PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu faktor yang paling penting untuk memajukan dan mencerdaskan bangsa. Dalam pernyataan Kurniawati (2022: 2) bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat peduli terhadap pelaksanaan pendidikannya. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah demi keberlangsungan pendidikan menuju yang lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari isi UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) dan (4), pasal tersebut memberi penegasan bahwasanya pemerintah berkewajiban dalam mengusahakan penyelenggaraan pengajaran nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang dengan memprioritaskan anggaran untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Rahman et al., 2022: 2-3). Makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk
1
mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya.
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (peserta didik) untuk dapat membuat manusia (peserta didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia (peserta didik) lebih kritis dalam berpikir (Wijaya, 2019: 72).
Dalam kegiatan pendidikan terdapat dua pelaku utama yaitu peserta didik dan pendidik. Pendidik merupakan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Shabir, 2015: 225). Pendidik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan, selalu bermuara pada faktor tenaga pendidik. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksis nya peran guru dalam dunia pendidikan.
Tenaga pendidik dapat mendorong minat siswa untuk melanjutkan perguruan tinggi. Hal ini karena tenaga pendidik berperan membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya, membantu peserta didik memelihara dan menumbuh kembangkan potensi dan kondisi positif yang dimiliki peserta didik (Khadijah, 2017:
181).
Mendidik dalam arti luas merupakan tugas pokok sekolah dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungannya.
Di samping tugas pokok sekolah, dapat dijelaskan pula tentang tujuan institusional Sekolah Menengah Atas sebagai lembaga pendidikan formal tingkat atas, sesuai dengan fungsi SMA dalam rangka keseluruhan pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan salah satu fungsi institusional dari SMA yaitu membekali kemampuan yang diperlukan untuk peserta didik yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021 bahwa dari total 335.036 Penduduk berumur 15 Tahun ke atas di Kabupaten Pidie, sebesar 12,86 persen atau 43.086 penduduk tamat perguruan tinggi. Jika melihat dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Kabupaten Pidie masih sangat rendah (BPS Pidie, 2021). Tetapi penelitian ini hanya akan difokuskan di Kota Sigli, Kabupaten Pidie Aceh. Berikut gambaran lebih jelasnya disajikan dalam tabel:
Berdasarkan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi paling sedikit dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang hanya 12,86%
atau 43.086 penduduk. Bahkan lebih rendah dari tamatan jenjang tidak/belum tamat
sekolah/SD sederajat dan SLTP sederajat. Dan yang tertinggi adalah lulusan SLTA sederajat mencapai 3x lipat lulusan perguruan tinggi yaitu 38,57% atau 129.223 penduduk (BPS Pidie, 2021). Hal ini mengindikasikan bahwa minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi masih rendah.
Menurut Rahmat (2018:161) minat adalah suatu keadaan seseorang menaruh perhatian pada sesuatu, yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui, memiliki, mempelajari, dan membuktikan. Minat terbentuk setelah diperoleh informasi. Minat merupakan suatu rasa yang lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan keinginan, kecenderungan untuk memperhatikan kegiatan tersebut tanpa ada seorang pun yang menyuruh, dilakukan dengan kesadaran diri sendiri dan diikuti dengan perasaan yang senang. Minat merupakan unsur psikologis yang menjadi sumber motivasi, minat mendorong (memotivasi) seseorang dalam bertindak dan berbuat sesuai arah minatnya.
Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengandung unsur perasaan senang, keinginan, perhatian, ketertarikan, kebutuhan, harapan, dorongan, dan kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus sekolah menengah yaitu pendidikan tinggi (Khadijah et al., 2017: 184). Melanjutkan pendidikan perguruan tinggi akan menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman bagi remaja yang nantinya akan berguna untuk masa depan remaja itu sendiri karena zaman sudah semakin maju dan modern, banyak orang yang berlomba-lomba menempuh pendidikan agar dapat memperbaiki kualitas hidupnya.
Minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial, sehingga siswa tidak berkeinginan untuk melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi. dijelaskan oleh teori kognitif sosial Bandura dalam (Maris dan Listiadi, 2021: 576) bahwa tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh dorongan lingkungan sosial dan budaya mereka. Lingkungan sosial yang dimaksud dalam teori ini adalah lingkungan teman sebaya. Lingkungan teman sebaya yang dimaksud adalah lingkungan teman sebaya di sekolah dan lingkungan luar rumah siswa. Lingkungan teman sebaya memiliki peran dalam perkembangan seseorang selain lingkungan keluarga mereka. Teman sebaya dapat mempengaruhi terbentuknya karakter siswa, karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan teman sebayanya di sekolah dibandingkan dengan keluarga mereka.
Oleh karena itu, minat siswa yang rendah untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dapat berubah dengan adanya pengaruh konformitas teman.
Konformitas teman sebaya adalah usaha penyesuaian diri dari remaja untuk berperilaku sama dan menjalankan peran sosialnya sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku di dalam kelompok yang mempunyai usia, sifat dan tingkat kedewasaan yang sama (Hanifa dan Muslikah, 2019: 139). Aulia dan Hasanah (2020:23) memberikan penguatan, bahwa kelompok teman sebaya menjadi sangat berarti dan berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja karena menjadi tempat untuk belajar kecakapan-kecakapan sosial serta mengambil berbagai peran, sehingga remaja menjadi sangat bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya dan keterikatannya dengan teman sebaya begitu kuat. Dalam Upaya konformitas teman sebaya adalah sebuah upaya yang dilakukan individu agar diterima oleh orang lain,
dengan cara menjadi apa pun sesuai dengan keinginan orang lain termasuk mengubah keyakinan dan perilakunya serupa orang lain.
