• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISWA SMP YP PGRI 4 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SISWA SMP YP PGRI 4 MAKASSAR "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 04. Nomor 01. Juni 2023

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

52

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA

SISWA SMP YP PGRI 4 MAKASSAR

Improving the Quality of Mathematics Learning by Applying the Quantum Teaching Model to Class VII Students of SMP YP PGRI 4 Makassar

Gureti W Renyaan1, Muhammad Tahir2, Ramlan Mahmud3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1: [email protected] Email2: [email protected] Email3: [email protected]

Abstract

This research was a classroom action research (CAR) which was carried out in 2 cycles.

Each cycle included four stages, namely: planning, implementation, observation, and reflection. This study was aimed to determine whether the application of the quantum teaching learning model can improve the quality of learning of class VII students at SMP YP PGRI 4 Makassar. The subject of this study was all students of class VII SMP YP PGRI 4 Makassar in academic year 2021/2022, totaling 21 students. Data collection techniques were carried out through observation and learning outcomes tests. All data collected were analyzed by using quantitative and qualitative data analysis. Based on the results of observations of student activities, there was an increasing from 61.53% in the first cycle and 88.81% in the second cycle, the average learning outcomes also increased from the first cycle of 74.04 increased in the second cycle to 86.81 and overall mastery classical also increased from the first cycle of 81% increased in the second cycle of 95.23% and had met the indicators of success. From the results of this study and data analysis, it can be concluded that the application of the quantum teaching model to class VII students of SMP YP PGRI 4 Makassar improved the quality of learning on the set material.

Keywords: application, mathematical understanding of quantum teaching learning model¸quality

Pendahuluan

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidik, terutama dalam mempersiapkan peserta didik untuk berperan aktif menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh,

(Received: 03-12-2022; Reviewed: 27-02-2023; Revised: 03-03-2023; Accepted: 30-04-2023; Published: 03-06-2023)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

53 kreatif, mandiri dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Semua mata pelajaran telah

dikembangkan bertujuan untuk lahirnya intelektual yang dapat diandalkan sebagai agen peubah yang mampu membawa negara yang lebih baik serta bersaing dengan negara lain.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan berupa usaha-usaha yang dilakukan guru saat mengajar baik dengan model ceramah maupun model diskusi. Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan disegala bidang kehidupan.

Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat didalamnya baik itu pelaksana pendidikan dilapangan, peningkatan yang dilakukan berupa perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi pembelajaran, alat bantu belajar, sumber belajar dan sebagainya. Pendidikan merupakan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pendidikan akan mengubah cara berpikir yang lebih praktis karena dengan pendidikan akan mangubah orang yang tidak tahu menjadi tahu dan orang yang tahu menjadi lebih paham.

Dari segi kebudayaan, pendidikan mempunyai tugas untuk menyuburkan kebudayaan bangsa, kepribadian bangsa, yang oleh karena itu dengan aktif menjadi harga diri bangsa dalam pergaulan internasional. Dengan meningkatnya pendidikan yang ada saat ini bisa menjadi tolak ukur untuk bersaing ataupun menghadapi era globalisasi yang sangat maju, sehingga bangsa ini tidak tertinggal dengan perkembangan yang semakin maju, pendidikan harus menjadi alat perubahan masyarakat (social change). Sekolah adalah pusat gerakan peserta didik, guru menjadi motor gerakan para peserta didik, untuk memperlancar interaksi belajar dan mengajar dalam lingkup sekolah.

Untuk menyikapi hal tersebut, pendidikan yang ada di Indonesia perlu diperhatikan lagi khusususnya pelajaran matematika, pelajaran matematika adalah ilmu pasti yang dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik menjadi manusia sebagai pribadi cerdas, terampil, jujur, berkarakter, takwa dan utuh, dan juga memberikan rasa soladiritas dan keterlibatan diri dalam kehidupan bersama. Namun pada nyatanya banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika karena dianggap sangat susah dipelajari, hal ini membuat para peserta didik tidak berfokus pada ilmu ini, dikarenakan selalu mendapat kendala dalam mengerjakan tugas, inilah yang menjadi salah satu acuan bagi guru dimana cara atau model yang akan diterapkan benar-benar tidak membuat para peserta didik jenuh dalam menerima mata pelajaran matematika, sehingga dari awal pembahasan materi sampai dengan berahkirnya, proses pembelajaran peserta didik dapat mengikutinya dengan tidak merasakan tekanan atau rasa bosan yang ada. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar peneliti memperoleh informasi mengenai hasil belajar matematika dari guru bidang studi matematika. terlihat bahwa hasil belajar matematika di kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar masih cenderung rendah. Hal ini terbukti dari penuturan guru terkendala dalam melakukan inovasi dalam mengelolah kelas dan dalam penyampaian materi sehingga tujuan pembelajaran sulit untuk dicapai, akibatnya sebagian siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena mereka menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dipahami, hasil berlajar siswa rendah dibawah nilai KKM yang dapat dilihat dari ulangan harian.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika yang mengajar dikelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar, bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) waktu pembelajaran kurang, (2) siswa sering bermain pada saat pembelajaran berlangsung, (3) siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan (4) siswa hanya akan belajar apabila akan diberikan ulangan atau ujian. Tidak hanya itu berdasarkan karakteristik siswa yang sudah di jelaskan diatas bahwa siswa kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar yang kurang dalam memperhatikan maka perlu adanya upaya perbaikan. Perbaikan disini bisa dengan mengganti model pembelajaran yang tidak monoton sehingga bisa membuat siswa merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran dan tidak

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

54 merasa dalam keadaan dalam kelas seperti biasanya dan siswa juga tetap bisa mendapatkan hasil dari

pembelajaran yang sedang beralangsung.

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat berpengaruh terhadap pelajaran matematika dan berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran matematika siswa. Untuk mengatasi hal tersebut seorang guru khususnya matematika hendaknya kreatif dalam menerapkan model yang tepat dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik tidak jenuh menghadapi atau menerima pelajaran matematika tersebut, salah satu model yang cocok dalam pembelajaran matematika ialah model Quantum Teaching.

Quantum adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat (Kosasih, dalam Epifanus 2016:4). Menurut Deporter, dkk. (2010:34) “Quantum Tecahing bersandar pada konsep “ Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita” Berarti bahwa sangat penting bagi seorang guru untuk dapat memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hal mengajar. Hal ini berguna supaya siswa terdorong untuk lebih aktif berfikir dalam mengeluarkan pendapat atau soal yang akan diberikan pada teman sebayanya. ModelQuantum Teaching juga dapat mengubah gaya belajar yang meriah dengan segala nuansanya dan menyajikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar dengan memadukan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian tidakan kelas (PTK), dimana dalam satu siklus terdiri dari 4 tahapan seperti yang dikemukakan Arikunto ( Siti, 2019: 31) yaitu tahapan perencanaan (planing), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus. Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021-2022 di kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar yang beralamat di jalan Landak Baru. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar.

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Sedangkan data yang berupa kualitatif dianalisis dalam hasil uraian.

Analisis data dilakukan sejak data diperoleh dari hasil observasi peneliti. Analisis data dari sumber- sumber informasi hasil penleitian tersebut adalah sebagai berikut:

Data hasil observasi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Quantum Teachingberdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Data hasil observasi terdiri atas observasi terhadap aktivitas siswa dan observasi terhadap kemampuan pengolaan pembelajarn oleh guru pada setiap pertemuan. Yang melakukan observasi, baik observasi terhadap aktivitas siswa maupun observasi terhadap kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh guru dengan model pembelajaran Quantum Teachingadalah guru matematika kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar.

Data hasil observasi baik observasi terhadap aktivitas siswa maupun observasi terhadap kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh guru akan dianalisis dengan analisis yang sama yaitu sebagai berikut.

Untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Cara menghitung persentase skor yaitu:

Persentas𝑒 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 × 100 %

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

55 Selanjutnya interval nilai rata-rata hasil observasi aktivitas siswa, adalah seperti yang ditetapkan

Purwanto dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini Tabel 1. Interval Nilai Observasi Aktivitas Siswa

(Purwanto 2013:103)

Hasil pekerjaan tes tertulis siklus I maupun siklus II mencerminkan sejauh mana tingkat pemahaman konsep matematika yang dimiliki siswa. Indikator yang menunjukan bahwa pemahaman konsep matematika yang dimiliki siswa. Indikator yang menunjukan bahwa pemahaman konsep matematika siswa meningkat dapat diketahui dengan cara membandingkan analisis hasil pekerjaan tes tertulis siswa pada tiap-tiap siklus. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara sebagai berikut:

Mengklasifikasikan setiap butir soal tes tertulis sesuai dengan indikator pemahaman konsep yang telah ditetapkan. Menetukan skor hasil klasifikasi dari langkah diatas, untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan pembelajaran, maka dilakukan kategori nilai hasil tes pemahaman konsep, dan keterangan untuk kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65. Pedoman kategori yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada prosedur kategori yang ditetapkan di SMP YP PGRI 4 Makassar yaitu nilai minimal 65 sebagai nilai yang haru dicapai siswa. Seperti digambarkan pada tabel 2.

Tabel 2. Interval Nilai Tes Belajar Siswa, Rata-rata Indikator Pemahaman Konsep dan Predikat Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)65

Skor Kategori

92 ≤x≤ 100 Sangat tinggi

85 ≤x≤ 91 Tinggi

66≤x≤84 Cukup

x ≤65 Rendah

Hasil dan Pembahasan Hasil

Pada bagian ini akan disajikan bagaimana hasil-hasil yang diperolah selama palaksanaan penelitian dalam meningkatkan kualitas pembelajaranmatematika melalui penerapan pembelajaran model Quantum Teaching pada siswa kelas VII SMP YP PGRI 4Makassar. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk memperoleh data otentik malalui teknik tes dan observasi setelah diterapkan model pembelajaran.

Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti melakukan tindakan antara lain: (1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan pembelajaran dengan menggunakan Quantum Teaching sesuai dengan Silabus, (2) Membuat skenario pembelajaran menggunakan Quantum Teaching, (3) Membuat kisi-kisi tes siklus 1 dan rubrik penilaiannya, (4) membuat soal tes siklus I, (5) membuat lembar observasi aktivitas siswa, (6) menyiapkan teman untuk bertindak sebagai observer, dan membantu mendokumentasikan kegiatan selama penelitian.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2022, sebelum memulai proses pembelajaranguru memperkenalkan diri setelah itu, guru menyiapkan siswa agar siswa siap untuk Persentase Aktivitas Siswa (%) Kategori

86 - 100 Sangat baik

76 - 85 Baik

60 - 75 Cukup

55 - 59 Kurang

≤ 54 Kurang Sekali

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

56 belajar, kemudian guru mengabsen kehadiran siswa dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dilakukan siswa yaitu siswa dapat mengetahui tentang pengertian himpunan, lambang suatu himpunan, keanggotaan suatu himpunan, dan menyatakan anggota suatu himpunan.

Pertemuan pertama siswa kelas VII diikuti 19 orang dari 21 siswa. Guru menjelaskan materi himpunanmulai dari pengertian himpunan, lambang suatu himpunan, keanggotaan suatu himpunan dan cara mendaftar anggota suatu himpunan yang dijelaskan melalui pemberian contoh soal dan dilanjutkan dengan latihan soal.

Pertemuan kedua yakni pada tanggal 2 Mei 2022 selama 2 jam pelajaran, peneliti memberi salam, kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Dari 21 siswa ada 1siswa tanpa ada keterangan (alpa).

Selanjutnya guru memberikan motivasi untuk menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan. Sebelum guru menjelaskan materi, terlebih dahulu guru mempersilahkan kepada siswa untuk menanyakan materi sebelumnya yang belum dimengerti. Terdapat beberapa siswa yang mengangkat tangannya untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Setelah menjelaskan materi yang belum dipahami, peneliti melanjutkan menjelaskan materi berikutnya. Mengawali pertemuan kedau, guru mereview materi yang telah dijelaskan sebelumnya, memberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Karena tidak ada pertanyan yang disampaikan, maka dilanjutkan pada pembahasan materi berikutnya.

