• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah, Metodologi, dan Relevansinya dalam Konteks Islam

N/A
N/A
Meriana Pane

Academic year: 2024

Membagikan " Sejarah, Metodologi, dan Relevansinya dalam Konteks Islam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ULUMUL HADIST

Imam Tauhid1, Najwa Ghibthiyah2, Muhammad Raffly Hidayatullah3 Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang

[email protected]1,[email protected]2, [email protected]3

ABSTRACT

The science of Ulumul Hadith, as the main branch of Islamic studies, has a very important role in understanding and applying the teachings of the Islamic religion. The main objective of this research is to understand, verify, and classify the narrations narrated from the Prophet Muhammad SAW and his companions and provide a comprehensive picture of the background, methodology, and relevance of the science of ulumul hadith in the Islamic context. In its development, the science of ulumul hadith has undergone a long and complex process. From the initial oral period in which hadiths were transmitted orally, to the more structured phase of recording and classifying hadiths, this science has developed into a mature scientific discipline. The method used in this research study is a literature review. A literature review is a study that uses journals, books and articles related to research which are used as primary data to serve as a reference source. Ulumul hadith linguistically consists of two words, namely Ilmu, meaning knowledge, while Hadith means everything that is attributed to the Prophet Muhammad S.A.W, both from words and deeds. Ulumul hadith involves critical analysis of the sanad (chain of transmitters) and matan (hadith text), as well as in-depth research on the hadith transmitters. Prominent figures such as Imam Bukhari and Imam Muslim played an important role in setting standards for the authenticity of hadith and compiling collections of hadith that are considered the most authentic.

Keywords: Science, Hadith, Study

(2)

ABSTRAK

Ilmu Ulumul Hadis, sebagai cabang utama dalam studi Islam, memiliki peran yang sangat penting dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran agama Islam. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami, memverifikasi, dan mengklasifikasi riwayat-riwayat yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya serta memberikan gambaran komprehensif tentang latar belakang, metodologi, dan relevansi ilmu ulumul hadis dalam konteks Islam. Dalam perkembangannya, ilmu ulumul hadis telah mengalami proses yang panjang dan kompleks. Dari periode lisan awal di mana hadis-hadis ditransmisikan secara lisan, hingga fase pencatatan dan klasifikasi hadis yang lebih terstruktur, ilmu ini telah berkembang menjadi sebuah disiplin ilmiah yang matang.

Metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah kajian pustaka kajian pustaka adalah kajian yang menggunakan jurnal, buku-buku, serta artikel yang berhubungan dengan penelitian yang diangkat sebagai data primer untuk dijadikan sebagai sumber refrensi. Ulumul hadist secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu ilmu artinya pengetahuan sedangkan hadist artinya segala sesuau yang disandarkan kepada nabi Muhammad S.A.W, baik dari perkataan, perbuatan. Ulumul hadist melibatkan analisis kritis terhadap sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadis), serta penelitian mendalam tentang para perawi hadis. Tokoh-tokoh terkemuka seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim memainkan peran penting dalam menetapkan standar keotentikan hadis dan menyusun koleksi hadis yang dianggap paling sahih.

Kata kunci: Ulumul, Hadist, Studi

(3)

PENDAHULUAN

Mempelajari ilmu agama adalah salah satu kewajiban asasi dan kebutuhan dasar (dlaruriyyah) bagi setiap muslim dan muslimat di setiap zaman dan waktu, karena barang siapa mengenal agamanya, maka sesungguhnya ia akan mengenal Rabbnya, seperti hal nya di dalam Qur‟an surah Al-Mujadalah Ayat 11 yang menjelaskan sebagaimana Allah Akan meninggikan beberapa derajat orang-orang beriman di antara kita manusia, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (ilmu) beberapa derajat.