Konformitas teman sebaya dapat bersifat positif atau negatif. Konformitas teman yang negatif misalnya jika seseorang memiliki lingkungan pertemanan yang suka bolos sekolah, maka dirinya juga akan terpengaruh ikut bolos sekolah agar bisa ikut nongkrong atau sekedar berkumpul dengan temannya. Kemudian konformitas teman yang positif, jika seseorang berteman dengan orang yang rajin belajar dan berdiskusi di sela istirahat sekolah, maka akan terpengaruh juga sebagai alasan ingin ikut berkumpul dan berbaur dengan teman dekatnya. Hal ini menyimpan potensi bahwa ada kemungkinan individu mengikuti pendapat dan keputusan dari kelompok teman sebayanya. Termasuk dalam keputusan dan minatnya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Penelitian Zulfa et al. (2018) menyatakan bahwa teman sebaya berpengaruh terhadap minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Sejalan dengan penelitian Azkiya (2020) bahwa teman sebaya berpengaruh terhadap minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mengingat bahwa penduduk Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi sangat rendah, sehingga diharapkan dengan penelitian ini mampu memberikan kontribusi terkait langkah yang tepat untuk meningkatkan minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini akan lebih meneliti secara empiris untuk melihat faktor yang dapat meningkatkan minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Karena itu, judul dalam penelitian ini yaitu
“PENGARUH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI”.
1.2 Rumusan Penelitian
Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada pelajar di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurur Rasyad Al-Aziziyah (NURA)?
2. Bagaimana pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yang ingin dicapai berdasarkan pada rumusan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada pelajar di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurur Rasyad Al- Aziziyah (NURA).
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat siswa untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan menambah wawasan dibidang bimbingan dan konseling serta dapat dijadikan sumber pembelajaran mengenai pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat dari penelitian ini meliputi : a. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini Sebagai bahan pertimbangan Kepala Sekolah di masa mendatang untuk melihat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat melanjutkan perguruan tinggi.
b. Bagi Guru Bimbingan Dan Konseling
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan serta menjadi acuan bagi guru Bimbingan Konseling dalam membantu mengentaskan permasalahan yang berkaitan dengan studi lanjut peserta didik.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, dapat menjadi acuan dalam membantu klien untuk mengentaskan permasalahannya serta penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
d. Peserta Didik
Sebagai gambaran diri peserta didik yang diteliti sehingga mereka mendapatkan informasi dan pemahaman baru tentang dirinya dalam memahami studi lanjut.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini masih bersifat sementara atau masih perlu diuji kebenarannya, terhadap penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya berdasarkan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan hubungan di antara variabel-variabel penelitiannya. Hipotesis ialah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul dari hasil penelitian. Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi” maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Ha: Terdapat Pengaruh Antara Konformitas Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi.
2. Ho: Tidak Terdapat Pengaruh Antara Konformitas Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa Dalam Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi.
1.6 Definisi Istilah 1. Konformitas
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.
Konformintas bisa mengacu pada perubahan sikap, perilaku, atau kepercayaan seseorang yang disebabkan oleh tekanan kelompok atau pengaruh sosialnya. Ini terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan norma-norma atau aturan-aturan yang ada dalam suatu kelompok.
Konformitas dapat melibatkan penyamaan pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain untuk menghindari celaan atau keterangsingan.
2. Teman Sebaya
Teman sebaya adalah suatu kelompok pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan, teman sebaya merupakan sarana mawas diri. Dari kelompok teman sebaya juga akan muncul suatu cita-cita yang dapat memberikan makna tersendiri atas kelompok yang dijalin bersama-sama.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat pada suatu aktivitas maka akan memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas.
4. Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Pendidikan Ke Perguruan Tinggi adalah sebuah lembaga Pendidikan kelanjutan dari Pendidikan menengah untuk membimbing peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat dengan mempunyai berbagai kemampuan akademis dan non akademis serta profesional dengan mengamalkan dalam mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konformitas Teman Sebaya.
2.1.1 Pengertian Konformitas Teman Sebaya
Didefinisikan oleh Sietikno dan Arimurti (2019) bahwa “Conformity is a change in behavior or belief as a result of reality or imagined group pressure.
Conformity is the possibility to change beliefs and behavior to equate behavior with others. Cnformity is a type of social influence in which individuals change their attitudes or behaviors to stick to social norms”. Yang artinya bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau keyakinan sebagai akibat dari kenyataan atau tekanan kelompok yang dibayangkan. Konformitas adalah kemungkinan untuk mengubah keyakinan dan perilaku untuk menyamakan perilaku dengan orang lain. Konformitas adalah jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap atau perilakunya agar tetap berpegang pada norma-norma sosial.
Seperti yang diungkapkan oleh Triningtyas dan Margawati (2019:17) mengatakan “A change in behavior or attitudes brought about by a desire to follow the belief or standards of others”. Yaitu perubahan perilaku atau sikap yang disebabkan oleh keinginan untuk mengikuti keyakinan atau standar orang lain.
Brown and Theobald (2015) kemudian menyatakan bahwa “Conformity is who argue that groups influence their members through rules or pressure and provide negative consequences on members who do not obey these rules or pressure. From this opinion, it can be understood that pressure from the group basically requires members to be conform”. Yang artinya adalah konformitas adalah yang berpendapat
11
bahwa kelompok mempengaruhi anggotanya melalui aturan atau tekanan dan memberikan konsekuensi negatif pada anggota yang tidak mematuhi aturan atau tekanan tersebut. Dari pendapat tersebut, Dapat dipahami bahwa tekanan dari kelompok pada dasarnya menuntut anggota untuk konformitas.
2.1.2 Faktor-Faktor Konformitas Teman Sebaya
Konformitas teman sebaya dapat tumbuh apabila terdapat situasi tertentu yang mendukung hal tersebut terjadi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tumbuhnya konformitas. Menurut Myers dalam (Martasari dan Arisandy, 2018: 3) konformitas dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu kohesivitas, ukuran kelompok, dan norma sosial.
a. Kohesivitas (kekompakan kelompok)
Merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kecenderungan dalam menyesuaikan diri (konformitas sosial). Semakin kohesif (kedekatan antar anggota) suatu kelompok semakin besar kecenderungan seseorang untuk mengikuti norma dan aturan kelompok tersebut. Hal ini dikarenakan perasaan individu untuk menghargai kelompoknya agar dapat diterima oleh anggota lain, menyebabkan ia ingin menghindari sesuatu yang akan menjauhkan atau memisahkannya dari kelompok tersebut. Semakin selektif keanggotaan suatu kelompok, semakin tinggi pula kohesivitas kelompok tersebut.
b. Ukuran kelompok
Semakin besar ukuran kelompok (besar jumlah individu yang menunjukkan perilaku tertentu dalam kelompok tersebut) kecenderungan
untuk menyesuaikan diri dan berperilaku seperti apa yang mereka lakukan akan semakin besar pula. Sebaliknya, jika kelompok itu kecil, tekanan kepada anggota kelompok untuk menyesuaikan perilaku juga tidaklah besar.
c. Norma sosial
Norma sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif merupakan norma yang hanya mendeskripsikan (mewartakan) apa yang sebagian besar orang lakukan pada suatu situasi tertentu. Norma ini dapat mempengaruhi tingkah laku dengan cara memberi tahu mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada situasi tersebut. Sementara itu, norma injungtif menetapkan tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu. Sehingga, norma injungtif dapat memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap terjadinya konformitas sosial bila dibandingkan dengan norma deskriptif.
