• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) KONSELING

N/A
N/A
Achmad Al qhozali Koenang

Academic year: 2023

Membagikan " RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) KONSELING "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) KONSELING KELOMPOK SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Komponen : Layanan Responsif Kelas : XII

Bidang : Karier Semester : Gasal

Masalah Konseli : Kesulitan Menentukan Studi Lanjut Durasi Waktu : 50 menit

No. Uraian Waktu

1. Tujuan Layanan

Setelah layanan konseling kelompok selesai (C), konseli (A) mampu memecahkan masalah kesulitan menentukan studi lanjut (B) dengan baik (D)

2. Teori, Strategi, dan Media 1. Teori: Realita

2. Strategi: WDEP 3. Alat: - Laptop

- Kertas - Bolpoint 4. Media: Video (TPACK)

Link Video: https://www.youtube.com/watch?v=BI1SPJ5O7Co

3. Langkah-Langkah Kegiatan Layanan 5 menit

1. Tahap Awal (Pertemuan dengan Anggota Kelompok)

1.1 Guru BK mengucapkan salam kepada anggota kelompok 1.2 Guru BK membangun hubungan dengan menanyakan kabar 1.3 Guru BK mengajak anggota kelompok untuk berdo’a

1.4 Guru BK memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk saling memperkenalkan diri

1.5 Guru BK menjelaskan pengertian dan tujuan yang akan dicapai

1.6 Guru BK menyampaikan asas konseling dan langkah-langkah konseling kelompok

1.7 Anggota kelompok menyampaikan ikrar kesepakatan 1.8 Guru BK menggali ide dan perasaan anggota kelompok 2. Tahap Transisi

2.1 Guru BK mengingatkan kembali apa yang telah disepakati di tahap sebelumnya

2.2 Guru BK memfasilitasi anggota kelompok untuk mengekpresikan dirinya secara unik, terbuka, dan mandiri

2.3 Guru BK mengajak anggota kelompok ice breaking “Sebut Warna”

2.4 Guru BK mengamati perilaku dan perubahan emosi anggota kelompok

5 menit

3. Tahap Inti

3.1 Guru BK memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk mengemukakan keluhan dan kesulitan yang dialami saat ini 3.2 Guru BK menetapkan masalah yang menjadi prioritas

3.3 Guru BK bersama anggota kelompok menyepakati masalah yang dibahas

37 menit

(2)

3.4 Guru BK melibatkan anggota kelompok untuk memberikan pendapat terkait masalah yang terpilih

3.5 Guru BK menerapkan strategi WDEP:

- Want: menyelidiki keinginan, kebutuhan dan persepsi konseli dari permasalahan kesulitan menentukan studi lanjut.

- Do: memusatkan pada apa yang konseli lakukan dan arah (tujuan perbuatan) yang membawa mereka pada permasalahan

- Evaluation: menantang konseli untuk membuat suatu evaluasi tentang perilaku total mereka (kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang mereka telah lakukan)

- Plan: membantu konseli dalam merumuskan rencana realistis dan pembuatan suatu komitmen untuk menyelesaikannya. Komitmen ini berkaitan dengan reward apa yang didapat konseli jika menepati janjinya, dan sebaliknya punishment apa yang diperoleh jika tidak menepatinya.

3.6 Guru BK memberikan penguatan melalui video

3.7 Anggota kelompok menyampaikan pemahaman dari video yang telah dilihat

4. Tahap Penutup

4.1 Guru BK mengajak anggota kelompok menyimpulkan hasil konseling kelompok

4.2 Guru BK mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok dan mengajak untuk berdo’a

4.3 Guru BK bersalaman dengan anggota kelompok

3 menit

4. Evaluasi

1. Evaluasi Proses: Penilaian terhadap keterlaksanaan proses konseling dengan menggunakan pedoman observasi.

2. Evaluasi Hasil: Guru BK melakukan evaluasi hasil konseling dengan skala pengukuran keputusan karier.

Total Alokasi Waktu 50 menit

Mengetahui Bandar Lampung, 29September 2023

Guru Pawong Mahasiswa

Tri Yusnida, S.Pd Achmad al qhozali koenang

NIP: 198011072023212017

(3)

Lampiran 1. Materi Studi Lanjut

A. Pengertian Studi Lanjut

Menurut Sutikna (Istirahayu et al., 2018) “studi lanjut adalah kelanjutan studi”, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilihan studi lanjut adalah menjatuhkan pilihan keputusan studi lanjut dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan studi lanjut atau pendidikan lanjutan yang lebih tinggi yakni perguruan tinggi. Studi lanjut yaitu menjelaskan bahwa studi lanjut adalah “pendidikan sambungan atau lanjutan setelah tamat dari pendidikan yang saat ini ditempuh” Sutikna dalam (Iffah, 2013). Menurut Basori (Iffah, 2013) pengambilan keputusan merupakan suatu keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa yang akan merencanakan masa depan.

