa melalui bank komersial dengan berbasis teknologi melalui berbagai platform pinjaman yang dikembangkan sendiri oleh perusahaan P2P Lending (Suryono et al., 2021).

P2P Lending memberikan harapan kepada pemberi pinjaman dengan adanya pengembalian dana yang kompetitif walau dengan modal rendah (Tampubolon, 2019).

Peminjam dana dalam P2P Lending dapat mengajukan kredit dengan syarat dan proses yang lebih mudah, serta tanpa agunan, jika dibandingkan dengan lembaga keuangan komersial seperti bank (Sitompul, 2018). P2P Lending menggunakan biaya yang relatif lebih rendah daripada transaksi pinjam-meminjam bank pada umumnya. P2P Lending menghadirkan inovasi yakni dari sisi yang ditawarkan kepada konsumen (Ansori, 2019). Disemadi (2021) menyatakan bahwa P2P Lending diciptakan bagi sektor jasa keuangan yang sedang berkembang untuk mulai memanfaatkan teknologi terbaru guna pelayanan yang lebih baik.

Menurut Maulana dan Wiharno (2022) masyarakat Indonesia menanggapi kemunculan P2P Lending dengan baik karena kehadiran P2P Lending dirasa memberikan kemudahan transaksi keuangan dan lebih hemat waktu dan biaya serta pelayanan yang lengkap. Masyarakat sebagai pengguna P2P Lending mengajukan pinjaman dengan lebih mudah baik dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau menjadi sumber modal untuk mengembangkan usaha.

(Baihaqi, 2018). Respon positif masyarakat akan menjadikan mutualisme bagi penyedia P2P Lending dan masyarakat, karena perusahaan akan menuai keuntungan sedangkan pengguna dapat meningkatkan taraf hidup dari daya beli mereka (Benuf, 2020)

Persepsi Manfaat

Romadloniyah dan Prayitno (2018) mengatakan bahwa persepsi manfaat adalah probabilitas subjektif dari pengguna teknologi baru yang bertujuan untuk mempermudah kinerja pengguna yang akan menghasilkan keuntungan fisik maupun non fisik yang lebih baik, seperti hasil yang didapat akan lebih cepat atau memuaskan dibandingkan tidak menggunakan

(2)

7

teknologi baru tersebut. Persepsi manfaat adalah keadaan di mana seseorang percaya akan teknologi dapat meningkatkan suatu kinerja seseorang dalam usahanya (Rahmawati & Yuliana, 2020). Robaniyah dan Kurnianingsih (2021) menjelaskan indikator dari persepsi manfaat dalam penggunaan suatu teknologi finansial yaitu memiliki kegunaan dan sebagai sumber dana alternatif.

Informasi yang dengan cepat menyebar melalui internet di tengah masyarakat, tentunya akan memudahkan masyarakat sebagai pengguna untuk mengetahui manfaat dari penggunaan teknologi baru (I’tishom et al., 2020). Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang memilih menggunakan P2P Lending memiliki rasa percaya bahwa dengan menggunakan P2P Lending akan memberikan manfaat bagi kebutuhan finansialnya.

Persepsi Keamanan

Keamanan menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dari penggunaan suatu teknologi. Adanya kemungkinan gangguan keamanan menjadikan tuntutan bagi penyedia jasa untuk membuat layanannya terjamin keamanan dan mendatangkan kepercayaan konsumen sehingga menghilangkan rasa ragu ketika hendak menggunakan layanan P2P Lending (Iliyin

& Widiartanto, 2020). Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, persepsi keamanan sendiri merupakan adanya kepastian perlindungan data pribadi pengguna dari ancaman cybercrime .(Rahmawati dan Yuliana, 2020).

Utami (2020) mendefinisikan keamanan sebagai kemampuan penyedia fintech P2P Lending dalam menjaga dan melakukan pengontrolan keamanan pada suatu transaksi.

Keamanan dalam bertransaksi merupakan cara sebuah server mampu melindungi sebuah data agar tidak terjadi kebobolan dan mampu mendeteksi adanya penipuan di sebuah server yang berbasis teknologi (Umaningsih dan Wardani, 2020). Robaniyah dan Kurnianingsih (2021) mendefinisikan persepsi keamanan dalam transaksi digital sebagai perlindungan pengguna fintech dari kesalahan dan pencurian data penting pengguna.

Persepsi Risiko

Menurut Haryani (2019) Persepsi Risiko adalah ketidakpastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi dimasa yang akan datang atas keputusan pembelian yang mereka lakukan. Penilaian seseorang terhadap subyek yang berdampak negatif akan menimbulkan kekhawatiran dengan risiko yang harus diterima juga dapat diartikan sebagai persepsi risiko (Yunita et al., 2019). Tak jarang risiko selalu

(3)

8

dikorelasikan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diperoleh dengan yang diharapkan (Wulandari et al., 2020).