2.1.3 Indikator Konformitas Teman Sebaya
Pengukuran konformitas dibutuhkan untuk melihat sejauh mana konformitas teman sebaya berperan dalam memengaruhi perilaku konsumtif. Baron dan Byrne dalam Kurniawati (2019:17) membagi konformitas menjadi dua aspek, yaitu normatif dan informatif. Aspek tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Aspek normatif
Aspek ini disebut juga pengaruh sosial normatif, aspek ini mengungkap adanya perbedaan atau penyesuaian persepsi, keyakinan, maupun
tindakan individu sebagai akibat dari pemenuhan penghargaan positif kelompok agar memperoleh persetujuan, disukai dan terhindar dari penolakan.
b. Aspek informatif
Aspek ini disebut juga pengaruh sosial informatif, aspek ini mengungkap adanya perubahan atau penyesuaian persepsi, keyakinan, maupun perilaku individu sebagai akibat adanya kepercayaan terhadap informasi yang dianggap bermanfaat yang berasal dari kelompok.
Pendapat Baron dan Byrne tersebut berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Freedman, dan Peplau dalam Pertiwi (2020:36) yang mengemukakan bahwa aspek konformitas teman sebaya terdiri dari tiga aspek, yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Ketiga aspek tersebut yaitu:
a. Kekompakan
Adanya kekompakan dalam suatu kelompok mengakibatkan remaja tertarik untuk tetap tergabung dalam kelompok tersebut. Keeratan hubungan antar anggota kelompok disebabkan oleh rasa suka dan adanya harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka dan nyaman antar anggota kelompok maka akan membuat harapan anggota kelompok untuk mendapatkan manfaatnya semakin besar sehingga suatu kelompok akan semakin kompak.
b. Kesepakatan
Pendapat yang telah disepakati dalam kelompok berdampak pada anggota kelompok lainnya yang harus menyesuaikan dan mengikuti apa yang
telah disepakati dalam kelompok. Tekanan dalam kelompok yang mengakibatkan terciptanya kesepakatan tersebut.
c. Ketaatan
Tuntutan atau tekanan dalam kelompok mengakibatkan anggota kelompok dengan sukarela bertindak sesuai dengan tuntutan tersebut walaupun tindakan tersebut tidak dikehendakinya.
2.2 Pendidikan Perguruan Tinggi 2.2.1 Pengertian Pendidikan
Bamisaiye dalam (Adesemowo, 2020) bahwa “Education is a cumulative process of development of intellectual abilities, skills and attitudes, all of which form our various outlooks and dispositions to action in life generally”. Artinya bahwa pendidikan adalah suatu proses kumulatif pengembangan kemampuan intelektual, keterampilan dan sikap, yang kesemuanya membentuk berbagai pandangan dan kecenderungan kita untuk bertindak dalam kehidupan secara umum.
Pendidikan, secara garis besar terdiri dari semua pengaruh yang terlibat di dalamnya membentuk perkembangan seseorang. Seluruh kehidupan seorang individu adalah pendidikan dan berhenti ketika seseorang meninggal. Pendidikan dapat diberikan di rumah, di sekolah, gereja atau masjid, masyarakat desa atau kota.
Kemudian Farrant dalam (Adesemowo, 2020) bahwa “Identified three characteristics that distinguish true education from such things as role learning, purely mechanical training, indoctrination or brainwashing. According to him, true education: a) deals with knowledge that is recognisably worthwhile and capable of achieving a voluntary and committed response from the learner, b) leads to a quality
of understanding that gives rise to new mental perspectives in the learner, and c) uses methods that encourage the exercise of judgement by the learner and the use of his critical faculties”. Artinya bahwa bahwa Farran mendefinisikan pendidikan ke dalam 3 karakteristik yaitu: a) berkaitan dengan pengetahuan yang diakui berharga dan mampu mencapai respons sukarela dan berkomitmen dari peserta didik, b) mengarah pada kualitas pemahaman yang memunculkan perspektif mental baru dalam diri peserta didik, dan c ) menggunakan metode yang mendorong pelaksanaan penilaian oleh pelajar dan penggunaan kemampuan kritisnya.
2.2.2 Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan. Dalam penyelenggaraannya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapai, hal ini dapat dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan yang berlaku pada masa Orde Lama berbeda dengan tujuan pendidikan pada masa Orde Baru. Sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan mengenai tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Suardi dalam (Hidayat dan Abdillah, 2019) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen dari sistem pendidikan
yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidik perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Hidayat dan Abdillah, 2019). Tujuan pendidikan nasional di atas harus diupayakan dapat dicapai oleh semua penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan yang bersifat formal. Untuk mencapainya membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan analisis tujuan yang lebih spesifik dari setiap jenjang pendidikan disesuaikan dengan taraf kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan
Ilmu pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Obyek dari ilmu pendidikan ini ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Di antara ruang lingkup ilmu pendidikan mencakup hal-hal berikut (Hidayat dan Abdillah, 2019) :
a. Perbuatan mendidik itu sendiri
Perbuatan mendidik di sini adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi/mengasuh peserta didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan
dari seorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan.
b. Peserta didik
Peserta didik merupakan pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hanya untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan yang kita cita-citakan.
c. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan ini dilakukan. Maksudnya pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut. Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan yaitu arah ke mana anak didik ini akan dibawa. Secara ringkas, tujuan pendidikan yaitu ingin membentuk peserta didik menjadi manusia (dewasa) yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berkepribadian.
d. Pendidik
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan.
e. Materi Pendidikan
Yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada peserta didik.
f. Metode Pendidikan
Metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan. Sedangkan metode pendidikan adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.
g. Evaluasi pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Tujuan pendidikan umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian peserta didik.
h. Alat-alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi- kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dikelompokkan ke dalam dua bagian:
1) Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, papan tulis, OHP dan lain-lain.
2) Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa keadaan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.
i. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa- peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
2.2.3 Konformitas Teman Sebaya
3 Pengertian Konformitas Teman Sebaya
Didefinisikan oleh Sietikno dan Arimurti (2019) bahwa “Conformity is a change in behavior or belief as a result of reality or imagined group pressure.
Conformity is the possibility to change beliefs and behavior to equate behavior with others. Cnformity is a type of social influence in which individuals change their attitudes or behaviors to stick to social norms”. Yang artinya bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau keyakinan sebagai akibat dari kenyataan atau tekanan kelompok yang dibayangkan. Konformitas adalah kemungkinan untuk mengubah keyakinan dan perilaku untuk menyamakan perilaku dengan orang lain. Konformitas
adalah jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap atau perilakunya agar tetap berpegang pada norma-norma sosial.
Seperti yang diungkapkan oleh Triningtyas dan Margawati (2019:17) mengatakan “A change in behavior or attitudes brought about by a desire to follow the belief or standards of others”. Yaitu perubahan perilaku atau sikap yang disebabkan oleh keinginan untuk mengikuti keyakinan atau standar orang lain.
Brown and Theobald (2015) kemudian menyatakan bahwa “Conformity is who argue that groups influence their members through rules or pressure and provide negative consequences on members who do not obey these rules or pressure. From this opinion, it can be understood that pressure from the group basically requires members to be conform”. Yang artinya adalah konformitas adalah yang berpendapat bahwa kelompok mempengaruhi anggotanya melalui aturan atau tekanan dan memberikan konsekuensi negatif pada anggota yang tidak mematuhi aturan atau tekanan tersebut. Dari pendapat tersebut, Dapat dipahami bahwa tekanan dari kelompok pada dasarnya menuntut anggota untuk konformitas.
4 Faktor-Faktor Konformitas Teman Sebaya
Konformitas teman sebaya dapat tumbuh apabila terdapat situasi tertentu yang mendukung hal tersebut terjadi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tumbuhnya konformitas. Menurut Myers dalam (Martasari dan Arisandy, 2018: 3) konformitas dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu kohesivitas, ukuran kelompok, dan norma sosial.
d. Kohesivitas (kekompakan kelompok)
Merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kecenderungan dalam menyesuaikan diri (konformitas sosial). Semakin kohesif (kedekatan antar anggota) suatu kelompok semakin besar kecenderungan seseorang untuk mengikuti norma dan aturan kelompok tersebut. Hal ini dikarenakan perasaan individu untuk menghargai kelompoknya agar dapat diterima oleh anggota lain, menyebabkan ia ingin menghindari sesuatu yang akan menjauhkan atau memisahkannya dari kelompok tersebut. Semakin selektif keanggotaan suatu kelompok, semakin tinggi pula kohesivitas kelompok tersebut.
e. Ukuran kelompok
Semakin besar ukuran kelompok (besar jumlah individu yang menunjukkan perilaku tertentu dalam kelompok tersebut) kecenderungan untuk menyesuaikan diri dan berperilaku seperti apa yang mereka lakukan akan semakin besar pula. Sebaliknya, jika kelompok itu kecil, tekanan kepada anggota kelompok untuk menyesuaikan perilaku juga tidaklah besar.
f. Norma sosial
Norma sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif merupakan norma yang hanya mendeskripsikan (mewartakan) apa yang sebagian besar orang lakukan pada suatu situasi tertentu. Norma ini dapat mempengaruhi tingkah laku dengan cara memberi tahu mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada situasi tersebut. Sementara itu, norma injungtif
menetapkan tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu. Sehingga, norma injungtif dapat memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap terjadinya konformitas sosial bila dibandingkan dengan norma deskriptif.
5 Indikator Konformitas Teman Sebaya
Pengukuran konformitas dibutuhkan untuk melihat sejauh mana konformitas teman sebaya berperan dalam memengaruhi perilaku konsumtif. Baron dan Byrne dalam Kurniawati (2019:17) membagi konformitas menjadi dua aspek, yaitu normatif dan informatif. Aspek tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
c. Aspek normatif
Aspek ini disebut juga pengaruh sosial normatif, aspek ini mengungkap adanya perbedaan atau penyesuaian persepsi, keyakinan, maupun tindakan individu sebagai akibat dari pemenuhan penghargaan positif kelompok agar memperoleh persetujuan, disukai dan terhindar dari penolakan.
d. Aspek informatif
Aspek ini disebut juga pengaruh sosial informatif, aspek ini mengungkap adanya perubahan atau penyesuaian persepsi, keyakinan, maupun perilaku individu sebagai akibat adanya kepercayaan terhadap informasi yang dianggap bermanfaat yang berasal dari kelompok.
Pendapat Baron dan Byrne tersebut berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Freedman, dan Peplau dalam Pertiwi (2020:36) yang mengemukakan bahwa
aspek konformitas teman sebaya terdiri dari tiga aspek, yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Ketiga aspek tersebut yaitu:
d. Kekompakan
Adanya kekompakan dalam suatu kelompok mengakibatkan remaja tertarik untuk tetap tergabung dalam kelompok tersebut. Keeratan hubungan antar anggota kelompok disebabkan oleh rasa suka dan adanya harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka dan nyaman antar anggota kelompok maka akan membuat harapan anggota kelompok untuk mendapatkan manfaatnya semakin besar sehingga suatu kelompok akan semakin kompak.
e. Kesepakatan
Pendapat yang telah disepakati dalam kelompok berdampak pada anggota kelompok lainnya yang harus menyesuaikan dan mengikuti apa yang telah disepakati dalam kelompok. Tekanan dalam kelompok yang mengakibatkan terciptanya kesepakatan tersebut.
f. Ketaatan
Tuntutan atau tekanan dalam kelompok mengakibatkan anggota kelompok dengan sukarela bertindak sesuai dengan tuntutan tersebut walaupun tindakan tersebut tidak dikehendakinya.