Mengenal akan bakat dan minat, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri kepribadian yang ada pada diri seorang siswa sangatlah diperlukan dalam mengambil keputusan studi lanjut bagi siswa. Sering dijumpai adanya kebingungan, keragu-raguan dan kesulitan dalam merencanakan, mempersiapkan diri dan mengambil keputusan untuk memilih studi lanjut. Hal ini terjadi karena diantara para siswa kurang memahami dirinya, dan kurangnya pengetahuan siswa mengenai informasi studi lanjut.

Kesulitan, kebingungan, keragu-raguan, serta kekurangmantapan siswa dalam mengambil keputusan studi lanjut disebabkan oleh dua faktor. Pertama karena kurangnya pemahaman diri seperti bakat, minat dan potensi diri yang dimiliki, sehingga dia menentukan studi lanjut karena ikut-ikutan teman atau karena keinginan orang tua.

Kedua, kurangnya informasi yang relevan mengenai perguruan tinggi serta jurusan yang ada. Sebagian siswa hanya mengenal perguruan tinggi dan jurusan yang paling diminati.

Hal ini mengakibatkan siswa belum bisa mengambil keputusan studi lanjut (Iffah, 2013).

Kemandirian dalam memilih studi lanjut menurut Hartono (Istirahayu et al., 2018) adalah kondisi perilaku siswa yang mampu untuk memilih karier atas kemampuan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain, memiliki kemantapan diri dalam memilih karier yang manjadi pilihannya serta memiliki tanggung jawab terhadap pilihan studi lanjutnya agar masa depannya sesuai dengan yang diharapkan siswa.

B. Aspek Pengambilan Keputusan Karier

Parsons dalam Werner (Hartono & Musdalifah, 2019) menyatakan bahwa

pemahaman diri dan pemahaman karier siswa merupakan dua aspek penting yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan karier. Hasil penelitian Hartono (2012) menunjukkan bahwa aspek pemahaman diri dan aspek pemahaman karier secara parsial maupun secara bersama-sama berkorelasi positif yang signifikan dengan intensitas pola pemilihan karier. Pemahaman diri dan pemahaman karier siswa merupakan aspek penting yang perlu ditingkatkan sebagai upaya cerdas dalam membantu mereka agar mampu mengambil keputusan karier secara tepat, sehingga mampu mengembangkan diri secara maksimal.

Pemahaman diri siswa merupakan pengenalan secara mendalam tentang potensi dirinya yang mencakup: minat karier, abilitas, sifat-sifat kepribadian, dan nilai-nilai karier, sedangkan pemahaman karier siswa adalah pengenalan secara mendalam tentang berbagai informasi karier dan peluang karier, yang meliputi berbagai informasi dan kondisi tentang program studi di perguruan tinggi serta hubungannya dengan peluang mendapatkan pekerjaan atau profesi di dalam kehidupan masyarakat (Hartono &

Musdalifah, 2019).

(4)

C. Faktor yang Mempengaruhi Studi Lanjut

Schunk, Pintrich dan Meece (Rusnawati, 2022) bahwa pemilihan jurusan sangat ditentukan oleh kehidupan keluarga, kelompok teman sebaya, lingkungan masyarakat serta fasilitas pendidikan. Stoss dan Pariss (Hartono & Musdalifah, 2019) terdapat tiga faktor penting yang menentukan kesuksesan siswa dalam melakukan pemilihan karier yaitu relevansi antara apa yang dimiliki (potensi), dengan apa yang diinginkan (cita-cita) dan apa yang dilakukan (usaha belajar).

