• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Respon Masyarakat terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN

Diajukaaan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Skripsi

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

EVI YANTI SIMANULLANG 060902021

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: Respon Masyarakat Terhadap Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal agar hasil yang disajikan dalam skripsi ini bias sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi in nantinya.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat berbagai pihak yang telah Tuhan sediakan menjadikan penolong bagi penulis. Karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan

(3)

memberikan saran, kritik, dan pandangannya yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

5. Bapak Budi Indra selaku Kepala Kelurahan, Bapak Zebua selaku Sekretaris Kelurahan dan seluruh pegawai kelurahan Tegal Sari Mandala II yang membantu penulis dengan kerja sama yang baik saat melakukan penelitian.

6. Bapak Sutio selaku kepala lingkungan X Kelurahan Tegal Sari Mandala II yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama penelitian.

7. Teristimewa, kepada kedua Orang Tuaku, Bapak B. Simanullang dan Mama R. br. Regar yang telah membesarkan penulis, memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan berbagai masukan motivasi bagi penulis.

God Bless You My Parents.

8. Kakak-kakakku dan saudara-saudaraku, terimakasih atas segala doa, dana, dukungan dan perhatian dari kalian.

9. Keponakan-keponakanku, inggom, Joshua, Ando, Dian, Pandi cepat besar ya ,jangan nakal.

10. Saudara seperjuanganku dari semester 1 hingga sekarang Opie, Dewi, Idel, Ayu, Yanti, Mitha, Mey, Tati, Nora, Nova dan semua yang belum tersebutkan. Thanks ya buat semuanya. Tidak lupa juga kepada B’alex

(4)

yang sering menemani saya curhat, kesana kemari diwaktu PKL ( Thanks ya bang).

11. Teman-teman bimbingan skripsi Ollie dan Jupriadi, yang pusing sama,pergi sama dan pulang juga sama.

12. Teman-teman di kos : Lenta, Roy, Rindye untuk hari-hari yang menyenangkan dan keakrabannya.

13. Bernard Bagariang yang selalu sabar melihat penulis stress dan me- refresh otak penulis supaya penulis semangat kembali, terimakasih buat dukungannya, terimakasih juga buat motor yang selalu mengantar- jemput penulis selama penelitian. (Thanks berat ya, semoga Tuhan membalas kebaikanmu,Amin)

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan tetap melindungi kita semua.

Medan, November 2009 Penulis

Eviyanti Simanullang

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang………...1

1.2. Perumusan Masalah……….9

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitin………10

1.3.1. Tujuan Penelitian………10

1.3.2. Manfaat Penelitian………..10

1.4. Sistematika Penulisan……….11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Masyarakat………12

2.2. Keluarga Miskin……….20

2.3. Program Beras untuk Keluarga Miskin………..25

2.4. Kesejahteraan Sosial………...38

2.5. Kerangka Pemikiran………....39

2.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………42

(6)

2.6.1. Defenisi Konsep………..42

2.6.2. Defenisi Operasional………...43

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian………..44

3.2. Lokasi Penelitian………44

3.3. Populasi dan Sampel………..45

3.3.1. Populasi………..45

3.3.2. Sampel………45

3.4. Teknik Pengumpulan Data………....45

3.5. Teknik Analisa Data………..46

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. . Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 47

4.2. Luas Wilayah... 48

4.3. Kependudukan ... 48

4.3.1. Penduduk Berdasarkan Lingkungan... 49

4.3.2. Penduduk Berdasarkan Usia ... 50

4.3.3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

4.3.4. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 52

4.3.5. Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 53

4.3.6. Penduduk Berdasarkan Agama ... 54

4.3.7. Penduduk Berdasarkan Suku ... 55

4.4. Fasilitas/ Prasarana ... 56

4.5. Organisasi Sosial Budaya ... 57

(7)

4.6. Struktur Pemerintahan Dan Kepemimpinan ... 58

4.7. Program Beras untuk Keluarga Miskin ... 60

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. . Karakteristik Identitas Responden ... 62

5.2. Respon Masyarakat terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) ... 70

5.2.1. Persepsi ... 70

5.2.2. Sikap ... 80

5.2.3. Partisipasi ... 90

BAB VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan………98

6.2. Saran………..101 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kriteria Keluarga Miskin menurut Badan Pusat Statistik... 21

Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan ... 49

Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 52

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 53

Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 54

Tabel 8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ... 55

Tabel 9 Fasilitas Dan Prasarana ... 56

Tabel 10 Organisasi Sosial Budaya ... 57

Tabel 11 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat umur ... 62

Tabel 12 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 13 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 64

Tabel 14 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 65

Tabel 15 Karakteristik Responden berdasarkan Suku ... 66

Tabel 16 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah anggota Keluarga .. 67

Tabel 17 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 68

Tabel 18 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan ... 69

Tabel 19 Distribusi Jawaban Tentang Program Raskin ... 70

Tabel 20 Distribusi Responden Tentang Manfaat Dan Tujuan Program Raskin ... 71

(9)