Risiko dianggap sebagai persepsi pelanggan terhadap adanya ketidakpastian dan juga konsekuensi negatif ketika menggunakan suatu teknologi (Setiawan et al., 2020). Menurut Nurdin, Azizah dan Rusli (2020) risiko merupakan suatu ketidakpastian yang akan diterima pengguna dalam menggunakan fintech P2P Lending.

Risiko dibagi menjadi lima dimensi yaitu Risiko Psikologi, yakni perasaan atau emosi yang dirasakan konsumen setiap membeli atau menggunakan suatu produk. Risiko kinerja, yakni ketika konsumen merasa kurang mendapatkan fungsi atau manfaat dari suatu produk yang mereka gunakan. Risiko fisik, yakni dampak negatif yang dialami konsumen setelah menggunakan suatu produk. Risiko keuangan, yakni apabila seorang konsumen mendapatkan masalah finansial setelah menggunakan suatu produk. Risiko sosial, yakni risiko yang dapat ditimbulkan dari lingkungan sekitar konsumen atas penggunaan suatu produk.

Literasi Digital

Dalam penelitiannya, Naufal (2021) mengatakan bahwa literasi digital bukan sekedar menggunakan perangkat digital saja tetapi literasi digital diharapkan mampu untuk menemukan dan memilah informasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif namun tetap memperhatikan aspek keamanan. Keterampilan individu dalam menggunakan fintech menjadi hal yang sangat penting. Individu atau konsumen harus menguasai perangkat teknologi digital terlebih dahulu sehingga keterampilan literasi digital akan berkembang dan berguna dalam penggunaan finansial technology (Sutrisna, 2020).

Istilah literasi digital hadir sebagai aspek mendasar dari era baru yakni era digitalisasi.

Literasi digital merupakan ketertarikan sikap dan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengolah, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat (Asari et al., 2019). Keterampilan literasi digital merupakan salah satu yang mendukung interaksi teknologi yang efektif dalam berbagai situasi pembelajaran sepanjang hayat (Syah et al., 2019).

(4)

9

Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Seseorang akan menggunakan teknologi jika orang tersebut mengetahui manfaat atau kegunaan atas penggunaan teknologi dan merasa bahwa pekerjaannya akan semakin mudah dengan menggunakan teknologi (Silaen dan Prabawani, 2019) . Meileny dan Wijaksana (2020) mengemukakan persepsi manfaat sebagai kepercayaan yang dimiliki seseorang dalam menggunakan fintech dapat bermanfaat untuk meningkatkan suatu kinerja.

Dari penjelasan diatas, seseorang yang menggunakan fintech apabila seseorang memiliki kepercayaan dan mengetahui banyak manfaat yang diberikan dalam pekerjaannya begitu pun sebaliknya seseorang tidak akan menggunakan fintech jika orang tersebut tidak percaya bahwa menggunakan fintech tidak memberikan manfaat bagi pekerjaannya (Aditya dan Putu Mahyuni, 2022). Penelitian Fadlan dan Dewantara (2018) memberikan hasil bahwa persepsi manfaat berpengaruh positif serta signifikan terhadap minat penggunaan layanan fintech P2P Lending.

H1 : Persepsi Manfaat berpengaruh terhadap Minat Penggunaan Fintech P2P Lending Pengaruh Persepsi Keamanan Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Masalah keamanan telah mendominasi manajemen fintech P2P Lending. Pemahaman seseorang tentang keamanan sistem aplikasi fintech akan mempengaruhi niat dan perilaku pengguna (Irawan dan Affan, 2020). Ketika seseorang merasa adanya kemudahan terutama dalam sisi keamanan, pengguna akan cenderung untuk terus menerus menggunakan teknologi tersebut (Rosnidah et al., 2019).

Yunita, Sumarsono, dan Farida (2019) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa membangun kepercayaan pengguna dengan memberikan jaminan keamanan adalah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh penyedia fintech P2P Lending karena merupakan hal yang sangat penting, sehingga pengguna merasa data yang diberikan akan selalu aman dan tidak akan dapat disalahgunakan oleh pihak yang salah dan dapat merugikan pengguna sebagai konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2020) menunjukkan bahwa persepsi keamanan berpengaruh positif serta signifikan terhadap terhadap minat penggunaan fintech P2P Lending.

H2 : Persepsi Keamanan berpengaruh terhadap Minat Penggunaan Fintech P2P Lending

(5)

10

Pengaruh Persepsi Risiko Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Setiawan, Rofingatun dan Patma (2020) mengemukakan risiko merupakan sesuatu yang menghadirkan penilaian individu terhadap kemungkinan yang berhubungan atas hasil positif maupun negatif dari suatu transaksi atas situasi. Meskipun, teknologi memberikan banyak manfaat dan kemudahan penggunaan bagi para penggunanya, namun ternyata masih ada sejumlah pengguna yang menolak untuk menggunakan teknologi karena terdapat masalah ketidakpastian dan keamanan (I’tishom et al., 2020).