5.2.2 Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
1. Pengertian Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Wong et al. (2020) menyatakan bahwa “Interest has been recognized as a key component in learning. Indeed, according to Schiefele, meta-review on studies that have quantified influences of interest on learning, about 10% of the variability in learning can be accounted for by factors related to interest. Interest consists of cognitive, affective, and situation elements. A design framework that taps into these can help students learn more effectively and efficiently by paying greater attention and exerting greater efforts, surpassing the expectations on academic outcomes required in school”. Yang artinya bahwa minat telah diakui sebagai komponen kunci dalam pembelajaran. Memang, menurut Schiefele, meta-review pada penelitian yang telah mengukur pengaruh minat terhadap belajar, sekitar 10% variabilitas dalam pembelajaran dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan minat.
Minat terdiri dari unsur kognitif, afektif, dan situasi. Kerangka desain yang memanfaatkan hal ini dapat membantu siswa belajar lebih efektif dan efisien dengan memberikan perhatian lebih besar dan mengerahkan upaya lebih besar, melampaui ekspektasi hasil akademik.
Notwithstanding, educators continue to grapple with the challenges of, or simply do not recognize their potential roles in, developing students’ academic interest (Wong et al., 2020) within the formal schooling system, and in general—in the sense of domain-independent lifelong learning. In particular, the mainstream examination driven education and the assessment modes in Asia emphasize the duplication of knowledge, giving little attention to student interest. Yang artinya bahwa meskipun demikian, para pendidik terus bergulat dengan tantangan, atau tidak menyadari potensi peran mereka dalam mengembangkan minat akademis siswa
(Wong et al., 2020). Dalam sistem sekolah formal, dan secara umum, dalam arti pembelajaran seumur hidup yang tidak bergantung pada domain. Secara khusus, pendidikan yang didorong oleh ujian dan cara penilaian di Asia menekankan pada duplikasi pengetahuan, kurang memperhatikan minat siswa.
Minat dalam pembelajaran merupakan suatu yang penting untuk hal ini karena membantu siswa belajar lebih efektif dan efisien dengan memberikan perhatian lebih besar dan mengerahkan upaya lebih besar untuk mencapai hal-hal yang diminatinya seperti melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Siswa yang memiliki minat akan mempunyai dorongan dan kemauan yang tinggi untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi sehingga cenderung melakukan usaha-usaha agar keinginannya tercapai.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang melanjutkan studi ke perguruan tinggi, diantarnya adalah keinginan meningkatkan sumber daya manusia sehingga memperbesar peluang kerja, kebutuhan untuk memenuhi tuntutan dunia usaha demi kesejahteraan hidup, dan perhatian dalam memperdalam ilmu agar lebih bisa mandiri melalui tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga setelah lulus mampu berkompetisi dan siap memasuki lapangan kerja dengan sikap profesional.
Adapun faktor yang mempengaruhi minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan tinggi di antaranya (Zulfa, 2018: 70-72) :
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan afektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Sebelum timbul minat terdapat motif dan motivasi. Motif adalah penggerak dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Cita-cita
Cita-cita merupakan keinginan untuk meraih kondisi yang lebih baik dari keadaan sekarang. Cita-cita seseorang dapat menimbulkan minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Cita-cita juga mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan dimasa yang akan datang sehingga cita-cita senantiasa dikejar dan diperjuangkan.
c. Kemauan
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Pada saat ada kemauan dari siswa untuk masuk perguruan tinggi maka siswa tersebut akan berusaha mencapai tujuan.
d. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi minat siswa. Guru merupakan salah satu unsur dari lingkungan sekolah.
Guru berperan membantu siswa memahami diri dan lingkungannya, membantu siswa memelihara, menumbuh kembangkan potensi dan kondisi positif yang dimiliki siswa. Selanjutnya lingkungan sekolah juga berpengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya.
Bila teman pergaulannya memiliki minat masuk ke perguruan tinggi, maka minat temanya tersebut mempengaruhi dirinya dalam masuk perguruan tinggi.
e. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan media pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan selalu berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah pengalaman yang di peroleh oleh individu baik yang dilihat, didengar maupun dialami sering kali akan ditiru oleh individu dalam bertingkah laku. Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah pendidikan orang tua, ekonomi orang tua dan saudara.
Slameto dalam Hendriani dan Muchtar (2015: 3) menggolongkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu:
1) Faktor jasmaniah, seperti: faktor kesehatan, cacat tubuh.
2) Faktor psikologis, seperti: intelegensi, perhatian, bakat, motif, kematangan, kesiapan.
3) Faktor kelelahan.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
3. Indikator Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Menurut Fathanah et al (2023: 85) bahwa indikator minat terhadap pendidikan yaitu:
a. Adanya perasaan senang
Perasaan senang merupakan suatu pernyataan jiwa yang sedikit banyak bersifat subjektif dalam merasakan senang.
b. Adanya keinginan
Keinginan atau rasa ingin tahu adalah dorongan yang muncul atas sesuatu yang dikehendaki sehingga menimbulkan proses perhatian dan berujung pada minat ingin mengetahui.
c. Adanya perhatian
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu.
d. Adanya ketertarikan
Seseorang menyukai hal-hal yang dianggapnya menarik untuknya dan ia akan sangat menikmati untuk lebih mewujudkan apa yang ia sukai itu.
e. Adanya kebutuhan
Keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya minat pada diri seseorang tidak terbentuk secara tiba-tiba, akan tetapi terbentuk melalui proses yang dilakukannya.
Ini berarti bahwa minat pada seseorang tidak hanya terbentuk dari dalam dirinya akan tetapi ada pengaruh juga dari luar dirinya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memosisikan penelitian serta menunjukkan orisinalitas dari penelitian.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
. Nama Peneliti
dan Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1. Nur Ika Zulfa,
Sri Mega
Heryaniningsih , Muhamad Ridho Saputra, Merita Kurnia dan Putri (2018)
Pengaruh
Teman Sebaya Terhadap Minat Melanjutkan
Studi Ke
Perguruan Tinggi Pada Siswa SMA
X Teman Sebaya
Y Minat
Melanjutkan
Studi Ke
Perguruan Tinggi
Teman sebaya dapat mempengaruhi minat siswa dalam melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Imarotul Qibthiyah (2018)
Pengaruh Status Sosial Ekonomi Dan Teman
X1 Status Sosial Ekonomi
X2 Teman
Hasil penelitian menunjukkan 1.
Pengaruh signifikan
Sebaya Terhadap Pemilihan
Jurusan Di
Perguruan Tinggi
Sebaya
Y Pemilihan
Jurusan Di
Perguruan Tinggi
Status sosial ekonomi terhadap pemilihan jurusan di perguruan tinggi, 2.