Tabel 21 Distribusi Responden Tentang Manfaat Program Raskin... 72

Tabel 22 Distribusi Responden Tentang Pengadaan Raskin Dikelurahan ... 73

Tabel 23 Distribusi Responden Tentang Sumber Informasi Program Raskin ... 74

Tabel 24 Distribusi Responden Tentang Informasi Tim Program Raskin ... 75

Tabel 25 Distribusi Responden Tentang Tahun Menerima Program Raskin ... 76

Tabel 26 Distribusi Responden Tentang Jumlah Beras Raskin ... 78

Tabel 27 Distribusi Responden Tentang Sosialisasi Raskin ... 83

Tabel 28 Distribusi Responden Tentang Pemenuhan Kebutuhan Beras ... 84

Tabel 29 Distribusi Responden Tentang Penyaluran Raskin Maksimal 15 Kg ... 85

Tabel 30 Distribusi Responden Tentang Terhadap Harga Raskin... 86

Tabel 31 Distribusi Responden Tentang Kualitas Beras Raskin ... 87

Tabel 32 Distribusi Responden Tentang Sosialisasi Dari Tim Program Raskin ... 88

Tabel 33 Distribusi Responden Tentang Pembayaran Beras Raskin ... 90

Tabel 34 Distribusi Responden Tentang Peran Dalam Pelaksanaan Raskin ... 91

Tabel 35 Distribusi Responden Tentang Penyebarluasan Informasi ... 92

Tabel 36 Distribusi Responden Tentang Musyawarah Desa... 93

Tabel 37 Distribusi Responden Tentang Undangan Musyawarah Desa ... 94

Tabel 38 Distribusi Responden Tentang Pelaksanaan Penyaluran Raskin .... 95

Tabel 39 Distribusi Responden Tentang Frekuensi Keterlibatan ... 96

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 41 Gambar 2 Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan

Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan

Perjuangan ... 59

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Nama : Eviyanti Simanullang Nim : 06 0902 021

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pembangunan yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan bentuk tidak adanya kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Kemiskinan tercermin dari belum terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin. Masalah kemiskinan ini semakin memprihatinkan karena kehidupan perekonomian Indonesia yang terus merosot. Penduduk miskin pada umumnya tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok secara layak, seperi pangan, sandang dan papan. Ketidakmampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama pangan terlihat dari tingginya resiko rawan pangan yang terjadi di Indonesia. Padahal pemenuhan kebutuhan pangan ini merupakan hak asasi manusia karena menyangkut kelangsungan hidup manusia. Karena tingginya angka kemiskinan dan resiko rawan pangan yang terjadi di Indonesia maka pemerintah menjalankan Program Raskin. Program ini merupakan program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Berjalannya setiap program yang dibuat oleh pemerintah pasti menimbulkan respon dari masyarakat. Begitu juga dengan program Raskin yang sedang berjalan di Kelurahan Tegal Sari Mandala II. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II”.

Penelitian ini berbentuk deskriptif yang dilaksanakan di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang yang menjadi Sasaran Penerima Manfaat dan menjadi penerima Raskin.

Teknik analisa data menggunakan metode deskriptif, data-data yang diperoleh dituangkan dalam tabel tunggal kemudian dijelaskan secara kualitatif.

Kesimpulan dari penelitian yang diperoleh yaitu respon masyarakat terhadap program beras untuk keluarga miskin (Raskin) adalah suka, baik untuk dilaksanakan dan setuju untuk dilanjutkan akan tetapi program ini hanya memberi sedikit kontribusi terhadap kesejahteraan keluarga miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala II. Keluarga miskin penerima program di kelurahan ini tidak jauh dari kondisi kehidupan sejahtera walaupun respon dari masyarakat tentang program ini baik,suka Serta berpengaruh bagi warga miskin yang ada di kelurahan ini.

Kata kunci : Kemiskinan ; Respon ; Program Raskin

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia.

Tujuan dari pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan tingkat hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia seperti yang diamanatkan oleh UUD tahun 1945.

Fungsi pembangunan dapat dirumuskan ke dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah negara-bangsa (nation state), yakni pertumbuhan ekonomi (economy growth), perawatan masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human growth). Fungsi perawatan masyarakat dan pengembangan manusia inilah yang sebenarnya merupakan substansi dari pembangunan kesejateraan sosial yang menopang pembangunan ekonomi(Suharto, 2005 : 6).

Sejak era 1950-an di kalangan negara sedang berkembang dilakukan berbagai upaya untuk mencari formula yang sebaik-baiknya guna melaksanakan pengembangan masyarakat. Pada umumnya upaya yang dilakukan tersebut kemudian dinamakan proses pembangunan masyarakat. Dalam rangka implementasi konsep pembangunan masyarakat tersebut, kemudian dirumuskan dan diimplementasi berbagai bentuk strategi. Tidak dapat diingkari, masing- masing negara sedang berkembang menggunakan strategi yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus masyarakatnya(Soetomo,2006 : 2 ).

Pembangunan kesejahteraan untuk seluruh rakyat keberhasilannya ditentukan berbagai faktor dan bukan semata-mata karena tersedianya dana.

(13)

Lingkup permasalahan kesejahteraan dewasa ini semakin kompleks baik karena adanya faktor struktur penduduk, maupun faktor yang ditumbuhkan oleh intervensi dan inovasi pembangunan. Selanjutnya program kesejahteraan rakyat bukan semata-mata untuk mengatasi dampak dari adanya bencana alam, kerusuhan (konflik etnis/suku/agama), pelaksanaan otonomi daerah, masalah perbatasan dan disintegrasi melainkan juga untuk mengatasi dan memerangi kemiskinan.

Pada dasarnya pembangunan harus ditujukan untuk membangun kehidupan penduduk yang bermartabat, berkualitas secara berkelanjutan, antara lain menyangkut akses penduduk khususnya penduduk miskin terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan. Selain itu pemenuhan hak dasar penduduk dimaksud juga dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah yaitu untuk percepatan pembangunan perdesaan, revitalisasi pembangunan perkotaan, pengembangan kawasan pesisir serta percepatan pembangunan daerah tertinggal (http://www.menkokesra.go.id/content/view/163/118/ tanggal 13 sept 2009 pukul 19.17 Wib).

Sementara itu, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pembangunan yaitu masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan, bahkan sampai sekarang dapat dikatakan semakin memprihatinkan. Kemiskinan tercermin dari belum terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin. Hak-hak dasar tersebut antara lain

(14)

adalah hak atas pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber daya alam, air bersih, dan sanitasi, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan publik dan proses pembangunan. Sedangkan dampak dari kemiskinan yaitu jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses terhadap pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, dan tidak adanya perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan secara terbatas. Hal ini membuktikan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan kronis dalam proses pembangunan.

Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus- menerus menjadi masalah yang berkepanjangan.

Salah satu kebijakan pembangunan dalam kurun waktu 2005-2009 yang tertulis pada Undang-undang No.25 Tahun 2005 Tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri seperti tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) adalah dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat diantaranya

(15)

menurunkan angka kemiskinan dari 16,7 % pada tahun 2004 menjadi 8,2 % pada tahun 2009(http : //www.kominfo.com// diakses tanggal 15 sept 2009 Pukul 17.05 Wib ).

Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk.

Hasil proyeksi data statistik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025.

Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih

(16)

cepat dari pada penurunan karena kematian (http:http://www.datastatistikindonesia.com diakses tanggal 14 Sept 2009 pukul 19.58)

Di Sumatera utara jumlah penduduk pada Tahun 2000 jumlah penduduk di Sumatera Utara meningkat yaitu mencapai dua belas juta jiwa (11.642.488).

Sementara itu pada tahun 2005 jumlah penduduk meningkat lagi dengan mencapai tiga belas juta jiwa (12.450.911)(http://www.datastatistikindonesia.com/diakses tanggal 14Sept 2009 pukul 20.23 Wib).

Badan pusat statistik ( BPS) mencatat jumlah presentase penduduk miskin pada periode 1997-2007 meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 1996- 1999 jumlah peduduk miskin meningkat 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada 1996 menjadi 47,97 juta pada 1999. Presentase jumlah penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 23,43% pada periode yang sama. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga penurunan presentase jumlah penduduk miskin dari 19,14% pada tahun 2000 menjadi 15,97% pada tahun 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta orang (15,97%) pada bulan februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75%) pada maret 2006. Peningkatan jumlah dan presentase penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan BBM. Pada Maret 2008 (posisi terakhir angka kemiskinan dari BPS), jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang (15,42%). Dibanding dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Merujuk data dari lembaga multilateral tersebut,

(17)

dengan kriteria miskin yaitu orang dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari (http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5C Makmun-2.pdf diakses tanggal 18 Sept Pukul 20.35 Wib).

Sementara itu jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menunjukkan angka 1.979.702 jiwa dari total penduduk 12.326.678. Hal ini menunjukkan bahwa ada 1.979.702 orang yang mempunyai potensi menjadi gelandangan dan pengemis. Potensi sumber daya yang dimiliki oleh penduduk miskin mempunyai kecenderungan makin lama makin menipis habis. Belum lagi jika melihat data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebanyak 3.456.702 yang tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan dan 25 kabupaten/kota.

Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia terjadi karena tidak adanya kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menurut sandart yang dibuat oleh Bank Dunia, yang dikenal dengan garis kemiskinan yang menunjukkan batas terendah seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia secara layak. Tidak terpenuhinya kebutuhan pokok merupakan bentuk tidak adanya kesejahteraan manusia dan akan mengarah pada timbulnya masalah baru pada kehidupan manusia. Dalam model kebutuhan pokok telah diidentifikasikan kebutuhan dasar yaitu mekanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, kebersihan, transportasi dan partisipasi masyarakat. Sementara menurut Abraham Maslow, kebutuhan yang ada pada manusia adalah bawaan, dan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat. Kebutuhan manusia yang tersusun secara bertingkat tersebut yaitu kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih dan memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, kebutuhan yang ada di

(18)

tingkat paling dasar, merupakan kebutuhan yang pemuasannya lebih mendesak dari pada yang ada diatasnya. Artinya kebutuhan pokok manusia terutama pangan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk dipenuhi karena kebutuhan ini berhubungan dengan kelangsungan hidup manusia.

Akibat adanya kemiskinan itu, maka Pemerintah membuat program untuk mengatasi kemiskinan. Program- program yang telah dibuat oleh pemerintah tidaklah sedikit. Program pemerintah yang telah berjalan antara lain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM ), program Bantuan untuk Keluarga Miskin (Gakin), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Semua itu upaya pemerintah dalam mencoba memerangi kemiskinan. Hal ini berarti pula Pemerintah telah berusaha memikiran perubahan strategi pembangunannya yaitu salah satunya dengan menggunakan model kebutuhan pokok. Walaupun demikian, program-program tersebut tidak dapat juga mengatasi kemiskinan. Hal ini terlihat dari masyarakat miskin yang tetap pada level yang tinggi.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, maka pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin (Raskin).

Penyaluran beras bersubsidi ini telah membantu sebagian besar masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai akses yang baik terhadap pangan (beras) dalam hal harga dan ketersediaan. Program Raskin sebagai implementasi kebijakan subsidi pangan

(19)

terarah merupakan upaya peningkatan kesejahteraan sosial Pemerintah terhadap keluarga miskin. Secara Vertikal, program Raskin akan berdaampak pada peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga. Secara horizontal , Raskin merupakan Transfer Energi yang mendukung program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja(Petunjuk Teknis Pelaksanaan Raskin Propinsi Sumatera Utara, 2004).

Program Raskin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) beras. Program ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mentransfer pendapatan kepada keluarga miskin sebagai akibat krisis pukul 09.05)

Pada tahun 2002 Operasi Pasar Khusus (OPK) beras diubah menjadi program beras untuk keluarga miskin (Raskin). Dengan maksud untuk mempertajam sasaran program. Dengan nama Raskin, maka masyarakat akan lebih memahami bahwa bantuan beras ini hanya untuk keluarga miskin, selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyaraka, sehingga yang tidak tergolong miskin akan merasa malu apabila menerima program ini. Program raskin ini merupakan sebuah program beras bersubsidi bagi keluarga yang menyediakan 10 kg/KK/bulan dengan harga Rp. 1000,00/Kg dititik distribusi (Pangan.agroprima.com diakses terakhir tanggal 16 sept 2009 pukul 09.21 Wib).

