• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Alam Panca Warna selaku penggugat dan Keria Hen sebagai tergugat dalam putusan nomor 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019 tentang persamaan desain industri keranjang makanan Keria Hen yang mempunyai kemiripan dengan milik PT. Alam Panca Warna dan Keria Hen serta cara menganalisis putusan Mahkamah Agung Nomor 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, jelas bahwa yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus putusan Mahkamah Agung no. 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019 adalah penolakan gugatan yang diajukan penggugat. karena kekurangan kepribadian dan kurangnya unsur inovasi dalam Desain Industri Keria Hen.

Penerapan putusan Mahkamah Agung nomor 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019 sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

PENDAHULUAN

Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan Indonesia terhadap perjanjian internasional di bidang hak kekayaan intelektual khususnya bidang desain industri, pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang desain industri.6. Desain Ayam Alam Panca Warna Keria sejenis atau tidak mempunyai kebaruan, yang menjadi syarat untuk mengajukan pendaftaran desain industri sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Rumusan Masalah

Ruang Lingkup

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
  • Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) merupakan terjemahan linguistik dari bahasa Inggris, Hak Kekayaan Intelektual. 11 Di Indonesia digunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual yang dianggap setara dalam perkembangan sistem hukumnya dan yang awalnya digunakan oleh beberapa penulis dengan bantuan istilah Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).HMKI), kemudian menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) ) dan istilah terakhir yang digunakan adalah Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).12. Objek yang diatur dalam Kekayaan Intelektual adalah karya yang timbul atau lahir karena orang dan pencipta, penemu, perancang dapat menikmati hasil karya kemampuan intelektual manusia. Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual muncul sebagai bentuk apresiasi atas aktivitas intelektual manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik di bidang teknologi, sastra, ilmu pengetahuan dan industri 13 WIPO (World Intellectual Property Organization), sebuah lembaga internasional di bawah PBB yang fokus.

11 Wahyu Sasongko dan Harsa Wahyu Ramadhan, 2021, Perlindungan hak kekayaan intelektual: konsep, teori dan permasalahan hukum, Primamedia Adicitra, Bandar Lampung hal.12. 12 Kholis Roisah, 2015, Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI): Sejarah, Pengertian dan Filosofi Pengakuan HKI dari Masa ke Masa, Setara Press, Malang, hal. 4. Menurut O.K Saidin, hak kekayaan intelektual adalah hak substantif, hak atas suatu benda yang berasal dari hasil kerja otak, hasil kerja nalar manusia.15 Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dalam buku pedoman Hak Kekayaan Intelektual menjelaskan bahwa Hak Kekayaan Intelektual disingkat sebagai “HKI” atau akronim “HAKI”, sesuai dengan kata yang biasa digunakan untuk hak kekayaan intelektual (HAKI), yaitu hak yang timbul dari hasil proses berpikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi orang banyak. Pada hakikatnya HKI adalah hak untuk menikmati hasil kreativitas intelektual secara finansial.

Hak kekayaan intelektual mempunyai pembagian yaitu kekayaan intelektual yang terbagi menjadi hak cipta dan hak terkait serta kekayaan industri yang terdiri dari paten dan merek dagang.17. 16 Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2013, Buku Pedoman Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, P.5. Sistem hukum kekayaan intelektual yang dikembangkan saat ini mencoba untuk menyeimbangkan antara 2 (dua) kepentingan, yaitu antara pemilik hak dan masyarakat umum, sebagai cara untuk menyeimbangkan kepentingan pribadi dan peran individu dan masyarakat, sistem hukum kekayaan intelektual. didasarkan pada prinsip: 18.