Pengaruh signifikan
teman sebaya
terhadap pemilihan jurusan di perguruan tinggi, 3. Pengaruh signifikan antara status sosial ekonomi dan teman sebaya terhadap pemilihan jurusan di perguruan tinggi.
3. Istiqomah, Lilik Sri Hariani dan Affan Afian (2018)
Pengaruh Konformitas Teman Sebaya, Motivasi Dan Minat Karir Terhadap
Pemilihan Program Studi Akuntansi Di Perguruan Tinggi
X1 Konformitas Teman Sebaya X2 Motivasi X3 Minat Karir
Y Pemilihan
Program Studi Akuntansi Di Perguruan Tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui bahwa terdapat pengaruh konformitas teman sebaya, motivasi, dan minat karir secara simultan terhadap pemilihan program studi
akuntansi di
Perguruan Tinggi baik secara parsial maupun simultan.
Memilih program studi hendaklah dipilih sesuai dengan pertimbangan yang sudah diperkirakan sebelumnya yang sesuai dengan minat,
bakat, dan
kemampuan.
4. Nadia Rizki Nanda Rista
dan Novi
Marlena (2022)
Pengaruh
Motivasi Belajar dan Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Minat Melanjutkan
Studi ke
X1 Motivasi
Belajar
X2 Lingkungan Teman Sebaya
Y Minat
Melanjutkan
Studi ke
Penelitian ini membuktikan bahwa 1) Motivasi belajar secara parsial mempengaruhi minat melanjutkan studi di perguruan
Perguruan Tinggi Siswa Kelas XII BDP SMK Negeri di Surabaya
Perguruan Tinggi tinggi, 2) Lingkungan teman sebaya secara parsial mempengaruhi minat melanjutkan studi terhadap perguruan tinggi, 3) Secara simultan motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya
mempengaruhi minat studi lanjut di suatu perguruan tinggi bagi siswa kelas XII SMK Negeri Surabaya.
5. Rio Dian
Permana, Patni Ninghardjanti dan Cicilia Dyah
Sulistyaningru m (2018)
Pengaruh
Motivasi Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Minat Melanjutkan
Studi Ke
Perguruan Tinggi Siswa Kelas XII SMK Sukawati
Gemolong
X1 Motivasi
Belajar
X2 Lingkungan Teman Sebaya
Y Minat
Melanjutkan
Studi Ke
Perguruan Tinggi
Hasil penelitian menunjukkan
motivasi belajar dan lingkungan teman sebaya terhadap minat melanjutkan ke perguruan tinggi.
5.3 Pengembangan Hipotesis
Pembangunan sebagai suatu proses perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan sebagai proses peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok ukur pembangunan bukan hanya pendapatan per kapita, namun lebih dari itu harus disertai oleh
membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan, dan mengecilnya tingkat pengangguran (Kartono dan Nurcholis, 2016: 5). Salah satu faktor dalam tercapai keberhasilan pembangunan negeri dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pembangunan negeri dapat tercapai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkompeten sering kali diasosiasikan dengan lulusan perguruan tinggi. Tetapi permasalahan yang terjadi pada tahun 2022 jumlah Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia baru mencapai 34,56%, kemudian di Kabupaten Pidie, sebesar 12,86 persen dari 335.036 atau 43.086 penduduk tamat perguruan tinggi. Jika melihat dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Kabupaten Pidie masih sangat rendah.
Minat mahasiswa yang rendah untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi disebabkan oleh banyak faktor mulai dari faktor ekonomi, sulitnya masuk ke perguruan tinggi dan keengganan untuk membebani orang tua. Tetapi minat yang berkaitan dengan keputusan akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau lingkungan kelompoknya, yang lebih lanjut disebut sebagai konformitas teman sebaya.
Individu dapat diketahui bagaimana besaran minatnya dalam pendidikan diukur dengan menggunakan indikator yaitu: a) perasaan senang dalam mengenyam pendidikan, b) adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan perguruan tinggi secara sukarela, c) adanya perhatian khusus atau dalam artian memprioritaskan pendidikan, d) adanya ketertarikan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi dan e) adanya kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Jika kelima indikator tersebut terpenuhi menunjukkan bahwa individu memiliki minat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dan minat tersebut mungkin saja dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya seperti teman sebayanya. Teman sebaya mampu memberikan pengaruh positif kepada sesamanya karena keinginan untuk dianggap dan diakui atau disebut sebagai konformitas teman sebaya.
Konformitas teman sebaya adalah suatu tekanan terhadap perubahan persepsi, opini dan perilaku seseorang berdasarkan informasi dari kelompok acuan sehingga mempengaruhi individu untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman seumurnya dengan tujuan agar dirinya dapat diakui dan diterima menjadi bagian dalam kelompok tersebut. Salah satu bentuk konformitas teman sebaya salah satunya adalah keputusan belajar yaitu minatnya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Individu yang sedang menempuh sekolah menengah atas merupakan kelompok usia remaja yang sedang berproses dalam proses pencarian jati diri.
Sehingga kebutuhan akan diakui oleh lingkungannya menjadi sangat penting termasuk mengikuti segala pengaruh teman baik yang positif maupun negatif. Hal ini juga sesuai dengan teori kognitif sosial yang dikemukakan oleh Bandura bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial.
Dengan mengamati orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap.
Teori kognitif sosial menjelaskan bahwa seseorang belajar mengubah perilakunya sendiri dengan cara menyaksikan cara orang lain dalam merespons suatu stimulus
tertentu. Sama halnya dengan siswa yang minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dikarenakan meniru perilaku teman sebayanya atau lingkungan sosialnya.
Argumen tersebut juga didukung oleh penelitian Rista dan Marlena (2022) dan Permana et al (2018) bahwa konformitas teman sebaya memberikan pengaruh terhadap minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, hipotesis dalam penelitian ini sebagai:
1. Ha : Terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Setelah dilakukan pengembangan hipotesis. Penyusunan kerangka berpikir dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan dalam membaca alur penelitian.
