• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI

N/A
N/A
Gustaf Haiqal Hexadianto

Academic year: 2024

Membagikan "SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah Dosen pengampu: Yusran Ilyas, M. Hum

Disusun oleh:

Sintia Anjelina (11220150000038) Nurlia Safitri (11220150000045) Diaz Quadevi Hexadiana (11220150000055)

Gadis Septya (11220150000056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi segala Rahmat dan Hidayah – Nya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul“Sejarah sebagai Ilmu dan Seni”.

Penulisan Makalah ini disusun guna memenuhi tugas formatif dari Pengantar Ilmu Sejarah. Selama penulisan Makalah ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari teman seperkelompok, bimbingan, dan dorongan dari orang tua dan orang-orang terdekat yang berada di sekitar penulis. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan kemampuan penulisan kedepanya. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun.

Depok, 09 Maret 2023

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 4

PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4

B. RUMUSAN MASALAH 6

C. TUJUAN 6

BAB II 7

PEMBAHASAN 7

1. SEJARAH SEBAGAI ILMU 7

2. SEJARAH SEBAGAI SENI 10

BAB III 13

PENUTUP 13

A. KESIMPULAN 13

B. KRITIK DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sejarah merupakan pengetahuan maupun uraian mengenai sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.1 Tetapi, tidak semua peristiwa masa lalu merupakan sejarah. Ada beberapa ciri yang bisa dikatakan sejarah, yaitu: Peristiwa tersebut memiliki nilai guna, peristiwa hanya sekali terjadi dan tidak berulang, peristiwa itu penting. Arti penting dalam pengertian ini adalah sejarah tersebut memiliki pengaruh atau tidak bagi kehidupan orang banyak. Peristiwa yang terjadi juga berhubungan dengan aktivitas manusia baik secara individu maupun kelompok. Peristiwa memperhatikan ruang dan waktu, adanya hubungan sebab dan akibat, dan peristiwa yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.

Dalam bahasa Arab, Syajara memiliki arti terjadi, Syajarah berarti pohon,Syajarah an-Nasabberarti pohon silsilah; bahasa Inggris adalahhistory, bahasa Latin dan Yunanihistoria,bahasa Yunani historatauistor,berarti orang yang pandai.2

Sebagai mahasiswa dan orang terdidik, sudah sewajarnya kita lebih memahami dan mengerti tentang Sejarah. Kita tidak boleh lupa dengan sejarah, karena dengan mempelajari sejarah kita bisa tahu bagaimana kita berpijak dan melangkah di masa yang akan datang. Sejarah juga merupakan ilmu yang empiris, berdasarkan pengalaman. Pengalaman tersebut disusun secara

2Kuntowidjojo, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999.

1Kamus Besar Bahasa Indonesia

(5)

kronologis dan berurutan sehingga dapat dikatakan sejarah ialah rangkaian kejadian dari sebab dan akibat.

Contoh yang bisa kita lihat dari sebuah peristiwa, ialah peristiwa dari pengeboman yang dahsyat ke Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Tentu bisa kita lihat, mengapa terjadi demikian? Karena sebelumnya Jepang mengebom pangkalan militer di Pearl Harbor, Amerika. Kejadian tersebut yang membuat Amerika tersulut emosinya, lalu bisa mengebom Nagasaki dan Hiroshima.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah sebagai ilmu?

2. Bagaimana Sejarah sebagai Seni?

C. TUJUAN

1. Mengetahui bagaimana Sejarah sebagai ilmu yang empiris, memiliki objek, memiliki teori, mempunyai generalisasi (simpulan), dan memiliki metode 2. Mengetahui dan memahami Sejarah sebagai seni yang dalam

pelaksanaannya menggunakan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa 3.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

1. SEJARAH SEBAGAI ILMU

Sejarah sebagai ilmu, melekat kepada proses-proses dalam penelitian sejarah, maka dari itu sejarah sebagai ilmu bersifat ilmiah. Ilmu sosial juga berkaitan dengan segala aspek pada masyarakat yang membuat objek sejarah juga termasuk dalam ilmu sosial tersebut. Sejarah juga menjabarkan aktivitas manusia di masa lampau yang membuat sejarah juga termasuk dalam Ilmu Sosial.3

Perbedaan antara ilmu sejarah dan ilmu sosial, terdapat pada sifat. Ilmu sejarah bersifat diakronik berdasarkan spasial dan waktu pada masa lampau, sedamgkan Ilmu sosial bersifat sinkronik berdasarkan spasial dan waktu masa kini. Ilmu sejarah memusatkan kepada mekanisme sedangkan ilmu sosial berfokus kepada pola.

