Laporan Praktikum
FITOKIMIA I
“REFLUKS”
Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Fitokimia I
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : D - S1 FARMASI 2021
ASISTEN : FREDERICK BONGSO, A.Md. Farm
LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan
FITOKIMIA I
“REFLUKS”
OLEH
KELOMPOK IV (EMPAT) D - S1 FARMASI 2021
1. MOH. KRISNA Y. UNDJILA (821421103)
2. VERA RIANANDA (821421009)
3. PUPUT AGY ANGELINA ISANG (821421044)
4. PUJI RAHAYU (821421053)
Gorontalo, Maret 2023 Mengetahui,
Asisten
NILAI
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Asisten dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Refluks”
karena telah menyelesaikan laporan yang merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harap para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua. Aamiin, Ya Rabal ‘Alaamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Gorontalo, Maret 2023
Kelompok IV
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Dasar Teori 3
2.2 Uraian Tanaman 10
2.3 Uraian Bahan 10
BAB III METODE PRAKTIKUM 12 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 12 3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Cara Kerja 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13
4.1 Hasil 13
4.2 Pembahasan 13
BAB V PENUTUP16 5.1 Kesimpulan16
5.1 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan gudang atau tempat penyimpanan bahan kimia terbesar, dimana ada ribuan jenis senyawa kimia yang terkandung didalam tanaman, namun sampai dengan saat ini masih begitu banyak peranan dan fungsi dari senyawa-senyawa kimia ini yang belum terungkap seluruhnya. Senyawa- senyawa kimia tersebut memiliki bioaktivitas yang sangat beragam, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.
Salah satu cara untuk mendapatkan manfaat dari kandungan bahan alam adalah dengan mengambil sari atau memisahkan kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut. Cara yang paling umum digunakan untuk mendapatkan sari atau kandungan senyawa aktif pada suatu tanaman biasanya dilakukan dengan teknik ekstraksi.
Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna dimana teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut antara dua pelarut atau lebih yang saling bercampur. Definisi lain tentang ekstraksi yaitu suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai dalam standar prosedur ekstraksi. Proses ekstraksi akan berhenti ketika kesetimbangan telah tercapai anatara konsentrasi senyawa dalam pelarut dan konsentrasi dalam simplisia.
Setelah proses ekstraksi selesai, residu padat dan pelarut (marc) dipisahkan dengan cara penyaringan. Pada umumnya ekstraksi dibedakan menjadi dua yaitu ekstraksi panas dan ekstraksi dingin.
Ekstraksi dingin ialah ekstraksi yang tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah perkolasi dan maserasi.ekstraksi panas ialah ekstraksi yang melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metodenya adalah ekstraksi dengan alat Soklet, infusa dan refluks.
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan dan mampu mengekstraksi andrografolid yang merupakan senyawa tahan panas.
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum ekstrasi panas dengan menggunakan metode refluks yang bertujuan untuk mengetahui cara melakukan metode refluks dengan sampel tanaman yaitu berupa haksel meranti (Shorea)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi panas?
2. Apa saja jenis-jenis ekstraksi panas?
3. Bagaimana prinsip kerja refluks?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi panas 2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ekstraksi panas
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja refluks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori
2.1.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun dan umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Menurut Herbie (2015), simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1. Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia Hewani
Simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. Simplisia tanaman obat termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian dari tanaman, misalnya merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut Piperis albi Fructus. Fructus menunjukkan bagian tanaman yang artinya “buah”. Di bawah ini penjelasan mengenai nama latin dari bagian tanaman yang digunakan sebagai simplisia adalah :
1. Kulit (cortex) adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu.
2. Kayu (lignum) merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
3. Daun (folium) merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri
4. Herba umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis herba yang bersifat herbaceous.
5. Bunga (flos) dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.
6. Akar (radix) yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi.
7. Umbi (bulbus) adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya.
8. Rimpang (rhizome) adalah produk tanaman obat berupa potongan- potongan atau irisan rimpang.
9. Buah (fructus) ada yang lunak da nada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar.
10. Biji (semen) diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya (Herbie, 2015).
2.1.2 Proses Pembuatan Simplisia Menurut (Melinda, 2014) proses pembuatan simplisia meliputi:
a. Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah yang mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan mata air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin
c. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang diinginkan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki
d. Pengeringan
Menurut proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut:
a). Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.
b). Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.
c). Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya).
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dan 10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari proses pengeringan adalah suhu pengeringan, lembaban udara,
waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi 60° , tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30° sampai 45°. Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan menggunakan instrumen
e. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak.
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
f. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya. Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air.