Kerangka berpikir adalah suatu dasar penelitian yang mencakup penggabungan antara teori, observasi, fakta, serta kajian pustaka yang akan dijadikan landasan dalam melakukan karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, kerangka berpikir dibuat ketika akan memaparkan konsep-konsep penelitian. Menurut Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan menurut Uma Sekaran (2017) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi fondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan pada rumusan hipotesis tersebut, model kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Konformitas
Teman Sebaya (X1)
Ha Ho
Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan
Tinggi (Y)
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Menurut Subagyo yang dikutip dalam Syamsul Bahry dan Fakhry Zamzam (2015:3). Metode Penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk mendapatkan kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang diajukan. Sedangkan menurut Priyono (2016:1) Metode Penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2017:3) adalah metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan".
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah atau teknik yang digunakan demi memperoleh data mengenai suatu objek dari penelitan yang memiliki tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan.
Suatu penelitian jika seseorang peneliti harus menggunakan jenis penelitian yang tepat, hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi serta langkah-langkah yang digunakan dalam mengatasi masalah.
3.1.2 Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian pendekatan kuantitatif. Dimana penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk angka (Tukiran, 2016:62).
Sedangkan pengertian Metode Penelitian Kuantitatif, menurut Sugiyono (2017:8) adalah Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
hipotesis yang ditetapkan.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dikarenakan data yang akan diolah merupakan data rasio dan yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel yang diteliti.
Penggunaan pendekatan kuantitatif ini juga digunakan untuk tujuan mengetahui atau meneliti masalah tentang “Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Pengguruan Tinggi”. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan Di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurur Rasyad Al-Aziziyah (NURA) yang beralamat Desa Mesjid Runtoh, Tijue Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Tempat penelitian ini dipilih karena menurut pengamatan peneliti melalui observasi, masih banyak murid yang minat siswa dalam melanjutkan penguruan tinggi masih rendah.
Bisa dilihat dari pergaulan antar teman sebaya siswa Nurur Rasyad Al-Aziziyah (NURA) masih terdapat murid-murid siswa yang tidak begitu memikirkan masa depan, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Waktu penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2024, Waktu dipilih dalam penelitian ini dianggap sebagai waktu yang efektif untuk melakukan penelitian bagi pihak peneliti maupun pihak sekolah sebagai sasaran penelitian.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Asosiatif Kuantitatif yang bersifat kasual yang tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan terikat.
Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang menanyakan hubungan antara variabel yang berhubungan sebab akibat, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis asosiatif kausal yang mana ingin mengetahui pengaruh dari variabel konformitas teman
bentuk kuantitatif (Sugiyono, 2015). Yakni berupa angka-angka selaras dengan pernyataan (Arikunto, 2017) Penelitian Kuantitatif adalah jenis penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka dalam penyajiannya baik dari penggalian data awal, penafsiran data hingga penuangan hasil penelitian.
Di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurur Rasyad Al-Aziziyah (NURA) sangat cocok dilakukan desain penelitian asosiatif kuantittaf ini, alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena berdasarkan hasil observasi lapangan disana mempunyai lingkungan yang mendukung peneliti baik dari segi objek dan sasaran penelitian. Dengan begitu peneliti mudah melakukan penelitian untuk melihat sejauh mana pengaruh konformitas teman sebaya terhadap minat siswa melanjutkan penguruan tinggi.
Adapun desain penelitian ini untuk mendapatkan hubungan atau mengetahui konformitas antara teman sebaya dengan minat siswa dalam melanjutkan Pendidikan ke penguruan tinggi, yang bertempat di yayasan pendidikan islam Nurur Rasyad Al- Aziziyah (Nura).
3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi Penelitian merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2019:126). Populasi adalah lingkup, tempat atau wilayah keberadaan dari karakteristik subjek yang diteliti dan yang akan disimpulkan nantinya (Sutja,dkk 2017:64). Jadi populasi keseluruhan individu atau siswa yang diduga memiliki hal karakteristik yang sama.
Jadi populasi adalah keseluruhan individu yang 3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel Penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2019:127). Sugiyono (2020:127) juga mengemukakan kembali bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah siswa/i kelas XII MAS Nurur Rasyad Al- Aziziyah (NURA) tahun ajaran 2024. Siswa/i kelas XII dipilih sebagai sampel penelitian untuk mendapat data tentang konformitas teman sebaya terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Tabel Populasi Dan Sampel MAS Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurur Rasyad Al- Aziziyah (NURA)
Kelas Populasi Sampel
XII A (Perempuan) 18 18
XII B (Laki-laki) 29 18
Populasi yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah pengaruh konformitas Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Penguruan Tinggi dengan jumlah .., sehingga sampel yang bisa diambil untuk mewakili popilasi dapat dihitung yaitu:
(Tempat cari hasil populasi)
Jadi diketahui dari perhitungan untuk sampel penelitian ini sebanyak .., siswa yang telah diketahui peneliti.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, atau objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarin dan kemudian menarik kesimpulannya (Sugiyono 2016:39) terdapat dua macam variable yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variabel), yaitu variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu Pengaruh Konformitas Teman Sebaya (X1) Dan Lingkungan Teman Sebaya (X2)
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini varibel terikatnya adalah Minat Melanjutkan Studi Ke Penguruan Tinggi (Y).
Ke penguruan Tinggi
X1 : Variabel Bebas (Pengaruh Konformitas Teman Sebaya).
X2 : Variabel Bebas (Minat Siswa).
Y : Variabel Terikat (Melanjutkan Pendidikan Ke Penguruan Tinggi).
: Arah Hubungan Variabel – Variabel.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data adalah cara yang digunakan untuk menghimpun data dari lapangan menurut (Sutja, dkk 2017:73). Adapu teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang sangat kompleks, dengan suatu proses yang tersusun dari proses secara biologis dan psikologis (Sutrisno, 1986, dalam Sugiyono, 2018),
Djaali (2020:53) menyatakan Teknik pengumpulan data dengan observasi melalui pengamatan dan pencatatan dan sistematik dengan berbagai fenomena yang menjadi objek pengamatan atau terhadap indikator-indikator dari variabel penelitian. Sebagai teknik pengumpulan data, observasi telah digunakan untuk mengamati suatu objek yang diteliti secara langsung.
Sejalan dengan pendapat di atas yang mementingkan dua hal yaitu proses pengamatan dan proses ingatan. teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian tersebut berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar, bagitupula yang dilakukan oleh
Pengaruh Konformitas
Teman Sebaya
(X1)
Melanjutkan Pendidikan
Penguruan Ke Tinggi Minat Siswa (Y)
(X2)
(Sugiyono (2018:203).