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan menurut Berks (Dariyo dalam Rusnawati, 2022), bahwa ada beberapa faktor penting dalam pengambilan keputusan yaitu faktor intrinsik seperti minat, motivasi, emosi, sikap dan penyesuaian diri serta faktor ekstrinsik seperti orang tua, teman dan perguruan tinggi.

(5)

Lampiran 2. Materi Konseling Realita Strategi WDEP

A. Pengertian Konseling Realita

Terapi realitas membantu klien memahami kebutuhan untuk menjadi kuat secara psikologis dan membuat pilihan produktif yang sehat dalam hubungan interpersonal dan intrapersonal mereka. Mencapai kekuatan psikologis dan menggunakan pengambilan keputusan produktif menyebabkan otonomi dan bertanggung jawab atas perilaku yang mempengaruhi diri sendiri dan orang lain. Terapi realitas mendorong klien untuk belajar bagaimana membuat pilihan yang lebih efektif dan mengembangkan keterampilan untuk mengatasi tekanan dan masalah harian. Individu mengambil kepemilikan tujuan yang realistis, sehingga menerima tanggung jawab atas masa kini dan masa depan mereka. Yang terpenting, konselor membantu klien menyadari bahwa mereka tidak dapat menyalahkan orang lain atas keputusan yang tidak tepat, Terapi realitas mencoba menghilangkan alasan ini (Wibowo, 2019).

Teori pilihan adalah landasan terapi realitas. Individu menentukan sendiri cara mereka memenuhi kebutuhan mereka akan kelangsungan hidup, kekuatan, kesenangan, kebebasan, dan rasa memiliki dan memilih pemikiran, tindakan, dan emosi mereka sesuai dengan itu (Corey, Glasser dalam Wibowo, 2019). Pendekatan ini sangat berkonsentrasi pada saat ini sehingga cenderung mengabaikan masa lalu dan alam bawah sadar. Reality therapy mengharuskan siswa untuk menerima tanggung jawab untuk menentukan jalannya tindakan yang akan diikuti siswa. Terapi realitas tidak memikirkan masa lalu, melainkan memproyeksikan siswa ke depan menuju perubahan tindakan dan perilaku.

Siswa dapat melihat terapi realitas sebagai pemberdayaan, percaya bahwa mereka memiliki pilihan dan ada alternatif cara untuk metode yang digunakan untuk mendekati situasi atau masalah di masa lalu. Ini membuat seorang siswa berfokus untuk berurusan dengan "di sini dan saat ini" untuk mendapatkan kepercayaan diri dan kepastian.

Corey (Ridha, 2021) mengemukakan bahwa dengan menggunakan konseling realitas, individu diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Konseling realitas berupaya membantu individu menemukan keinginan- keinginannya, memperjelas arah yang yang dituju, dan membantu individu membuat rencana-rencana dalam merealisasikan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Corey (Duriyani, 2014) konseling realitas difokuskan pada tingkah laku sekarang dan merupakan bentuk modifikasi perilaku. Hal ini berfungsi agar konseli mampu membantu dirinya dalam menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain serta berani memikul tanggung jawab atas semua tingkah lakunya. Glesser dan Zunin (Corey, Duriyani, 2014) mengungkapkan bahwa terapis harus memiliki tujuan-tujuan tertentu bagi klien dalam pikirannya. Akan tetapi tujuan-tujuan itu harus diungkapkan dari segi konsep tanggung jawab individual alih-alih dari segi tujuan behavioral karena klien harus menentukan tujuan-tujuan itu bagi dirinya sendiri.

Manusia membuat penilaian tertentu tentang tingkah lakunya sendiri serta memutuskan bahwa mereka ingin berubah, mereka diharapkan membuat rencana- rencana yang spesifik guna mengubah tingkah laku yang gagal menjadi tingkah laku yang berhasil. Para konseli harus membuat suatu komitmen untuk melaksanakan rencana- rencana ini, tindakan menjadi keharusan. Mereka tidak bisa menghindari komitmen dengan mempersalahkan, menerangkan, atau memberikan dalih. Mereka harus terlibat aktif dalam pelaksanaan kontrak-kontrak terapi mereka sendiri secara bertanggung jawab apabila ingin mencapai kemajuan.

(6)

B. Strategi WDEP Teknik WDEP merupakan akronim dari Wants (keinginan), Direction (Arahan),

Evaluation (penilaian), dan Planning (perencanaan). Prosedur pendekatan konseling realitas dilaksanakan dalam sistem WDEP (Nugraheni, 2022). Sistem tersebut terdiri atas empat tahap yaitu wants (keinginan), doing (melakukan), evaluation (penilaian), dan planning (merencanakan). Setiap huruf dari WDEP mengacu pada kumpulan strategi:

1. W = wants and needs (keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan), 2. D = direction and doing (arah dan tindakan),

3. E = self evaluation (evaluasi diri), dan 4. P = planning (perencanaan).

Menurut Palmer,Ed (Duriyani, 2014) Teknik WDEP memberikan kerangka pertanyaan yang diajukan secara luwes dan tidak dimaksudkan hanya sebagai rangkaian langkah sederhana. Tiap huruf dalam WDEP melambangkan sekelompok gagasan, huruf- huruf tersebut dirangkum menjadi:

1. W= Wants (Keinginan menanyai klien terkait keinginan, kebutuhan, persepsi dan tingkat komitmennya.

2. D= Doing and Direction (Melakukan dan Arah) “Melakukan” di sini mencakup eksplorasi terhadap seluruh 4 komponen perilaku total:

tindakan,pikiran,perasaan,dan fisiologi. Informasi yang spesifik, teliti, dan unik seperti itu memberi tingkat pemahaman yang lebih mendalam bagi terapis dan terutama kesadaran yang lebih besar bagi klien mengenai perilakunya sendiri (secara menyeluruh).

3. E = Evaluation (Evaluasi) menolong klien mengevaluasi diri sendiri.

4. P = Planning (Rencana) membantu klien membuat rencana tindakan.

Proses teknik WDEP mencapai puncaknya saat membantu klien membuat rencana tindakan. Fokusnya lebih pada tindakan karena tindakanlah komponen perilaku total (tindakan, pikiran, perasaan, dan fisiologi) yang bisa kita kontrol

(7)

Daftar Pustaka

Duriyani, P., P., & Setiawat, D. (2014). Penerapan Konseling Kelompok Realita Teknik WDEP Untuk Meningkatkan Perilaku Bertanggung Jawab Dalam Mematuhi Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Wonoayu. Jurnal BK UNESA. 4(2): 491-498.

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk- unesa/article/view/8522/8631

Hartono, H., & Musdalifah, A. (2019). Layanan Klasikal Bimbingan Karier dengan Media PPT Berbasis Object Superiority Effect untuk meningkatkan Pemahaman Diri dan Pemahaman Karier Siswa SMA. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 3(1): 1.

https://doi.org/10.30598/jbkt.v3i1.891

Iffah, H. M. (2013). Layanan Informasi Karier Melalui Media Permainan Monopoli untuk Meningkatkan Kemantapan Pengambilan Keputusan Studi Lanjut Siswa Kelas XI Ipa-2 SMAN 1 Menganti. Jurnal BK UNESA, 4(8): 183–191.

Istirahayu, I., Mayasari, D., Fitriyadi, S., & Damayanti, Z. (2018). Bimbingan Karir Terhadap Pemilihan Studi Lanjut Siswa Kelas XII. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 2(2):

139. https://doi.org/10.30598/jbkt.v2i2.372

Nugraheni, Edwindha Prafitra. (2022). Modul 5 Strategi Layanan Responsif. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi.

Ridha, A. A. (2021). Reality Not Imagination : Konseling Reality Therapy Membantu Penyesuaian

Akademik. Jurnal Psikologi Ilmiah, 12(2): 138–144.

https://doi.org/10.15294/intuisi.v12i2

Rusnawati E., & Sampe, P., D. (2022) Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan Studi Lanjut Pada Siswa SMA. Pedagogika: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan, 10(1): 12-17.

Wibowo, Mungin Eddy. (2019). Konselor Profesional Abad 21. Semarang: Unnes Press.