Mempelajari ilmu agama adalah usaha yang sangat penting dalam menjaga dan melestarikan kemurnian dan kesucian nilai-nilai agama, menjaga kemurnian akal dalam berpikir dengan benar, dan memperoleh ilmu dari sumber yang shahih, melindungi jiwa dari hal-hal yang akan membawa kemudaratan kepada tubuh badan, menjaga kesucian nasab dan marwah diri agar selalu jauh dari hal-hal yang dilarang dalam agama. Seperti halnya saat kita mempelajari sebuah ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama salah satunya adalah ulumul hadist.

Ulumul Hadis atau Ilmu Hadis merupakan fondasi kedua setelah Alquran yang wajib dipahami oleh setiap muslimin, terutama mereka yang secara khusus mengkaji tentang Islam. Ketidakmengertian mengenai ilmu hadis dapat menjadikan seorang salah penafsiran terhadap maksud atau suatu hadis.

Mempelajari ulumul hadist sangatlah penting bagi kita sebagai manusia sebagaimana pentingnya kita mempelajari hadist karena dari kita mempelajari ulumul hadist kita bisa mengetahui apa saja yang terkandung didalam hadist mulai dari sanad, perawi, hingga periwaya tannya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah kajian pustaka atau library research. Penelitian pustaka merupakan penelitian yang menggunakan jurnal, buku-buku serta majalah yang berhubungan dengan kajian penelitian yang diangkat sebagai data primer untuk dijadikan sebagai sumber referensi. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif yang memiliki fokus penelitian pada buku serta kajian pustaka yang tidak membutuhkan penelitian

(4)

lapangan. Kemudian jenis penelitian yang digunakan. dalam kajian ini adalah jenis penelitian kualitatif sehingga dapat menghasilkan informasi dan juga catatan serta data deskriptif yang berasal dari teks yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif dibutuhkan analisis deskriptif sehingga dapat memberikan penjelasan dan juga gambaran secara jelas,sistematis, objektif dan juga kritis tentang pra kodifikasi hadist: pada periode rasul, pada periode sahabat. Kemudian sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer berupa buku-buku yang secara khusus membahas tentang pra kodifikasi hadist: pada periode rasul, pada periode sahabat seperti Ulumul Hadits serta sumber sekunder berupa buku penunjang dan jumal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengertian Ulumul Hadits

Ulumul Hadis adalah istilah Ilmu Hadis di dalam tradisi Ulama Hadis.

(Arabnya: 'Uum al-Hadits). 'Uum al-Hadits terdiri atas dua kata, yaitu 'ulum dart al-Hadits. Kata'ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari 'ilm, jadi berarti "ilmu-ilmu"; sedangkan al-Hadits dikalangan Ulama Hadis berarti "segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, toqrir, atau sifat."r Dengan demikian, gabungan kata'ld, um al-Hadits mengandung pengertian "ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi SAW".1

Ulûm al-hadîs terdiri dari dua kata, yaitu ‟ulûm dan alhadîs. Ulûm adalah bentuk jamak dari kata “„ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Ilmu artinya pengetahuan, knowledge, dan science. Sementara “al-hadis” adalah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, Sahabat, dan Tabiin.2

1 Mahmud al-Thahhan,Taisir Mushthalah al-Hadits (Beirut: Dar Al-Qur'an al-Karim, 1979), hlm .14.

2 Lihat „Ajâj al-Khatib, Al-Sunnah Qabla al-Tadwîn (Beirut: Dâr al-Fikri,1981), hlm. 19- 21.

(5)

Hasbi ash-Shiddieqy mengatakan bahwa „ulûm al-hadîs adalah ilmu-ilmu yang berpautan dengan hadis-hadis Nabi SAW.3

Penulis Menyimpulkan, Bahwa Ulumul Hadis merupakan istilah yang digunakan dalam lingkup Ulama Hadis untuk merujuk pada Ilmu Hadis. Dalam bahasa Arab, "Ulum" berarti ilmu-ilmu, sementara "al-Hadis" merujuk kepada segala hal yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Hasbi ash-Shiddieqy menjelaskan bahwa Ulumul Hadis mencakup semua ilmu yang berkaitan dengan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.