Risiko penggunaan fintech P2P Lending dapat dikatakan tinggi, karena konsumen tidak dapat melakukan transaksi secara tatap muka atau berinteraksi secara langsung antara pengguna dan pengembang. Semakin tinggi risiko yang dihasilkan dari penggunaan P2P Lending, maka semakin rendah pula tingkat kepercayaan konsumen Sebaliknya semakin rendah risiko yang dihasilkan, semakin tinggi tingkat kepercayaan konsumen. (Nurdin et al., 2020).

H3 : Persepsi Risiko berpengaruh terhadap Minat Penggunaan Fintech P2P Lending Literasi Digital Sebagai Variabel Moderasi Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Di era serba digital seperti sekarang ini, hampir seluruh masyarakat Indonesia telah memahami mengenai pentingnya literasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Sulistianingsih, Maivalinda dan Riski (2021) mendefinisikan literasi digital sebagai keterampilan bertahan hidup di era digital. Ini merupakan keterampilan dan strategi yang digunakan oleh masyarakat di lingkungan digital, dengan mahirnya seorang individu menggunakan berbagai jenis literasi digital, maka kinerja individu tersebut dapat dipastikan akan bertahan dalam berbagai rintangan.

Menurut Naufal (2021), literasi digital merupakan kemampuan individu untuk menggunakan alat digital secara tepat sehingga ia terfasilitasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisis sumber daya digital agar membangun pengetahuan baru, dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan individu lainnya.

Literasi digital juga berperan penting dalam kegiatan ekonomi berbasis digital. Melalui literasi digital, masyarakat dapat mencari informasi terkait apa saja manfaat dari penggunaan

(6)

11

teknologi finansial khususnya fintech P2P Lending dengan kemudahan layanan yang diberikan serta syarat-syarat dan ketentuan penggunaannya (Kharis Almasyhari et al., 2022).

H4 : Literasi Digital memperkuat hubungan antara Pengaruh Persepsi Manfaat terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Literasi Digital Sebagai Variabel Moderasi Pengaruh Persepsi Keamanan Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Kemampuan literasi digital bukan sekedar hanya menggunakan perangkat digital saja tetapi literasi digital diharapkan mampu untuk menemukan dan memilah informasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif namun tetap memperhatikan aspek keamanan (Naufal, 2021)

Masalah keamanan menjadi persepsi masyarakat dalam penggunaan fintech P2P Lending. Pemahaman seseorang tentang keamanan sistem aplikasi fintech akan mempengaruhi niat dan perilaku pengguna (Irawan dan Affan, 2020).

Lewat literasi digital masyarakat juga diharapkan dapat lebih selektif dalam menerima informasi dalam kaitannya dengan persepsi keamanan pengguna agar lebih terjamin keamanannya dalam berinvestasi ataupun sebagai peminjam dana (Sulistianingsih et al., 2021).

H5 : Literasi Digital memperkuat hubungan antara Pengaruh Persepsi Keamanan terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Literasi Digital Sebagai Variabel Moderasi Pengaruh Persepsi Risiko Terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Persepsi penggunaan P2P Lending dapat dipengaruhi oleh tingkat literasi digital seseorang terkait dengan kemampuan seseorang dalam memilah informasi-informasi, termasuk berpikir kritis terhadap ketentuan serta kemungkinan munculnya berbagai risiko di masa depan akibat penggunaan fintech P2P Lending apabila tingkat literasi digital seseorang baik maka akan mempengaruhi pertimbangan penggunaan fintech (Puspita & Solikah, 2022).

Kemampuan literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan supaya masyarakat dapat memahami ketentuan P2P Lending sehingga terhindar dari praktik fintech P2P Lending ilegal sehingga dapat meminimalisasi risiko-risiko dari penggunaan P2P Lending tersebut sehingga tidak menurunkan minat pengguna terhadap penggunaan fintech P2P Lending (Sulistianingsih

(7)

12

et al., 2021). Ketika seseorang memiliki pemahaman akan risiko-risiko yang mungkin akan muncul akibat penggunaan layanan P2P Lending, maka mereka akan berpikir dua kali ketika hendak menggunakan layanan P2P Lending dan hal ini dapat mempengaruhi minat mereka dalam penggunaan P2P Lending.

H6 : Literasi Digital memperlemah hubungan antara Pengaruh Persepsi Risiko terhadap Minat Penggunaan P2P Lending

Gambar 2.1 Model Kerangka Penelitian Keterangan :

Berpengaruh : Memoderasi :

Persepsi Manfaat

Persepsi Keamanan

P2P Lending

Persepsi Risiko

Literasi Digital

Referensi

Dokumen terkait