Aspek yang mendukung sejarah sebagai ilmu, adalah:

1) Empiris

Empiris meliputi pengamatan, pemeriksaan, percobaan, pengaturan, dan penyusunan. Setiap hal dalam sejarah harus dilihat pengalaman melalui lima proses tersebut. Pengalaman adalah satu-satunya sumber dari sebuah pengenalan. Tidak ada hal lain yang menjadi sumber pengalaman kecuali pengalaman itu sendiri.4

Peristiwa yang terjadi pada masa lampau merupakan pengalaman untuk masa kini dan masa yang akan datang. Kita tidak bisa melangkah atau tidak tahu tempat kita bisa berpijak ketika kita tidak melalui proses yang penting,

4R.G. Collingwood, Idea Sejarah, (Malaysia: Dewan Bahasa, 1985)

3Irwanto, D., & Alian, S. (2014). Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta: Eja Publisher Yogyakarta

(7)

yaitu pengalaman. Pengalaman buruk yang terjadi pada masa lampau, bisa dijadikan sebuah pelajaran di masa yang akan datang. Tentunya manusia tidak mau mengulang kesalahan yang sama dengan berulang-kali.

Pengalaman baik juga bisa kita tanam dalam diri kita, dan dikembangkan.

Maka dari itu, empiris melihat sesuatu nyata atau tidak.5 2) Memiliki Objek

Manusia merupakan objek dari sejarah dan terikat pada waktu. Manusia dan waktu saling berkaitan dan memiliki konektivitas yang erat. Objek tersebut berperan sangat penting dalam sebuah sejarah yang memaparkan dan menjabarkan peristiwa yang menyangkut manusia, dalam kurun waktu masa lampau.6

Pada zaman Positivisme, objek dari sejarah harus memiliki dokumen yang valid untuk bisa dituangkan kedalam sejarah. Namun, pada abad ke-20 terdapat kaum Annales yang menentang teori positivisme. Annales berpendapat bahwa tidak hanya orang besar saja yang bisa menciptakan sejarah, akan tetapi pasti ada orang lain yang ikut terlibat walaupun bukan dari kalangan orang-orang besar.

Peristiwa tersebut mematahkan pendapat bahwa hanya orang besar yang memiliki dokumen valid untuk bisa membuat sejarah. Annales menulis beberapa sejarah yang berisikan tentang aktivitas petani, nelayan, dalam masa lampau. Dengan demikian, semua orang bisa menjadi objek sejarah.

3) Mempunyai teori

6Sukmana, W. J. (2021). Metode penelitian sejarah. Seri Publikasi Pembelajaran, 1(2), 1-4.

5Thohir, A., & Sahidin, A. (2019). Filsafat sejarah: profetik, spekulatif, dan kritis. Prenada Media.

(8)

Sama seperti ilmu pengetahuan lain, Sejarah juga memiliki teori.

Sejarah tanpa berlandaskan teori, sejarah berisiko dengan unsur lain yang bisa saja sifatnya irasional seperti mitos.7

Teori sejarah digunakan untuk mengetahui struktur umum yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Sejarah merupakan peristiwa yang unik, hanya sekali terjadi dan tidak berulang bukan berarti rangkaian bagiannya tidak memiliki persamaan bentuk sama sekali. Tentu saja ada beberapa persamaan yang universal yang dapat diambil dari beberapa kasus sejarah.

Sebagai contohnya, Kerajaan yang mengalami puncak kejayaan seperti Majapahit, Sriwijaya yang dipimpin oleh raja yang berhasil membawa kerajaan ke masa kejayaan dan mencampai tingkat kesejahteraan yang tinggi. Namun, ada beberapa peristiwa yang membuat raja tersebut tidak bisa mempertahankan kejayaan kerajaan tersebut. Maka, terjadi kemunduran secara terus menerus, kekacauan pada stuktur kerajaan, perebutan tahta, karena merasa bisa menggantikan raja tersebut dengan segala upayanya.8

Alur sejarah sangat mungkin terjadi di beberapa suatu kerajaan.

