Sistem pemerintahan pada masa awal kemerdekaan atau sebelum amandemen
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia menerapkan sistem presidensiil sesuai pada pasal VI, pada awal pembacaan teks proklamasi pada 17 agustus 1945 adalah awal Indonesia menjadi negara yang berdaulat atau mempunyai kedaulatan. Bangsa yang bebas menentukan nasibnya sendiri melalui suara rakyat dan diimplementasikan oleh pemerintah.
setelah ditetapkan dan disahkannya UUD 1945 oleh PPKI, pada tanggal 18 Agustus 1945, mulai saat itu berlakulah UUD tersebut sebagai UUD Negara Republik Indonesia. Maka mulai pada saat itu penyelenggaraan negara akan didasarkan kepada ketentuan-ketentuan menurut UUD ini. Pada tanggal yang sama, PPKI mengadakan sidangnya dan menetapkan:
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 b. Undang-Undang Dasar 1945
c. Memilih Ir. Sukarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pada tanggal 22 agustus 1945 dilanjutkan rapat ppki dengan persoalan pembentukan n Komite Nasional, Partai Nasional Indonesia dan Badan Keamanan. aturan peralihan sebelum terbentuknya MPR, DPR, dan DPA yang memegang kekuasaan eksekutif dan tugas MPR, DPR dan DPA adalah Presiden dibantu dengan komite nasional. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi tunggal. Pada awal kemerdekaan dasar pemerintahan Indonesia adalah uud 1945, namun belum bisa dijalankan dengan sesuai atau konsekuen, karna bangsa Indonesia baru saja memlakukan proklamasi, walaupun sudah dibentuk presiden, wakil, dan para mentri. Aturan
peralihan uud 1945 pemilihan awal presiden dilakukan oleh ppki, tidak menyalahi aturan jika tidak memakai mpr atau dpr karena setelah pembacaan proklamasi bangsa Indonesia belum bisa menerpkan sistem pemilihan umum. Lembaga-lembaga tinggi negara lain yang disebutkan dalam UUD 1945 belum dapat diwujudkan sehubungan dengan keadaan darurat. Jadi sebelum MPR, DPR, DPA, BPK dan MA terbentuk segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh Komite Nasional. Hanya saja waktu itu aparat pemerintah penuh dengan jiwa pengabdian.
Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Lembaga-lembaga negara pada awal kemerdekaan di antaranya:
a. Presiden b. Wakil Presiden c. KNIP
Setelah PPKI rapat pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan pembahasan masalah rancangan
pembukaan dan undang-undang dasar yang telah disiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, berhasil dibahas dalam tempo kurang dari dua jam, disepakati bersama rancangan Pembukaan dan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sidang diskors pada pukul 12.50, dan akan dimulai lagi pukul 13.15. Sebelum meningkat ke acara baru, yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden, Soekarno minta agar disahkan Pasal Peralihan III Aturan Peralihan. Kemudian Oto Iskandar Dinata mengusulkan agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan dengan
aklamasi. Ia mengajukan Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil presiden. Semua hadirin menerima dengan aklamasi sambil menyanyikan Indonesia Raya. Komite Nasional Indonesia
akan dibentuk di tingkat pusat dan tingkat daerah. Tujuan komite, seperti dijelaskan Presiden Soekarno, antara lain mempersatukan semua lapisan dan bidang pekerjaan agar tercapai solidaritas dan kesatuan nasional yang erat dan utuh, membantu menentramkan rakyat dan melindungi keamanan serta membantu para pemimpin untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Di tingkat pusat, pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP) diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945.
Anggotanya berjumlah 137 orang, dan Mr. Kasman Singodimedjo diangkat sebagai ketua dibantu oleh tiga wakil ketua, yakni Sutardjo Kartohadikusumo (Wakil Ketua I), Mr. Johannes Latuharhary (Wakil Ketua II), dan Adam Malik (Wakil Ketua III). Dengan terbentuknya KNIP, tugas PPKI pun berakhir. Pembentukan KNIP dengan cepat diikuti oleh pembentukan KNI Daerah (KNID). Sejak awal September 1945 sudah terbentuk di berbagai daerah dari tingkat keresidenan sampai tingkat desa.
