Membangun Bahasa Santun
(Nurani Azizah M, S.Pd_Guru Fisika SMP Islam Athirah Bone)
Buku ini mengajarkan si pembaca agar bersikap dan berbahasa yang santun, karena norma kesantunan sangatlah penting untuk diterapkan, terutama dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu, pentingnya ditanamkan norma kesantunan pada anak sejak jenjang pendidikan dasar khususnya dalam berkomunikasi dengan orang tua maupun masyarakat sekitar
Kesantunan merupakan aturan prilaku yang ditewtapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakatui oleh prilaku social, karena itu kesantunan ini biasa disebut “tatakrama”.
Salah satu standar dalam bertingkah laku untuk norma social adalah berbicara santun. Di dalam agama Islam, Al Quran menampilkan enam prinsip yang dapat dijadikan pegangan saat berbicara. Enam prinsiptersebut adalah:
1. Qaulan sadidah yaitu berbicara dengan benar
2. Qaulan ma’rufa yaitu berbicara dengan menggunakan bahsa yang menyedapkan hati, tidak menyinggung atau menyakiti perasaan, sesuai dengan criteria kebenaran, jujur, tidak mengandung kebohongan, dan tidak berpura-pura.
3. Qaulan baligha yaitu berbicara efektif dengan menggyunakan ungkapan yang mengena, mencapai sasaran dan tujuan, atau membekas, bicaranya jelas, terang dan tepat (QS AN-NISA 8,9,63)
4. Qaulan maysura yaitu berbicara dengan baik dan pantas, agar orang tidak kecewa (QS. AL-ISRA 28)
5. Qaulan karima yaitu berbicara dengan menggunakan kata-kata mulia yang menyiratkan kata yang isi, pesan, cara serta tujuannya selalu baik, terpuji, penuh hormat, mencerminkan akhlak terpuji dan mulia (QS. AL ISRA 23)
6. Qaulan layyina yaitu berbicara dengan lembut (QS. THAHA 44).
Enam prinsip yang terkandung dalam ayat-ayat Al Quran di atas merupakan acuan untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita berkomunikasi. Hal ini, menurut Sauri sejalan dengan isyarat Nabi Muhammad Saw bahwa “muslim yang baik adalah jika muslim lain merasa tentram dari perkataan dan perbuatannya”.
Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam terdapat komunikasi, penutur dan peturur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan.
Banyak saran agar tuturan dapat mencerminkan rasa santun, yakni sebagai berikut.
1. Gunakan kata “TOLONG” untuk meminta bantuan kepada orang lain.
2. Gunakan kata “MAAF” untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung perasaan orang lain.
3. Gunakan kata “TERIMA KASIH” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain.
4. Gunakan kata “BERKENAN” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu.
5. Gunakan kata “BELIAU” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati.
6. Gunakan kata “BAPAK/IBU” untuk menyapa orang ketiga.
Strategi atau langkah sekolah dalam pengembangan bahasa santun yang dapat digunakan yaitu:
1. Berbahsa santun dimasukkan sebagai sa;ah satu butir dalam tata tertib sekolah yang mengatur komunikasi guru, siswa, dan karyawan.
2. Peningkatan disiplin guru, karyawan, dan siswa dengan membiasakan untuk berbahasa santun di sekolah.
3. Pemasangan plakat atau brosur yang berisi ajakan dan anjuran untuk membiasakan berbahasa santun bagi guru, siswa, dan karyawan sekolah, termasuk tamu yang berkunjung ke sekolah.
4. Menjalin komunikasi antar sekolah, keluarga, dan masyarakat yang memberikan penekanan santun di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
5. Pemberian muatan kesantunan pada, berbagai mata pelajaran di sekolah yang dilakukan oleh semua guru bidang studi
6. Pengetatan penerimaan guru, siswa, dan karyawan sekolah yang baru maupun pindahan dengan memasukkan criteria kesantunan sebagai salah satu bahan seleksi penerimaan.
7. Membudayakan teguran di kalangan warga sekolah kepada orang yang tidak berbahasa santun.