Sekurang-kurangnya, ada stuktur umum yang dapat diketahui yaitu lahir-berkembang-puncak kejayaan-kemunduran. Maka dari itu, suatu persamaan sejarah seperti itu, dirumuskan suatu teori sejarah.9

Objek utama sejarah adalah manusia itu sendiri, dan kurun waktu.

Melalui teori sejarah, setiap cerita dan kisah dapat diklarifikasi menjadi lebih mudah dipahami.

4) Mempunyai generalisasi

9Ibid.

8Ibid.

7Madjid, M. D., & Wahyudhi, J. (2014). Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar. hal 77. Kencana.

(9)

Generalisasi, berasal dari bahasa Latin generalis, memiliki arti “umum”

“universal”. Sejarah menarik kesimpulan umum. Sejarah itu bersifat ideografis. Kalau sosiologi membicarakan masyarakat di pojok jalan atau antropologi membicarakan pluralisme Amerika, mereka dituntut untuk menarik kesimpulan umum yang berlaku dimana-mana dan dianggap sebagai kebenaran umum.10

Sejarah membicarakan masyarakat dalam kurun waktu tertentu, sejarah juga harus menarik kesimpulan-kesimpulan umum dari sebuah peristiwa yang terjadi pada ruang dan waktu tertentu.

Generalisasi sejarah sering digunakan untuk mengoreksi atas kesimpulan-kesimpulan ilmu lain. Seperti peristiwa G30S-PKI, pemerintah menggunakan nama PKI sebagai dalang dan kambing hitam atas peristiwa tersebut. Namun, sampai detik ini kita belum mengetahui bagaimana kebenaran dari peristiwa tersebut.

5) Memiliki metode

Metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang memiliki arti

“cara”. Dalam penelitian, sejarah memilki proses tersendiri yang menggunakan pengamatan. Kalau ternyata suatu pernyataan tersebut tidak ada dokumen yang valid, dan tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah, pernyataan tersebut ditolak.11

Metode sejarah meiputi heuristik yaitu pengumpulan data-data yang valid, verifikasi, intrepretasi dan historigrafi. Metode sejarah mengharuskan kita untuk berhati-hati, kita tidak boleh mengambil kesimpulan dengan berani.12

12Herlina, N. (2020). Metode sejarah.

11Ibid.

10Kuntowidjojo hal 50,opcit.

(10)

Proses metode sejarah itu, sejarahwan membahas apa yang dinamis atau genetis (yang menjadi), apa yang statis (yang ada atau terjadi), dan berusaha untuk bersifat interpretatif (menerangkan mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi dan saling berhubungan), serta bersikap deskriptif (berusaha menggambarkan kejadian secara mendetail).13

2. SEJARAH SEBAGAI SENI

Sejarah dapat dikatakan sebagai seni. Menurut sejarahwan India Kochar adalah karya sejarah berisikan keutuhan, keserasian, dan kebenarannya tidak dapat dipisahkan dari penjelasannya yang nyata dan gamblang tentang bagian-bagiannya.

Jika kita lihat dari awal perkembangan sejarah dimulai sejak sebelum Herodotus, maka akan tampak bahwa sejarah pada awalnya merupakan cabang dari sastra, jadi merupakan sebuah seni. Sebelum dikenalnya kritik sejarah, yang menjadi cikal bakal metode sejarah, sesungguhnya penulisan sejarah dilakukan tanpa dukungan sesuatu disiplin atau ilmu sejarah.14

Aspek yang diperlukan untuk memahami sejarah sebagai seni, yaitu:

1) Sejarah memerlukan intuisi

Dalam menentukan sumber apa saja yang harus dimiliki dan dicari, menentukan intrepretasi data, sejarawan membutuhkan ilmu sosial sebagai pedoman. Selain ilmu sosial, sejarahwan juga membutuhkan ilham atau intuisi, yang memiliki arti sejarawan perlu pemehaman langsung dan intuisi selama masa penelitian berlangsung.15

Pada saat tertentu, sejarawan tidak mampu untuk melanjutkan tulisannya, terutama pada bagian menggambarkan peristiwa terjadi. Dalam

15Kuntowidjojo hal 52,opcit

14Wasino, M., & Endah Sri, H. (2018). Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan.