(8)

Lampiran 3. Media Konseling

Gambar ini memberikan penjelasan bahwa kesulitan menentukan studi lanjut dapat diatasi dengan berbeberapa cara

Gambar ini memberikan penjelasan bahwa menanyakan pada diri sendiri apa yang diinginkan dan dilakukan

(9)

Gambar ini memberikan penjelasan bahwa mencari informasi mengenai bidang ilmu yang akan dipilih, dan informasi penting lainnya

Gambar ini memberikan penjelasan bahwa pilihan yang kita ambil harus siap dengan segala konsekuensinya

(10)

1. Apakah kamu memahami mengenai studi lanjut di perguruan tinggi?

2. Apakah proses konseling ini dapat membantu kamu memberikan alternatif penyelesaian masalah yang ada dalam diri kamu?

3. Setelah melakukan konseling apakah sudah dapat menentukan prodi yang kamu pilih di perguruan tinggi?

4. Apakah kamu memahami mengenai prodi yang kamu pilih di perguruan tinggi?

5. Rumuskanlah langkah-langkah yang akan kamu terapkan kedepannya untuk masuk ke prodi yang kamu pilih!

Lampiran 4. Lembar Kerja Konseli (LKK)

1. Identitas

Nama Konseli : ...

Kelas : ...

Masalah : Kesulitan Menentukan Studi Lanjut

Tujuan Konseling : Konseli mampu memecahkan masalah kesulitan menentukan studi lanjut dengan baik.

Guru BK : Rastra Amirotul Haque, S.Psi

Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti, jawablah sesuai dengan kondisi anda saat ini!

(11)

Lampiran 5. Instrumen Evaluasi Proses Konseling Kelompok

LEMBAR OBSERVASI 1. Identitas

Nama : ...

Kelas : ...

Tanggal Layanan : ...

2. Petunjuk:

Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai pada kolom pilihan di bawah ini sesuai dengan apa yang terjadi selama proses layanan konseling kelompok

No. Uraian Hasil Pengamatan

Ada Tidak Tahap Awal (Pertemuan dengan Anggota Kelompok)

a. Guru BK mengucapkan salam kepada anggota kelompok b. Guru BK membangun hubungan dengan menanyakan kabar c. Guru BK mengajak anggota kelompok untuk berdo’a

d. Guru BK memberikan kesempatan kepada anggota e. kelompok untuk saling memperkenalkan diri

f. Guru BK menjelaskan pengertian dan tujuan yang akan dicapai g. Guru BK menyampaikan asas konseling dan langkah-langkah

konseling kelompok

h. Anggota kelompok menyampaikan ikrar kesepakatan i. Guru BK menggali ide dan perasaan anggota kelompok j. Guru BK mengucapkan salam kepada konseli

Tahap Transisi

a. Guru BK mengingatkan kembali apa yang telah disepakati di tahap sebelumnya

b. Guru BK memfasilitasi anggota kelompok untuk mengekpresikan dirinya secara unik, terbuka, dan mandiri

c. Guru BK mengajak anggota kelompok ice breaking “Sebut Warna”

d. Guru BK mengamati perilaku dan perubahan emosi anggota kelompok

Tahap Inti

a. Guru BK memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk mengemukakan keluhan dan kesulitan yang dialami saat ini b. Guru BK menetapkan masalah yang menjadi prioritas

c. Guru BK bersama anggota kelompok menyepakati masalah yang dibahas

d. Guru BK melibatkan anggota kelompok untuk memberikan pendapat terkait masalah yang terpilih

e. Guru BK menerapkan strategi WDEP:

- Want: menyelidiki keinginan, kebutuhan dan persepsi konseli dari permasalahan kesulitan menentukan studi lanjut.

(12)

- Do: memusatkan pada apa yang konseli lakukan dan arah (tujuan perbuatan) yang membawa mereka pada permasalahan

- Evaluation: menantang konseli untuk membuat suatu evaluasi tentang perilaku total mereka (kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang mereka telah lakukan)

- Plan: membantu konseli dalam merumuskan rencana realistis dan pembuatan suatu komitmen untuk menyelesaikannya.

Komitmen ini berkaitan dengan reward apa yang didapat konseli jika menepati janjinya, dan sebaliknya punishment apa yang diperoleh jika tidak menepatinya.

f. Guru BK memberikan penguatan melalui video

g. Anggota kelompok menyampaikan pemahaman dari video yang telah dilihat

Tahap Penutup

a. Guru BK mengajak anggota kelompok menyimpulkan hasil konseling kelompok

b. Guru BK mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok dan mengajak untuk berdo’a

c. Guru BK bersalaman dengan anggota kelompok

Catatan:

...

...

...

...

