• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA DAN TERTUTUP

N/A
N/A
Zahra Kayla

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA DAN TERTUTUP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA DAN TERTUTUP

Dosen Pengampu : Kodar Udoyono, ST., MA.

Disusun Oleh:

Nama : Dicky Permana NPM : 2211700024

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MANDIRI

SUBANG

2023

(2)

2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan sebuah makalah dengan judul: “SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA DAN TERTUTUP”.

Saya pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kami. Oleh sebab itu, saya harapkan adanya umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari saya sanggup membuat makalah yang lebih maksimal. Akhirnya, semoga makalah yang sudah saya susun bisa bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Senin, 05 Juni 2023

(3)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 4

1.4 Manfaat penulisan ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

2.1 Pengertian Sistem Pemilu Proporsional ... 5

2.2 Sistem Proporsional Terbuka ... 5

2.3 Sistem Proporsional Tertutup ... 6

2.4 Perbedaan Proporsional Terbuka dan Tertutup ... 6

BAB III PENUTUP ... 11

3.1 Kesimpulan ... 11

3.2 Saran ... 11

Daftar pustaka ... 12

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem pemilihan umum proporsional merupakan sistem pemilu yang diterapkan di Indonesia. Sistem ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap partia politik yang berkontestasi dalam pemilu memperoleh kursi di parlemen sesuai persentase perolehan suara. Sistem pemilu proporsional sudah digunakan sejak era demokrasi terpimpin pada tahun 1955. Dalam perjalanan demokrasi Indonesia, terdapat dua jenis sistem proporsional. Pada pemilu 1955, orde baru (1971-1997), pemilu tahun 1999 dan 2004 menggunakan sistem proporsional tertutup, sedangkan sistem proporsional terbuka diterapkan pada pemilu tahun 2009 hingga pemilu tahun 2019. Sistem proporsional dianggap dapat menjamin keadilan pada pelaksanaan pemilu, serta menciptakan keragaman politik di Indonesia, kendati masih terdapat masalah terkait dengan representasi politik dan stabilitas pemerintahan. Dalam makalah ini penulis berusaha mencari pola ideal dalam penerapan sistem proporsional pada Pemilihan Umum Serentak Tahun 2024 dengan menganalisis penerapan sistem pemilu yang sudah berjalan, menjelaskan perbedaan sistem proporsional terbuka dan tertutup, serta implikasi penerapan system pemilu proporsional dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu Sistem Pemilu Proporsional ? b. Apa itu Proporsional Terbuka ?

c. Apa itu Proporsional Tertutup ?

d. Perbedaan Proporsional Terbuka dan Proporsional Tertutup

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk Mengetahui apa itu Sistem Pemilu Proporsional b. Agar mengetahui Proporsional Terbuka dan Tertutup

c. Agar mengetahu perbedaan dari Proporsional Terbuka dan Tertutup

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk mengetahui tentang Sistem Pemilu Proporsional Terbuka dan Proporsional Tertutup. Saya harap dengan adalanya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

(5)

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pemilu Proposional

Sistem pemilu proporsional adalah salah satu sistem pemilu yang digunakan beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam sistem ini kursi di parlemen dibagi secara proporsional terhadap jumlah suara yang diperoleh setiap partai politik. Sistem pemilu proporsional memiliki beberapa keuntungan. Pertama, sistem ini memastikan bahwa setiap suara memiliki nilai yang sama dan tidak akan terbuang percuma, dalam kata lain one man one vote, satu orang satu suara. Kedua, sistem ini dapat merepresentasikan prinsip adil dalam pemilu sehingga partai politik yang tidak memiliki dukungan mayoritas dapat mewakili kepentingan yang lebih luas dari pemilih. Ketiga, sistem ini dapat mencegah dominasi satu partai politik atau kelompok kepentingan tertentu. Namun sistem ini juga memiliki kelemahan, salah satunya adalah sulit terbentuknya koalisi dalam pemerintahan yang stabil, karena partai politik yang berbeda dapat memperoleh kursi yang seimbang, seringkali membutuhkan teknik negosiasi yang panjang dan kompleks untuk membentuk koalisi pemerintahan yang solid dan stabil. Selain itu sistem ini dapat memunculkan partai politik yang bersifat sempit dan kurang representatif.

