PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam subsektor perkebunan ada beragam komoditas tanaman keras yang berpotensi untuk eksport. Salah satunya tanaman Pinang Sirih (Areca catechu).
Tanaman ini sudah merakyat, namun masih ada sebagian orang yang belum tahu tentang seluk beluk tanaman ini. Padahal secara tradisional, tanaman ini sudah banyak tumbuh di daerah seluruh wilayah Indonesia. Namun, dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya yang dapat meningkatkan devisa negara, tanaman pinang sirih masih sangat jauh tertinggal (Sihombing, T, 2000) .
Tanaman Pinang Sirih (Arew catechu) adalah salah satu tanaman yang dapat dikategorikan sebagai tanaman serba guna. Buah atau biji pinang sirih sebagai bahan ramuan obat telah masuk daftar prioritas WHO atau organisasi kesehatan sedunia yang berada dibawah naungan Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB). Selain untuk keperluan obat-obatan, dalam bidang industri buah atau bijinya mempunyai potensi yang tinggi, antara lain untuk ramuan pembuatan sabun, pcnyamak kulit, pasta gigi, pewamar, komestik dan pembuatan cat atau pemis. Serat kulit buahnya juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan kuas gambar dan kuas alis (Lutony, 1993).
Upaya perbanyakan tanaman pmang sirih umumnya dilakukan dari penyemaian biji. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari perbanyakan biji ini.
Biji pun dapat disimpan dalam waktu lama sebelum disemaikan. Secara normal, biji
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2
yang disimpan secara kering atau dingin akan tetap memiliki daya hidup lebih baik sejak dari panen hingga masa tanam berikutnya (Sihombing, 2000).
Untuk melaksanakan pembibitan pinang sirih harus harus memperhatikan syarat tumbuh dari tanaman tersebut, seperti iklim dan tanah. Tanah untuk pembibitan harus subur dan tidak banyak mengandung pasir yang peka terhadap erosi dan mempunyai daya mengikat air yang sangat rendah (Lugman, 1999).
Dalam memperbaiki kondisi tanah yang mempunyai sifat fisik, kimia dan biologis yang jelek atau tanah dengan produktivitas yang rendah dapat dilakukan beberapa cara perlakuan seperti pemberian pupuk, pemulsaan, pengapuran dan lain sebagainya (Sutejo dan Kartasapoetra, 1990).
Lebih lanjut Lubis, 1992 mengatakan tanaman perlu di pupuk untuk memberikan hara yang ketersediaannya tidak cukup dalam tanah guna menunjang pertumbuhan dan produksi yang di iuginkan.
Vitamax terdiri dari berbagai trace mineral, protein, vitamin, enzim dan pengatur tumbuh yang dipergunakan untuk pertumbuhan optimum. Vitamax baik digunakan pada tanaman kentang, tomat, tembakau, pinang sirih, cabai, semangka, bawang, kedelai, kacang-kacangan, jagung, tanaman hias, apel dan tanaman perkebunan (Anonim, 1998).
Vitamon adalah pupuk cair istimewa mengandung unsur hara makro dan mikro. Vitamon dibutuhkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan tunas barn, memacu pembentukan hijau daun sehingga tanaman tumbuh lebih besar serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Anonimus,
1993).