2.1.3 Pengertian ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair (Tambun, Limbong, Pinem, & Manurung, 2016).
2.1.4 Jenis-jenis ekstraksi
Jenis-jenis ekstraksi menurut Raharjo (2013) a. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran 1) Esktraksi padat-cair
Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling banyak ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di dalam campurannya dan memerlukan kontak yang
sangat lama antara pelarut dan zat padat. Kesempurnaan proses ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan yang akan diekstraksi.
2) Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan diekstraksi berbentuk cairan di dalam campurannya.
b. Berdasarkan penggunaan panas 1) Ekstraksi secara dingin
Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawasenyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :
a) Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada temperature kamar dan terlindung dari cahaya.
b) Perkolasi Perkolasi
adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
2) Ekstraksi panas 20
Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung dalam simplisia dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya:
a) Seduhan
Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit).
b) Coque (penggodokan)
Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tanpa ampas.
c) Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut : “Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan ke dalam panci infusa, kemudian ditambahkan air secukupnya. Panaskan campuran di atas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90°C sambil sekali-sekali diaduk.
Serkai selagi panas menggunakan kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki”.
d) Digestasi
Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu 30-40°C. Metode ini biasanya digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu biasa.
e) Dekokta
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C. Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat yang termolabil.
f) Refluks
merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.
g) Soxhletasi
Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada metode refluks.
2.1.5 Pengertian Refluks
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan dan mampu mengekstraksi andrografolid yang merupakan senyawa tahan panas (Pratiwi, 2010; Mohan, 2013). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi.
2.1.6 prinsip kerja refluks
Prinsip dari metode refluks adalah Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah membutuhkan volume pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator ( Leslie,T. 2005).
2.1.7 Keuntungan dan Kerugian Refluks 1. Keuntungan metode Refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
2. Kerugian metode Refluks
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Meranti (shorea lepsula)
Menurut Wulaningrum, R, Robby, B.F., 2017, klasifikasi tanaman Meranti (shorea lepsula) yaitu:
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Oleaceae
Genus : Shorea
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Pubchem, 2023)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol Rumus struktur :
Gambar 2.2.1 Meranti (shorea lepsula)
H H
H C C O H
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman.
Khasiat : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
2.3.2 Metanol (Pubchem, 2023)
Nama Resmi : Metanol
Nama Lain : Metanol absolute Rumus Molekul : CH3OH
Berat Molekul : 32,04 g/mol Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna
Khasiat : untuk menurunkan titik beku cairan berbasis air dan meningkatkan titik didihnya.
Kegunaan : Sebagai pengendap protein Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
H
H C O H H
BAB III
METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fitokimia 1 “Refluks” dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 18 maret 2023 pukul 16.00-19.30 WITA. Tempat pelaksanaan praktikum yaitu bertempat di laboratorium Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan 3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, alat refluks, cok roll, gelas kimia, gelas ukur, kain saring, kelereng, loyang/wadah besar, dan penangas air.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, Alkohol, alumunium foil, air, es batu, kertas label, lakban hitam, sampel haksel meranti (Shorea lepsula), metanol, pewarna makanan, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%
3. Ditimbang sampel tanaman sebanyak 30 gram 4. Diukur pelarut sebanyak 250 ml
5. Dimasukkan kelereng dan pelarut dalam wadah alas bulat 6. Dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat
7. Dirangkai alat refluks yg sudah berisi sampel dan pelarut 8. Dilakukan ekstraksi selama 30 menit
9. Disimpan hasil ekstraksi pada botol kaca yang telah dilapisi alumunium foil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Tabel Hasil Percobaan
Sampel Hasil Percobaan Berat Sampel
Volume Pelarut Sebelum Sesudah
Meranti
(Shorea) 30 gram 250 mL
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan salah satu metode ekstraksi yaitu metode refluks. Metode ekstraksi refluks adalah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya kondensat ini ke dalam sistem asalnya. Ini digunakan dalam distilasi industri dan laboratorium. Refluks juga digunakan dalam bidang kimia untuk memasok energi pada reaksi untuk waktu yang panjang (Rosiati & Endang, 2014).
Pada praktikum kaili dilakukan percobaan refluks. Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini ialah, agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan refluks, agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ekstraksi panas dan agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari refluks.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan refluks yaitu alat refluks, batu didih, botol, cok roll, gelas beaker, ember, labu alas, neraca digital, penangas air, pompa air, wadah. Adapun bahan yang akan digunakan pada percobaan kali ini yaitu air, alkohol 70%, aluminum foil, benang, es batu, kain saring, lakban bening, lakban tba, label, pelartu metanol, pewarna tekstil, sampel haksel meranti (shorea).
Pada percobaan ini, dibersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan agar terhindar dari mikroorganisme. Hal ini sesuai menurut Notariza (2020), alkohol dengan konsentrasi 70% umumnya digunakan sebagai cairan antiseptik
yang dapat digunakan untuk membersihkan luka atau alat-alat medis. Konsentrasi ini jauh lebih tinggi daripada konsentrasi alkohol pada minuman sehingga alkohol yang digunakan pada bidang medis tidak boleh digunakan untuk konsumsi sehari- hari karena berisiko menyebabkan keracunan yang mengancam nyawa
Timbang sampel haksel meranti (shorea) sebanyak 30 gram menggunakan neraca ohaus. Menurut Kurniawati (2021) fungsi neraca ohaus yaitu untuk mengukur massa logam atau benda yang dipakai untuk praktik di laboratorium.
Beban kapasitas maksimal yang dapat ditimbang menggunakan neraca ini yaitu sebesar 311 gram. Tentunya, hasil pengukuran neraca ini sangat terpercaya karena ketelitiannya yang sangat detail.
Ukur pelarut metanol menggunakan gelas ukur sejumlah 250 mL, karena penggunaaan pelarut metanol agar dapat melarutkan atau menarik senyawa polar pada sampel. Hal ini sesuai menurut Marfel dkk (2020), dalam penggunaan metanol sebagai pelarut dikarenakan pelarut ini dapat melarutkan senyawa polar maupun non-polar sehingga sangat baik mengekstrak senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada sampel yang digunakan.
Sampel meranti (Shorea), kelereng dan pelarut dimasukan ke dalam labu alas bulat, kelereng dimasukan agar mempercepat dan meratakan panas dari pelarut didalam labu alas. Hal ini sesuai menurut Aisiah (2016), pada labu alas bulat, dilakukan penambahan batu didih dimana fungsi dari batu didih ialah untuk mempercepat proses pemanasan. Selain itu, batu didih juga berfungsi menghomogenkan suhu panas pada seluruh bagian dari labu alas bulat sehingga etanol dapat mudah menguap. Selanjutnya rangkai alat refluks yang sudah berisi sampel dan pelarut.
Gunakan pewarna dan es batu sebagai pendukung/pendingin proses ekstraksi atau biasa disebut dengan kondensor. Hal ini sesuai menurut Aisiah (2016), kondensor berfungsi sebagai pendingin balik dan juga untuk mempercepat proses pengembunan.
Hasil ekstraksi kemudian dimasukan ke dalam botol kemudian ditutup rapat dan dibungkus menggunakan aluminum foil, dan simpan ditempat yang
bahwa proses ekstraksi dilakukan dengan menempatkan sampel pada wadah yang tertutup rapat oleh aluminium foil bertujuan untuk mencegah kontak antara sampel dengan cahaya yang mengakibatkan terjadinya degradasi senyawa yang terkandung dalam sampel. Hasil ekstraksi yang didapat warna larutan yang awalnya bening berubah menjadi warna kuning, Menurut Aisiah (2016), hasil penyarian sudah didapatkan hasil yang cukup pekat yang ditandai dengan warna larutan yang mulanya putih berubah menjadi kuning tua karena adanya hasil sarian senyawa aktif.
Kemungkinan kesalahan dari praktikum kali ini yaitu, pada saat muangkan sampel kedalam labu alas bulat ada sampel yg tumpah dan jumlah smpel yang digunakan berkurang.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
1. Metode ekstraksi panas merupakan metode ekstraksi yang menggunakan pemanasan dalam mengekstraksi simplisia dengan pelarut yang lebih sedikit dan waktu yang digunakan lebih cepat.
2. Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu refluks, sokletasi dan infusa
3. Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor)
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan agar alat-alat dan bahan-bahan yang ada di Laboratorium lebih diperlengkap lagi demi kelancaran dalam proses praktikum.
5.2.2 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar pihak Jurusan memiliki kontribusi dalam pengadaan Laboratorium yang lebih lengkap dan nyaman agar para mahasiswa dapat maksimal dalam melakukan praktikum.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar Asisten lebih membimbing para praktikan dan mengoreksi jika ada kesalahan yang dibuat oleh praktikan. Kerja sama antara asisten dan praktikan juga agar dapat lebih ditingkatkan.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan agar praktikan lebih memahami dan memperkuat mengenai teori yang akan dilakukan praktikum agar tidak kesulitan dalam melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisiah Nabila fatin. 2016. Laporan Praktikum Fitokimia Isolasi Piperin Dari Fructus Piperis nigri Atau Piperis albi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Al zuhri. M & Fery Dona. 2021. Penggunaan Alkohol untuk Kepentingan Medis Tinjauan Istihsan. Faculty of Syariah, IAIN Surakarta
Amanah, W. 2019. Biokonversi antosianin menjadi antosianidin dan uji aktivitas antioksidan dari kubis ungu (Brassica oleraceae var. Capitata L.) melalui fermentasi ragi tempe (Rhyzopus oligosporus)
Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: Octopus Publishing House, p:359.
Kurniawati. 2021. Kerja, etos, tokoh utama dalam novel terbang: menembus langit. Ix (01), 14-25.
Marfel G. D. Muaja, Max R. J. Runtuwene, Vanda S. Kamu. 2020. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Dari Daun Soyogik (Saurauia Bracteosa DC.). Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Melinda. 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia inermis L), Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Mohan, M. 2013. Determination of Andrographolide in Andrographis paniculata Extracts with and without Human Serum by High Performance Thin Layer Chromatography. Int. Res. J. Pharm. ISSN 2230-8407: 41-49.
National Center for Biotechnology Information (2021). Allethrin. PubChem Compound Summary for CID 11442.
Notariza, Rakhmat. (2020). Perbedaan Bahan Untuk Alkohol Obat Dengan Alkohol Minuman. Dikutip dari Https://Www.Alodokter.Com/
Komunitas/ Topic/Alkohol-10 Diakses 17 Juni 2020
Pratiwi, E. 2010. “Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculate (Burm.F.) Nees)”
(Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Raharjo. (2013). Teori-teori Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dan
Rosiati & Endang. 2014. Jurnal Media Teknik. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas PGRI Palembang
Saputra. A, Junaidi, Amir Supriyanto dan Arif Surtono. 2022. Desain dan Realisasi Alat Ukur Massa (Neraca Digital) Menggunakan Sensor Load Cell Berbasis Arduino. Jurusan Fisika, Universitas Lampung,Bandar Lampung
Tambun, Rondang, Limbong, Harry P., Pinem, Christika, Manurung, Ester, 2016, Pengaruh Ukuran Partikel, Waktu dan Suhu pada Ekstraksi Fenol dari Lengkuas Merah, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 5, No. 4.
Wulaningrum, R, Robby, B.F., 2017. Klasifikasi Citra Adenium Menggunakan Learning Vector Quantitazion, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia, Amikom.
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I : Alat dan Bahan
1. Alat No
.
Nama alat Gambar Keguaan
1. Alat refluks Digunakan untuk
mengekstraksi sampel
2. Botol bening
Digunakan sebagai wadah untuk hasil
ekstraksi
3. Cok roll
Digunakan sebagai alat untuk menyalakan alat
refluks
4. Corong
Digunakan untuk mempermudah proses
penuangan pelarut
5. Ember Digunakan sebagai wadah untuk air
6. Gelas kimia Digunakan sebagai
wadah untuk pelarut
7. Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur banyak
pelarut
8. Kain saring Digunakan untuk
menyaring sampel
9. Kelereng Digunakan sebagai batu
didih
10. Penangas air Digunakan sebagai alat untuk memanaskan air
2. Bahan
No. Nama bahan Gambar Kegunaan
1. Alkohol 70% Digunakan sebagai bahan
membersihkan alat
2. Aluminium foil Digunakan sebagai
pembungkus botol kecap
3. Label Digunakan sebagai
penanda tiap tiap sampel
4. Lakban hitam Digunakan sebagai
pembungkus botol
5. Sampel haksel meranti (Shorea lepsula)
4
Digunakan sebagai sampel
6. Metanol Digunakan sebagai
pelarut
7. Pewarna makanan Digunakan sebagai
pewarna
8. Tisu Digunakan sebagai
pembersih
Disiapkan alat dan bahan
Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%
Ditimbang sampel tanaman sebanyak 30 gram Diukur pelarut sebanyak 250 mL
Dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat
Dimasukkan kelereng dan pelarut dalam wadah alas bulat Dirangkai alat refluks yg sudah berisi sampel dan pelarut Dilakukan ekstraksi selama 30 menit
Disimpan hasil ekstraksi pada botol kaca yang telah dilapisi alumunium foil
Sampel haksel meranti (Shorea lepsula)
Hasil
Lampiran II : Diagram alir
Lampiran III : Skema Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Membersihkan alat dengan alkohol 70%
Menimbang sampel sebanyak
30 g
Mengukur pelarut sebanyak 250 mL Memasukkan
sampel dalam wadah alas bulat Memasukkan
pelarut kedalam labu alas bulat
Merangkai alat refluks
Melakukan ekstraksi selma 30
menit
Menyimpan hasil ekstraksi pada
boto kaca