B. Sejarah Ilmu Hadits

Pada mulanya, Ilmu Hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW dan para perawinya, seperti llmu al-Hadits al-Slwhilt, Ilmu al-Mursal, Ilmu al-Asma' wa al- Kuna, dan lain-lain. Penulisan Ilmu-ilmu Hadis secara parsial dilakukan, khususnya, oleh para Ulama abad ke -3 H. Umpamanya, Yahya ibn Ma'in (234 H/848 M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa'ad (23O H/844 M) menulis Al-Thabaqaf Ahmad ibn Hanbal (241 H/855 M) menulis Al-'Ilal dan Al-lVasikh wa al-Mansukh,4 Bukhari (256 H/870 M) menulis Al-'Ilal dan Al-Kuna, Muslim (26LH/875 M) menulis Kitab al-Asma'utaal-Kuna, Kitab al-Tlwbaqat dart Kitab al-'Ilal, dan lain-lain.5

Penggunaan bentuk jamak disebabkan ilmu tersebut bersangkut-paut dengan hadis-hadis Nabi SAW yang banyak macam dan cabangnya. Hakim an- Naisaburi (321H/933 M- 405 H/1014 M), misalnya, dalam kitab “Ma‟rifah „Ulûm al-hadîs “mengemukakan 52 macam ilmu hadis. Muhammad bin Nasir alHazimi, ahli hadis klasik, mengatakan bahwa jumlah ilmu hadis mencapai lebih dari 100

3 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jilid I(Jakarta: Bulan Bintang,

1976), hlm. 24-25.

4 Nur al-Din 'Atr, Al-Madkhal ila 'Ulum al-Hadits (Madinah: Al-Makrabat al-'llmiyyah,

1972), hlm. 11 .

5 Muhammad Mustafa Azami, Shdies in Hadith Methodologl and Literature (lndianapolis, lndia na: American Trust Publications, l4l3 W1992), hlm. 89,95.

(6)

macam yang masing-masing mempunyai objek kajian khusus sehingga bisa dianggap sebagai suatu ilmu tersendiri. Meskipun demikian, ada ulama yang menggunakannya dalam bentuk jamak, yaitu „Ulûm al-hadîs, seperti Ibnu Salah (642 H/1246 M) dalam kitabnya „Ulûm al-hadîs, dan ada juga yang menggunakan bentuk mufrad, „Ilm al-Hadis, seperti Jalaluddin as-Suyuti dalam mukaddimah kitabnya “Tadrib arRawiy”, sebagai judul sebuah karya. 6

Penulis Menyimpulkan, Pada awalnya, Ilmu Hadis terdiri dari beberapa ilmu yang berdiri sendiri, membahas Hadis Nabi SAW dan para perawinya.

Penulisan ilmu-ilmu Hadis dilakukan secara parsial oleh para Ulama pada abad ke-3 H. Penggunaan bentuk jamak disebabkan oleh banyaknya macam dan cabang hadis Nabi SAW. Meskipun jumlah ilmu Hadis mencapai lebih dari 100 macam, ada yang menggunakan bentuk jamak seperti Ibnu Salah, sementara yang lain menggunakan bentuk mufrad seperti Jalaluddin as-Suyuti.

C. Cabang – Cabang Ilmu Hadits

Pada masa awal tumbuhnya,„ulûm al-hadîs mencakup segala aspek yang berkaitan dengan hadis. Belum ada pemisahan antara Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis ADirayah. Pemisahan itu baru dilakukan oleh Ibnu al-Akfani dan al- Khatib Abu Bakar alBaghdâdi (364 H) dengan karyanya Al-Jâmi‟ li Adâb AsySyaikh wa As-Sâmi‟. Mereka membagi “„ulûm al-hadîs itu kepada dua macam, yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah.7

1. Ilmu Dirayah (Kaidah Hadis tentang Rawi dan Sanad)8 a. Ilmu Rijal al-Hadis

Adalah ilmu yang membahas tentang hal ihwal dan sejarah para rawi dari kalangan sahabat, tabi‟in, dan atba‟ al-tabi‟in. Sedangkan muhadditsin, sebagaimana dikutip dalam buku Endang Soetari mendefinisikan Ilmu Rijal al-

6 Zikri Darussamin, Ilmu Hadis (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm. 2.

7 Ibid.

8 H. Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah, (Yogyakarta: CV Qalam, 2005), hlm. 201-213.

(7)

Hadis meliputi Ilmu Tabaqah dan Ilmu Tarikh al-Ruwah. Ilmu Thabaqah adalah ilmu yang membahas tentang kelompok orang orang yang berserikat dalam satu alat pengikat yang sama. Sedangkan Ilmu Tarikh Ar-Ruwah adalah ilmu yang membahas tentang biografi para perawi hadis. Adapun materi dari ilmu ini adalah : (1) Konsep tentang rawi dan thabaqah; (2) Rincian thabaqah (tingkatan) rawi;

(3)Biografi yang telah terbagi pada tiap thabaqah.

b. Ilmu Jarh wa al-Ta‟dil

Adalah ilmu tentang hal ihwal para rawi dalam hal mencatat keaibannya dan menguji keadilannya. Ta‟dil artinya menganggap adil seorang rawi yakni memuji rawi dengan sifat-sifat yang mengakibatkan diterimanya riwayat. Adapun al-Jarh atau Tajrih artinya mencacatkan, yakni menuturkan sebab-sebab keaiban rawi. Ilmu ini berkaitan dengan hal-hal seperti bid‟ah (i‟tikad berlawanan dengan dasar syariat), mukhalafah (perlawanan sifat adil dan dhabith), gholath (kesalahan), jahalah al-hal (tidak diketahui identitasnya), da‟wa al-inqitha‟

(mendakwa terputusnya sanad).Kaidah Tajrih dan Ta‟dil ada dua macam: (a) Naqd Khariji, yaitu kritik eksternal, yakni tentang cara dan sahnya riwayat dan tentang kapasitas rawi; (b) Naqd Dakhili, yaitu kritik internal, yaitu tentang makna hadis dan syarat keshahihannya.Adapun syarat-ayarat pen-tajrih dan pen- ta‟dil adalah: berilmu, taqwa, wara‟, jujur, menjauhi fanatik golongan, mengetahui sebab-sebab ta‟dil dan tajrih.

2. Ilmu Riwayah (Kaidah tentang Matan) a. Gharib al-Hadis,

Adalah: Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan Hadis yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum. Yang dibahas oleh ilmu ini adalah lafadh yang musykil dan susunan kalimat yang sukar dipahami, tujuannya untuk menghindarkan penafsiran mendugaduga. Pada masa tabi‟in dan abad pertama hijriyah, bahasa Arab yang tinggi mulai tidak dipahami oleh umum, hanya diketahui secara terbatas. Maka orang yang ahli mengumpulkan kata-kata yang tidak dapat dipahami oleh umum tersebut dan kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari. Endang

(8)

Soetari juga menyebutkan beberapa upaya para ulama Muhadisin untuk menafsirkan ke-gharib-an matan hadis, antara lain: (1) Mencari dan menelaah hadis yang sanadnya berlainan dengan yang bermatan gharib; (2) Memperhatikan penjelasan dari sahabat yang meriwayatkan hadis atau sahabat lain yang tidak meriwayatkan; (3) Memperhatikan penjelasan dari rawi selain sahabat.

b. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis dan Tawarikh al-Mutun.

Ilmu Asbab Wurud al-sabdanya dan masa-masa Nabi menuturkan. Ilmu ini titik berat pembahasannya pada latar belakang dan sebab lahirnya hadis. Manfaat mengetahui asbab al-wurud Hadis antara lain untuk membantu memahami dan menafsirkan Hadis serta mengetahui hikmah-hikmah yang berkaitan dengan wurud-nya hadis tersebut, atau mengetahui kekhususan konteks makna hadis.