13Gotschlak, Louis.Mengerti Sejarah(ter. Nugroho Notosusanto), Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1977.

(11)

keadaan tidak sanggup itu, sejarawan membutuhkan intuisi. Cara mendapatkan intuisi itu, sejarawan memerlukan bekerja keras dengan data-data yang ada, dan apa yang bisa dikerjakan. Berikut yang disebut sebagai intuisi pengarang. Sejarawan juga harus tetap ingat data-data tersebut.

2) Membutuhkan imajinasi

Sejarawan harus dapat membayangkan apa peristiwa yang terjadi sebenarnya.16 Misalnya, sejarawan akan menulis Kyai pada awal kolonial.

Sejarawan harus mempunyai gambaran, berasal dari keluarga apa asal usul Kyai, apakah berasal dari orang yang terhormat yang bersifat spiritual dan politis. Demikian juga sejarawan harus dapat membayangkan bagaimana kyai bisa dihormati sebagai tokoh agama.

Imajinasi sejarawan juga harus jalan kalau ingin memahami perlawanan Bung Tomo untuk mengusir penjajahan yang ada di Kota Surabaya pada 10 November 1945. Sejarawan dituntut untuk bisa membayangkan bagaimana strategi dari perlawanan tersebut, bagaimana keadaan kota setelah pertempuran arek-arek Surabaya, bagaimana para pemuda Indonesia bisa membangkitkan semangat juang.

3) Memerlukan emosi

Makna sejarah tidak hanya terbatas pada penyampaian informasi tentang suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Jika hanya sekedar menyampaikan informasi, cerita sejarah juga akan terlihat membosankan.

Sejarah harus mengandung makna pewarisan nilai terhadap generasi selanjutnya. Proses pewarisan nilai juga dimaksudkan agar generasi selanjutnya bisa mengambil makna inpiratif edukatif dalam peristiwa sejarah.17

17Heryati,Pengantar Ilmu Sejarah(Palembang: Universitas Muhamadiyah Palembang: 2017), hal 36-37.

16Ibid.

(12)

Agar menghasilkan cerita sejarah dengan pewarisan nilai, pengembangan inspirasi, serta pendalaman makna edukatif, diperlukan emosional dari sejarawan. Dengan keterlibatan emosional, sejarawan akan dapat menyatukan perasaannya dengan peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian. Keterlibatan emosional inilah yang membuat sejarawan berhasil menyajikan suatu tulisan sejarah yang hidup seolah-lolah dapat merasakan dan mengalami di peristiwa tersebut.

Sebagai contohnya dalam sejarah revolusi kita, sejarah pemberontakan dan mengusir penjajahan juga diperlukan penulisan dengan emosi tetapi setia terhadap fakta, yang menjadi penting untuk pewarisan nilai terhadap generasi selanjutnya.

4) Memerlukan gaya bahasa

Gaya bahasa yang baik bukan berarti gaya bahasa yang penuh dengan bunga-bunga. Kadang-kadang bahasa yang luas lebih menarik. Gaya bahasa yang berbelit dan tidak sistematis akan dilihat bahasa yang jelek. Dalam penulisan sejarah, deskripsi itu seperti melukis yang naturalistis.

Kemampuan untuk menuliskan secara detail adalah sesuatu yang dibutuhkan.18

Suatu tulisan sejarah akan dilihat menarik dan dapat dilihat apabila menggunakan bahasa yang singkat, padat, jelas dan sistematis. Apabila digambarkan secara detail dan natural tulisan sejarah akan membuat tulisan tersebut memiliki ketertarikan. Penggunaan gaya bahasa yang menarik bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi harus mengandung makna inspiratif, imajinatif, dan edukatif sehingga generasi selanjutnya dapat mengambil makna dan tertarik untuk mengenali dan belajar sejarah.

