Nama : Akbar Putra Pratama Hari/Tanggal : Senin, 25 Oktober 2021 Kelas : 7.2
Tugas : Membuat satu contoh Teks Narasi
NAMANYA JUGA ABANG- ADIK
Punya dua anak laki-laki , Ahmad dan Aziz, membuat dunia saya tak pernah sepi.Tak pernah sepi dalam arti sebenarnya. Bagaimana tidak,dari bangun tidur sampai tidur lagi, setiap harinya pasti ada saja keributan yang mereka buat. Awalnya mereka bermain berdua tapi tiba-tiba saja sudah terlibat”perang saudara”.sesaat mereka bercanda dan tertawa-tawa,tapi sesaat kemudian keduanya sudah terlibat adu pukul dan adu tending.syeremm….
Si adik memang lebih galak daripada abangnya,dan lebih mudah terlibat masalah dibandingkan abangnya yang lebih penyabar.Namun,karena mereka bersaudara dan teman- teman mereka sama,maka bila satu kena masalah,ya dua-duanya bakal terseret.atau…diseret.
Suatu kali Ahmad dan Aziz bermain bersama dirumah seorang teman yang letaknya persis di depan rumah kami.Entah karena apa,Aziz terlibat pertengkaran dengan temannya tersebut.tak lama kemudian,saya melihat Aziz menyeret tangan abangnya keluar dari rumah itu.
“Udah,Bang,jangan main disini lagi.Pulang,Bang,pulang!”Teriaknya sambil terus menyeret abangnya pulang.padahal badan abangnya lebih besar daripada badannya.
“Tapi ziz…,”kata abangnya yang kelihatannya mash ingin main disitu.Lagi pula yang bertengkar kan adiknya,bukan dia.
“Enggak! Pulang sekarang juga!” Si adik tidak mau peduli dan terus menyeret abangya sambil ngomel-ngomel.Terpaksa abangnya menuruti kemauan adiknya.
Begitulah abang-adik,walau diantara mereka sendiri jarang akur,tapi bila tapi bila beruruan dengan lingkungan luar,terutama dengan teman-teman mereka,ya kadang mereka kompak juga.
Disaat yang lain,Aziz,yang saat itu baru berusia 4 tahun,pulang kerumah dengan amat gelisah. Ia tampak marah.Lalu dia duduk dilantai. Saya hanya memerhatikan saja dan tak langsung menanyakan keadaannya.
Tapi abangnya,yang saat itu masih duduk di TK B,langsung datang menghampirinya,lalu bertanya sambil duduk di sisi adiknya,”ada apa Ziz?”
“Aziz lagi kesel,Bang,”jawab si adik.”masak Aziz enggak diajak main sama Ramadhan.”Ramadhan itu anak tetangga sebelah rumah yang sebaya dengan Aziz.
Abangnya mengangguk-angguk.keliatan Wise benar.”Kalau gitu,dia harus kita kasih pelajaran!”katanya mantap.
Mendengar itu saya jadi khawatir anak-anak ini mau main keroyokan,tapi saya belum berkata apa-apa dan terus menyimak percakapan mereka.
Aziz tampak kebingungan.”kasih pelajaran?”ulangnya.Ia memang belum mengerti makna kata ini”ya,kita kasih pelajaran!” tegas si Abang .! tapi,Bang,Aziz kan belum bisa baca.Gimana mau kasih pelajaran ke Ramadhan?” Nadanya agak memelas.
Hampir saja saya terkikik.saya pikir si Abang akan menjelaskan makna”kasih pelajaran”itu.Tapi ternyata tidak.
Si Abang malah berkata,”Oke.kalau begitu,Abang yang kasih pelajaran!”
“Gimana kasih pelajarannya?pelajaran apa?” Tanya Aziz sambil memandang abangnya lurus- lurus.
“Gampang.Abang kasih pelajaran baca,mulai dari huruf A.B,C…”
Saya kepingin tertawa,tapi saya tahan,khawatir menganggu kecakapan abang – adik yang keliatannya “serius” itu.
Begitulah,namanya juga ABANG-ADIK….[]