Secara umum, sistem pemilihan umum di dunia ada tiga macam sistem. Tiga macam sistem pemilu di dunia adalah sistem pemilu pluralitas/mayoritas/distrik, sistem pemilu proporsional dan sistem pemilu campuran atau gabungan sistem pluralitas dan proporsional.Di Indonesia, sistem pemilu yang diterapkan adalah sistem pemilu proporsional. Pengertian sistem pemilu proporsional adalah sistem pemilihan umum di mana persentase kursi DPR yang dibagikan kepada masing-masing partai politik disesuaikan dengan jumlah suara yang diperoleh masing-masing partai politik. Dalam sistem ini, para pemilih akan memilih partai politik, bukan calon perseorangan. Sistem pemilu proporsional dibagi menjadi dua macam sistem, yakni sistem pemilu proporsional terbuka dan sistem pemilu proporsional tertutup. Dalam sejarahnya, sistem proporsional terbuka dan tertutup pernah diterapkan dalam pemilihan umum di Indonesia.

2.2 Proporsional Terbuka

Sistem proporsional terbuka adalah sistem dimana pemilih dapat memilih calon- calon individual dari partai politik, dan perwakilan partai politik ditentukan berdasarkan perolehan suara. Dalam sistem ini setiap partai politik mengajukan daftar calon yang telah ditetapkan sebelumnya, kemudian pemilih akan memilih calon yang mereka inginkan dari daftar tersebut. Kelebihan dari sistem proporsional terbuka adalah pemilih memiliki banyak pilihan untuk memberikan suaranya kepada calon yang dipercaya dapat mewakili mereka di parlemen. Selain itu, sistem ini memungkinkan lahirnya calon-calon yang berkualitas dan mampu menyerap aspirasi pemilihnya. Sistem proporsional terbuka memiliki kelemahan, diantaranya dapat memunculkan calon/kandidat independen yang tidak terikat partai politik, sehingga parpol sulit mengendalikan perwakilan mereka di parlemen.

Sistem prorporsional terbuka pertama kali diterapkan pada pemilu legislatif

(6)

6

tahun 2009. Pada pemilu berikutnya di tahun 2014, sistem ini kembali digunakan dengan melakukan beberapa perubahan. Salah satu perubahan tersebut adalah kenaikan ambang batas parlemen yang sebelumnya 2,5% menjadi 3%, itu artinya partai politik harus memperoleh suara minimal 3% suara secara nasional untuk mendapatkan kursi di parlemen, hal ini dilakukan berbarengan dengan meningkatnya Daftar Pemilih Tetap (DPT) Indonesia. Kemudian pada pemilu tahun 2019 perubahan kembali dilakukan, salah satunya adalah pembatasan jumlah calon di tiap-tiap partai politik untuk meminimalisir potensi terpilihnya kandidat independen. Selain itu, partai politik diharuskan menyertakan kandidat perempuan sebesar 30% dalam daftar calon mereka, ini dilakukan sebagai representasi pemenuhan kuota gender dalam sistem proporsional terbuka.

Sistem proporsional terbuka, pemilih dapat memilih daftar nama calon legislatif. “Kelebihan dari sistem ini memang ada hubungan yang terbangun antara pemilih dengan calon legilatif (caleg) yang dipilih, lalu dalam sistem ini memang aspirasi pemilih lebih menentukan siapa yang terpilih, namun dalam sistem tertutup aspirasi elite partai yang menentukan,” ujar Wardani saat ditemu oleh reporter Humas FISIP pada Rabu (31/05) di Departemen Ilmu Poltik.

2.3 Sistem Proposional Tertutup

Sistem proporsional tertutup ialah sistem pemilu dimana pemilih hanya memilih partai politik saja ketimbang memilih calon-calonnya. Dalam sistem ini, setiap partai politik memiliki daftar calon yang telah ditetapkan sebelumnya, dan calon terpilih ditentukan oleh partai politik berdasarkan jumlah suara yang diperoleh oleh setiap partai politik, jika partai memperoleh suara sebanding dengan dua kursi di parlemen maka perwakilan yang akan menduduki kursi tersebut adalah calon yang berada di daftar nomor urut 1 dan 2. Kelebihan dari sistem ini adalah partai politik memiliki kontrol yang kuat terhadap perwakilannya di parlemen. Selain itu sistem ini dapat menjaga stabilitas di parlemen oleh sebab adanya kontrol yang kuat dari partai sehingga dapat membangun koalisi yang lebih stabil. Sistem proporsional terbuka juga tidak luput dari kekurangan, misalnya tidak ada keterlibatan pemilih dalam menentukan perwakilan di parlemen, dianggap tidak demokratis, cenderung mengabaikan kualitas calon, karena calon terpilih ditentukan oleh partai tentunya yang akan mendapat kursi adalah kader yang mengakar dan dekat dengan elit partai.

Di Indonesia sistem proporsional terbuka diterapkan pada pemilu tahun 1955 hingga tahun 1997, dan pemilu legislatif tahun 1999 hingga tahun 2004.

2.4 Perbedaan Proporsional Terbuka dan Proporsional Tertutup

Berikut perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup:

1. Pelaksanaan

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang pertama adalah pada cara pelaksanaan. Pada pemilu proporsional terbuka, parpol

(7)

7

mengajukan daftar calon yang tidak disusun berdasarkan nomor urut dan tanpa nomor di depan nama. (Biasanya susunannya hanya berdasarkan abjad atau undian).

Sedangkan pada pemilu proporsional tertutup, partai politik mengajukan daftar calon yang disusun berdasarkan nomor urut. Nomor urut ditentukan oleh partai politik.

2. Metode pemberian suara

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang kedua adalah metode pemberian suara. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, pemilih memilih salah satu nama calon. Sedangkan pada pemilu sistem proporsional tertutup, pemilih memilih partai politik.

3. Penetapan calon terpilih

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang ketiga adalah penetapan calon terpilih. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, penetapan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak.

Pada pemilu sistem proporsional tertutup, penetapan calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor urut. Jika partai mendapatkan dua kursi, maka calon terpilih adalah nomor urut 1 dan 2.

4. Derajat keterwakilan

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang keempat adalah derajat keterwakilan. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, memiliki derajat keterwakilan yang tinggi karena pemilih bebas memilih wakilnya yang akan duduk di legislatif secara langsung, sehingga pemilih dapat terus mengontrol orang yang dipilihnya.

Pada pemilu sistem proporsional tertutup, kurang demokratis karena rakyat tidak bisa memilih langsung wakil-wakilnya yang akan duduk di legislatif. Pilihan partai politik belum tentu pilihan pemilih.

5. Tingkat kesetaraan calon

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang kelima adalah tingkat kesetaraan calon. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, memungkinkan hadirnya kader yang tumbuh dan besar dari bawah dan menang karena adanya dukungan massa.

Pada pemilu sistem proporsional terbuka, didominasi kader yang mengakar ke atas karena kedekatannya dengan elite parpol, bukan karena dukungan massa.

6. Jumlah kursi dan daftar kandidat

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang keenam adalah jumlah kursi dan daftar kandidat. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, partai memperoleh kursi yang sebanding dengan suara yang diperoleh.

Pada pemilu sistem proporsional tertutup, setiap partai menyajikan daftar kandidat dengan jumlah yang lebih dibandingkan jumlah kursi yang dialokasikan untuk satu daerah pemilihan atau dapil.

7. Kelebihan

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang ketujuh adalah memiliki kelebihan masing-masing. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, mendorong kandidat bersaing dalam memobilisasi dukungan massa untuk kemenangan. Terbangunnya kedekatan antara pemilih dengan yang dipilih.

Terbangunnya kedekatan antarpemilih.

(8)

8

Pada pemilu sistem proporsional tertutup, memudahkan pemenuhan kuota perempuan atau kelompok etnis minoritas karena partai politik yang menentukan calon legislatifnya.

Mampu meminimalisir praktik politik uang.

8. Kekurangan

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang kedelapan adalah ada kekurangan masing-masing. Pada pemilu sistem proporsional terbuka, peluang terjadinya politik uang sangat tinggi. Membutuhkan modal politik yang cukup besar. Rumitnya penghitungan hasil suara. Sulitnya menegakkan kuota gender dan etnis.

Pada pemilu sistem proporsional tertutup, pemilih tidak punya peran dalam menentukan siapa wakil dari partai mereka. Tidak responsif terhadap perubahan yang cukup pesat.

Menjauhkan hubungan antara pemilih dan wakil rakyat pascapemilu.

9. Negara yang menerapkan

Perbedaan pemilu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup yang kesembilan adalah negara yang melaksanakan. Pemilu sistem proporsional terbuka antara lain dilaksanakan di Austria, Belanda, Belgia, Brazil, dan lain-lain.

Sedangkan pemilu sistem proporsional tertutup antara lain di Afrika Selatan, Argentina, Israel, Bulgaria, Ekuador, dan lain-lain.

Indonesia menjalankan pemilu sistem proporsional terbuka pada Pemilu legislatif 2004, 2009, 2014, dan 2019. Indonesia pernah menjalankan pemilu sistem proporsional tertutup pada Pemilu 1955, Pemilu Orde Baru, dan Pemilu 1999.

Pada tabel berikut ini dapat dijelaskan perbandingan antara sistem proporsional terbuka dan tertutup:

Perbandingan Proporsional Terbuka Proporsional Tertutup

Pelaksanaan

Partai Politik mengajukan daftar calon yang tidak disusun berdasarkan nomor urut dan tanpa nomor di depan nama (berupa susunan abjad atau nomor undian).

Partai politik mengajukan daftar calon yang disusun berdasarkan nomor urut, dan nomor urut tersebut ditentukan oleh partai politik.

Metode Pemberian Suara

Pemilih memilih salah satu nama calon.

Pemilih memilih partai politik.

Penetapan

Calon Terpilih Berdasarkan suara terbanyak

Penetapan calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor urut. Jika partai mendapatkan dua kursi, maka calon terpilih adalah

nomor urut 1 dan 2.

Keterwakilan

Memiliki derajat keterwakilan yang tinggi karena pemilin bebas memilih wakilnya di legislatif secara langsung.

Pemilih dapat mengontrol calon yang dipilih.

Kurang demokratis karena rakyat tidak bisa memilih langsung wakil-wakilnya yang akan duduk di legislatif. Calon terpilih yang diusung partai politik belum tentu pilihan

pemilih.

(9)

9

Analisis perbandingan antara sistem proporsional terbuka dan tertutup dapat dilihat dari dampak signifikan pada hasil pemilu, baik dalam hal perwakilan di parlemen maupun dalam hal representasi kepentingan politik di masyarakat. Pada sistem proporsional terbuka misalnya, di satu sisi terdapat pembagian suara yang tidak merata di antara calon- calon individual, namun disisi lain sistem ini memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pemilih untuk menentukan perwakilan mereka di parlemen, sehingga penerapan sistem proporsional terbuka dapat meningkatkan representasi kepentingan politik di masyarakat. Di samping itu sistem ini mendorong partai politik untuk menempatkan calon-calon yang berkualitas dan atau calon-calon yang memiliki popularitas di masyarakat untuk memenangkan pemilu. Namun, sistem ini dapat memicu terjadinya politik uang dan politik identitas dalam pemilu. Sedangkan pada sistem proporsional tertutup dapat memberikan kendali penuh kepada partai politik untuk menentukan siapa kandidat yang akan mengisi kursi di parlemen, sehingga dapat menciptakan stabilitas politik dalam pemerintahan, mendorong partai politik mempertahankan basis dukungan.

Jumlah Kursi dan Daftar Calon

Partai memperoleh jumlah kursi yang sebanding dengan perolehan suara

Parpol menyediakan daftar calon dengan jumlah yang lebih dibandingkan jumlah kursi yang dialokasikan untuk satu dapil (daerah pemilihan)

Kelebihan

- Mendorong kandidat

bersaing dalam memobilisasi dukungan massa untuk mencapai kemenangan.

- Membangun kedekatan calon dengan pemilih.

- Membangun kedekatan antar pemilih.

- Memudahkan pemenuhan kuota gender, karena parpol sendiri yang menentukan kandidat terpilihnya.

- Dapat meminimalisir praktik politik uang

Kekurangan

- Peluang terjadinya money politic sangat tinggi.

- Membutuhkan cost politic yang besar.

- Kerumitan dalam penghitungan suara.

- Sulit mendapatkan kuota gender.

- Pemilih tidak memiliki peran dalam menentukan siapa wakil mereka.

- Tidak responsive terhadap dinamika politik yang berkembang.

- Menjauhkan hubungan antara pemilih dengan wakil rakyat pascapemilu

Kesetaraan Calon

Memungkinkan lahirnya kader yang tumbuh dan besar dari bawah dan menang karena adanya dukungan massa.

Dominasi kader yang mengakar ke atas karena kedekatannya dengan elit parpol, bukan karena dukungan massa.

(10)

10

Tetapi sistem ini memiliki kesan kurang demokratis dengan mengabaikan keterlibatan pemilih dalam menentukan kandidat/calon yang akan menduduki kursi di parlemen.

(11)

11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pemilu proporsional adalah salah satu sistem pemilu yang digunakan beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam sistem ini kursi di parlemen dibagi secara proporsional terhadap jumlah suara yang diperoleh setiap partai politik. Sistem pemilu proporsional memiliki dua varian sistem, yaitu proporsional terbuka dan tertutup. Sistem proporsional terbuka adalah sistem dimana pemilih dapat memilih calon- calon individual dari partai politik, dan perwakilan partai politik ditentukan berdasarkan perolehan suara.

Dalam sistem ini setiap partai politik mengajukan daftar calon yang telah ditetapkan sebelumnya, kemudian pemilih akan memilih calon yang mereka inginkan dari daftar tersebut. Sedangkan Sistem proporsional tertutup ialah sistem pemilu dimana pemilih hanya memilih partai politik saja ketimbang memilih calon-calonnya.

Perbedaan dalam penerapan sistem proporsional pada pemilu memiliki dampak yang signifikan pada hasil. Di satu sisi sitem proporsional tertutup dapat menghasilkan stabilitas politik dan memperkuat kendali partai politik terhadap perwakilan mereka di parlemen. Di sisi lain sistem proporsional terbuka dapat memberikan kewenangan penuh kepada pemilih untuk menentukan perwakilan mereka di parlemen sehingga dapat meningkatkan representasi politik di masyarakat.Pemilihan sistem pemilu proporsional yang tepat harus mempertimbangan kondisi politik, sosial, dan budaya, serta dinamika yang sedang berkembang. Dalam prakteknya sistem pemilu proporsional dapat diterapkan menggunakan kombinasi dari kedua varian tersebut di atas. Misalnya, pada pemilihan umum di tingkat nasional dapat menggunakan sistem proporsional tertutup, sementara pada pemilihan umum di tingkat daerah, seperti pilkada, dapat menggunakan sistem proporsional terbuka.

Kombinasi ini dapat memberikan representasi yang lebih baik dan dapat meminimalisir kelemahan dari kedua sistem. Selain itu, perlu adanya perbaikan dan evaluasi yang berkelanjutan pada sistem pemilihan umum dengan model pemilu campuran.

3.2 Saran

Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan maupun bahasan yang saya sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar saya bisa membuat makalah lebih baik lagi , dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

(12)

12

Daftar pustaka

https://www.academia.edu/98168188/ANALISIS_PENERAPAN_SISTEM_PEMILU_PRO PORSIONAL_STUDI_KOMPARATIF_SISTEM_PROPORSIONAL_TERBUKA_DAN_

TERTUTUP

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Jurnal+Risan+Pakaya+IAIN+Gorontalo+Januari+2023.- 4.pdf

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=19011

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak memiliki afiliasi dan/atau menjadi anggota Partai Politik, dan tidak pernah menjadi calon anggota legislatif Partai

NOMOR, NAMA PARTAI DAN CALON Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan SASTRA, SH., M.Kn.. JUMLAH SUARA SAH PARTAI POLITIK DAN CALON

IV. SITTI HAJRAWANTI RINCIAN NOMOR/NAMA PARTAI DAN CALON PARTAI DEMOKRAT RINCIAN JUMLAH PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK DAN SUARA CALON 2 PARTAI ANDI ENDRE MALLANTI Hj. AMINAH

RINCIAN JUMLAH PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK DAN SUARA CALON. MODEL DB-1

Jumlah Paling Sedikit Perolehan Suara Sah Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mendaftarkan pasangan calon dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

DATA PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK DAN SUARA CALON NOMOA NAMA PARTAI DAN CALON SUARA SAH.

PRINSIP DASAR PENGHITUNGAN KURSI PARTAI POLITIK JUMLAH KURSI PARTAI POLITIK BILANGAN PEMBAGI GANJIL (1,3,5,7,dst..) JUMLAH ALOKASI DAPIL SUARA SAH SETIAP PARPOL...

PENUTUP Berdasarkan penelitian penulis menyimpulkan bahwa pilihan sistem proporsional terbuka yang berkombinasi dengan sistem multi partai ekstrim yang diterapkan dalam empat kali