Keterangan: *

Ada = Guru BK melakukan Tidak Ada = Guru BK tidak melakukan

Sidoarjo, ...

Pengamat

...

(nama terang)

(13)

Lampiran 6. Instrumen Evaluasi Hasil Konseling Kelompok

EVALUASI HASIL LAYANAN KONSELING KELOMPOK SKALA PENGUKURAN KEPUTUSAN KARIER Nama Konseli : ...

Kelas : ...

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah setiap pernyataan yang ada dengan teliti.

2. Berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai dengan pengalaman yang anda alami.

3. Jawablah sesuai dengan pengalaman anda dan periksa kembali sebelum dikumpulkan.

Keterangan : SS= Sangat Sesuai S= Sesuai

TS= Tidak Sesuai

STS= Sangat Tidak Sesuai

No. Item Pernyataan SS S TS STS

1 Saya dapat memilih program studi sesuai bakat, minat, dan kemampuan

2 Saya mengetahui program studi yang saya inginkan di perguruan tinggi

3 Saya mampu memilih program studi yang ada di perguruan tinggi

4 Saya faham akan kemampuan yang saya miliki 5 Saya mengetahui karakter diri

6 Saya memiliki semangat untuk memilih program studi yang ada di perguruan tinggi

7 Saya mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri

8 Saya bingung memilih program studi yang sesuai bakat, minat, dan kemampuan

9 Saya bingung memilih program studi yang saya inginkan di perguruan tinggi

10 Saya kesulitan memilih program studi yang ada di perguruan tinggi

11 Saya tidak mengetahui sifat yang ada dalam diri

12 Saya tidak mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri

(14)

13 Saya mengetahui program studi apa saja yang ada di perguruan tinggi

14 Saya mengetahui jalur masuk ke perguruan tinggi 15 Saya Memiliki pemahaman terhadap dunia kerja

16 Saya mengetahui pekerjaan dari program studi yang saya ambil di perguruan tinggi

17 Saya bingung akan informasi di perguruan tinggi 18 Saya kesulitan memahami program studi di perguruan

tinggi

19 Saya masih belum mengetahui jenis pekerjaan setelah lulus kuliah

20 Saya bingung akan pilihan pekerjaan setelah lulus kuliah

Pedoman Penskoran:

No. Jenis Item Alternatif Jawaban

Sangat

Sesuai Sesuai Tidak

Sesuai Sangat Tidak Sesuai

1 Positif 4 3 2 1

2 Negatif 1 2 3 4

Kriteria Penentuan Skor

Kriteria Hasil

Rentangan Kategori 76 - 100 Sangat Mampu

Menentukan Studi Lanjut 51 - 75 Mampu Menentukan

Studi Lanjut 26 - 50 Cukup Mampu

Menentukan Studi Lanjut 0 - 25 Kurang Mampu

Menentukan Studi Lanjut Skor = Jumlah Skor x 100

80

Referensi

Dokumen terkait

orang tua melakukan sesuatu untuk saya yang saya tahu bahwa ia sebenarnya kurang bisa 16.. Lebih berkesan bagi

Bagian 1 Guru BK menyampaikan materi tentang pengertian organisasi secara umum dan peran OSIS di sekolah.  Siswa membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa. 

Guru BK membimbing peserta didik membuat skenario dan konten di sosial media yang mempromosikan tentang Etika bergaul sesuai dengan norma.. Kerja sama Berpikir kritis Kreatif dan

Guru BK / Konselor memberi kesempatan kepada Peserta didik untuk bertanya / komentar mengenai hal yang belum dapat dipahami dan memberikan ide atau gagasan yang

Siswa berpasang-pasangan dan setiap siswa memiliki tugas yang berbeda. Satu siswa bertugas memasukan pensil ke dalam botol dengan mata tertutup. Kemudian teman satunya

4) Konselor menyampaikan bahwa dilain waktu akan membahas topic lain yang tidak kalah menariknya. 5) Konselor meminta masing-masing anggota kelompok menyampaikan pesan dan

Pada tahap tersebut, konselor membantu konseli mengidentifikasi apa yang dilakukannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan antara lain ”Apa yang kamu

Orang yang memiliki kepekaan sosial adalah orang yang pada saat melihat orang lain yang ada dalam kondisi yang susah tidak akan hanya berhenti pada memandang orang itu, melainkan