Tinjauan Umum tentang Desain Industri

  • Pengertian Desain Industri
  • Asas Hukum Desain Industri
  • Perlindungan Hukum terhadap Desain Industri
  • Pendaftaran Pada Desain Industri
  • Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri
  • Pembatalan Desain Industri

20 Zico Aranto Mokoginta, Perlindungan hukum desain industri berdasarkan undang-undang no. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Lex Privatum Vol. Dalam Pasal 7 UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, apabila desain tersebut dibuat dalam hubungan formal dengan pihak lain dalam lingkungan kerja. Desain Industri mempunyai ciri-ciri khusus dalam sistem perlindungan desain industri, yaitu Visible (terlihat dengan mata), Distinct Appearance (menunjukkan kenampakan khusus yang menunjukkan perbedaan dengan produk lain sehingga menarik bagi pembeli atau pengguna produk tersebut), Non- Aspek teknis (hanya melindungi aspek, estetika produk tidak melindungi fungsi teknisnya) dan Perwujudan dalam suatu produk yang bermanfaat (dapat digunakan untuk benda yang mempunyai tujuan).26.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, hanya Desain Industri baru yang diberikan negara kepada Desainer. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri menjelaskan bahwa Desain Industri tidak dapat diberikan apabila. Tidak semua Desain Industri yang dihasilkan oleh desainer dapat dilindungi sebagai hak Desain Industri.

Dalam Pasal 2 ayat 3, dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dijelaskan bahwa publikasi sebelumnya merupakan pengungkapan Desain Industri sebelumnya. Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, hak desain industri diberikan berdasarkan permohonan. Permohonan pembatalan tidak dapat dikabulkan apabila pemegang izin hak Desain Industri yang dimintakan pembatalannya tidak.

Tinjauan Umum tentang Gugatan

  • Pengertian Gugatan
  • Bentuk Gugatan
  • Syarat-Syarat Gugatan
  • Prosedur Mengajukan Gugatan

Gugatan lisan diatur dalam Pasal 121 HIR (Pasal 144 RBG) yang menyatakan: “Jika penggugat buta huruf, maka surat gugatan dapat disampaikan secara lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang akan mencatat gugatan atau memberi perintah. , ketentuan ini membebaskan masyarakat awam yang tidak mampu menunjuk seorang kuasa atau pengacara, karena tanpa bantuan seorang pengacara mereka dapat memperoleh bantuan dari Ketua Pengadilan Negeri untuk membuat gugatan yang mereka inginkan 40 Saat ini gugatan lisan tidak lagi umum, bahkan menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 12-4-1975 Nomor 369 K/Sip/1973 orang yang menerima surat kuasa tidak boleh mengajukan gugatan secara lisan. Menurut pasal ini, gugatan perdata harus diajukan ke Pengadilan Negeri dengan surat permohonan. yang ditandatangani oleh penggugat atau kuasa hukumnya.41 Terkait dengan proses hukum tertulis, disebutkan dalam pasal 118 ayat (1) HIR yang berbunyi: “proses hukum perdata yang berada pada tingkat pertama yang berada di wilayah hukum pengadilan negeri harus diajukan dengan surat permohonan yang ditandatangani oleh penggugat atau wakilnya sesuai dengan Pasal 123, kepada Ketua Pengadilan Negeri di daerah tempat tinggal tergugat, atau bila tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat tinggalnya yang sebenarnya. "

Mengenai gugatan tertulis, selain dijelaskan dalam HIR, juga dijelaskan dalam R.Bg pasal 142 ayat 1, yang menyatakan bahwa: “Proses perdata pada tingkat pertama yang menjadi kewenangan pengadilan negeri dilaksanakan oleh. 41 Ibid, hal. 52. . penggugat atau oleh kuasa hukum yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan § 147, dengan surat panggilan yang ditandatangani olehnya atau kuasa hukumnya dan diajukan kepada hakim ketua pengadilan negeri yang menguasai daerah tempat tinggal terdakwa atau apabila tidak diketahui tempat tinggalnya di tempat tinggalnya. Sebenarnya.". Apabila para tergugat mempunyai hubungan satu sama lain sebagai debitur utama dan penjamin, maka perkaranya dibawa ke hadapan ketua pengadilan negeri menggantikan orang yang menjadi debitur utama dari salah satu debitur utama, kecuali dalam hal-hal yang ditentukan dalam peraturan itu pasal 6 ayat 2, tentang peraturan hakim dan pengadilan serta kebijakan peradilan (R.O.).