Program Raskin diaksanakan di seluruh wilayah Indonesia karena program Raskin merupakan program nasional yang ditujukan bagi semua warga masyarakat yang merupakan sasaran penerima Raskin. Hal ini berarti Program

(20)

Raskin beroperassi disemua wilayah tanpa membedakan kondisi kemiskinan wilayah karena Rumah Tangga Miskin (RTM) tersebar disemua wilayah dari propinsi sampai desa/kelurahan. Namun demikian, tinjauan dokumen menunjukan bahwa pada beberapa kasus yang terdapat di kecamatan atau desa/kelurahan yang tidaak menerima Raskin selama beberapa waktu tertentu karena adanya tunggakan, penyelewengan pelaaksanaan, atau permintaan pihak kecamatan diakses tanggal 24/09/09 pukul 20.45 Wib).

Program Raskin juga dilaksanakan di Kelurahan Tegal Sari Mandala II.

Dengan adanya program tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana respon masyarakat terhadap Program Raskin khususnya di Kecamatan Medan Denai Kelurahan Tegal Sari Mandala II lingkungan X dengan judul Respon Masyarakat terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitiaan ini adalah Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai.

(21)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak/instansi yang terkait langsung dengan Program Raskin dan juga dapat menjadi acuan dalam rangka membuat rencana kerja (program) dalam membahas kajian program kesejahteraan sosial berkelanjutan yang dilaksanakan oleh baik pemerintah maupun swasta.

(22)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat sesrta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian berserta dengan analisisnya

BABVI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Masyarakat

Pada pengamatan berlangsung perangsang-perangsang. Stimulus berarti rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan. Respon lambat-laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang(Dzamarah, 2002 :23).

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan(Kartono, 1984 : 57 ). Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat.

Persepsi menurut MacMahon adalah proses menginterpretasikan ransangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjuk pada bagian kita melihat, mendengar, merasakan mendengar, mencium dunia disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga disefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia.

Berdasarkan uraian diatas William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indra kita, serta sebagian yang lainnya. Diperoleh dari pengolahan ingatan (memory), diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

(24)

Jadi yang dimaksud dengan Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar.

Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah illusi. Illusi muncul karena akibat keterbatasan kemampuan indra kita, dan illusi bukanlah suatu tipuan (trick) ataupun persepsi-persepsi yang salah (misperception).

Morgan, King, Weisz, dan Schopler memandang bahwa illusi adalah suatu persepsi, tetapi ia disebut persepsi karena ia tidak sejalan dengan persepsi yang lain.

Fenomena yang lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi (attention). Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkunga, karena sensori channel kita tidak mungkin memproses semua ransangan yang berada pada lingkungan kita.

Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah : 1) Motif dan kebutuhan.

2) Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain,

3) Minat ( interest).

(25)

Faktor eksternal yang mempengauhi atensi adalah :

1) Intensitas dan ukuran (intensity and size). Misal makin keras suatu bunyi maka makin menarik perhatian seseorang.

2) Kontras dengan hal-hal yang baru.

3) Pengulangan.

4) Pergerakan(Adi, 2000 : 105).

Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan konsep sikap.

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi suatu rangsangan.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atas situasi lain.

Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengharapkan suatu objek, atau muncul sikap negatif yakni mengindari, membenci suatu objek(Adi , 2000 : 178).

Mengenai sikap, Thurstone mengajukan pendapat :

“An attitude as the degree of positive or negative affect associated with some physicological object thurstone means any symbol, pharase, slogan, persons, institution, ideal or idea, toward which people can differ with respect to positive or negative affect”

Dari batasan tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negative dalam hubungannya dengan obkek-objek psikologis. Thurstone melihat sikap hanya sebagai afeksi saja belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa Thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.

(26)

Di samping itu Rokeach memberikan pengertian tentang sikap sebagai berikut:

“An attitude is relatively enduring organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respond in some preferential manner

Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam pengertian sikap telah terkandung komponen kognnitif dan komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing, untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berperilaku.

Dari bermacam-macam pengertian tersebut dapatlah ditarik suatu pendapat bahwa “Sikap ini merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya( Walgito , 1999 : 110).

Ciri- ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideology, nilai-nilai social, lembaga masyarakat dan sebagainya.

2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.

4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi

5. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

(27)

6. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan( Adi, 2000 :179).

Selain persepsi dan sikap. partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan mutlak diperlukan dalam mengukur respon . Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta (ikut serta) dalam proses pembangunan secara menyeluruh.

Partisipasi saja sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tetapi juga menjadi hasil yang diharapkan dari pada program pengembangan masyarakat. Dengan adanya partisipasi, kita dapat memperoleh keuntungan-keuntungan antara lain :

1) Mampu merangsang timbulnya swadaya masyarakat, yang merupakan dukungan penting bagi pembangunan.

2) Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat dalam membangun.

3) Pelaksanaan pembangunan, semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

4) Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas, meskipun dengan dana yang terbatas.

5) Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.

Partisipasi yang sering juga disebut peran serta atau ikut serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, evaluasi hingga pengembangan atau perluasannya. Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku)

(28)

untuk suatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah :

1) Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah dikerjakan oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima jadi berupa hasil pembangunan. Misalnya gedung sekolah, pos KB, pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya, dsb. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.

2) Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi karena pihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan, dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan, dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya. Misalnya : Dalam membangun jalan (pengerasan), masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/merapikan batu. Pemugaran rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan dll.

3) Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit, apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka merasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya: Biasanya masyarakat bersedia memelihara satu gedung milik umum di desa jika mereka ikut ambil bagian dalam membangunnya, bahkan ikut menyumbang sebahagian bahan.

Contoh lagi, masyarakat bersedia menanam dan memelihara bibit tanaman (dari proyek pembibitan) kalau masyarakat ikut berkorban atau berpartisipasi selama pembibitan dipersiapkan dan dilaksanakan.