Perintis ilmu asbab wurud al-Hadis adalah Abu Hamid ibn Kaznah al-Jubairi, dan Abu Hafash „Umar ibn Muhammad ibn Raja‟ al-„Ukbari )339 H). c. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh, yaitu Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah di- mansukh-kan dan yang me-nasikh-kannya.

3.Ilmu dan Kaidah tentang Sanad dan Matan9

a) Ilmu „Ilal al-Hadis. Adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata yang dapat merusakkan hadis. Jadi Ilmu „Ilal Al-Hadis adalah ilmu yang membahas tentang suatu illat yang dapat mencacatkan kesahihan hadis.

b) Ilmu Fan al-Mubhamat. Adalah ilmu untuk mengetahui nama orangorang yang tidak disebut di dalam matan atau di dalam sanad.

c) Ilmu al-Tashif wa al-Tahrif adalah ilmu yang menerangkan Hadishadis yang sudah diubah titiknya (musahhaf) dan bentuknya (muharraf)”. Diantara kitab ilmu ini adalah kitab: al-Tashhif wa alTahrif, susunan al-Daruquthni (358 H) dan Abu Ahmad al-Askari (283 H).

9Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm.

118-119.

(9)

Penulis Menyimpulkan, Pada awalnya, ilmu hadis tidak memisahkan antara Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. Namun, pemisahan ini baru dilakukan oleh Ibnu al-Akfani dan al-Khatib Abu Bakar al-Baghdâdi melalui karya mereka. Ilmu Hadis Riwayah fokus pada aspek-aspek seperti Gharib al- Hadis, Ilmu Asbab Wurud al-Hadis dan Tawarikh al-Mutun, serta Ilmu Nasikh wa al-Mansukh. Sementara itu, Ilmu Hadis Dirayah membahas Ilmu Rijal al-Hadis dan Ilmu Jarh wa al-Ta‟dil, dengan fokus pada penilaian terhadap perawi hadis.

Keseluruhan klasifikasi ini bertujuan untuk memahami dan menilai keabsahan sanad dan matan hadis, serta untuk menghindari interpretasi yang ambigu.

D.Kontektualisasi Nilai Moderasi Beragama Dalam Ruang Lingkup Ulumul Hadits

Dalam pembahasan tentang ulum al-Hadis, ruang lingkup, dan sejarahnya, kita mengenal banyak jenis hadis. Ada jenis hadis Riwayat dan dirayah. Hal ini menunjukkan bahwa ruang lingkup jenis hadis itu beragam, tidak tunggal.

Keberagaman jenis hadis merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Ini bagian dari realitas pluralism dalam kehidupan. Unsur-unsur kehidupan apapun tidak terlepas dari nilai keberagaman. Hal ini menuntut kita agar bersikap toleran dan moderat dalam menghadapi keberagaman dan perbedaan.

Keberagaman harus dihadapi dengan sikap moderat dan tidak boleh memaksakan kebenaran sendiri kepada orang lain. Dalam sejarah hadis juga ada hadis pada masa Rasulullah, masa sahabat, masa tabi‟in, dan masa kodifikasi atau pembukuannya. Ini juga menunjukkan adanya keberagaman dalam setiap fasenya.

Dalam menghadapi realitas keberagaman tersebut, kita harus bersikap toleran dengan mengedepankan nilai-nilai moderasi beragama. Nilai moderasi beragama yang di dalamnya mengandung spirit toleransi perlu dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan ini. Hal ini penting agar kita tidak gampang menyalahkan orang lain dan menganggap diri sendiri yang paling benar.

Dalam pembahasan jenis keilmuan hadis juga ada pembahasan tentang ilmu Riwayat, dirayat, sanad, matan, dan pembahasanpembahasan yang lain.

