LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN SKRINNING FITOKIMIA
Dwi Putri Nur Hidayati/202110220311071 Dahlia Elianarni, S.TP., M.Sc
Rabu, 21 Juni 2023 Risky Dharlyansyah
PENDAHULUAN
Firman Allah Swt. surat Luqman ayat 10 menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan berbagai macam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai keperluan (Anggraeni et al., 2014).
Indonesia termasuk salah satu negara “megadiversity” yang kaya keanekaragaman hayati. Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan tropika, dan sekitar 1.260 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat.
Keanekaragaman hayati tersebut merupakan sumber biomolekul senyawa-senyawa organik yang tidak terbatas jumlahnya. Sejak dahulu kala, nenek moyang kita telah mengetahui sifat-sifat yang berguna dari berbagai jenis tumbuhan untuk mengobati penyakit, pembunuh jamur maupun pengawet kayu sebagai bahan bangunan maupun yang lainnya. Sebagian informasi tersebut ada yang tercatat dalam dokumen kuno yang berasal dari beberapa wilayah Indonesia, namun ada juga yang hanya sebagai cerita dari mulut ke mulut. (Atun, 2014).
Pada era modern saat ini kandungan senyawa pada tanaman sudah dapat dengan mudah diidentifikasi, salah satunya dengan metode skrining fitokimia.
Skrining ftokimia menjadi metode yang dapat digunakan untuk mempelajari komponen senyawa aktif yang terdapat pada sampel, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologisnya, isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis tanaman. Sampel tanaman yang digunakan dalam uji fitokimia dapat berupa daun, batang, buah, bunga umbi dan akarnya yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat obatan tradisional (Agustina et al., 2016). Skrining fitokimia bertujuan memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman seperti pemeriksaan alkaloid, glikosida, steroid/triterpenoid, saponin, flavonoid, polifenol,
dan tannin. Skrining fitokimia merupakan metode yang sederhana, cepat, serta sangat selektif (Simaremare, 2014).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui tanaman atau tumbuhan di sekitar mengandung banyak senyawa yang ternyata sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Namun jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu perlu dilakukan uji untuk dapat mengetahui senyawa apa yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini dapat dilakukan menggunakan metode uji skrining fitokimia dengan analisis kromatografi lapis tipis. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara melakukan skrining fitokimia dengan menggunakan hasil analisis kromatografi lapis tipis dan reagen penampak noda.
TINJAUAN PUSTAKA
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan memberi gambaran mengenai golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi Kelebihan skrining fitokimia yaitu sederhana, cepat, serta sangat selektif (Minarno, 2015; Yanti & Vera, 2019).
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan senyawa kimia yang didasarkan pada dua fase yaitu fase gerak yang berupa cairan dan fase diam yang berupa padatan. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan suatu analisis sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan penegasan terhadap senyawa kimia yang terkandung pada tumbuhan disamping skrining fitokimia. KLT merupakan cara cepat dan mudah untuk pemisahan senyawa pada suatu sampel berdasarkan polaritas. Metode ini memudahkan untuk analisis skala kecil karena hanya memerlukan bahan-bahan yang relatif sedikit dan juga waktu yang cukup singkat
. Prinsip kromatografi lapis tipis berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. (Abdullah et al., 2018; Forestryana & Arnida, 2020; Muti’ah et al., 2013).
Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) masih merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik terutama terhadap senyawa yang memiliki sifat semi polar pada konstanta dielektrik 2 hingga 10.
Pemisahan suatu molekul dengan teknik KKG sangat tergantung pada keahlian penentuan eluen, sedangkan petunjuk keberhasilan pemisahan tergantung pada profil Rf pada KLT sebagai hasil pemisahan dengan eluen tersebut. Jika Rf antara spot senyawa satu dan lainnya menunjukkan pemisahan yang signifikan maka prospek menemukan molekul murni tersebut sangat berpeluang. Oleh karena itu profil Kromatografi Lapis Tipis hasil pemisahan suatu teknik pemisahan sangat penting untuk memprediksi keberhasilan pemisahan dengan metode tersebut atau menentukan teknik baru untuk pemisahannya. Pemurnian senyawa dengan KKG memanfaatkan sifat kep olaran senyawa dan gaya gravitasi. Pemisahan dengan kromatografi kolom gravitasi biasanya akan memperoleh hasil yang baik apabila digunakan campuran pelarut yang dapat memisahkan komponen Rf kurang dari 0,3 pada uji coba dengan KLT (Mamonto et al., 2015; Mutmainnah et al., 2017).
Jeruk purut termasuk dalam suku Rutaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang banyak ditanam di beberapa negara termasuk Indonesia. Daun jeruk sering dimanfaatkan sebagai obat dan juga penambah rasa dalam makanan. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri khususnya pada bagian kulit buah dan daunnya. Daun jeruk purut mengandung sabinena dan limonena yang berguna untuk kosmetik, aromaterapi, pencuci rambut, antelmintik, obat sakit kepala, nyeri lambung dan pengusir serangga alami. Daun jeruk purut mengandung tanin 1,8%, steroid, triterpenoid dan kandungan utama daun jeruk purut adalah minyak atsiri yang bisa mencapai kadar antara 2 – 3,5 % (Masadi et al., 2018).
Pandan (Pandanus amaryllifolius) termasuk famili Pandanaceae, genus Pandanus. Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan merupakan tanaman perdu tahunan dengan tinggi 1–2 m. Khasiat tanaman ini adalah sebagai rempah- rempah, bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan dan
bahan baku pembuatan minyak wangi. Selain itu pandan juga digunakan sebagai obat tradisional untuk mencegah rambutrontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, mengobati lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah. Daun pandan mempunyai kandungan kimia antara lain alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna.
Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk menghasilkan minyak atsiri (Tasia & Widyaningsih, 2014).
Sereh merupakan tanaman yang umumnya digunakan sebagai bumbu dapur dan untuk pengobatan tradisional yang dimanfaatkan sebagai obat kumur untuk sakit gigi dan gusi yang bengkak, serta bahan-bahan obat untuk melancarkan air seni dan haid. Sereh digunakan untuk menghambat atau membunuh bakteri patogen karena mengandung minyak atsiri yang berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri terhadap beberapa bakteri patogen, seperti Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli yang telah diuji pada penelitian sebelumnya. Sereh memiliki aktivitas antibakteri yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan luka karena bakteri Staphylococcus aureus sering ditemukan pada jaringan kulit yang terluka, termasuk pada luka bakar. Minyak atsiri sereh dibuat dalam bentuk sediaan gel yang dapat menahan dan menciptakan lingkungan lembab di sekitar luka sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka (Tambunan & Sulaiman, 2018).
ALAT BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah set KLT (Plat KLT, Pipa kapiler), tisu, lampu UV-Vis, blower, rotary evaporator, pipet ukur, gelas beaker, tabung reaksi, dan chamber. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sereh, pandan, daun jeruk, reagen vanillin, reagen serium sulfat, eluen, reagen dragendorff, pelarut n-Heksana, dan aquades.
Prosedur Kerja Pembuatan Ekstrak
Prosedur Kerja Metode KLT
Sampel
Penghalusan
Pemaserasian dengan aseton
Penyaringan filtrat
Penghilangan pelarut dengan alat rotary evaporator
Filtrat sampel
Pemotongan plat KLT sesuai ketentuan
Pemberian kode sesuai intruksi
Pengelusian plat dengan pelarut n-heksana:kloroform:aseton Pengamatan di bawah sinar lampu UV-
Vis
Penyemprotan masing-masing plat dengan reagen yang berbeda
Pengamatan kenampakan perubahan warna
Plat dengan spot
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Skrining Fitokimia Menggunakan Metode KLT
Sampel Reagen Gambar Hasil Keterangan Daun Jeruk Serium Sulfat + Flavonoid
Pandan + Flavonoid
Sereh + Flavonoid
Daun Jeruk Dragendorff + Alkaloid
Pandan + Alkaloid
Sereh - -
Daun Jeruk Vanillin + Terpenoid
Pandan - -
Sereh + Terpenoid
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menggunakan metode KLT didapatkan hasil perubahan warna pada seluruh plat setelah disemprot menggunakan reagen-reagen tersebut. Pada plat penyemprotan reagen Dragendorrff noda sampel daun jeruk berubah menjadi kuning kecoklatan pekat pada ujung, pada sampel pandan juga menunjukkan perubahan kekuningan namun lebih samar dari noda sampel daun jeruk, sedangkan pada sampel sereh noda sangat samar atau hampir tak terlihat. Menurut (Hikmawanti et al., 2016) Reagen Dragendorff berguna untuk memastikan bahwa bercak tersebut adalah senyawa alkaloid. Keberadaan senyawa alkaloid ditegaskan jika hasil penyemprotan terbentuk noda berwarna jingga pada plat. Berdasarkan pernyataan tersebut membuktikan bahwa daun jeruk dan daun pandan mengandung senyawa alkaloid.
Pada plat dengan penyemprotan reagen serium sulfat semua sampel menunjukkan perubahan warna. Pada sampel daun jeruk menunjukkan perubahan warna menjadi biru keabu-abuan dan hijau, sama seperti sampel daun pandan dan
sereh. Namun pada sampel sereh warna lebih pudar lagi. Menurut (Siahaan et al., 2015) skrining fitokimia senyawa golongan flavonoid menunjukkan hasil positif jika penyemprotan dengan reagen serium (IV) sulfat menghasilkan bercak noda berwarna coklat jingga dengan visualisasi pada sinar tampak dan pendar hijau muda dengan visualisasi menggunakan sinar UV 366 nm dan sinar UV 254 nm.
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil daun jeruk, sereh dan daun pandan menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
Hasil pada plat dengan penyemprotan reagen vanillin juga mengalami perubahan warna noda, pada sampel daun jeruk noda menjadi warna biru keunguan sedangkan pada sampel pandan warna lebih dominan kuning kehijauan dan pada sampel sereh menunjukkan warna ungu kebiruan yang lebih pudar. Menurut (Tonius et al., 2016) reagen vanillin dapat mengidentifikasi senyawa terpenoid, Hasil identifikasi dinyatakan positif apabila terjadi perubahan warna menjadi merah-ungu. Plat KLT yang disemprot terjadi perubahan warna ungu sehingga ekstrak dipastikan positif mengandung terpenoid steroid. Berdasarkan hasil yang didapatkan dan pernyataan di atas menunjukkan bahwa daun jeruk dan sereh mengandung senyawa terpenoid.
Menurut penelitian sebelumnya oleh (Arfania, 2018) ditemukan bahwa daun jeruk purut mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin. Berdasarkan penelitian (Dewanti & Sofian, 2017) membuktikan bahwa ekstrak etil asetat dari daun pandan wangi mengandung senyawa terpenoid serta senyawa steroid dengan potensi antidiabetes yaitu daya hambat sebesar 0,79%
pada konsentrasi 3,12 ppm. Menurut (Yuliningtyas et al., 2019) pada batang sereh ( Cymbopogon citratus) mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid, flavonoid, dan tannin. Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa sampel mengandung senyawa yang tidak sesuai dengan literatur. Menurut (Lau & Wuru, 2020) Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak noda dalam KLT yang juga mempengaruhi harga Rf yaitu struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan, sifat penyerap dan derajat aktivitasnya biasanya aktivitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menepati pusat-pusat serapan dari penyerap. Adanya ketebalan dalam ketidakrataan dari lapisan penyerap bisa menyebabkan aliran pelarut tidak rata dalam daerah yang
kecil dari plat. Jumlah cuplikan yang digunakan terlalu berlebihan memberikan penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak seimbang hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada nilai Rf. Fakotor- faktor tersebut akan menyebabkan hasil yang berbeda pula.
Tabel 2. Skrining Fitokimia Menggunakan Metode KKG
Sampel Gambar Hasil
Daun jeruk Flavonoid
Pandan Alkaloid
Sereh Terpenoid
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menggunakan metode KKG yang sebelumnya telah dilakukan KLT terlebih dahulu untuk menentukan senyawa
yang positif terkandung dalam sampel. Pada sampel daun jeruk berdasarkan hasil KLT mengandung senyawa flavonoid, senyawa ini dielusi dengan KKG, hasil diperoleh menunjukkan hasil positif terhadap flavonoid dengan terbentuknya warna hijau dan kuning fraksi. Pada sampel daun pandan hasil juga menunjukkan beberapa fraksi yaitu warna hijau, kuning dan terdapat busa pada fraksi. Menurut (Katrin & Bendra., 2015) ia menjelaskan warna hijau fraksi menandakan bahan pangan mengandung klorofil. Menurut (Yuliana et al., 2017) apabila fraksi mendapati adanya busa maka menandakan bahwa sampel tersebut mengandung saponin. Fraksi-fraksi yang telah didapatkan selanjutnya akan di analisis lebih lanjut. Pada penelitian Kandungan zat aktif yang dimilikinya daun jeruk nipis ( Citrus aurantifolia) diketahui mengandung flavonoid seperti Quersetin serta fenolik yang bersifat sebagai antioksidan. Menurut (Dewanti & Sofian, 2017) Pandan wangi mengandung berbagai golongan senyawa yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, polifenol yang memiliki peran dalam aktivitas farmakologinya.
Menurut (Priyadi et al., 2021) Serai diketahui memiliki kandungan alkaloid, terpenoid, dan fenol.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan atau tanaman di sekitar kita pasti memiliki senyawa yang baik bagi tubuh manusia. Salah satu cara agar senyawa tersebut dapat diketahui secara pasti perlu melakukan metode analisis seperti KLT dan KKG. Berdasarkan metode yang telah dilakukan pada sampel daun jeruk positif mengandung senyawa alkaloid dan terpenoid, daun pandan mengandung alkaloid dan sereh mengandung senyawa terpenoid.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. R. A., Paransa, D. S. J., Mantiri, D. M. H., Angkow, E. D., Angmalisang, P. A., & Mudeng, J. D. (2018). Distribusi Pigmen Karotenoi pada Kepiting Grapsus sp Dengan Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 6(2), 19–25.
https://doi.org/10.35800/jplt.6.2.2018.21389
Agustina, S., Ruslan, & Wiraningtyas, A. (2016). Skrining Fitokimia Tanaman Obat Di Kabupaten Bima. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal Of Applied Chemistry), 4(1), 71–76.
Anggraeni, O. N., Fasya, A. G., & Hanapi, A. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat, Kloroform, Petroleum Eter, dan N-Heksana Hasil Hidrolisis Ekstrak Metanol Mikroalga Chlorella sp. Alchemy, 3(1), 173–188.
https://doi.org/10.18860/al.v0i1.2911
Arfania, M. (2018). Telaah Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) di Kabupaten Karawang. Pharma Xplore : Jurnal Ilmiah Farmasi , 2(2), 131–135. https://doi.org/10.36805/farmasi.v2i2.323
Atun, S. (2014). Metode Isolasi dan Identifikasi Struktural Senyawa Organik Bahan Alam. Jurnal Konservasi Cagar Budaya, 8(2), 53–61.
https://doi.org/10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v8i2.132
Dewanti, N. I., & Sofian, F. F. (2017). Aktivitas Farmakologi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Farmaka, 15(2), 186–194. Pandanus amayllifolius Roxb., aktivitas farmakologi, ekstrak, review jurnal ABSTRACT
Forestryana, D., & Arnida, A. (2020). Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Hydrolea Spinosa L.).
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 11(2), 113–124.
https://doi.org/10.52434/jfb.v11i2.859
Hikmawanti, N. P. E., Hariyanti, H., Aulia, C., & Viransa, V. P. (2016). Kandungan Piperin Dalam Ekstrak Buah Lada Hitam dan Buah Lada Putih (Piper nigrum
L.) Yang Diekstraksi Dengan Variasi Konsentrasi Etanol Menggunakan Metode KLT-Densitometri. Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi, 13(2), 173–185. https://doi.org/10.12928/mf.v13i2.7769
Katrin, & Bendra, A. (2015). Aktivitas Antioksidan Ekstrak, Fraksi dan Golongan Senyawa Kimia Daun Premna oblongata Miq. Pharmaceutical Sciences and Research, 2(1), 21–31. https://doi.org/10.7454/psr.v2i1.3332
Lau, S. H. A., & Wuru, A. F. (2020). Identifikasi Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Paliasa (Melochiaumbellata (Houtt) stapf) Dari Desa Renggarasi Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Jurnal Farmasi Sandi Karsa, 5(3), 248–253.
Mamonto, K. D., Ramadhan, A. M., & Rijai, L. (2015). Profil Kromatografi Lapis Tipis Metabolit Sekunder Ekstrak Fraksi etil asetat Daun Alpukat (Persea americana Mill) Hasil Pemisahan Kromatografi Kolom Gravitasi. Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1, 100–107.
Masadi, Y. I., Lestari, T., & Dewi, I. K. (2018). Identifikasi Kualitatif Senyawa Terpenoid Ekstrak N- Heksana Sediaan Losion Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix Dc). Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 3(1), 32–40.
https://doi.org/10.37341/jkkt.v3i1.63
Minarno, E. B. (2015). Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid pada Buah Carica pubescens Lenne & K. Koch di Kawasan Bromo, Cangar, dan
Dataran Tinggi Dieng. El-Hayah, 5(2), 73–82.
https://doi.org/10.4269/ajtmh.1986.35.167
Muti’ah, R., Hayati, E. K., & Triastutik, Y. (2013). Pemisahan dan Identifikasi Ekstrak Kasar Seskuiterpen Daun Bunga Matahari (Helianyhus annuus L.) Dengan Kromatografi Lapis Tipis. Alchemy, 2(3), 150–204.
https://doi.org/10.18860/al.v0i0.2905
Mutmainnah, P. A., Hakim, A., & Savalas, L. R. T. (2017). Identifikasi Senyawa Turunan Hasil Fraksinasi Kayu Akar Artocarpus Odoratissimus. Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, 3(2), 26–32.
https://doi.org/10.29303/jppipa.v3i2.89
Priyadi, M., Chusna, N., Isnawati, I., & Indriani, O. (2021). Profil Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L.) dan Serai (Cymbopogon
citratus). Jurnal Pharmascience, 8(1), 45.
https://doi.org/10.20527/jps.v8i1.9725
Siahaan, M. R., Alimuddin, A. H., & Harlia. (2015). Identifikasi Metabolit Sekunder Ekstrak Landak Laut (Diadema setosum) Daun Uji Aktiviatas Antibakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus. Jurnal Kimia Khatulistiwa (JKK), 4(4), 53–60.
Simaremare, E. S. (2014). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea decumana (Roxb.) Wedd). Pharmacy, 11(01), 98–107.
Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi Gel Minyak Atsiri Sereh Dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik, 14(2), 87–95.
Tasia, W. R. N., & Widyaningsih, T. D. (2014). Black Cincau(Mesona palustris Bl.), Pandanus Leaves (Pandanus amaryllifolius) and Cinnamon (Cinnamomum burmannii) Potential as Basic Ingredients of Functional Herbal Drink: A Review. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(4), 126–136.
Tonius, J., Wibowo, M. A., & Idiawati, N. (2016). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Steroid Fraksi n-Heksana Daun Buas-Buas ( Premna serratifolia L . ).
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 5(1), 1–7.
Yanti, S., & Vera, Y. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 41–46.
Yuliana, Y., Ilyas, A., & Suriani. (2017). Isolasi Senyawa Bioaktif Antibakteri Pada Ekstrak Etanol Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Kepulauan Selayar. Al- Kimia, 5(1), 71–80. https://doi.org/10.24252/al-kimia.v5i1.2340
Yuliningtyas, A. W., Santoso, H., & Syauqi, A. (2019). Uji Kandungan Senyawa Aktif Minuman Jahe Sereh (Zingiber officinale dan Cymbopogon citratus).
Bioscience-Tropic, 4(2), 1–6.
DOKUMENTASI