TUGAS MAKALAH
KERAJAAN GORONTALO
O L E H
KELAS IX.7 OLIMPIADE Guru : Syawaliarti,S.Ag,M.Pd
Anggota Kelompok : 1. Luthfi Al ghifari 2. Rafie Habiebie 3. Tristan Ivander.k
4. Ghany Arfin Ar rasyid
MTs NEGERI 1 PEKANARU
TAHUN AJARAN 2023/2024
1. LATAR BELAKANG
Pada abad ke-15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, di antaranya dari suku bangsa Makassar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone,
Soppeng, dan Wajo). Pada akhir abad ke-16
wilayah Kerajaan Makassar sudah menjadi daerah Islam.Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat kerajaan ini berasal dari suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada di
bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang
yang paling terkenkenal bergelar sultan Hasanuddin. Saat itu ia melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar
(1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu
Wangsa suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Masuknya Islam ke Kerajaan Gowa dan Tallo dilakukan dan dikembangkan oleh
seorang ulama berasal dari Minangkabau yang bernama Datuk Ri Bandang. Sejak itu
banyak masyarakat yang menganut agama Islam tetapi secara resmi kerajaan Islam di
Gowa berdiri pada tahun 1605 M.
Pelabuhan Jaratan dan Gresik pada abad ke-16 mempunyai arti penting bagi
perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara. Di sana hidup ulama besar bernama
Sunan Giri. Beliau adalah salah seorang dari Wali Sanga yang sangat banyak jasanya
dalam pemerintahan dan penyebaran Islam di tanah Jawa.
Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang didatangi oleh santri-santri
dari
berbagai daerah di Indonesia, antara lain dari Madura, Maluku, Nusa Tenggara, dan
Sulawesi. Mereka yang belajar dengan Sunan Giri akhirnya kembali ke daerahnya
masing-masing termasuk ke Makassar dan Bugis.
Di Sulawesi perkembangan Islam tidak sepesat di tanah Jawa dan Sumatra.
Penyebaran Islam di Sulawesi disebarkan dengan cara damai. Terkadang terjadi
pertentangan antara daerah yang satu dan yang lainnya namun hal itu bukan karena
kepentingan para penyebar Islam. Pertentangan sering terjadi karena kepentingan
politik antara kerajaan Islam dan nonislam, ataupun Islam yang sudah lebih dahulu
berkembang di tanah Sulawesi. (Yudishtira) (Erlangga)
Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan
dan saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan Makassar.
Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut Ujungpandang. Raja-raja
Makassar belum memeluk agama Islam. Setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar
Islam dari Sumatra, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.
Pada awalnya Kerajaan Makassar merupakan dua kerajaan kembar, yaitu Gowa-Tallo
yang terletak di Semenanjung Barat Daya Sulawesi Selatan. Sejak Gowa- Tallo tampil sebagai
pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Ternate yang
sebelumnya telah menerima Islam dari Sunan Giri. Sejak itulah, Raja
Ternate berusaha
mengajak penguasa Gowa-Tallo untuk memeluk Islam, tetapi gagal. Pada waktu Datok Ri
Bandang datang ke Kerajaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai diterima dengan baik. Buktinya
Raja Gowa yang bernama Karaeng Tunigallo memeluk Islam dan memakai gelar Sultan
Alaudin Awwalul Islam (1605-1638 M).
Setelah Sultan Alauddin wafat, penerusnya adalah Sultan Muhammad Said (1638-1653
M).Namun, tidak banyak catatan sejarah yang menerangkan masa pemerintahannya. Setelah
Sultan Muhammad Said wafat, penguasa berikutnya adalah Sultan Hasanuddin yang berkuasa
sejak tahun 1653 M. Pada masa pemerintahannya, Makassar mencapai puncak kejayaan.
la berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan
wilayah Indonesia bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa penting, yakni
persaingan antara Gowa-Tallo (Makassar) dan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri
dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669 M).
Pertempuran ini juga
disulut oleh perilaku Belanda yang menghalangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah
dari Maluku dan mencoba memonopoli perdagangan.
Keberanian melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin dijuluki "Ayam Jantan dari
Timur" oleh orang-orang Belanda. Dalam pertempuran tersebut Hasanuddin tidak berhasil
mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makassar. Makassar harus menyetujui
Perjanjian Bongaya (1667 M) yang isinya sesuai keinginan Belanda. Isi Perjanjian Bongaya
sebagai berikut.
1. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar.
Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
2.Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
3.Makassar harus melepas daerah kekuasaan berupa daerah di luar Makassar.
4.Aru Palaka diakui sebagai raja bone
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, Sultan Hasanuddin tetap berjuang melawan
Belanda. Setelah Benteng Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun
takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada putranya, Mappasomba. Sultan Hasanuddin sangat
berharap agar Mappasomba dapat bekerja sama dengan Belanda.
Tujuannya Kerajaan
Makassar dapat bertahan. Ternyata Mappasomba jauh lebih keras daripada ayahnya sehingga
Belanda mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menghadapi Mappasomba. Pasukan
Mappasomba berhasil dihancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. (LKS)
2.LETAK GEOGRAFIS
Kerajaan Islam Gowa Tallo terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya di Semenanjung barat daya Pulau Sulawesi Selatan. Lokasi pusat pemerintahan kerajaan Gowa Tallo berada di Sombaopu (Makassar). Rakyat dari kerajaan ini berasal dari suku Makassar yang menempati wilayah ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Karena letaknya yang strategis secara geografis, maka wilayah Makassar menjadi jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Para pedagang Islam tersebut, yang akhirnya berperan dalam penyebaran Islam di Sulawesi.
3.RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH
1. Sultan Alaudin (1605-1639 M)
Raja Gowa pertama yang memeluk Islam adalah Alaudin al-Awwal dengan perdana
menteri atau wazir bernama Karaeng Matopa pada tahun 1603 M.
Sebelumnya, dakwah
Islam telah sampai pula pada ayah Alaudin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate
yang terlebih dahulu masuk Islam.
Beberapa ulama Kerajaan Gowa pada masa Sultan Alaudin yang terkenal dengan
dakwahnya, antara lain Khatib Tunggal, Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, dan Datuk
Ri Tiro. Sultan Alaudin wafat pada tahun 1639 M setelah memangku jabatan sebagai
raja Kerajaan Islam Gowa-Tallo selama 34 tahun. Sultan Alauddin Kemudian digantikan
oleh putranya yang bernama Muhammad Said (1639-1653 M).
2.Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
Masa kejayaan Gowa-Tallo diraih ketika pemerintahan Sultan Hasanuddin yang naik takhta pada 1653 M. Pada masa kejayaannya, Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaan dengan menguasai daerah-daerah subur serta daerah yang menunjang keperluan perdagangan. Perluasan daerah ini bahkan sampai ke Nusa Tenggara Barat dan Kerajaan Gowa-Tallo dikenal sebagai negara maritim yang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur.
Sementara perkembangan kerajaan di bidang sosial masa pemerintahan Sultan Hasanudin adalah memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten. Sultan Hasanuddin adalah sosok raja yang sangat anti terhadap dominasi asing. Oleh karena itu, dirinya menentang kehadiran VOC yang kala itu telah berkuasa di Ambon. Sultan Hasanuddin kemudian mempimpin peperangan melawan VOC di daerah
Maluku dan berhasil memporak-porandakan pasukan Belanda. Menyadari kedudukannya semakin terdesak, Belanda berupaya mengakhiri peperangan dengan melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Siasat politik adu domba yang dijalankan Belanda berhasil hingga Raja Bone yaitu Aru Palaka, akhirnya mau bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar. Setelah bertahun- tahun berperang, Kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667. Dalam perjanjian tersebut, banyak pasal yang merugikan Makassar, tetapi harus diterima Sultan Hasanuddin. Dua hari setelah perjanjian itu, Sultan Hasanuddin turun takhta dan menyerahkan kekuasaan kepada Sultan Amir Hamzah. Perjanjian Bongaya menjadi awal kemunduran Kerajaan Gowa-Tallo. Pasalnya, raja-raja setelah Sultan Hasanuddin bukanlah raja yang merdeka dalam penentuan politik kenegaraan.
3.. Sultan Hasanudin (1653-1669)
Sultan Hasanudin adalah putra Muhammad Said. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Islam Gowa mampu mencapai puncak kejayaan. Menjelmanya Kerajaan Gowa
sebagai pusat maritim menjadikan Makassar pusat pelabuhan Internasional.
4.Bukti Peninggalan
1.Benteng Samba Opu
Peninggalan pertama sejarah Kerajaan Gowa Tallo adalah Benteng Somba Opu. Benteng didirikan pada abad ke-16 saat kepemimpinan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’Kallonna. Bendeng Somba Opu berada di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
2. Istana Balla Lompoa
Selanjutnya, peninggalan sejarah Kerajaan Gowa Tallo adalah Istana Balla Lompoa. Balla Lompoa berarti rumah besar atau kebesaran dalam bahasa Makassar. Baca Juga 3 Kerajaan Besar di Jawa Timur yang Berperan dalam Kejayaan Nusantara di Masa Lampau Istana ini dibangun oleh Raja I Mangimingi Daeng Matutu pada tahun 1936 sebagai pusat kerajaan. Bangunan ini terbuat dari bahan kayu jati bercorak arsitektur tradisional. Ada juga terdapat teknik modern di beberapa bagian tertentu, misalnya di persambungan kayu menggunakan baut, bahkan bagian dapurnya menggunakan bahan
Batu bata
3.Masjid Tua Katangka
Peninggalan sejarah Kerajaan Gowa Tallo selanjutnya ada Masjid Katangka atau Masjid Al Hilal. Masjid ini terletak di Kecamatan Somba Opu, Sulawesi Selatan. Masjid ini dibangun sekitar awal tahun 1600 dan merupakan yang tertua di Sulawesi Selatan. Saat masa penjajahan Belanda, masjid ini digunakan sebagai benteng pertahanan.
4. Benteng Fort Rotterdam
Kemudian, peninggalan sejarah Kerajaan Gawo Tallo yakni Benteng Fort Rotterdam. Benteng ini awalnya diberi nama Benteng Jumpandang. Benteng ini didirikan saat kepemimpinan I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung pada abad ke-16.
Benteng ini merupakan markas dari pasukan kerajaan Gowa Tallo yang terletak di tepi barat pantai kota Makassar.
5. Batu Pallantikang Peninggalan sejarah Kerajaan Gowa Tallo selanjutnya yakni Batu Pallantikang, yang merupakan dua batu kapur menghimpit sebuah batu andesit dan digunakan untuk pengambilan sumpah para raja kerajaan Gowa-Tallo. Dalam kepercayaan masyarakat pada masa itu, batu ini dianggap sebagai batu dari kahyangan sehingga diyakini memiliki tuah. Batu ini terletak di sebelah tenggara kompleks pemakaman Tamalate. Batu Pallantikang merupakan batu yang terbentuk secara alami.