RISET HAK KETENTUAN PAJAK DAERAH
1. Kapan NPWPD harus dimohonkan untuk penerbitannya? Pada kondisi apa perlu memiliki NPWPD?
Jawaban:
Berdasarkan Pasal 1 angka 51 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2023 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (“PP No. 35/2023”), Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat NPWPD adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan Daerah yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan daerahnya.
NPWPD diperlukan bagi Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah1 yang terdiri atas Pajak Provinsi yang mencakup (a) PKB; (b) BBNKB; (c) PAB; dan (d) PAP dan Pajak Kabupaten/Kota yang mencakup (a) PBB-P2; (b) Pajak Reklame; (c) PAT; (d) Opsen PKB; dan (e) Opsen BBNKB.2
NPWPD juga diperlukan bagi Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penghitungan sendiri oleh Wajib Pajak3 yang terdiri atas Pajak Provinsi yang mencakup (a) PBBKB; (b) Pajak Pokok; dan (c) Opsen Pajak MBLB dan Pajak Kabupaten/Kota yang mencakup (a) BPHTB; (b) PBJT atas makanan dan/atau minuman, tenaga Listrik, jasa perhotelan, jasa parker, dan jasa kesenian dan hiburan; (c) Pajak MBLB; dan (d) Pajak Sarang Burung Walet.4
2. Apabila tidak memiliki NPWPD kewajiban pajak apa yang tidak bisa dilakukan? dan apa konsekuensi hukum yang dapat terjadi?
Jawaban:
Merujuk pengertian NPWPD pada nomor 1, NPWPD digunakan oleh wajib pajak untuk pelaksanaan hak dan guna memenuhi kewajiban pajak sehingga apabila tidak ada NPWPD, wajib pajak tidak dapat menjalankan kewajiban pajaknya. Sebagai contoh, pelaporan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) dilakukan setiap masa pajak oleh wajib pajak.5 STPD sendiri merupakan dokumen yang berkaitan dengan NPWPD karena jika tidak memiliki NPWPD sebagai identitas wajib pajak maka tidak dapat melaporkan STPD.
Apabila Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban pelaporan STPD maka akan dikenakan Sanksi administratif berupa denda yang ditetapkan dengan STPD dalam satuan rupiah untuk setiap SPTPD.6 Lebih lanjut, tidak memiliki NPWPD juga dapat menghambat penerbitan dokumen-dokumen pajak seperti Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).
Hal tersebut dapat menghambat karena Wajib Pajak melakukan pembayaran atau penyetoran Pajak yang terutang dengan menggunakan SSPD, jika Wajib Pajak tidak
1 Pasal 51 (1) PP No. 35/2023
2 Pasal 3 (1) (3) PP No. 35/2023
3 Pasal 51 (2) PP No. 35/2023
4 Pasal 3 (2) (4) PP No. 35/2023
5 Pasal 69 PP No. 35/2023
6 Pasal 70 (1) (2) PP No. 35/2023
membayar atau menyetor tepat pada waktunya maka Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa bunga sebesar 1% (satu persen) per bulan dari Pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau disetor, dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan dan ditagih dengan menggunakan STPD.7
Adapun menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (“UU No. 1/2022”) apabila Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban perpajakan sehingga merugikan Keuangan Daerah dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah Pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar sedangkan Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban perpajakan diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.8 Selain itu, merujuk Pasal 103 Ayat 1 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2024 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa Wajib Pajak yang tidak
melaksanakan kewajiban pelaporan SPTPD
melalui pengisian dan penyampaian SPTPD dapat dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
3. NPWP didapatkan dengan melakukan permohonan ke pajak sedangkan kalau belum memiliki NPWP ada potensi tidak bisa melakukan kewajiban pajak. Dengan demikian pajak negara dirugikan sehingga instansi pajak dengan wewenangnya bisa menerbitkan secara paksa NPWP tersebut (bukan karena memohon penerbitannya). Apakah di pajak daerah bisa seperti itu? Apakah ada potensi resiko hukumnya (contoh: karena belum memiliki NPWP sebelumnya dan ketika sudah dikeluarkan maka akan bermasalah kepada pembayaran-pembayaran sebelumnya)?
Jawaban:
Berdasarkan Pasal 51 Ayat (8) PP No. 35/2023 menjelaskan bahwa apabila Wajib Pajak sebagaimana dimaksud tidak mendaftarkan diri, Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk secara jabatan menerbitkan NPWPD berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Daerah.
7 Pasal 59 (2) (7) PP No. 35/2023
8 Pasal 181 (1) (2) UU No. 1/2022