Pertemuan ketiga, yaitu pada tanggal 7 mei 2021, pada umunya sama dengan langkah pada pertemuan sebelumnya, peneliti menanyakan kembali terkait materi yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya. Dari 21 siswa yang ada di dalam kelas, terdapat 1 orang yang mengajukan pertanyaan, yaitu apa perbedaan antara himpunan kosong dengan himpnan semesta? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya berikan kepada siswa yang menanggapi pertanyaan tersebut, hanya satu orang saja yang menyampaikan tanggapan terkait pertanyaan tersebut, hanya saja jawabnnya kurang pas. Sehingga untuk mengefesienkan waktu, maka saya langsung menanggapi pertanyaan siswa tersebut dengan memberikan contoh soal yang dibuat secara jelas perbedaannya, agar lebih jelas perbedaan yang mana dikatakan himpunan dengan yang tidak.

Pertemuan keempat yaitu pada tanggal 9 Mei 2022, guru langsung mengecek kehadiran siswa yakni 100% seperti yang diharapkan. Siswa yang mengikuti tes formatif yang diadakan peneliti. Setelah siswa mengerjakan soal-soal dengan ketentuan alokasi waktu yang digunakan, kedian siswa mengumpulkan hasil kerjanya.

Data berdasarkan hasil tes siklus I pada siswa kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar setelah dierapkan penerapan model quantum teaching pada materi himpunan dapat di lihat pada table 3. berikut:

Tabel 3. Statistik Hasil belajar Siswa Kelas VII SMP YP-PGRI 4Makassar Pada Tes Akhir Siklus I Statistik Nilai Statistik

Subjek 21

Mean 74,04

Median 76

Modus 80

Range 45

Minimum 55

Maksimum 90

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari hasil belajar matematika pada tes akhir siklus I yang dapat dilihat pada tabel 3. dimana dari 21 siswa yang mengikuti tes tersebut menunjukkan bahwa skor rata- rata hasil belajar matematika siswa sebesar 74,04. Hal ini menunjukka bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi pada siklu I berpusat atau sebesar 74,04. Median tes hasil belajar siswa sebesar

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

57 76 yang menggambar 50% siswa yang mendapat nilai di bawah 76 dan 50% siswa yang mendapat

nilai di atas 76. Modus 80 berarti skor terbanyak yang diperoleh siswa adalah 80, skor yang tertinggi diiperoleh siswa 90 dan skor terendah 55 dengan rentang skor yang merupakan selisih antara skor tertinggi dan skor terendah adalah 45.

Jika skor hasil belajar tersebut dikelompokan kedalam kategori penilaian, berdasarkan pengkategorian SMPVII YPPGRI 4 Makassar, maka diperoleh distribusi frekuensi ditunjukkan pada tabel 4. berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VII YP PGRI 4Makassar Pada Tes Akhir Siklus I

Skor Kategori

92 ≤VII≤ 100 Sangat tinggi

85 ≤VII≤ 91 Tinggi

66 ≤VII≤84 Cukup

VII≤65 Rendah

Berdasarkan tabel 3. dan tabel 4. dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa SMP YP-PGRI 4 Makassar setelah diterapkan quantumteaching pada setiap pembelajaran matematika pada siklus I berada pada ketegori rendah dan belum mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 85% dari 21 siswa mencapai nilai KKM.

Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokan kedalam kategori ketuntasan, maka dapat dilihat dari distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan dari hasil belajar matematika pada tabel 5. sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Presentase Ketuntasan Hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII YP PGRI 4Makassar Pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Presentase ( % ) 0 – 64

65 – 100

Tidak tuntas Tuntas

4 17

19%

81%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan hasil belajar matematika pada siklus I, maka siswa yang dikategorikan tuntas apabilah mencapai skor 65-100 terdapat 17 siswa atau 81%. Dari 21 siswa yang dikategorikan tidak tuntas yakni siswa yang mencapai skor hasil belajara 0- 64 terdapat 4 siswa atau 19%.

Berdasarkan persentase ketuntasan belajar, maka pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan quantumteaching belum dikatakan belum berhasil karena belum mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan di SMP YP-PGRI 4 Makassar yaitu secara klasikal 85% harus berada pada ketegori tuntas.

Adapun hasil observasi yang diperoleh melalui lembar observasi siswa pada pada siklus I. Aktivitas yang diamati antara lain aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan lembar observasi siswa. Oleh karena itu, peneliti pada pelaksanaan penelitian secara internal memantau langsung terhadap aktivitas-aktivitas siswa yang dibantu oleh teman peneliti.Hasil observasi yang diperoleh peneliti adalah sebagai berikut.

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

58 Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Mengikuti Pelajaran Siklus I

No Indikator

I II III

1 1 1 1

2 1 1 1

3 1 1 1

4 1 0 1

5 1 1 0

6 0 1 0

7 1 0 0

8 0 1 1

9 0 0 1

10 0 1 0

11 1 1 0

12 1 0 1

13 0 1 0

Jumlah 8 9 7

Presentase 61,53 69,23 53,84

184,6

Berdasarkan Tabel 6. di atas merupakan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I, kemampuan siswa dalam menerapkan quantumteaching masih rendah, hal ini menunjukan bahwa rata-rata presentasi aktivitas siswa yaitu 184,6% berada pada kategori cukup.

Pada siklus I aktivitas siswa dan guru berjalan sesuai dengan pelaksanaan rencana pembelajaran meskipun belum seoptimal dan masih terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Adapun masalah- masalah yang telah ditemukan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II yaitu:

1) Presentase ketuntasan hasil belajar yaitu 50% belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%

diatas KKM Sekolah.

2) Beberapa siswa masih kurang aktif dalam proses belajar, seperti kurang menanyakan materi yang belum dipahami, serta tidak melakukan diskusi dengan teman kelompoknya dan masih ada yang mengganggu teman kelompoknya.

3) Siswa yang memiliki kemampuan bagus, merasa sungkang untuk membantu temannya yang belum bisa, dengan anggapan akan menjadi saingan bagi dia.

4) Guru hanya fokus pada beberapa kelompok saja.

Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan saat melakukan refleksi, maka pada siklus II, akan memberikan beberapa tambahan kegiatan sebagai solusi yang telah ditemukan pada siklus I. Adapun kegiatan yang akan dilakukan yaitu:

1) Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam proses belajar karena akan berdampak terhadap kemampuan mereka dan berani menanyakan materi yang belum dipahami serta menegur dan memberi peringatan kepada siswa yang selalu mengganggu temannya.

2) Memberi motivasi kepada siswa yang memiliki kemapuan bagus, untuk tidak sungkang membantu temannya yang masih kesulitan, karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap individu dalam mneyelesaikan permasalahan yang diberikan, serta memberikan nilai tambahan bagi siswa yang mau membantu temannya.

3) Guru tidak hanya fokus pada kelompok tertentu, melainkan sigap membantu kelompok yang benar-benar mengalami kesulitan.

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

59 Siklus II dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dalam hal ini, tiga pertemuan untuk menyampaikan

materi dan satu pertemuan untuk tes hasil belajar. Siklus dua pada dasarnya mengulang langkah- langkah yang ada pada siklus I sehingga mampu mencapai hasil yang optimal. Dalam siklus II ini yang harus diperhatikan peneliti lebih khusus adalah masalah masalah yang terdapat pada siklus I.

Pertemuan kelima siklus II yaitu tanggal 14Mei 2022, guru langsung mengecek kehadiran siswa dengan jumlah siswa yang hadir 20 siswa dari 21 siswa, satu siswa yang tidak hadir dinyatakan alpa karena tidak ada keterangan, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa lebih aktif belajar karena hasil ulangan harian kurang memuaskan dengan cara membangkitkan minat dan keingintahuan siswa. Selanjutnya guru membahas kembali soal ulangan agar siswa mengetahui dan memahami letak kesalahan pada hasil pekerjaannya, setelah selesai membahasnya guru meminta siswa untuk mencatat hasil yang sudah dibahas bersama untuk bahan balajar.Setelah semua siswa selesai mencatat guru melanjutkan ke materi berikutnya, tentang operasi himpunan. Teknik penerapannya seperti pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, membahas tentang operasi irisan dan gabungan pada himpunan.

Pertemuan keenam dilaksanaan pada tanggal 16 Mei 2022 seperti biasanya sebelum pembelajaran dimulai, siswa memberi salam dan guru membalas salam dari siswa. Setelah itu, guru mengabsen kehadiran siswa ternyata siswa yang hadir pada pertemuan tersebut sebanyak 21 orang siswa hadir semua. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar, menyiapkan tujuan pembelajaran serta motivasi siswa untuk lebih aktif dan lebih giat lagi dalam belajar karena ujian akhir semester semakin dekat.

Kemudian guru menjelaskan materi tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan selisih 2 himpunan. Materi kali ini tentang operasi biner dan komplemen dari suatu himpunan.

Pertemuan ketujuh yaitu pada tanggal 18 Mei 2022, pada pertemuan ini proses kegiatan belajar mengajar. Pada kegiatan awal guru kembali mengabsen siswa, pada pertemuan kali ini 20 siswa yang hadir dari 21 siswa keseluruhan, Penjelasan untuk kegiatan ini, guru menjelaskan sifat-sifat operasi pada himpunan. Pada penjelasan ini, penliti kembali mengaitkan penjelasan yang pernah disampaikan pada saatpenjelasan materi tentang operasi himpunan. Jadi dalam penyampainn materinya tidak terlalu panjang karena merupakan lanjutan dari materi sebelumnya.

Pada tanggal 21 Juni 2022, yaitu pertemuan kedelapan merupakan hari terakhir peneliti dan memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman materi yang telah ditangkap setelah penerapan modelquantum teaching pada siswa kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar.. Namun sebelumnya mengecek kehadiran siswa yakni 100% siswa turut hadir sejumlah 18 siswa yang akan mengikuti tes formatif yang diadakan peneliti. Setelah siswa selesai mengerjakan soal-soal yang diberikan waktunya mengumpulkan hasil kerjanya.

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II dilanjutkan dengan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan menggunakan quantumteaching selama empat kali pertemuan.Tindakan-tindakan siklus II lebih dikembangkan dan diadakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan siklus II.

Tabel 7. Statistika Skor Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Statistik Nilai Statistik

Subjek 21

Mean 86,61

Median 88

Modus 88

Range 33

Minimum 63

Maksimum 96

(9)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

60 Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari hasil belajar matematika pada tes akhir siklus II yang dapat

dilihat pada tabel 7. dimana dari 21 siswa yang mengikuti tes tersebut menunjukkan bahwa skor rata- rata hasil belajar matematika siswa sebesar 86,61. Hal ini menunjukka bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi pada siklu II berpusat atau sebesar 86,61. Median tes hasil belajar siswa sebesar 88 yang menggambar 50% siswa yang mendapat nilai dibawah 88 dan 50% siswa yang mendapat nilai di atas 88. Modus 88 berarti skor terbanyak yang diperoleh siswa adalah 88, skor yang tertinggi diiperoleh siswa 96 dan skor terendah 63 dengan rentang skor yang merupakan selisih antara skor tertinggi dan skor terendah adalah 33.

Jika skor hasil beajar dikelompokan kedalam kategori standar penilaian, berdasarkan pengkategorian SMP YPPGRI 4 Makassar, maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Hasil Belajar Siswa VIISMP YPPGRI 4 Makassar Pada Siklus II

Skor Kategori

92 ≤VII≤ 100 Sangat tinggi

85 ≤VII≤ 91 Tinggi

66≤VII≤84 Cukup

VII≤65 Rendah

Berdasarkan tabel 7. dan tabel 8. dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP YP PGRI 4 MAKASSAR Makassar setelah diterapkan QuantumTeaching pada setiap pembelajaran matematika pada siklus II berada pada ketegori tinggi dan telah mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 85% dari 21 siswa mencapai nilai KKM.

Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokan kedalam kategori ketuntasan, maka dapat dilihat dari distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan dari hasil belajar matematika pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Presentase Ketuntasan Hasil belajar Matematika Siswa Kelas VIISMPYP-PGRI 2 Makassar Pada Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Presentase ( % ) 0 – 64

65 – 100

Tidak tuntas Tuntas

1 20

4,77%

95,23%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan hasil belajar matematika pada siklus II, maka siswa yang dikategorikan tuntas apabila mencapai skor 65-100 terdapat 20 siswa atau 95,23%. Dari 21 siswa yang dikategorikan tidak tuntas yakni siswa yang mencapai skor hasil belajara 0-64 terdapat 1 siswa atau 4,77%.

Berdasarkan persentase ketuntasan belajar, maka pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan quantumteaching dikatakan telah berhasil karena sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan di SMP YPPGRI 4 Makassar yaitu secara klasikal 85% harus berada pada ketegori tuntas.

Tabel 10. Gambaran meningkatan Hasil belajar matematika Siswa Kelas VIISMP YP PGRI 4 Makassar Pada Siklus I dan Siklus II

NO Siklus SKOR

Subjek Ideal Tertinggi Terendah 𝑋̅ Median

1 I 21 100 90 55 74,04 76

(10)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

61

2 II 21 100 96 63 86,61 88

Dari hasil dastriptif di atas menunjukan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada tes akhir Siklus II, yaitu 86,61. Sedangkan rata-rata pada siklus I adalah 74,04. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIIMakassar dengan menggunakan quantumteaching.

Adapun hasil observasi yang diperoleh melalui lembar observasi siswa pada siklus II. Aktivitas yang diamati antara lain aktifitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan lembar observasi siswa. Oleh karena itu, peneliti pada pelaksanaan penelitian secara internal memantau langsung terhadap aktivitas-aktivitas siswa yaitu, peneliti mencatat dengan menggunakan lembar observasi.Hasil observasi yang diperoleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Observasi aktivitas siswa pada siklus II Indikator Pertemuan pada siklus II

I II III

1 1 1 1

2 1 1 1

3 1 1 1

4 1 1 1

5 1 1 1

6 1 1 0

7 1 0 1

8 0 1 1

9 1 0 1

10 0 1 1

11 1 0 0

12 1 0 1

13 1 1 1

Jumlah 11 9 7

Presentase 84,61 69,23 53,84

207,68

Berdasarkan tabel 11. di atas dapat dilihat terdapat peningkatan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata aktivitas siswa menjadi 207,68% berada pada kategori baik.

Pada tahap refleksi tindakan, hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan dalam observasi dan evaluasi didiskusikan, dianalisis, dan dilihat kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I. kelemahan- kelemahan pada siklus I adalah (1) Kurangnya keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dan motivasi siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, (2) Keseriusan dalam menerima pelajaran masih kurang sehingga banyak siswa yang belum mampu membuat ringkasan dan menyelesaikannya dengan baik, (3) Masih ada siswa yang tidak memperhatikan dan mencatat pada saat guru menjelaskan materi sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan kegiatan lain seperti ribut, main HP dan mengganggu teman, (4) Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sangat sulit untuk dipahami.

Ditinjau dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu terdapat 50% siswa yang tuntas hasil belajarnya, Hal ini menunjukan ketuntasan hasil belajar belum mencapai secara klasikal yaitu 85% siswa yang telah mencapai nilai 75 secara perorang atau dengan kata lain tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di SMP YPPGRI 4 Makassar. Kelemahan-

(11)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

62 kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada pelaksanaan

tindakan siklus II.

Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II tidak beda jauh dengan kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus I, di siklus II menunjukan hasil yang sangat baik bagi guru maupun bagi peneliti. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa pembelajaran melalui Quantum Teachingcocok diterapkan, meskipun ada beberapa siswa yang belum bisa membuat ringkasan dan menyelesaikan soal, selain itu masih ada siswa yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Hasil tes pada evaluasi pelaksanaan siklus II, yaitu 94,5% siswa yang telah memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 75 yang ditetapkan di SMP YPPGRI 4 Makassar. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam belajar matematika. Dengan demikian tindakan proses belajar mengajar yang dilakukan pada siklus II dalam penelitian ini dapat dijadikan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP YP PGRI 4Makassar.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP YP PGRI 4 Makassar pada tanggal 17 Mei 2022 sampai tanggal 02 Juni 2021. Pada pelaksanaan penelitian ini, menerapkan quantumteachingdalam proses pembelajaran di kelas pada setiap kali pertemuan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika kelasVIISMP YP PGRI 4 Makassar, menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran sebelumnya siswa kurang mampu memecahkan masalah dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ilmu matematika. Sehingga guru berusaha mendekati dan membimbing siswa tersebut, memberikan soal latihan dan memotivasi siswa untuk giat mengerjakan soal-soal yang diberikan dan diselesaikan secara bersama- sama.

Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran akan memberikan dampak yang bagus bagi guru dan siswa. Bagi guru, keterlibatan siswa dalam mengolah informasi akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi yang telah disusun sebelumnya. Sehingga tujuan pembelajaran yang menjadi prioritas bisa tercapai. Bagi siswa itu sendiri, keterlibatan mereka dalam proses belajar, akan sangat membantu mereka untuk mencari berbagai informasi, seperti literature terkait dengan materi yang sementara dipelajarinya. Sehingga bahan informasi bukan hanya dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai pihak. Selain itu, pengetahuan yang telah mereka peroleh akan bertahan dalam jangka waktu lama. Sehingga tujuan pemerintah dalam mengubah sistem pembelajaran bisa tercapai. Karena siswa diharapkan bisa belajar bermakna, belajar bukan untuk ulangan saja, tapi bagaiaman ilmu itu bisa mereka terapkan atau aplikasikan.

Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa pada saat siswa itu sendiri mengkonstruk atau membangun pengetahuanya, maka pengetahuan yang telah mereka peroleh tersebut akan bertahan lama. Selainitu, siswa akan terhindar dari gaya belajar tidak bermakna, seperti menghafal pada saat ulangan, yang menjadikan siswa hanya mengetahui ilmu tersebut pada saat itu saja, tidak bertahan lama.

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukana di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model quantumteachingdapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materihimpunan pada siswa kelas VIISMP YP PGRI 4 Makassar, dan keaktifan siswapun dalam proses pembelajaran ikut meningkat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP YP-PGRI 4 Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut: hasil belajar siswa kelas VII SMP YP-PGRI 4 Makassar pada pokok

(12)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

63 bahasan HIMPUNAN dapat meningkat dengan menggunakan QuantumTeaching, hal ini ditunjukan

dengan rata-rata nilai hasil belajar pada siklus I 74,04 pada kategori cukup dan siklus II 86,61 pada kategori tinggi. Serta ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal meningkat dari 81% (17 siswa yang tuntas) pada test siklis I menjadi 95,23% (20 siswa yang tuntas pada test siklus II).

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan modelQuantumTeaching.

2. Bagi para guru hendaknya menggunakan berbagai model kooperatif salah satunya yaitu model quantumteachingyang bisa membantu kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.

Referensi

Arikunto, Suharsimi. Dan Siti. 2019. Prosedur Penelitian. Jakarta : Sinar Grafika Offset

DePorter Bobbi, dan Hernacki. 2010. Quantum Teaching : Mempraktikan Quatum Learning di Ruang – Ruang Kelas. Bandung Kaifa

Purwanto, M.Ngalim dalam Adrianus. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Cetakan ke – 18, 2013

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

43 – 68,8 Sangat rendah 0 0.. Secara keseluruhan skor rata-rata komunikasi interpersonal siswa SMK PGRI Wonoasri stelah diterapkan layanan bimbingan kelompok

Dari banyaknya masalah yang telah disebutkan, peneliti bersama guru matematika yang mengajar di SMP PGRI 4 Pontianak ingin berkolaborasi di dalam pembelajaran

Dari banyaknya masalah yang telah disebutkan, peneliti bersama guru matematika yang mengajar di SMP PGRI 4 Pontianak ingin berkolaborasi di dalam pembelajaran

Jika dikaitkan dengan indikator ketuntasan hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII5 SMP Negeri 18 Makassar setelah diterapkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA MIND MAPPING DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP YP 17

Apakah penerapan Goal Oriented Evaluation Model (GOEM) efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII 1 SMP Negeri

Pada pertemuan pertama siklus II tahap perencanaan masih sama dengan pertemuan siklus I, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP tentang materi yang akan diajarkan dan yang

Dengan manfaat dari penelitian ini adalah: 1 Bagi guru: dapat menberikan gambaran serta informasi mengenai kreativitas dan hasil belajar dan juga dapat memberikan masukan bagi guru,