(29)

4) Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelanggara program dan masyarakat merasa program tidak sesuai dengan aspirasinya (tetapi hal ini biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi).

Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnya program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional pada pogram tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta alam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.

Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek merupakan orang yang merespon dan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah masyarakat sasaran penerima manfaat Raskin dan yang menjadi objeknya adalah program Raskin.

Kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah ‘Society’ yang berasal dari kata ‘Socius’ yang artinya kawan. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi social dengan orang-orang disekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

(30)

Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat yang tertentu. Sedangkan Selo Sumardjan menyatakan bahwa masyarakat ialah orang- orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan( Wahyu, 1986 : 59 ).

Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt adalah : 1. Kelompok Manusia.

2. Yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.

3. Menempati suatu kawasan.

4. Memiliki kebudayaan.

5. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Fairchild, unsur atau ciri masyarakat adalah : 1. Kelompok Manusia.

2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskan kepentingan utama 3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri

4. Adanya kesinambungan

5. Adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya.

Diantara istilah (konsep) masyarakat yang telah dikemukakan diatas, tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, jusru yang ada yaitu mengenai persamaannya. Yang utama, masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tumbuh bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka menciptakan nilai, norma, dan kebudayaan bagi kehidupan mereka(setiadi , 2007 :80).

(31)

Demikianlah akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya (Wahyu , 1986 : 60 ).

Jadi yang dimaksud dengan Respon masyarakat adalah Tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.

2.2. Keluarga Miskin

Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena berwayuh wajah, bermantra multidimensional. Kemiskinan pada umumnya didefenisikan berdasarkan segi ekonomi, khususnya pendapatan berupa uang ditambah dengan keuntungan- keuntungan non-material yang diterima seseorang. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah nilai standart kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan, yang disebut dengan garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian , kesehatn, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos 2002 dalam Suharto, 2005).

(32)

Kemiskinan memiliki beberapa ciri yaitu :

a. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan pangan).

b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga)

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal.

e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam.

f. Ketidak terlibatan dalam kegiatan social masyarakat

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental

i. Ketidak mampuan dan ketidak beruntungan social(anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan tumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil)

Tabel 1

Kriteria Rumah Tangga Miskin menurut Badan Pusat Statistik

No Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin

1 2

Luas lantai bangunan tempat tinggal Jenis lantai bangunan tempat tinggal

aKurang dari 8 m per orang Tnah/bambu/ kayu murahan

(33)

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Jenis dinding bangunan tempat tinggal

Fasilitas tempat buang air besar Sumber penerangan tumah tangga Sumber air minum.

Bahan bakar untuk memasak sehari- hari

Konsumsidaging/susu/ayam per minggu

Pembelian pakaian baru untuk setiap ART dalam setahun

Makanan dalam sehari untuk setiap ART

Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas/ Poliklinik Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga.

Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga

Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa di plester

Tidak punya/ bersama-sama dengan rumah tangga lain

Bukan listrik,Sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan

Kayu bakar/arang/minyak tanah

Tidak pernah mengkonsumsi/ hanya dalam satu kali dalam seminggu

Tidak pernah membeli/ hanya membeli satu stel dalam setahun Hanya sekali makan/ dua kali makan dalam sehari

Tidak mampu membayar untuk berobat

Petani dengan luas lahan 0,5 ha/

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengnan berpendapatan dibawah Rp 600.000/

bulan.

Tidak sekolah/ tidak tamat SD/

hanya tamat SD

(34)

13 kepemilikan asset/tabungan Tidak punya tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor, emas ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Sumber : Badan Pusat Statistik 2005

Menurut David Cox, kemiskinan dibagi dalam beberapa dimensi yaitu : a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.

Globalisasi menghasilkan pemenangan dan yang kalah. Pemenang adalah negara maju, sedangkan Negara sedang berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan persyaratan globalisasi.

b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.

Kemiskinan substensi (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan akibat hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan)

c. Kemiskinan sosial

Kemiskinan yang dialami oleh perempuan , anak-anakdan kelompok minoritas d. Kemiskinan konsekuensial

Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau factor eksternal diluar simiskin seperti konflik, dan bencana(Suharto, 2005: 133).

Adapun yang menjadi penyebab kemiskinan adalah:

(35)

a. Kemiskinan karena kolonialisme

Kemiskinan ini terjadi karena penjajahan yang dilakukan oleh suatu bangsa lain, sehingga bangsa yang dijajah menjadi tertindas.

b. Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural.

Hal ini berkaitan dengan suku bangsa tertentu yang kental kebudayaannya seperti suku Kubu di Sumatera dan suku Dayak di pedalaman Kalimantan.

c. Miskin karena terisolir.

Seseorang menjadi miskin karena tempat tinggalnya jauh dari keramaian sehingga sulit berkembang.

d. Miskin stuktural.

Adalah kemiskinan yang ditanggarai bersebab dari kondisi stuktural atau tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan. Kemiskinan ini juga disebabkan oleh persaingan yang tidak seimbang antar Negara atau daerah yang mempunyai keunggulan komperatif(Suyanto, 1995: 23).

Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3ES adalah:

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki factor produksi sendiri

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusia relative muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

(36)

6. Makan 2 atau sekali sehari tetapi jarang makan telor atau daging(makanan bergizi).

7. Tidak bisa berobat ketika sakit.

8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin kepala keluarga perempuan.

Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pengertian keluarga dapat dilihat dari arti sempit dan arti luas.

Keluarga dalam arti sempit didefenisikan dengan keluarga/kelompok yang terdiri dari ayah,ibu dan anak yang belum dewasa/belum kawin. Sedangkan keluarga luas adalah satuan kelurga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada hanya ayah, ibu dan anak-anaknya.

Jadi yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standart ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relative kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti sandang, pangan dan papan.

2.3. Program Beras Untuk Keluarga Miskin

Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 10 kg beras setiap bulan dengan harga Rp1.000 per kilogram di titik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan/beras kepada keluarga miskin dalam rangka

(37)

mengatasi masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga melalui penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Tujuan Program Raskin berdasarkan Pedum adalah mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras.

Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :

1) Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima manfaat (bersubsidi).

2) Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar, tetapi berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat.

3) Tidak ditujukan dalam upaya stabilisasi harga pasar, tetapi untuk membantu pemenuhan kebutuhan beras keluarga yang menjadi sasaran penerima manfaat Raskin.

4) Dalam pelaksanaannya, Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk memperlancar operasional perlu adanya petunjuk pelaksanaan.

Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan pangan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan pemerintah. Penerima manfaat yaitu keluarga miskin di desa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi penerima manfaat dari program ini adalah :

a. Keluarga Prasejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot

(38)

pengkatergorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi. Indikator keluarga prasejahtera alasan ekonomi yaitu :

1) Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari.

2) Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

3) Bagian lantai yang terluas dari tanah.

b. Keluarga sejahtera I (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi indikator KS I yang ditetapkan olek BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi, Indikatornya adalah :

1) Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/ikan/telur 2) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu

stel pakaian baru.

3) Luas lantai rumah paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni/jiwa

2. 3. 1. Mekanisme Perencanaan dan Pelaksanaan

Prinsip Perencanaan dan Pelaksanaan Program Raskin pada dasarnya mengacu kepada Transparansi, Akuntabilitas dan Partisipatif (TAP).

Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti adanya kegiatan Raskin serta memiliki kebebasan dalam melakuka n pengendalian secara mandiri. Partisipasi, yang maknanya mendorong masyarakat berperan secara aktif dalam setiap tahapan Raskin, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Akuntabilitas, yang maknanya

(39)

mengingatkan bahwa setiap pengelolaan kegiatan Raskin harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkompeten sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.

1. Penentuan Pagu dan Alokasi

a) Kuantum Pagu Raskin Nasional ditetapkan berdasarkan besarnya subsidi Pangan (Raskin) yang disediakan Pemerintah dalam APBN.

b) Gubernur selaku Penanggungjawab Tim Koordinasi Program Raskin Provinsi, mengalokasikan kuantum pagu Raskin kepada masing-masing Kabupaten/Kota dengan mengacu pada data kemiskinan BPS yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur.

c) Berdasarkan pagu Raskin Kabupaten/Kota, Tim Koordinasi Program Raskin masing-masing Kabupaten/Kota mengalokasikan kuantum pagu Raskin kepada masing-masing Kecamatan dan Desa/Kelurahan, dengan mengacu pada data RTM dari BPS, dengan mempertimbangkan kondisi obyektif daerah, yang ditetapkan dalam keputusan Bupati/Walikota.

d) Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan kepada Gubernur untuk me-realokasi pagu Raskin ke Kabupaten/Kota yang dinilai tidak dapat mendistribusikan beras Program Raskin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin

Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat Propinsi adalah Gubernur dan di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. Dalam

(40)

pelaksanaannya secara fungsional didukung oleh Tim koordinasi Raskin tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan tinggi, LSM, dan institusi kemasyarakatan lainnya).

Penanggung jawab penyediaan dan pendistribusian beras Raskin dari gudang Perum Bulog sampai titik distribusi, maupun penyelesaian administrasi dan penyelesaian administrasi dan penyelesaian pembayarannya adalah Kasub Divre/Kakanlog sesuai tingkatan wilayah operasionalnya. Dalam pelaksanaannya, Kasub Divre/Kakanlog membentuk Satgas Raskin, Pemkab/Pemko setempat sesuai tingkatan wilayahnya turut bertanggung jawab dalam penyelesaian administrasi dan pembayaran Raskin.

Penanggung jawab data dasar untuk penetapan keluarga Sasaran Penerima Manfaat Raskin adalah Kepala BKKBN setempat. Penanggung jawab penetapan jumlah keluarga miskin dan kuantum beras adalah Gubernur/Bupati/Walikota sesuai tingkatan wilayahnya sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi objektif daerah yang bersangkutan.

Penanggung jawab pengesahan Keluarga Miskin yang menerima Raskin di setiap titik distribbusi adalah camat sebagai hasil Muyawarah Desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah Setempat.

Penanggung jawab Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah Kepala Dinas/Badan BPM bersama-sama unsur-unsur inspektorat dan pengawasan Divre/Sub Divre/Kanlog Bulog

(41)

3. Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat

a) Data dasar penentuan RTM sasaran adalah hasil pendataan sosial ekonomi BPS.

b) Prioritas penerima manfaat beras Raskin adalah untuk seluruh RTM dengan kategori Sangat Miskin, Miskin dan untuk sebagian RTM dengan kategori Hampir Miskin.

c) Dalam hal penenruan RTM sasaran kategori Hampir Miskin ditentukan sesuai kondisi obyektif di lapangan dan ditetapkan berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan setempat.

d) Identitas RTM penerima manfaat Program Raskin, harus sesuai dengan daftar nama dan alamat RTM yang telah ditetapkan BPS Kabupaten/Kota.

4. Musyawarah Desa/Kelurahan

a) Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat Desa/Kelurahan yang dipimpin Kepala Desa/Lurah, dihadiri oleh Perangkat Desa/Kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, RW, RT, Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama untuk mendapatkan kesepakatan tentang :

1. Daftar Nama RTM Penerima Manfaat 2. Jadwal, Waktu dan Tempat Distribusi

3. Besaran Biaya Distribusi dari Titik Distribusi kepada RTM Penerima Manfaat

(42)

b) Musyawarah Desa/Kelurahan dilaksanakankan secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali dan diselenggarakan sebelum beras Program Raskin di distribusikan.

c) Hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah Desa/Kelurahan yang ditandatangani Kepala Desa/Lurah, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan diketahui oleh Camat setempat, dengan melampirkan Daftar nama-nama Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat (DPM-1), dan daftar hadir peserta musyawarah.

d) Daftar nama-nama RTM hasil Mudes/Muskel ditempel dalam Papan Pengumuman Desa/Kelurahan dan dilaporkan secara berjenjang ke tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.

e) Daftar Rumah Tangga Miskin/Sasaran Penerima Manfaat (DPM-1) dijadikan dasar sebagai penerbitan Surat Permintaan Alokasi (SPA) oleh Bupati/Walikota kepada Perum BULOG melalui Sub Divre setempat.

5. Mekanisme Distribusi

a) Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kepala Sub Divisi Regional Perum BULOG berdasarkan alokasi pagu Raskin dan Rumah Tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan.

b) SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

(43)

c) Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan SPPB/DO beras untuk masing- masing Kecamatan/Kelurahan/Desa kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB/DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

d) Berdasarkan SPPB/DO, pelaksana Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana Distribusi di Titik Distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada Pelaksana Raskin untuk ditukar/diganti.

e) Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana Distribusi di Titik Distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggung jawab.

f) Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada Rumah Tangga Miskin.

g) Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin Kabupaten/Kota disesuaikan dengan kondisi obyektif masing-masing daerah.

6. Administrasi Distribusi

1. Penyerahan beras di Titik Distribusi dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) yang ditandatangani oleh Satker Sub Divre sebagai pihak yang menyerahkan dan Pelaksana Distribusi sebagai pihak yang menerima beras. BAST tersebut diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah/Camat atau pejabat yang mewakili/ditunjuk. Nama dan identitas

(44)

penandatangan dicantumkan secara jelas dan dicap/stempel Desa/Kelurahan/Kecamatan.

2. Berdasarkan BAST, Sub Divre membuat rekapitulasi Berita Acara Raskin masing-masing Desa/Kelurahan (MBA-0) yang ditandatangani Satker Raskin Sub Divre dan Satker Raskin Kecamatan serta diketahui dan ditandatangani oleh Camat atau pejabat yang mewakili/ditunjuk.

3. Berdasarkan MBA-0, Sub Divre membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin Kecamatan (MBA-1) yang ditandatangani oleh Kasub Divre dan Bupati/Walikota atau pejabat yang mewakili, serta seorang saksi dari Tim Program Raskin Kabupaten/Kota. Nama dan identitas penandatangan dicantumkan secara jelas dan dicap/stempel.

4. Pembuatan MBA-1 bisa dilakukan secara bertahap tanpa harus menunggu selesainya seluruh pendistribusian bulan bersangkutan. Dengan demikian dalam satu Kabupaten/Kota untuk bulan alokasi yang sama dimungkinkan dibuat lebih dari 1 (satu) MBA-1. MBA-1 Asli dikirimkan ke Divre Provinsi dengan dilampiri copy SPA dan Rekap SPPB/DO Asli (MDO). Sebelum MBA-1 berikut lampirannya dikirim ke Divre Sumut, terlebih dahulu dilakukan verifikasi untuk menguji kelengkapan dan ketepatan dokumen administrasi.

5. Selanjutnya dikirim ke Kantor Pusat Perum BULOG.

7. Biaya Operasional Raskin

(45)

1. Biaya Operasional Raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan Raskin sampai dengan di Titik Distribusi menjadi perum Bulog.

2. Pengeluaran biaya operasional Raskin dilakukan secara efisien.

3. Biaya Raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk pajak.

Biaya umum antara lain dogunakan untuk pembuatan, brosur, leaflet, poster dan lain-lain

4. Biaya operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung. Biaya distribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan, susut, cadangan resiko (uang palsu dll). Biaya pendukung antara lain meliputi biaya administrasi yakni yang berhubungan dengan penyelenggaraan administrasi seperti ATK, materai, biaya transfer, dan lain-lain. Biaya pendukung selanjutnya pembuatan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya rapat, biaya sosialisasi, monitoing dan evaluasi (yang tidak dibiayai dari APBN)

5. Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat di alokasikan dari APBD setempat atau swadaya masyarakat.

6. Pengeluaran biaya operasional Raskin harus dipertanggungjawabkan dengan dilengkapi bukti-bukti pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan realisasi biaya operasional Raskin dilaporkan ke Divre Sumut Perum Bulog.

2.3.2. Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin

1. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) Raskin dari Rumah Tangga sasaran penerima manfaat kepada pelaksana Distribusi dilakukan secara tunai Rp. 1.000,00/Kg netto.

(46)

2. Uang HPB Raskin tersebut langsung diserahkan kepada Satker Raskin Sub Divre dan dibuatkan tanda terima pembayaran (kuitansi atau TT HPB Raskin) rangkap 3 (tiga). Selanjutnya oleh Satker Raskin ditransfer ke rekening milik Sub Divre di Bank Pemerintah yang telah ditentukan.

3. Apabila uang HPB Raskin disetorkan langsung oleh pelaksana distribusi ke rekening HPB Raskin milik Perum BULOG Sub Divre,maka bukti setor asli harus diserahkan oleh pelaksana distribusi kepada Satker Raskin Sub Divre untuk kemudian diganti dengan tanda terima pembayaran (kuitansi atau model TT HPB Raskin) rangkap 3 (tiga) oleh pelaksana Raskin. Pelaksana Raskin berkewajiban melakukan konfirmasi bukti setor tersebut pada Bank yang bersangkutan. Tanda Terima Pembayaran tersebut dinyatakan sah oleh Bank yang bersangkutan.

4. Bupati/Walikota selaku Penanggungjawab Program Raskin, berkewajiban menyediakan Dana Talangan untuk RTM yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar tunai dan atau pelaksana distribusi yang belum menyetorkan HPB pada bulan bersangkutan.

5. Pembiayaan

Pembiayaan distribusi beras Raskin meliputi :

a) Dari Gudang Perum Bulog sampai di Titik Distribusi menjadi beban Perum BULOG.

b) Dari Titik Distribusi sampai RTM sasaran penerima manfaat menjadi beban Bupati/Walikota.

2.3.3. Indikator keberhasilan Pogram

(47)

Indikator keberhasilan pelaksanaan Program Raskin adalah Tepat Sasaran Penerima Manfaat, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, dan Tepat Administrasi. Tepat Sasaran Penerima Manfaat; Raskin hanya diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat hasil Musyawarah Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1) dan diberi identitas (Kartu Raskin atau bentuk lain). Tepat Jumlah; Jumlah beras Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat adalah sebanyak 10 Kg netto per RTM per bulan sesuai dengan hasil Musyawarah Desa/Kelurahan. Tepat Harga; Harga beras Raskin adalah sebesar Rp. 1.000,00 per Kg Netto di Titik Distribusi. Tepat Waktu; Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada Rumah Tangga sasaran penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Tepat Administrasi; Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu.

2.3.4. Pengaduan Masyarakat

1. Pengaduan masyarakat berupa keluhan, kritik, saran dan pendapat untuk perbaikan pelaksanaan Program Raskin ditanggapi dan ditindaklanjuti secara fungsional yang dikoordinasikan oleh Tim Program Raskin Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai tingkatan wilayahnya.

2. Tindak lanjut pengaduan masyarakat secara teknis diselesaikan oleh masing masing Instansi, SKPD pelaksana Program Raskin dan stakeholder sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

3. Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Raskin dapat berasal dari penerima Raskin atau masyarakat umum secara langsung, namun dapat juga melalui

(48)

media massa (surat kabar, radio dan televisi). Pengaduan dapat diperoleh melalui kotak pos, fax, Email, telepon, laporan dari institusi kemasyarakatan, dan pertemuan dengan lembaga independent, perguruan tinggi/institusi kemasyarakatan yang terkait lainnya.

2.3.5. Pengawasan Dan Sosialisasi Program

Pengawasan pelaksanaan Program Raskin dilakukan secara fungsional sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan Masyarakat pada prinsipnya terbuka dan dilakukan melalui mekanisme kepedulian dan pengaduan melalui Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dan media massa. Sementara itu, sosialisasi program Raskin bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai program Raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat, masyarakat, dan pelaksana program di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim Program Raskin Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan secara berjenjang dan dapat mengikut sertakan pihak lain bilamana diperlukan. Materi program Raskin yang disosialisasikan meliputi kebijakan program dan pelaksanaan teknis tentang penetapan RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme distribusi, tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing pelaksana program serta hak dan kewajiban RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme dan administrasi pembayaran, penyampaian

(49)

keluhan/pengaduan dari masyarakat serta penanganan tindak lanjutnya. Sosialisasi program Raskin dapat juga dilakukan melalui media massa (cetak & elektronik), penyebaran leaflet/brosur/poster/media luar ruang dan berbagai forum pertemuan sosial kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program Raskin merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang dapat dilakukan melalui berbagai cara mana yang paling efektif dan memungkinkan, agar masyarakat umum dan khususnya masyarakat miskin mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan, mekanisme, hak-hak dan kewajibannya. Lebih daripada itu, masyarakat harus mengetahui kemana dan bagaimana cara melaporkan atau mengadukan apabila ditemui adanya indikasi penyimpanan Raskin melalui jalur Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yang tersedia. Untuk program Raskin, sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan dan media.

2.4. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Menurut Walter A.Friedlander pengertian kesejahteraan sosial adalah :

“Sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskandan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannnya sepenuh mungkin dan

(50)

meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat”(Muhidin : 1992 : 1 ).

Menurut Elizabeth Wickenden, Kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat.

Dalam UU No 6 tahun 1979 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa “Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan social materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan social yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”(Adi : 2000: 1).

Berdasarkan defenisi diatas, dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental,emosional,sosial,ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena berwayuh wajah, bermantra multidimensional. Kemiskinan pada umumnya didefenisikan berdasarkan segi ekonomi, khususnya pendapatan berupa uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material yang diterima seseorang. Kemiskinan juga

(51)

merupakan masalah yang masih terus dihadapi oleh bangsa kita. Berbagai upaya penanggulangan yang dibuat oleh pemerintah melalui program belum dapat menyelesaikan masalah ini. Meskipun demikian pemerintah berusaha untuk mensejahterakan masyarakat miskin di Indonesia dengan berbagai program, salah satunya adalah dengan penyaluran Raskin.

Program Raskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 10 kg beras setiap bulan dengan harga Rp1.000 per kilogram di titik distribusi. Program ini merupakan kelanjutan program OPK Beras yang diluncurkan pada Juli 1998.

Tujuan Program Raskin berdasarkan Pedoman umum adalah mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras.

Dapat diketahui bahwa keseluruhan program yang dibuat oleh pemerintah pasti menimbulkan respon dari warga masyarakat. Begitu juga program Raskin yang dibuat oleh pemerintah dan sedang belangsung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai.

(52)

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas, dapat dilihat pada Gambar berikut:

Program Raskin

Masyarakat

Respon

Persepsi Sikap Partisipasi

1. Pengetahuan masy arakat tentang program 2. Pegetahuan

masyarakat tentang tujuan dan manfaat program

1. Penilaian

masyarakat tentang program

2. Penolakan atau penerimaan

masyarakat terhadap program

1. Frekuensi keterlibatan dalam perencanaan dan

pelaksanaan

2. Kualitas keterlibatan dan pelaksanaan

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran ...................................................................
Gambar 2 : Struktur Pemerintahan Kelurahan Tegal Sari Mandala LURAH

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal internasional yang ditulis oleh penulis sudah lengkap dan sesuai kaidah ilmiah penulisan artikel. Tentang ruang lingkup dan kedalaman

Berdasarkan Observasi awal, Nagari Surian adalah salah satu Nagari yang masih menerapkan pelaksanaan program raskin, pada kenyataannya pelaksanaan program raskin di Nagari Surian