Dalam praktiknya, surat gugatan harus mempunyai materai yang cukup sebelum didaftarkan di pengadilan negeri (saat ini biaya materai untuk gugatan adalah Rp 6.000. Dalam surat gugatan, identitas penggugat atau tergugat harus dijabarkan dengan jelas. Identitas umum yang terlibat Sesuai dengan tahapan proses acara yang tercantum dalam Pasal 118 ayat (1) dan Pasal 121 Ayat Kompetensi, baik tertulis maupun lisan, ditandatangani oleh penggugat atau kuasa hukumnya, ditujukan kepada hakim ketua.

Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Metode penelitian hukum adalah ilmu tentang bagaimana melakukan penelitian hukum secara tertib dan sistematis, yaitu suatu kegiatan bermakna untuk menggali dan menyelidiki sumber-sumber informasi guna memperoleh kebenaran hakiki dari suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif yaitu penelitian yang mengkaji studi dokumen yaitu dengan menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, teori hukum, dan dapat pula pendapat para ahli. 46 Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, karena mengkaji dokumen berupa Putusan Mahkamah Agung Nomor 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019.

Tipe Penelitian

Pendekatan Masalah

Data dan Sumber Data

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, dalam hal ini bahan hukum sekunder yang digunakan adalah teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli hukum, literatur, makalah, artikel ilmiah, surat kabar, dan lain-lain. Data dalam skripsi ini menggunakan wawancara sebagai data pendukung dengan melakukan wawancara terbuka, narasumber yang akan diwawancarai adalah M. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan sekunder yang terdiri dari : Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Bahasa Inggris , Kamus hukum, Ringkasan istilah dan definisi dalam hukum, situs web, dan lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menyusun kembali bahan hukum yang diperoleh secara teratur, berurutan dan logis, tergantung topik yang akan diangkat. Sehingga diperoleh data yang obyektif dan sistematis untuk memahami dan menafsirkan permasalahan terkait analisis hukum sengketa Desain Industri antara PT. Sistematika data (systematization), yaitu pengumpulan dan sistematisasi data yang diperoleh dalam pola tertentu untuk memudahkan pembahasan mengenai penelitian yang dilakukan.

Dalam penelitian ini penulis memilah data secara berurutan berdasarkan data yang telah ditentukan dan sesuai dengan ruang lingkup permasalahan yang dibahas secara sistematis dengan tujuan untuk memudahkan analisis data sehubungan dengan analisis hukum sengketa desain industri antara PT.

Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  • Tidak ada unsur kebaruan sehingga harus dibatalkan
  • Gugatan mengandung cacat formil

Akibat Hukum Putusan Mahkamah Agung Nomor 740 K/ Pdt.Sus-

Analisis Pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 740 K/Pdt.Sus-

PENUTUP

Merujuk pada Putusan MA Nomor 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019, bahwa putusan tersebut sesuai dengan Undang-Undang N0 31 Tahun 2000 yang memberikan pertimbangan hukum bahwa Desain Industri Rantang yang diterbitkan Turut Tergugat adalah sama persis. sebagai Hawaiian Industrial Design milik PT. Surya Pacific Sejahtera, sehingga tidak ada unsur kebaruan yang bertentangan dengan salah satu persyaratan pendaftaran Desain Industri. Pertimbangan hakim dalam Putusan MA Nomor 740 K/Pdt.Sus-HKI/2019 sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Bahwa Keria Hens Industridesign dibatalkan karena tidak ada persamaannya dengan Industridesign milik PT. Surya Pacific Sejahtera selaku pemilik Hawaii Industrial Design tidak ikut serta sebagai penggugat, sebelum mengajukan gugatan perlu diketahui persyaratan mengenai isi gugatan yang terdapat pada Pasal 8 ayat. 3, Pdt. Ahkam Subroto, Muhammad dan Suprapedi, 2008, Pengantar HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Konsep Dasar Kekayaan Intelektual untuk Menumbuhkan Inovasi.

Hadrian, Ending dan Lukman Hakim, 2020, Hukum Acara Perdata di Indonesia: Masalah Penegakan dan Mediasi, Sleman, , Deepublish. Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI): Sejarah, Pengertian dan Filsafat Pengakuan Hak Kekayaan Intelektual Secara Berkala.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir  Penjelasan :

Referensi

Dokumen terkait

kekayaan negara atau kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,