SEJARAH ANALISIS
WACANA
A. SEJARAH ANALIS WACANA
Bagaimana
Analisis Wacana
Berkembang??
Analisis Wacana Berkembang sejak seorang linguis asal
Russia bernama Zellig Sabbetai Harris memublikasikan makalah
dengan judul Discourse Analysis (Rani dkk, 2006 :10).
Makalahnya membahas tentang masih banyaknya persoalan kebahasaan yang
belum tersentuh seperti ‘gramatika kalimat’. Harris mengemukakan argumentasi
tentang perlunya mengkaji bahasa secara komprehensif. Tidak hanya pada aspek
internal, namun pada aspek eksternal bahasa yang menyelimuti kalimat secara
kontekstual, juga perlu dikaji untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya.
Zellig S. Harris (b. 1909 – d. 1992)
Bloomfield (1887-1949), seorang linguis aliran strukturalisme yang sudah mengakar
pengaruhnya menyatakan bahwa, kajian linguistik harus menelaah bentuk dan substansi bahasa itu
sendiri, bukan mengkaji lainnya. Hal tersebut membuat himbauan Harris untuk keluar dari kungkungan Bloomfiled dan mengembangkan kajian linguistik, kurang mendapat tanggapan
yang berarti (Dede Oetomo, dalam
www.pendidikanutama.xyz).
Orang yang cukup berpengaruh dalam melakukan
analisis wacana adalah Sinclair dan Coulthard
(1979).
Sinclair dan Coulthard meneliti wacana yang dibentuk dalam interaksi guru dan siswa di kelas dengan merekam sejumlah
peristiwa belajar-mengajar di sekolah dasar di wilayah Birmingham (Inggris).
Struktur peringkat wacana interaksi di kelas menurut Sinclair dan Coulthard
Pelajaran Transaksi
Gerak Tindak
Pertukaran
Analisis wacana didominasi oleh karya-karya dalam tradisi
etnometodologis (menekankan metode penelitian yang
menggunakan observasi terhadap sekelompok orang dalam latar komunikasi yang alamiah). Di Amerika banyak berkembang
analisis percakapan (converstional analysis) yang menggunakan sudut pandang sosiolinguistik.
Analisis wacana dengan pendekatan fungsional pada bahasa. Kerangka kerjanya menekankan fungsi sosial bahasa dan struktur tematik serta struktur informasi sebuah ujaran atau tulisan.
M.A.K.
Halliday (Inggris)
Amerika
Menurut Coulthard, analisis wacana bermula dari ide Firth tentang
linguistik kontekstual.
“Bahasa hanya mempunyai makna apabila berada dalam suatu
konteks”.
Coulthard
Brown dan Yule
“Dalam menginterpretasikan makna sebuah ujaran perlu memperhatikan konteks, sebab konteks akan
menentukan makna ujaran”.
Konteks yang dimaksud meliputi:
1. Konteks linguistik: rangkaian kata yang mendahului atau yang mengikuti.
2. Konteks etnografi: serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.
PERKEMBANGAN ANALISIS WACANA YANG SEBENARNYA
Awal Tahun 1980-an
Buku kajian wacana yang terbit, antara lain oleh:
Stubbs (1983), Brown dan Yule (1983), dan yang paling komprehensif karya van dijk
(1985).
Pokok perhatian analisis wacana juga terus berkembang dan
merebak pada hal-hal atau persoalan yang banyak
diperbincangkan orang di masa sekarang, seperti perbedaan
gender, wacana politik, dan emansipasi wanita, serta sejumlah
masalah sosial lainnya.
PERKEMBANGAN ANALISIS WACANA OLEH ILMUAN EROPA
Michael Foucault
Wacana secara sistematis dalam ide, opini, konsep dan pandangan hidup dibentuk dalam konteks tertentu sehingga mempengaruhi
cara berpikir dan bertindak.
Fairclough
Van Dijk
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Wacana adalah bentuk interaksi. Wacana tidak ditempatkan dalam ruang tertutup dan
internal. Tidak ada wacana yang vakum sosial.
Van Dijk membagi wacana kedalam tiga tingkatan :
a) Struktur makro, merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topic dari suatu teks.
b) Superstruktur, adalah kerangka suatu teks
c) Struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati
dengan menganalisa unsur-unsur bahasanya.
B. SEJARAH ANALISIS WACANA DI INDONESIA
Kajian wacana di Indonesia sudah dimulai oleh linguis Indonesia pada pertengahan tahun 70-an.
Siapa mereka dan apa saja karya-
karyanya?
Para Linguis Indonesia Beserta Karyanya
Kridalaksana (1978)
Dardjowidjodjo (1986)
Artikel “Keutuhan Wacana”
Artikel tersebut memuat aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana
yang dapat dibedakan atas aspek semantis, leksikal, gramatikal, dan
fonologis.
Makalah “Benang Pengikat Wacana”
Benang pengikat yang dapat memadukan informasi antarkalimat dalam suatu wacana terdiri atas: a)
penyebutan sebelumnya, b) sifat verba, c) peranan verba bantu, d) proposisi positif, e) praanggapan, dan
f) konjungsi.
Samsuri (1987)
Buku Analisis Wacana”
Menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan kajian wacana, yaitu: a) konteks wacana, b) topik, tema, dan judul wacana, c) kohesi dan
koherensi wacana, serta d) referensi dan inferensi kewacanaan.
Moeliono et al.
(1988)
Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Terdapat satu bab uraian tentang wacana yang disajikan secara bertahap sehingga pembacanya memahami seluk-beluk kewacanaan
secara bertahap pula.
Tallei (1988)
Disertasi “Keterpaduan, Keruntutan, dan Keterbacaan Wacana Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar: Suatu Kajian Analisis Wacana”
TERIMA KASIH
WASSALAM...