2. Angket/Kuesioner
Angket/Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab menurut Sugiyono (2016). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efektif jika peneliti mengetahui variabel apa yang akan diukur dan apa yang diharapkan dari responden tertentu.
A. Identitas
Nama :
Jenis kelamin :
Kelas :
Tanggal pengisian : B. Petunjuk Pengisian
Berikut terdapat sejumlah pertanyaan untuk mengetahui Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan Penguruan Tinggi. Pada setiap butir pertanyaan ini disediakan Empat Alternative jawaban.
Anda dapat memilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang telah disediakan Setiap pertanyaan terdiri dari empat jawaban yaitu:
SS : Sangat Setuju SKS : Sangat Kurang Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan S
S
S SKS STS 1. Saya Setelah lulus dari SMA saya sangat ingin
melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi.
2. Saya kurang berminat melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi karena banyak lulusan dari penguruan tinggi yang pengangguran.
3. Saya berminat melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi karena hal itu merupakan cita- cita saya sejak dulu.
4. Sewaktu melihat upacara wisuda diperkuliahan, saya jadi berkeinginan kuliah setelah lulus nanti.
5. Lulusan penguruan tinggi lebih terjamin
melanjutkannya.
6. Saya sangat berminat melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi karena saat ini saya sangat membutuhkan pekerjaan dalam yang lebih baik.
7. Hidup jaman sekarang membutuhkan tenaga terampil dengan pengetahuan yang luas, sehingga menumbuhkan minat saya melanjutkan dalam pendidikan ke penguruan tinggi.
8. Saya kurang senang bila orangtua dan saudara mengarahkan saya untuk melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi.
9. Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi karena tidak ada yang membiayai.
10 .
Dilingkungan tempat saya tinggal sebagian besar adalah lulusan sarjana, maka dari itu saya
berkeinginan untuk melanjutkan kuliah.
11 . 12
.
Saya ingin melanjutkan pendidikan karena mendapatkan dukungan dari orangtua.
13 .
Saya masih merasa bingung dalam mengambil jurusan jika nanti saya melanjutkan pengguruan tinggi.
14 .
Melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi sangatlah membuang-buang waktu dan tidak mendapatkan uang.
15 .
Saya berminat melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi, karena lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
16 .
Saya sangat ingin melanjutkan Pendidikan ke penguruan tinggi.
17 .
Saya sama sekali tidak tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi
18 .
Saya tidak berminat melanjutkan kuliah. Karena menurut saya tanpa kuliah juga bisa mendapatkan pekerjaan.
19 .
Saya tertarik melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi, karena banyak teman-teman saya yang melanjutkannya.
20 Saya sama sekali tidak tertarik mendengarkan
tentang kuliah.
21 .
Dunia kerja lebih membutuhkan tenaga daripada pengetahuan, makanya saya lebih memilih
langsung memilih pekerjaan daripada perkuliahan.
22 .
Saya lebih keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal maka sangat membutuhkan pendidikan ke pengguruan tinggi
23 .
Saya tidak membutuhkan kuliah, dalam dunia kerja Pendidikan tinggi tidak dibutuhkan.
24 .
Kadang saya tidak sengaja membaca artikel atau membaca buku panduan memasuki pendidikan ke penguruan tinggi.
25 .
Sering melihat saudara atau teman saya yang mengeluh tentang kuliah itu capek, sehingga saya tidak ada rasa untuk melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi.
26 .
Apabila saya ada kesempatan untuk berkuliah, saya pasti sangat mau melanjutkan kuliah . 27
.
Saya sangat takut untuk melanjutkan kuliah, karena berdasarkan yang saya lihat, lingkungan kuliah tidak cocok dengan saya.
28 .
Saya tidak mau melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi, saya melihat teman dikelas tidak ada yang berkemauan tentang hal tersebut.
29 .
Sebenarnya saya ingin melanjutkan Pendidikan penguruan tinggi tapi orangtua saya tidak mengizinkannya.
30 .
Saya tidak begitu menguasai pelajaran, sehingga saya tidak mau melanjutkan pendidikan ke penguruan tinggi.
3. Kisi – Kisi Instrumen
Kisi-kisi Konformitas Teman Sebaya
Aspek Indikator Item
Total
F UF
Kekompakan Penyesuaian Diri Kontribusi Terhadap
Kesepakatan Kepercayaan Persamaan Pendapat
Ketaatan Mematuhi norma atau
aturan dalam bertema n
Jumlah Item
Kisi-kisi Pengambilan Keputusan Karir
Aspek Indikator Item
Tota F UF l
Penilaian diri (self-
asppraisal)
Mampu menilai
kemampuan dan minat serta
mengumpulkan informasi tentang minat dan
kemampuan Informasi
kerja (occupation al
information)
kemampuan untuk
mencari sumber informasi tentang pendidikan lanjutan atau
pekerjaan.
Seleksi tujuan (goal selection)
Kemampuan mencocokkan karakteristik diri
sendiri dengan tuntutan dan
(planning) pilihan dalam
melanjutkan Pendidikan tinggi.
Penyelesaian masalah (problem solving)
Mampu
merencanakan alternatif atau strategi jika rencana tidak sesuai dengan harapan
Jumlah Item
4. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses pencarian data berupa pendapat seseorang dan digunakan salah satu bahan penelitian. Penelitian menggunakan metode wawancara tidak terstruktur menurut Sugiyono, (2016) mengemukakan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bentuk bebas di mana pedoman wawancara yang digunakan peneliti hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan saja.
3.7 Analisis Instrumen Penelitian 3.7.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas merupakan alat untuk menunjukan derajat ketepatan dan kesesuaian antara objek dengan data yang telah dikumpulkan. Menurut Sugiyono (2020:175) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap butir instrumen yang dapat diketahui dengan mengkorelasikan antara skor dari setiap butir dengan skor total nya.
Peneliti dalam mencari nilai korelasi akan menggunakan metode korelasi yang digunakan untuk menguji validitas dengan korelasi pearson product moment dengan rumus spss versi 25 yaitu : CORRELATIONS ( /VARIABLES=variable1 variable2 )
Sugiyono (2020:180) menyat