18Kuntowidjojo hal 54,opcit

(13)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Sejarah merupakan ilmu yang membahas peristiwa manusia yang terjadi pada masa lampau pada waktu tertentu. Sejarah adalah ilmu yang bersifat empiris, yaitu berdasarkan pengalaman. Objek utama sejarah adalah masa lalu manusia dan masyarakat, termasuk peristiwa, tokoh, kebudayaan, dan perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat.

Teori sejarah digunakan untuk mengetahui struktur umum yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Sejarah merupakan peristiwa yang unik, hanya sekali terjadi dan tidak berulang bukan berarti rangkaian bagiannya tidak memiliki persamaan bentuk sama sekali. Tentu saja ada beberapa persamaan yang universal yang dapat diambil dari beberapa kasus sejarah.

Metode sejarah meliputi teknik dan alat yang digunakan oleh para sejarawan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan sumber-sumber sejarah. Beberapa metode yang sering digunakan dalam sejarah adalah kritik sumber, analisis teks, pendekatan interdisipliner, studi kasus, dan sebagainya. Metode-metode ini digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih akurat dan terperinci tentang peristiwa dan tokoh dalam masa lalu.

Dalam keseluruhan, sejarah sebagai ilmu sangat tergantung pada pengalaman, objek, teori, dan metode yang saling berkaitan dan saling mendukung untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu manusia dan masyarakat.

Sejarah sebagai seni mencakup ide bahwa penulisan sejarah merupakan sebuah seni, yang memerlukan keahlian dalam menggambarkan peristiwa masa lalu dengan cara yang menarik, memikat, dan meyakinkan pembaca. Sejarah

(14)

sebagai seni juga mempertimbangkan kepentingan dalam memilih, menyusun, dan menafsirkan sumber-sumber sejarah dengan cara yang kreatif dan orisinal.

Sejarah sebagai seni juga digunakan untuk pewarisan nilai terhadap generasi selanjutnya.

B. SARAN

Sebelum memahami jenis-jenis sejarah alangkah baiknya mengerti definisi dari sejarah itu sendiri, dan bagaimana sejarah sebagai ilmu dan seni.

Untuk penulis selanjutnya diharapkan bisa menjelaskan dan menjabarkan secara rinci dan jelas. Demikian makalah ini yang membahas tentang Sejarah sebagai ilmu dan seni.

Mohon maaf jika masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila ada kesalahan, kami meminta maaf sebesar-besarnya, kritik dan saran akan kami tunggu. Terima kasih.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Gotschlak, Louis.Mengerti Sejarah (ter. Nugroho Notosusanto), Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1977.

Herlina, N.Metode sejarah,2020.

Heryati, Pengantar Ilmu Sejarah. Palembang: Universitas Muhamadiyah Palembang, 2017

Irwanto, D., & Alian. Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta Eja Publisher Yogyakarta, 2014

R.G. Collingwood, Idea Sejarah, Malaysia: Dewan Bahasa, 1985.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kuntowidjojo,Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999.

Madjid, M. D., & Wahyudhi, J.Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar. Kencana, 2014.

Sukmana, W. J. Metode penelitian sejarah. Seri Publikasi Pembelajaran, 1(2), 1-4, 2021.

Thohir, A., & Sahidin, A. Filsafat sejarah: profetik, spekulatif, dan kritis. Prenada Media, 2019.

Wasino, M., & Endah Sri, H. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan,2018.

Referensi

Dokumen terkait

Anggapan bahwa sejarah merupakan peristiwa yang penting berasal dari pandangan bahwa peristiwa sejarah adalah suatu peristiwa yang memiliki dampak besar yang dapat dirasakan hingga

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang benar- benar telah terjadi atau berlangsung dalam segala aspeknya pada masa yang lampau.. Sejarah

Ada juga yang mendefinisikan sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga

Sejarah adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian masa lampau dalam kehidupan manusia. Hal penting yang perlu diketahui bahwa masa lampau adalah meliputi

Dalam pengertian lain, sejarah adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (event in the past).[3] Dalam pengertian lebih seksama sejarah adalah kisah

Sejarah melihat sebagaimana apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi

Ada juga yang mendefinisikan sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga

Sejarah yang merupakan memory masa lampau, yang menyangkut perjalanan budaya suatu masyarakat akan menjadi cermin dan palingan orang pada abad XXI, meskipun pada masa lalu