Istilah-istilah ini juga memiliki definisi masing-masing. Hal yang akan ditegaskan

(10)

di sini adalah bahwa tidak ada di dunia ini hal yang selalu harus sama, artinya ada persamaan dan ada perbedaan. Ini merupakan realitas yang tidak bisa dibantah.

Dalam menghadapi realitas yang berbeda tersebut kita harus bersikap toleran (tepo seliro), tidak gampang menyalahkan orang lain. Di sinilah perlunya mengedepankan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan termasuk dalam mempelajari ulumul hadis, ruang lingkup, dan sejarahnya10

Penulis Menyimpulkan, bahwa keberagaman jenis hadis, seperti hadis Riwayat dan dirayah, mencerminkan realitas pluralisme dalam kehidupan. Sejarah hadis menunjukkan adanya keberagaman dalam setiap fase, dari masa Rasulullah hingga masa kodifikasi. Dalam menghadapi keberagaman, sikap toleran dan moderasi beragama sangat penting. Pembahasan jenis keilmuan hadis juga menegaskan keberagaman dalam istilah dan definisinya, yang menekankan pentingnya sikap toleransi dan moderasi dalam mempelajari ulumul hadis.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah bahwa Ulumul Hadis, atau Ilmu Hadis, merupakan studi tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan hadis Nabi Muhammad SAW, termasuk segala sesuatu yang disandarkan kepada beliau baik dalam perkataan, perbuatan, toqrir, atau sifat. Pada awalnya, Ilmu Hadis terbagi menjadi beberapa ilmu yang berdiri sendiri, namun kemudian berkembang menjadi dua cabang utama, yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami nilai moderasi beragama sebagai sikap yang diperlukan dalam menghadapi keberagaman dan perbedaan pendapat dalam pembahasan tentang Ilmu Hadis.

10Muhammad Thohir Taufik Siradj, Modul Konsep Dasar U’lum Al Hadis ( jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam , 2021), hlm. 26-27.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Thahhan, Mahmud, Taisir Musthalah Al-Hadits, Beirut: Dar Al- Qur‟an al-Karim, 1979.

Al-Khatib, Ajaj, AL-Sunnah Qabla al-Tadwin, Beirut: Dar al-Fikri 1981.

Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jakarta: Bulan Bintang 1967.

Atr, Nur al-Din, Al-Madkhal ila ‘ulum al-Hadits, Madinah: Al- Makrabat al-Ilmiyyah.

Azami, Muhammad Mustafa, Shdies in Hadith Methodologl and Literature, India: American Trust Publications, l4l3 W1992.

Darussamin Zikri, Ilmu Hadis, Yogyakarta: LKiS, 2010.

Soetari, H Endang, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah, Yogyakarta:

CV Qalam, 2005.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010.

Siradj, Taufik Thohir Muhammad, Modul Konsep Dasar U’lum Al Hadis, Jakarta , Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Kini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan metodologi studi islam adalah sebuah kajian yang sistematis menggunakan pendekatan empiris tentang islam sebagai ajaran agama dan islam

Kini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan metodologi studi islam adalah sebuah kajian yang sistematis menggunakan pendekatan empiris tentang islam sebagai ajaran

Dalam perkuliahan ini dibahas materi-materi mengenai Makna, Tujuan, dan Metodologi Memahami Islam; Manusia, Agama, dan Islam; Al-Qur'an: Sumber Ajaran Islam Pertama; Hadits:

maksud untuk memahami makna yang terkandng dalam ajaran tersebut. b) Metode komparatif, yaitu ajaran ajaran islam itu dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan

Universitas Muhammadiyah Malang Program Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Agama Islam juga mengajarkan matakuliah “Sejarah Sosial Pendidikan Islam”, dengan topik intinya

Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh para

Filsafat Islam adalah hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran agama Islam dalam suatu

Agama Islam dijadikan sebagai ilmu yang objektif, sehingga ajaran agama yang terkandung dalam al-Quran dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh alam atau menjadi rahmatan