Dalam Pasal IV Aturan Peralihan UUD’45 disebutkan bahwa Komite Nasional adalah sebuah badan yang bertugas membantu presiden menjalankan kekuasaan MPR, DPR, dan DPA sebelum lembaga- lembaga tersebut terbentuk. Berarti KNIP hanya merupakan lembaga pembantu eksekutif. Pada tanggal 7 Oktober 1945 kelompok pemuda dalam KNIP mengajukan petisi yang ditandatangani oleh lima puluh orang kepada Presiden Soekarno agar KNIP diberi wewenang legislatif. Berdasarkan petisi itu, pada tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden Hatta mengeluarkan Maklumat No. X (baca:eks, bukan sepuluh) yang menyatakan bahwa sebelum MPR dan DPR terbentuk, KNIP diberi kekuasaan legislatif dan ikut serta menentukan garis-garis besar haluan negara. Dinyatakan pula bahwa tugas sehari-hari KNIP dijalankan oleh Badan Pekerja KNIP (BP KNIP).
Tetapi perkembangannya karena pengaruh dari golongan sosialis yang ada dalam KNIP maka usia kabinet Presidensiil tidak lama yaitu sejak 12 September 1945 sampai 14 November 1945. Sejak tanggal 14 November 1945 Indonesia menggunakan sistem Kabinet PARLEMENTER dengan Perdana Menteri pertamanya yaitu Sutan Syahrir. Sistem Kabinet Parlementer inilah yang katanya sesuai dengan harapan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mengharapkan sistem pemerintahan
Demokrasi dimana cirinya adalah adanya DPR (parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh rakyat. Pola pemerintahan ini merupakan bentuk penerapan demokrasi yang ada di negara Belanda yang berdasarkan multipartai yaitu sistem pemerintahan parlementer. Jika menggunakan kabinet presidentil maka presiden berperan sebagai pemimpin kabinet dan kabinet
bertanggungjawab kepada presiden. Tetapi jika menggunakan kabinet Parlementer maka presiden bertanggungjawab kepada parlemen (KNIP).
Kabinet Parlementer ini terbentuk karena memang sebenarnya direncanakan oleh KNIP. Dimana
“kabinet (menteri) bertanggungjawab langsung kepada KNIP (parlemen) dengan kekuasaan legislatifnya. Selain itu tujuan dibentuk kabinet Parlementer adalah untuk mengurangi peranan presiden yang dianggap terlalu besar.
Untuk mewujudkan ambisi KNIP tersebut maka mulai dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) pada 16 Oktober 1945 (Sidang KNIP I). Langkah selanjutnya adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekedar badan penasehat menjadi badan legislatif yang sebenarnya dipegang MPR/DPR, disetujui dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah No. X yang ditandatangani wakil presiden. Dengan dikeluarkan maklumat tersebut maka kekuasaan presiden berkurang yaitu hanya dalam bidang eksekutif saja. Sementara itu KNIP sebagai badan Legislatif menggantikan MPR dan
DPR sebelum terbentuk. Selain kedua hal tersebut KNIP juga mengusulkan pembentukan partai politik sebanyak-banyaknya sebagai sarana untuk penyaluran aspirasi dan paham yang berkembang di masyarakat. Usulan tersebut disetujui dengan mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. 3 tanggal 3 November 1945 tentang anjuran pembentukan partai-partai politik.
Terbentuknya kabinet Syahrir (parlementer I) merupakan suatu bentuk penyimpangan pertama pemerintah RI terhadap ketentuan UUD 1945. Sebab dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa
“pemerintahan harus dijalankan menurut sistem kabinet Prsesidensiil, dimana menteri sebagai pembantu presiden” sementara itu pelaksanaannya” mentri (kabinet) bertanggungjawab langsung pada parlemen (KNIP)”. Karena menggunakan sistem parlementer maka kabinet dan parlemen (KNIP) selalu bersaing untuk memperebutkan pengaruh dan kedudukan. Akibatnya sering terjadi pergantian kabinet karena dijatuhkan oleh parlemen (KNIP).
Kekurangan dan kelebihan sistem pemerintahan
Kelebihan:
- Indonesia menganut konsep distributif of power atau adanya pembagian kekuasaan Negara.
- Muncul kehidupan demokrasi multi partai. Partai politik sebagai sarana untuk penyaluran aspirasi dan paham yang berkembang di masyarakat
- Berhasil meletakan dan membangun dasar kehidupan negara secara konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
Kekurangan:
- Karena menggunakan sistem parlementer, Sistem pemerintahan tidak dapat bekerja sama dengan baik akibat adanya persaingan kedudukan Antara kabinet dan parlemen (KNIP) sehingga sering terjadi pergantian kabinet
. - Belum terbentuk alat-alat perlengkapan negara. Negara Indonesia yang baru merdeka belum sepenuhnya dapat memenuhi keperluan Negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
- Adanya praktek ketatanegaraan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu:
a. Berubahnya fungsi komite nasional dari pembantu presiden menjadi badan yang di serahi kekuasaan legislative (seharusnya DPR), ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (sesungguhnya kewenangan MPR). Keputusan ini berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi parlementer berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat pada tanggal 11 November 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden.