• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMP YP-PGRI 4 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SMP YP-PGRI 4 MAKASSAR "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 02. Nomor 01. Juni 2021

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

48

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII

a

SMP YP-PGRI 4 MAKASSAR

Improving Student Creativity In Solving Mathematics Problems Using Contextual Learning Models In Class Viiia Students Of Smp Yp-Pgri 4

Makassar

Albina Didik1, Ramlan M2, Muhammad Tahir3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP YPUP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1: [email protected] Email2: [email protected]

Email3: [email protected]

Abstrak

This research is a class action research (CAR). The subjects in this study were class VIIIa students of SMP YP-PGRI 4 Makassar. This research was conducted in 6 meetings and 2 times giving instrument tests, teacher observation sheets and student observation sheets.

The subjects in this study were class VIIIa students of SMP YP-PGRI 4 Makassar for the 2021/2022 academic year with a total sample of 17 students. This study aims to increase students' creativity in solving math problems using a contextual learning model in class VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar with material on a system of two-variable linear equations. The data analysis technique used in this study is quantitative calculated using descriptive analysis. The results of data analysis in cycle I showed that the average student creativity was 65.29 out of 17 students in the good category. The results of data analysis in cycle II showed that the average student creativity was 85.58 which was in the very good category and the standard deviation in cycle I was 14.08, the standard deviation in cycle II was 8.70. From 17 students there was a change in student activity from 80% in cycle I increased to 93% in cycle II, and there was a change in teacher activity from 81% in cycle I increased to 95%. Based on the results of data analysis, it was concluded that the application of the contextual learning model for class VIIIa students of SMP YP-PGRI 4 Makassar with the subject matter of the two-variable linear equation system has increased.

Keywords: Student Creativity, Mathematical Problems, Mathematics Learning, Contextual Models

(Received: 03-04-2021; Reviewed: 15-04-2021; Revised: 23-04-2021; Accepted: 07-05-2021; Published: 03-06-2021)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

49 Pendahuluan

Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa sebaliknya bagi jean piaget (Faturrahman, 2012:2) Pendidikan berarti menghasilkan, menciptakan, sekalipun tidak banyak, sekalipun penciptaan di batasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segalasituasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segalalingkungan dan sepanjang hidup.Dalamarti sempit Pendidikan adalah pengajaran yang di selanggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan daribahasainggris yaitu pedagogics. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani”pais” yang artinya anak, dan” again” yang artinya membimbing.

Ahmad D Marimba (Basri, 2013,15) mendefenisikan Pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk keperibadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah sebagai perilaku konkret yang memberi manfaat kehidupan siswa di masyarakat.

Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikpa dan bentuk-bentuk tingkahlaku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang di hadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum Dikjen Dikti (Ihsan, 2013:4).

Berdasarkan hasil observasi awal di SMP YP-PGRI 4 Makassar ditemukan bahwa kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 (K13) dan kriteria ketuntasan minimum (KKM) di sekolah tersebut adalah 78 dan guru matematika mengungkapkan bebrapa hal mengenai pelajaran matematika diantaranya bahwa pelajaran matematika memang membutuhkan guru dalam memilih model, pendekatan, metode atau strategi yang dapat melibatkan siswa aktif dalam pelajaran matematika.

Peneliti juga menemukan masalah yang ada yaitu siswa kurang semangat dan cendrung kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika karena siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dipahami dan menakutkan. Sehingga untuk, meningkatkan kreativitas siswa pada pelajaran matematika, maka guru dapat menyediakan model, pendekatan, metode, atau strategi yang dapat melibatkan siswa aktif dalam pelajaran matematika.Untuk mengatasi rendahnya kreativitas siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Maka dari itu, peneliti melakukan observasi awal dengan memberikan soal-soal matematika mengenai materi system persamaan linear dua variable yang secara umum yang berkaitan dengan kreativitas siswa, ternyata sebagian besar siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar lebih mengacu pada salah satu indicator kreativitas siswa yaitu indicator kelancaran karena pada jawaban tersebut siswa lancer mengungkapkan gagasan-gagasan serta mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. Dilihat dari hasil jawaban siswa, dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan lebih dari satu indicator pada kreativitas siswa karena dengan model pembelajaran kontekstual yang lebih dikenal dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Kontekstual (Contextaul Teaching Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara motivasi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-sehari, dengan melibatnya tujuan komponen utama pembelajaran

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

50 kontekstual, yakni: kontrivisme (contruktivisme), bertanya (quentioning), inkuiri (inquiry), masyarakat

belajar (Learning community), pemodelan (modeling), dan penilain autentik (authentic assessement) (Trianto, 2012:107).

Pembelajaran kontekstual dilandasi oleh teori belajar kontruktivisme. Pembelajaran ini memerikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, pengumpulan, analisis dan sintesis data dari berbagai sumber dan sudut pandang, serta evaluasi yang menekankan pada authentic assessement yang diperoleh dari berbagai sumber dan pelaksaannya terintegrasi dengan proses pembelajaran (Komalasari, 38-39:2011).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dalampenelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar ”.

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaranhipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau proses gejala sosial. Penelitian juga bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan atauran metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya.Penelitian ilmiah pada dasarnya adalah usaha mencari kebenaran perolehan makna tentang sesuatu yang dikaji (Kunandar, 2016:41-42).

Hasil dan Pembahasan Hasil

Deskripsi Proses Kegiatan Siklus I. Sebelum guru memberikan materi ajar terlebih dahulu guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan dan yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, kemudian guru membuat kisi-kisi instrument untuk tes akhir setiap siklus dan membuat soal dengan kunci jawaban yang akan diberikan kepada siswa, serta membuat lembaran observasi untuk mengamati aktivitas siswa di kelas ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan pemberian materi dan 1 kali pertemuan untuk pemberian tes.

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

51 Pelaksanaan Tindakan. Pertemuan pertama pada proses pembelajaran dilaksanakan di Kamis tanggal

6 Januari 2022. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam membuka pelajaran terlebih dulu berdoa bersama serta mengucapkan salam. Selanjutnya memperkenalkan diri serta menjelaskan hal-hal yang akan digunakan pada proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran serta tujuan dari peneliti berada di sekolah, dan mengabsen siswa. Guru memotivasi siswa agar tetap semangat dalam peroses pembelajaran matematika dan betapa pentingnya belajar matematika, karena matematika selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Setelah itu, guru menyampaikan materi ajar yang akan dibahas yaitu tentang system persamaan linear dua variable (SPLDV) dan pada pertemuan pertama dijelaskan materi pada sub bab mengenai perbedaan persamaan linear dua variable dan system persamaan linear dua variable. Kemudian guru memberikan soal-soal kepada siswa dan meminta beberapa siswa maju ke papan tulis untuk memaparkan hasil kerja siswa secara bergantian.

Untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami materi serta soal-soal yang telah dibahas, maka guru memberikan latihan soal-soal berupa lembar kerja siswa (LKS) dalam bentuk kelompok. Guru membagi siswa dalam bentuk 5 kelompok dimana 3 kelompok terdiri dari 3 orang siswa dan 2 kelompok terdiri dari 4 orang siswa, dimana dalam setiap kelompok guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Secara bergantian guru meminta salah satu perwakilan kelompok maju ke depan papan tulis untuk menuliskan jawaban dari hasil kerja kelompok, serta siswa lain memberikan tanggapan. Selama proses mengerjakan soal-soal dalam bentuk kelompok ada beberapa siswa yang mengerjakan soal-soal secara sendiri-sendiri, serta ada beberapa siswa tidak ikut kerja soal bersama teman-teman yang lain. Berarti dalam hal ini masih ada siswa belum bisa bekerja sama dengan teman kelompok masing-masing.

Setelah mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) guru beserta siswa membahas kembali soal-soal yang belum dipahami siswa soal-soal yang dikerjakan dalam bentuk kelompok sebelumnya. Pertemuan pertama ini, beberapa siswa masih ada yang tidak aktif sama sekali dalam kerja kelompok maupun belum bisa menjawab soal-soal yang diberikan sesuai dengan langkah-langkah jawaban yang benar.

Diakhir pertemuan guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari pada hari itu, menutup pertemuan pembelajaran dengan berdoa bersama serta memberikan salam.

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I digunakan pada hari Sabtu tanggal 8 Januari 2022. Pada pertemuan ini adapun indicator yang di bahas adalah hal-hal yang berhubungan dengan system persamaan linear dua variable, Pada pertemuan kedua langkah-langkah yang digunakan dalam proses pembelajaran sama dengan pada pertemuan pertama yang diawali dengan memberi salam dan berdoa bersama serta mengecek kehadiran siswa. Dari pertemuan pertama peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan yang terjadi, maka peneliti berusaha lebih memperhatikan siswa ataupun mengelolah kelas dengan cara lebih akrab lagi dengan siswa.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung sudah mulai terlihat berjalan dengan lancar. Dimana pada saat proses pembagian kelompok siswa sudah mulai bergabung dengan teman kelompoknya masing- masing sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti juga membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam kerja kelompok, namun masih ada siswa yang kurang percaya diri untuk maju ke depan kelas untuk memperesentasikan hasil diskusi mereka. Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan kedua ini masih sama pada pertemuan pertama.

Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Januari 2022. Pada pertemuan kedua ini, adapun indicator yang dibahas adalah penyelesaian system persamaan linear dua variable dengan

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

52 menggunakan metode eliminasi. Langkah-langkah yang digunakan pada pertemuan ketiga ini sama

dengan langkah-langkah pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga, guru lebih menekankan kepada siswa agar lebih percaya diri lagi untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas untuk tampil sebagai perwakilan kelompok dan siswa lain harus juga lebih percaya diri untuk memberikan tanggapan.

Pada pertemuan ini sudah terlihat ada perubahan pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Diakhir proses pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa agar lebih fokus dan belajar lebih giat lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi ketika tes siklus II dilaksanakan.

Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 13 Januari 2022.Pada pertemuan keempat ini, peneliti melakukan evaluasi diakhir siklus I dengan menggunakan instrument penelitian yang sudah disediakan (terlampir) dan lembar jawaban siswa yang sudah disiapkan peneliti, sehingga siswa hanya menyiapkan pulpen.Siswa yang mengikuti tes meningkatkan kreativitas siswa berjumlah 17 orang siswa. Waktu yang digunakan dalam tes ini sama dengan jumlah waktu yang digunakan pada saat proses pembelajaran yaitu 2 x 45 menit. Pada saat siswa sementara mengerjakan soal-soal tes, peneliti terus memperhatikan siswa agar suasana tetap tenang dan berjalan dengan lancer. Setelah melakukan tes tersebut, peneliti mengadakan refleksi guna untuk mengetahui pemahaman siswa selama 3 kali proses pembelajaran berlangsung serta untuk mengetahui titik kelemahan pada siswa yang harus diperbaiki sehingga harus lebih baik lagi untuk siklus selanjutnya.

Pengamatan (Observasi). Pada siklus I data mengenai kreativitas siswa diperoleh dari hasil pemberian tes akhir siklus berupa tes uraian setelah memberikan materi selama 3 kali pertemuan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Setelah menerapkan model pembelajaran kontekstual pada siklus I dengan menggunakan statistic deskriptif secara kuantitatif skor hasil tes kreativiitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar pada tabel berikut.

Tabel 1. Statistik Skor Kreativitas Siswa Tes Akhir Pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 17

Skor Ideal 100

Skor tertinggi 80

Skor terendah 35

Rentang skor 43

Mean 65,29

Median 75

Modus 70

Setandar Deviasi 14,08

Variansi 198,34

Berdasarkan Tabel 1 di atas hasil analisis deskriptif tes kreativitas dimana dari 17 orang siswa menunjukkan bahwa pada tes akhir siklus I diperoleh nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 80 serta nilai terendah yaitu 35 dari skor ideal 100. Sehingga pada siklus I diperoleh rantang skor adalah 43 dengan rata-rata 65,29, median 75, modus 80, standar deviasi 14,08 dan variansi 198,34

Berdasarkan kategori SMP YP-PGRI 4 Makassar, maka diperoleh distribusi frekuensi hasil tes kreativitas siswa berikut:

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

53 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Kreativitas Siswa Kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4

Makassar

Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)

81 – 100 Sangat Baik 3 17,64%

61 – 80 Baik 9 52,94%

41 – 60 Cukup Baik 3 17,64%

21 – 40 Kurang Baik 2 11,76%

0 – 20 Sangat tidak baik 0 0%

Berdasarkan pada Tabel 2 di atas dari 17 orang siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar menunjukkan bahwa skor rata-rata kreativitas siswa pada siklus I setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual berkategori baik yaitu 9 orang siswa dengan persentase 52,94%.

Setelah menggunakan model pembelajaran kontekstual selama proses pembelajaran siklus I dapat dilihat deskripsi lengkap hasil kreativitas siswa pada tabel berikut.

Tabel 3. DistribusiFrekuensi Dan Ketuntasan Kreativitas Siswa Pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

70 – 80 Tuntas 6 35,30

0 – 69 Tidak Tuntas 11 64,70

Jumlah 17 100

Berdasarkan tabel 3 di atas deskripsi ketuntasan kreativitas siswa di atas pada siklus I dari 17 orang siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar menunjukkan bahwa, setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual dapat disimpulkan bahwa siswa yang masuk kedalam kategori tuntas yaitu sebanyak 6 orang siswa dengan persentase 35,30 dan siswa yang masuk kedalam kategori tidak tuntas yaitu sebanyak 11 orang siswa dengan persentase 64,70 berarti ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum dikatakan tuntas karena siswa yang masuk dalam kategori tuntas belum mencapai minimal 85%, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.

Deskripsi Tindakan Siklus II. Pada pertemuan pertama siklus II tahap perencanaan masih sama dengan pertemuan siklus I, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan dan yang akan digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembalajaran kontekstual, kemudian guru membuat kisi-kisi instrument untuk tes akhir setiap siklus dan membuat soal dengan kunci jawaban yang diberikan kepada siswa, serta membuat lembar observasi untuk menamati aktivitas siswa di kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan Tindakan. Pertemuan kelima pada proses pembelajaran dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Januari 2022. Pada pertemuan kelima ini indikator yang dibahas yaitu penyelesaian system persamaan linear dua variable dengan metode eliminasi. Proses pembelajaran pada pertemuan ini berjalan dengan lancer dikarenakan siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran serta siswa bertambah aktif. Hal ini terjadi, karena siswa kurang dalam melakukan aktivitas lain pada saat proses pembelajaran berlangsung dan penelitipun selalu memberikan motivasi semangat belajar dalam proses pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran pada pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 Januari 2022. Pada pertemuan ini langkah-langkah pembelajaran sama dengan pertemuan sebelumnya, dimana

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

54 pada pertemuan ini siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajarn di kelas dan semangat dalam

mengerjakan soal-soal.

Pertemuan ketujuh pada proses pembelajaran dilaksanakan pada Kamis tanggal 20 Januari 2022.

Dipertemuan ini perubahan yang sangat meningkat pada siswa, dimana dalam proses pembelajaran siswa sangat aktif dalam bekerja kelompok maupun individu dan bisa menjawab beberapa soal yang diberikan serta menjawab dengan benar. Hal ini terjadi karena, peneliti lebih tegas lagi dalam membimbing serta mengawasi siswa dalam bekerja secara kelompok atai secara individu dan membantu siswa yang berkesulitan dalam mengerjakan soal.

Pertemuan kedelapan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2022. Pertemuan kedelapan ini, peneliti mengadakan evaluasi sama seperti pelaksanaan pada siklus I dengan menggunakan instrument penelitian yang sudah disediakan sebelumnya (terlampir) serta lembar jawaban siswa yang sudah peneliti sediakan dan siswa hanya menyiapkan pulpen. Berjumlah 17 orang siswa yang mengikuti evaluasi tes kreativitas siswa. Waktu yang digun akan pada tes siklus II ini sama seperti pada tes siklus I yaitu 2 x 45 menit. Selama siswa mengerjakan soal, peneliti terus mengawasi siswa agar tetap tenang dan berjalan dengan lancer. Setelah melakukan tes tersebut, peneliti mengadakan refleksi guna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa selama 3 kali pertemuan yaitu pada pertemuan kelima, keenam dan ketujuh yang telah dicapai serta untuk mengetahui kelemahan yang harus diperbaiki.

Pengamatan (Observasi). Data mengenai kreativitas siswa pada siklus II, yang diperoleh dengan memberikan tes akhir siklus yang berupa tes uraian setelah menyajikan materi selama 3 kali pertemuan pada proses pembelajaran. Secara kuantitatif dengan menggunakan statistic deskriptif kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar pada siklus II setelah menerapkan model pembelajaran kontekstual.

Tabel 4. Statistik Skor Hasil Tes Kreativitas Siswa pada Siklus II Statistik Nilai Statistik

Subjek 17

Skor Ideal 100

Skor tertinggi 100

Skor terendah 70

Rentang skor 30

Mean 85,58

Median 75

Modus 83, 87, 100

Standar Deviasi 8,70

Variansi 75,75

Berdasarkan Tabel 4 di atas terdapat 17 orang siswa yang mengikuti tes akhir pada siklus II. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 serta skor terendah adalah 70, rentang skor yang diperoleh adalah 30, mean 85,58, median 75, standar deviasi adalah 8,70 dan variansinya adalah 75,75.

Berdasarkan kategori hasil tes kreativitas siswa, maka diperoleh distribusi frekuensi berikut.

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

55 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Kreativitas Siswa Kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4

Makassar

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

81 – 100 Sangat baik 13 76,48%

61 – 80 Baik 4 23,52%

41 – 60 Cukup baik 0 0%

21 – 40 Kurang baik 0 0%

0 – 20 Sangat tidak baik 0 0%

BerdasarkanTabel 5 dideskripsikan bahwa kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar setelah dilakukan tindakan pada siklus II, dapat diketahui bahwa dari 17 orang siswa yang mewakili tingkat kreativitas siswa dalam kategori sangat baik setelah menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan persentase 76,48%.

Tabel 6. Deskripsi Frekuensi Dan Ketuntasan Kreativitas Siswa Pada Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase

78 – 100 Tuntas 16 94,11

0 – 77 Tidak Tuntas 1 5,89

Jumlah 17 100

Berdasarkan tabel 6 di atas deskripsi ketuntasan kreativitas siswa di atas pada siklus II dari 17 orang siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar menunjukkan bahwa, setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual dapat disimpulkan bahwa siswa yang masuk kedalam kategori tuntas yaitu sebanyak 16 orang siswa dengan persentase 94,11 dan siswa yang masuk kedalam kategori tidak tuntas yaitu sebanyak 1 orang siswa dengan persentase 5,89berarti ketuntasan belajar siswa pada siklus II tuntas karena sudah mencapai klasikal 85%, maka penelitian ini berhenti di siklus II.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP YP-PGRI 4 Makassar yang dimulai tanggal 6 Januari sampai tanggal 22 januari 2022.Model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual yang terdiri dari dua siklus. Di siklus II terjadinya peningkatan dalam proses kegiatan pembelajaran yaitu meningkatnya kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar, hal ini terjadi karena siswa sudah bisa terima serta beradaptasi dengan model pembelajaran yang digunakan. Antara siklus I dan siklus II, secara kuantitatif menunjukkan kreativitas siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Siklus I. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dari 17 orang siswa diperoleh nilai rata-rata kreativitas siswa pada siklus I yaitu 65,29 terdapat 3 orang siswa yang berada pada kategori sangat kreatif yaitu dengan rentang 61-80, terdapat 9 orang siswa pada kategori kreatif dengan rentang 41-60 dan 2 orang siswa berada pada kategori rendah pada rentang 21-40. Namun, berdasarkan tes kreativitas siswa pada siklus I belum mencapai hasil yang maksimal, karena masih ada siswa yang berada pada kategori kurang kreatif..

Siklus II. Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, kreativitas siswa mengalami peningkatan, yaitu mencapai nilai rata-rata 85,58 terdapat 13 orang siswa berada pada kategori sangat kreatif dengan

(9)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

56 interval 81-100 dengan 76,47% dan 4 orang siswa berada pada kategori tinggi dalam rentang 61-80

dengan 23,52%,

Pada siklus II lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Hal ini terjadi, karena selama proses pembelajaran berlangsung siswa berantusias mengerjakan soal-soal dalam bentuk kelompok maupun secara individu. Dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual berdasarkan hasil analisis dapat dilihat terjadinya peningkatan kreativitas siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif yang sudah dilakukan dengan menganalisis kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar dengan menggunakan materi pembelajaran yaitu system persamaan linear dua variable.Dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual peneliti menganalisis kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar.Hal ini, ditunjukkan dengan nilai rata-rata kreativitas siswa pada siklus I dari 17 orang siswa mencapai 65,29.

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa terdapat 12 orang siswa yang memperoleh nilai di atas 60 dengan kategori kreatif dan sangat kreatif dan tergolong kategorisasi kreatif karena mencapai persentase 75,58%, tetapi belum dikatakan tuntas karena belum mencapai klasikal yaitu 85%. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada siklus II dari 17 orang siswa mencapai 85,58. Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa dari 17 orang siswa tergolong kategorisasi kreatif dan sangat kreatif dan meningkat karena mencapai persentase 100%.Maka sudah dikatakan tuntas karena mencapai 85%.

Dapat disimpulkan bahwa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kreativitas siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar, maka diajukan saran-saran berikut.

1. Untuk siswa kelas VIIIa SMP YP-PGRI 4 Makassar agar tingkat belajarnya lebih giat lagi, terutama tingkat kreatifnya.

2. Untuk Guru mata pelajaran matematika, Sebaiknya guru harus lebih banyak lagi menggunakan model atau strategi pembelajaran yang lainnya untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa.

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual maupun pendekatan lainnya.

Ucapan terima kasih

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada ayah dan ibu serta orang-orang terdekat, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Referensi

Basri, Hasan. 2013. Landasan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setya

(10)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

57 Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya

Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Rafika Aditama Kunandar. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT RajaGrafindo

Trianto.2012. Desain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kenacana Pernada Media Group

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

1) Perencanaan, pada tahap perencanaan pada siklus I peneliti bersama pengamat mempersiapkan: a) menyusun skenario dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Pelaksanaan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada silabus. Adapun materi yang.. diajarkan pada siklus II pertemuan

Pada rincian kegiatan pelaksanaan pertemuan ke-2 siklus pertama guru menyusun rencana pelaksanaan pembela jaran (RPP), menyusun instrumen pengambilan data atau

Perencanaan Tindakan : menetapkan tujuan mengajar, memilih dan menetapkan materi, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), persiapan instrumen, menyiapkan lembar

Perencanaan Tindakan Siklus II terdiri dari menentukan materi yang akan dipelajari oleh siswa selama tindakan siklus II., menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dengan manfaat dari penelitian ini adalah: 1 Bagi guru: dapat menberikan gambaran serta informasi mengenai kreativitas dan hasil belajar dan juga dapat memberikan masukan bagi guru,

Hasil Penelitian Siklus 3 Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru berkolaborasi menyusun rancangan yang akan dilaksanakan, yaitu: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP

Hasil Penelitian Siklus 3 Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru berkolaborasi menyusun rancangan yang akan dilaksanakan, yaitu: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP